• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Peranan Pemerintah Dalam Perekonomian

2.6.4. Kebijakan Fiskal dalam Pembangunan Ekonomi

2.7.1.3. Hasil-Hasil Penelitian

Beberapa temuan penting studi Nanga (2006) adalah:

1. Transfer Fiskal dalam berbagai bentuknya memiliki dampak yang cenderung memperburuk kemiskinan di Indonesia. Hal ini terjadi karena kenaikan berbagai jenis transfer tadi memiliki dampak yang cenderung meningkatkan ketimpangan pendapatan, sementara kemiskinan memiliki hubungan positif dan elastis terhadap perubahan dalam ketimpangan pendapatan.

2. Ditemukan indikasi yang kuat bahwa transfer fiskal dalam berbagai bentuknya cenderung lebih menguntungkan sektor non pertanian dibandingkan sektor pertanian. Hal ini terlihat dari dampak transfer yang lebih besar terhadap PDRB dan Kesempatan Kerja yang lebih besar di sektor non pertanian dibandingkan dengan sektor pertanian.

3. Ada indikasi yang kuat bahwa kemiskinan di daerah pedesaan semakin

memburuk sejak desentralisasi fiskal diterapkan. Sementara di perkotaan menunjukkan keadaan yang sebaliknya yaitu kemiskinan semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh daerah pedesaan memiliki sarana dan prasarana termasuk sistem kelembagaan dan SDM yang lebih baik dibandingkan dengan pertanian.

Temuan Usman (2006) dalam beberapa aspek (khususnya fiskal) serupa dengan Nanga , namun temuan kedua studi dalam aspek distribusi dan kemiskinan berbeda. Selengkapnya temuan Usman adalah sebagai berikut

2. Desentralisasi Fiskal meningkatkan kinerja fiskal dan perekonomian, namun dampak perbaikan distribusi pendapatan dari desentralisasi fiskal baru sebatas indikasi karena belum terbukti secara nyata.

3. Desentralsiasi fiskal menyebabkan menurunnya persentase orang miskin, semakin kecil gap antara rata-rata pendapatan penduduk miskin dengan garis kemiskinan, dan semakin kecil variasi pendapatan diantara penduduk miskin. 4. Determinan kemiskinan sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal tidak

berbeda nyata. Determinan kemiskinan adalah karakteristik rumah tangga dan individu, faktor komunitas dan karakterisitk wilayah. Infrastruktur adalah karakteristik wilayah penting untuk mengurangi kemiskinan.

5. Dampak Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap kinerja perekonomian di

Pulau Jawa-Bali dan Sulawesi lebih besar dibandingkan dengan dampak Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (BHPJK). Sebaliknya di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua dampak BHPJK terhadap kinerja perekonomian lebih besar dibandingkan dengan Dana Alokasi Umum.

6. Pengeluaran Pemerintah di sektor pertanian berhasil menurunkan kemiskinan lebih baik dibandingkan sektor lainnya, dikarenakan sektor pertanian memiliki keterkaitan (linkages) yang besar terhadap sektor lainnya. Pengaruh terkecil dirasakan oleh sektor pendidikan dan kesehatan, karena dampak pada sektor ini memang baru terasa dalam jangka panjang.

Temuan Sumedi (2005) khususnya pada level kabupaten/kota serupa dengan temuan Nanga (2006) yaitu tentang distribusi pendapatan yang semakin

memburuk . Sedangkan pada level provinsi distribusi/disparitas ekonomi semakin kecil. Beberapa temuan penting Sumedi (2005) adalah:

1. Implementasi kebijakan desentralisasi fiskal memperbaiki pos penerimaaan daerah, pengeluaran daerah dan kinerja perekonomian nasional. Kapasitas fiskal meningkat namun fiscal gap daerah juga semakin besar semenjak desentralisasi fiskal.

2. Ditemukan kesenjangan fiskal horizontal (antar daerah) yang semakin besar semenjak penerapan desentralisasi fiskal, meski ada perbaikan semenjak perbaikan formulasi alokasi DAU. Kesenjangan terutama disebabkan oleh penerimaan dari bagi hasil sumber daya alam yang tidak merata.

3. Kesenjangan ekonomi antar provinsi semakin kecil semenjak desentralisasi fiskal.

4. Realokasi pengeluaran rutin menjadi pengeluaran pembangunan salah satu kebijakan yang berampak terbaik terhadap kinerja fiskal dan ekonomi daerah. 5. Dampak kebijakan ekonomi setelah desentralisasi fiskal terhadap kinerja

fiskal dan ekonomi di Jawa Barat lebih kecil dari rata-rata nasional. Menunjukkan bahwa efektivitas alokasi anggaran pemerintah daerah Jawa Barat lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional.

6. Ditemukan kesenjangan ekonomi antara kabupaten/kota di Jawa Barat yang semakin besar semenjak kebijakan desentralisasi fiskal.

7. Peningkatan transfer pusat (DAU dan DAK) meningkatkan kesenjangan

retribusi dan bagi hasil menurunkan kesejangan antara daerah industri, sebaliknya di daerah pertanian.

Saefudin (2005) menemukan hal-hal penting berikut:

1. Implementasi kebijakan fiskal berdampak positif terhadap penerimaan daerah, pengeluaran daerah, kinerja perekonomian dan kelembagaan daerah.

2. Besaran Pengeluaran Rutin dan Pembangunan amat ditentukan oleh besar kecilnya perolehan dana transfer dari pusat.

3. Dana Alokasi Umum, Bagi Hasil Sumber Daya Alam, realokasi pengeluaran rutin dan pembangunan memperbaiki pertumbuhan ekonomi dan pemerataan antar daerah. Sedangkan Bagi Hasil Pajak dan penerimaan-penerimaan pajak tidak memperbaiki pertumbuhan ekonomi dan pemerataaan antar daerah. 4. Terjadi pergeseran sumber penerimaan utama dari retribusi daerah sebelum

desentralisasi fiskal menjadi pajak daerah setelah desentralisasi fiskal. Hal ini mengindikasikan bahwa pada era kebijakan desentralisasi fiskal pemerintah kabupaten/kota kurang mampu membangun infrastruktur dalam memberikan pelayanan kepada publik.

Temuan penting Pakasi (2005) Sulawesi Utara antara lain adalah;

1. Ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara Penerimaan Daerah Retribusi , Dana Alokasi Umum, Bagi Hasil Pajak, Pengeluaran Rutin, Pengeluaran Pembangunan, pembangunan sektor pertanian, pembangunan sektor industri sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal.

2. Fiscal Available yang menunjukkan ketersediaan fiskal daerah, memiliki respon yang elastis baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap

Pengeluaran Rutin. Semakin meningkat Fiscal Available, akan meningkatkan Pengeluaran Rutin Daerah.

3. Ditemukan adanya kompetisi dalam pengalokasian Fiscal Available menjadi Pengeluaran Pembangunan atau Pengeluaran Rutin.

4. Dana Alokasi Umum berdampak positif terhadap kinerja fiskal daerah (

Fiscal Available maupun Fiscal Needs) dan perekonomian di masing-masing Kabupaten dan Kota.

5. Dana Alokasi Umum bersama-sama dengan Pengeluaran Rutin Daerah, berdampak positif terhadap Fiscal Available dan Fiscal Needs.

Temuan Sinaga dan Siregar (2005) tentang dampak desentraliasi fiskal terhadap distribusi pendapatan serupa dengan Usman (2006), Sumedi (2005) namun berbeda dengan Nanga (2006). Beberapa temuan penting antara lain adalah;

1. Ditemukan perbedaan penerimaan dari pajak, retribusi, bagi hasil pajak, dan Dana Alokasi yang signifikan antara sebelum dan sesudah desentralisasi. 2. Ditemukan perbedaan pengeluaran Rutin Gaji , Rutin Non-Gaji, sektor

pertanian, non-pertanian, yang signifikan antara periode sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal

3. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengeluaran pembangunan infrastruktur, Pelayanan Sosial pada periode sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal.

4. Ditemukan adanya perbedaan yang signifikan Pengeluaran Pelayanan Umum pada periode sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal.

5. Dampak kenaikan DAUK (Dana Alokasi Umum dan Khusus) lebih cenderung meningkatkan pengeluaran rutin dibandingkan dengan pengeluaran lainnya. Implikasinya adalah gap pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan akan makin lebar. Kondisi ini terjadi karena tidak adanya kerangka alokasi yang memberi batasan maksimum dan minimum antara pengeluaran rutin dan pengeluaran sektor-sektor pembangunan.

6. Kebijakan dana perimbangan tidak memperburuk keseimbangan antar daerah karena Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang selama ini dikhawatirkan akan menyebabkan ketimpangan tidak terjadi.

7. Sedangkan Dana Alokasi berdampak positif terhadap distribusi (variasi PDRB per kapita). Demikian halnya dengan perubahan Bagi Hasil Pajak berdampak positif pada pemerataan pendapatan, akan tetapi dampak pemerataan ini termasuk kecil.

Temuan Pardede (2004) terpenting adalah adanya pergeseran peran dari swasta ke pemerintah, dari dana asli daerah ke transfer pusat dalam perekonomian sejak implementasi desentralisasi fiskal . Temuan selengkapnya adalah ;

1. Sebelum desentralisasi fiskal Sumbangan dan Bantuan Pemerintah Pusat merupakan sumber utama pengeluaran daerah yang menentukan pembentukan output , pendapatan dan kesempatan kerja, disusul oleh Dana Dekonsentrasi di Kabupaten Tapanuli Utara. Sedangkan Dana Dekonsentrasi Provinsi, Bagi Hasil dan Pendapatan Asli Daerah memiliki peranan mejadi lebih kecil terhadap pembentukan output, pendapatan dan kesempatan kerja.

3. Pembentukan output, pendapatan dan kesempatan kerja didominasi oleh dana yang berasal dari Pusat berupa Dana Alokasi Umum, Dana Dekonsentrasi Pusat dan Dana Dekonsentrasi Provinsi, sedangkan Peranan Pendapatan Asli Daerah semakin berkurang sesudah desentralisasi fiskal 4. Di Kabupaten Tapanuli Utara Peranan pengeluaran pembangunan yang

berasal dari investasi swasta dalam pembentukan output, pendapatan dan kesempatan kerja lebih besar dibandingkan dengan pemerintah.

5. Di kota Medan Pengeluaran pembangunan yang berasal dari Dana

Dekonsentrasi Pusat mendominasi pembentukan output, pendapatan dan kesempatan kerja .

6. Peran investasi swasta dalam pembentukan output, pendapatan dan

kesempatan kerja tersebut semakin menurun sesudah desentralisasi fiskal , sedangkan peran pemerintah semakin meningkat.

7. Dalam penciptaan tenaga kerja, kontribusi dari pengeluaran yang bersumber dari pusat lebih besar dibandingkan dengan dari daerah.

8. Terjadi peningkatan peningkatan Pengeluaran rutin, output, pendapatan dan kesempatan kerja di Kota Medan sesudah desentralisasi fiskal

9. Peningkatan output, pendapatan dan kesempatan kerja sesudah desentralisasi fiskal di Kabupaten Tapanuli Utara melebihi 100 persen, sedangkan di Kota Medan dibawah 100 persen. Hal ini karena pengeluaran rutin pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara meningkat sesudah desentralisasi fiskal, sedangkan di Kota Medan menurun.

Wuryanto (1996) dalam studinya ”Fiscal Decentralization and Economic Performance in Indonesia: An Interregional Computable General Equilibrium Approach” menguji dampak desentralisasi fiskal terhadap kinerja perekonomian Indonesia pada periode sebelum tahun 1996 Temuan-temuan studi tersebut adalah sebagai berikut;

1. Sistem desentralisasi fiskal, melalui trasnfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah terutama dalam bentuk INPRES (block type program), (a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dan (b) mengurangi pinjaman luar negeri.

2. Beberapa program INPRES, yang dimana Pemda diberi keleluasaan

alokasinya, menghasilkan kinerja ekonomi yang lebih baik.

3. Alokasi program INPRES yang dimaksudkan untuk meningkatkan

pemerataan antar daerah, bila mengadopsi kriteria secara hati-hati tidak akan membahayakan tujuan ekonomi nasional penting seperti ekspor.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait