• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fraksi Minyak Bumi

Dalam dokumen Disusun dengan huruf Times New Roman, 11 pt (Halaman 107-127)

Bab 2 Minyak Bumi

B. Fraksi Minyak Bumi

Minyak bumi merupakan suatu campuran mineral yang sangat kompleks, dengan komponen utama berupa senyawa hidrokarbon yang artinya senyawa tersebut setiap. Kandungan hidrokarbon dalam minyak bumi dapat mencapai 97 hingga 98%. Selain senyawa hidrokarbon terdapat unsur dan senyawa lain yaitu berupa belerang, nitrogen, oksigen dan sedikit unsur logam yang terikat sebagai senyawa organik sebagai contohnya logam vanadium, nikel, besi, dan tembaga. Keberadaan unsur atau senyawa selain hidrokarbon ini biasanya dianggap sebagai kotoran dalam minyak bumi karena pada umumnya akan mengganggu proses pengolahan minyak bumi dan dapat menurunkan

98 mutu atau kualitas dari produk yang dihasilkan. Fraksi atau jumlah komponen hidrokarbon dan komponen lainnya dalam minyak bumi akan menentukan proses pengolahan yang dilakukan.

Sumber: http://cnnindonesia.com

Gambar 2.13 Wujud minyak mentah dari hasil kilang minyak

1. Senyawa Hidrokarbon

Secara umum senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi digolongkan menjadi tiga golongan senyawa hidrokarbon, yaitu : senyawa hidrokarbon parafin, naften, dan aromat. Selain ketiga golongan senyawa hidrokarbon tersebut terdapat senyawa hidrokarbon lain diantaranya senyawa hidrokarbon monoolefin dan diolefin yang terbentuk karena proses rengkahan (cracking) dalam proses pengolahan minyak bumi dalam kilang, sebagai contoh pada proses distilasi minyak mentah dan proses rengkahan.

a. Senyawa Hidrokarbon Parafin

Senyawa hidrokarbon paraffin merupakan senyawa hidrokarbon jenuh yang memiliki rumus molekul umum CnH2n+2 yang juga dikenal sebagai senyawa alkana. Senyawa ini bersifat kimia yang stabil pada suhu ruang, pemanfaatannya sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar. Kandungan utama dari hidrokarbon ini adalah senyawa parafin dan senyawa isomernya. Isomer sendiri adalah bentuk lain dari suatu senyawa hidrokarbon yang memiliki rumus kimia yang sama. Misal pada normal-butana pada gambar berikut memiliki isomer 2-metil propana, atau kadang disebut juga iso-butana. Keduanya memiliki rumus kimia yang sama, yaitu C4H10 tetapi memiliki rumus bangun yang berbeda

99 CH3-CH2-CH2-CH3

n-Butana iso-butana

Senyawa hidrokarbon parafin dengan jumlah atom karbon satu hingga empat pada suhu kamar (±25oC) dan tekanan atmosfir berwujud gas. Pada gas alam komponennya dapat berupa metan dan etan, sedangkan propan, butan dan i-butan merupakan komponen utama gas pengisi elpiji. Sedangkan senyawa hidrokarbon parafin dengan jumlah atom karbon lima hingga enam belas buah atom karbon pada suhu kamardan tekanan atmosfir berwujud cairan, yang terdapat dalam fraksi nafta, bensin, kerosin, solar, minyak diesel dan minyak bakar. Senyawa hidrokarbon parafin dengan jumlah atom karbon lebih dari enam belas pada suhu kamar dan tekanan atmosfir berwujud padat dan terutama terdapat pada malam parafin.

b. Senyawa Hidrokarbon Naften

Senyawa Hidrokarbon Naften adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang memiliki rumus molekul umum CnH2n.Sifat yang dimiliki oleh senyawa hidrokarbon ini memiliki kesamaan dengan senyawa hidrokarbon parafin namun memiliki struktur molekul siklis, sehingga senyawa hidrokarbon naften juga disebut senyawa sikloparafin. Senyawa hidrokarbon naften yang terdapat pada minyak bumi ialah siklopentan dan sikloheksan yang terdapat dalam fraksi nafta dengan titik didih lebih tinggi. Jumlah aton karbon pada cincin naften dapat berjumlah 3, 4, 5, 6, 7 atau 8, namun pada umumnya orang menganggap bahwa senyawa naften dalam fraksi minyak bumi hanyalah senyawa naften yang mempunyai jumlah cincin 5 dan 6 atom karbon, karena kedua senyawa inilah yang dapat diisolasi dari fraksi minyak bumi. Struktur molekul siklopentan dan sikloheksan dapat dilihat pada gambar berikut.

100 Selain struktur senyawa naften sederhana, dalam minyak bumi terutama pada fraksi beratnya juga terdapat senyawa naften polisiklis berupa dekalin atau dekahidronaftalen, yang strukturnya dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 2.15 Struktur molekul dekalin

c. Senyawa Hidrokarbon Aromat

Senyawa hidrokarbon aromat merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang memiliki rumus molekul CnH2n-6, senyawa ini memiliki beberapa ikatan rantai rangkap dalam strukturnya. Senyawa ini bersifat sangat reaktif, mudah teroksidasi oleh asam dapat mengalami reaksi subtitusi serta dapat mengalami reaksi adisi atau pemutusan ikatan rangkap tergantung pada kondisi reaksi. Sebagian besar senyawa hidrokarbon aromat yang terkandung dalam minyak bumi memiliki titik didih yang tinggi. Beberapa minyak mentah dari daerah Sumatera dan Kalimantan memiliki kandungan senyawa aromat yang tinggi. Senyawa hidrokarbon aromat lebih sering dikenal sebagai bensen dengan struktur molekul sebagai berikut.

Gambar 2.16 Struktur molekul bensen

Selain senyawa hidrokarbon aromat sederhana seperti bensen terdapat pula senyawa hidrokarbon poliaromat yang terdapat dalam minyak mentah yaitu antrasen dan naftalen. Struktur senyawa tersebut adalah sebagai berikut.

101

Gambar 2.17 Struktur molekul naftalen dan antrasen

d. Senyawa Hidrokarbon Monoolefin

Senyawa Hidrokarbon monoolefin merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh dengan memiliki sebuah ikatan rangkap dan mempunyai rumus senyawa secara umum CnH2n. Fraksi monoolefin tidak terdapat dalam minyak mentah namun senyawa ini terbentuk saat proses pengolahan minyak bumi terutama pada proses distilasi dan proses rengkahan (cracking), sehingga bahan bakar yang berasal dari proses rengkahan (cracking) mengandung senyawa monoolefin dalam jumlah yang banyak. Proses rengkahan dalam pengolahan minyak bumi dilakukan dengan cara pemanasan, dan proses rengkahana mulai terjadi apabila minyak bumi dipanaskan diatas suhu 680oF. Senyawa monoolefin bersifat reaktif dengan keberadaan ikatan rangkap dalam strukturnya sehingga senyawa ini banyak digunakan sebagai bahan utama industri petrokimia, senyawa yang umum digunakan diantaranya etilen (C2H4) dan propilen (C3H6).

Gambar 2.18 Struktur molekul etilen

e. Senyawa Hidrokarbon Diolefin

Senyawa hidrokarbon diolefin merupakan senyawa tidak jenuh dengan dua buah ikatan rangkap dua dengan rumus senyawa CnH2n-2. Senyawa hidrokarbon diolefin juga terbentuk dalam proses rengkahan pengolahan minyak bumi, senyawa hidrokarbon diolefin bersifat sangat reaktif dan cenderung akan berpolimerisasi dan membentuk damar.

102 2. Senyawa Bukan Hidrokarbon

Senyawa bukan hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi dan produk hasil olahannya merupakan senyawa organik yang berupa unsur belarang, oksigen, nitrogen dan unsur logam. Umumnya senyawa ini dianggap sebagai pengotor karena keberadaannya mampu menghambat atau mengganggu proses pengolahan minyak bumi seperti mengakibatkan korosi, meracuni katalis atau memperburuk mutu produk yang dihasilkan. Pengotor ini ;larut dalam minyak bumi ataupun produk hasil pengolahannya, sehingga disebut juga pengotor oleofilik. Sementara itu pengotor yang tidak larut dalam minyak bumi seperti air, dan garam-garam yang terdispersi dalam fase minyak bumi disebut pengotor oleofobik.

a. Senyawa Belerang

Senyawa belerang yang terdapat dalam fraksi minyak bumi selain dalam bentuk aslinya juga dalam fase terlarutnya karena senyawa belerang memiliki kelarutan dalam minyak bumi walaupun kecil yakni berlisar 0,04 sampai 6%. Senyawa belerang yang biasa terdapat dalam minyak bumi dan produk hasil pengolahannya dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Senyawa belerang yang terdapat dalam minyak bumi dan produknya

Senyawa belerang Struktur molekul

Hidrogen sulfide Hidrogen disulfide Merkaptan Sulfid Sulfid siklis Alkil sulfat Alkil sulfonat

103

Senyawa belerang Struktur molekul

Sulfoksid

Sulfon

Tiofen

Karakteristik minyak bumi yang ada di Indonesia memiliki kadar belerang rendah hingga sedang yakni kandungannya kurang dari 1%. Kandungan belerang dalam minyak mentah akan terdistribusi ketika minyak didistilasi, sehingga kandungannya akan menjadi lebih besar pada fraksi-fraksi produk tertentu yang merupakan hasil olahan. Kandungan belerang pada produk yang berasal dari umpan minyak bumi disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Distribusi belerang dalam produk hasil distilasi minyak mentah

Minyak mentah

% berat S

dalam % berat S dalam produk

Minyak

mentah Bensin Kerosin M.gas Residu

Timur Tengah 0,15 0,3 3,6 38,6 57,7 Texas Timur 0,36 0,9 1,3 15,4 82,4 Venezuela Timur 0,55 0,5 1,7 15,5 82,3 Iran 1,4 1,1 1,5 12,6 84,8 Texas Barat 2,0 1,8 4,2 14,8 79,2 Venezuela Barat 2,2 0,05 0,05 6,6 92,8 Kuwait 2,45 0,1 0,8 9,5 89,6

Kontawa, “Minyak Bumi-Pengklasifikasian dan Evaluasi”, Lemigas

Kandungan belerang dalm produk hasil pengolahan menimbulkan beberapa kerugian diantaranya adalah:

1. Pencemaran udara

Pencemaran udara yang dapat terjadi karena senyawa belerang salah satunya yaitu adanya bau yang tidak sedap, bau tidak sedap disebabkan oleh adanya senyawa

104 belerang dengan titik didih rendah seperti hidrogen sulfid, belerang dioksid, dalam gas buang hasil pembakaran. Pencemaran udara karena senyawa belerang juga dapat terjadi karena gas buang belerang dioksid hasil pembakaran terlarut dalam kabut, yang biasa disebut dengan fenomena smog, belerang dioksida hasil pembakaran juga dapat mengakibatkan fenomena hujan asam.

2. Korosi

Senyawa belerang dapat mengakibatkan korosi terutama pada proses yang terjadi di atas suhu 300oF. Korosi dapat merusak alat-alat proses pengolahan minyak, terutama pada alat yang bekerja pada suhu operasi tinggi. Pada suhu rendah senyawa hidrogen sulfid akan bereaksi dengan udara lembab yang akan mengubah besi pada alat menjadi senyawa besi sulfid yang bersifat relatif lebih rapuh.

Sumber: http://www.google.com

Gambar 2.19 Korosi pada besi

Pada industri gas buang sisa pembakaran bahan bakar minyak, senyawa belerang dioksid mampu merusak cerobong baja pada saluran pembuangan gas, dan apabila gas ini bereaksi dengan air maka akan membentuk asam.

3. Menurunkan angka oktan pada bensin

Senyawa belerang yang berpotensi menurunkan angka oktan yaitu merkaptan dan etil sulfid, kadar senyawa belerang sebesar 0,1% mampu menurunkan bilangan oktan 0 sampai 2 satuan angka oktan.

4. Meracuni katalis

Pada proses reforming katalitik nafta atau bensin untuk mendapatkan bahan bakar dengan oktan yang tinggi digunakan katalis platina, keberadaan belerang dalam bahan membuat katalis teracuni dan tidak mampu bekerja secara optimal sebagai pemacu reaksi,

105 oleh karena itu kandungan belerang dalam bahan memeiliki batas tertentu yakni bernilai maksimum 0,2 ppm.

b. Senyawa Oksigen

Kadar oksigen dalam minyak mentah selain berasal dari kilang dapat juga dikarenakan adanya kontak yang terlalu lama anatar minyak dengan udara luar. Kadar oksigen pada minyak bumi pada umumnya berkisar antara 0,1 hingga 2% berat. Dalam minyak bumi, sebagian besar oksigen terdistribusi dalam bentuk asam organik yang terdistribusi pada semua fraksi minyak bumi dan kandungan tertinggi pada fraksi minyak gas. Asam organic yang terkandung di dalamnya berupa asam naftenat yang memiliki sifat sedikit korosif, dan berbau meyengat adapula sebagian kecil asam alifatik. Disamping itu pada proses distilasi rengkahan (cracking) terbentuk pula senyawa fenol dan kresol.

c. Senyawa Nitrogen

Senyawa nitrogen terdapat dalam semua fraksi minyak bumi, dan kadarnya semakin besar pada fraksi-fraksi yang memiliki titik didih tinggi dan umumnya fraksi yang memiliki kandungan belerang dan aspal yang tinggi maka akan mengandung senyawa hydrogen dalam jumlah yang cukup tinggi pula. Kadar nitrogen dalam minyak berkisar antara 0,1 hingga 2% berat. Senywa nitrogen dalam minyak bumi dibagi menjadi dua yaitu nitrogen basa dan nitrogen bukan basa. Senyawa nitrogen basa misalnya yaitu piridin dan turunananya seperti kinolin, dan iso kinolin, dan senyawa nitrogen yang bukan basa yaitu berupa senyawa pirol dan turunannya seperti indol dan karbasol. Semua senyawa nitrogen memiliki ciri khas yaitu memiliki bau yang tidak sedap dan menyengat.

Tabel 2.3 Senyawa nitrogen basa yang terdapat dalam minyak bumi dan produknya

Senyawa nitrogen Struktur molekul senyawa nitrogen basa

106 Senyawa nitrogen Struktur molekul senyawa nitrogen basa

Kinolin

Iso-kinolin

Tabel 2.4 Senyawa nitrogen bukan basa yang terdapat dalam minyak bumi dan produknya

Senyawa nitrogen Struktur molekul senyawa nitrogen bukan basa

Pirol

Indol

Karbasol

d. Senyawa Logam

Keberadaan senyawa logam dalam minyak bumi sebenarnya bukan merupakan permasalahan yang besar karena jumlahny yang sangat kecil yakni sekita 5 sampai 400

107 ppm, terkecuali keberadaan beberapa jenis logam seperti besi, nikel, vanadium dan arsen yang mampu mengganggu proses pengolahan minyak dengan meracuni katalis yang digunakan. Keberadaan vanadium pada minyak bakar juga mengakibatakan korosi turbin gas dan sistem perpipaan uap. Logam-logam berat seperti vanadium, nikel dan tembaga dalam minyak bumi, sering disebu sebagai senyawa kompleks porfirin, yakni dimana logam-logam tersebut menjadi pusat dari struktur molekul senyawa tersebut. Sedangkan logam garam anorganik yanag dapat larut dalam air seprti logam natrium, kalium, magnesium, dan kalsium terdapat dalam minyak bumi pada kondisi terdispersi. Pada proses pengolahan minyak bumi, senyawa logam yang terkandung biasanya cenderung untuk berkumpukl dalam fraksi residu atau fraksi berat.

3. Kegunaan Minyak Bumi

Minyak bumi dengan senyawa kompleks tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam senyawa produk hasil yang dapat digolongkan berdasarkan jumlah atom karbon dalam senyawa tersebut. Secara ringkas dapat kita lihat pada tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5 Fraksi minyak bumi

Fraksi minyak bumi Jumlah atom C Titik didih Gas alam (LNG) 1 sampai 2 -160oC sampai -88oC

Elpiji (LPG) 3 sampai 4 -40oC sampai 0oC Petroleum eter 5 sampai 6 20oC sampai 70oC

Bensin 7 sampai 8 70oC sampai 140oC

Nafta 9 sampai 10 140oC sampai 180oC

Kerosin (minyak tanah) 11 sampai 13 180oC sampai 250oC

Solar 14 sampai 16 250oC sampai 350oC

Minyak pelumas 17 sampai 20 >350 oC

Vaselin dan lilin 21 sampai 22 Meleleh pada 52oC sampai 57 oC

Aspal 36 dan seterusnya Residu

Kokas petroleum 36 dan seterusnya Residu

a. Gas Alam (LNG)

Gas Alam (Liquified Natural Gas) merupakan hidrokarbon hasil dari pengolahan minyak bumi dengan komposisi metana, dan etana dengan sedikit kandungan propane serta butane yang dicairkan dengan cara penekanan dan penurunan suhu. Gas ini

108 digunakan sebagai bahan bakar di Industri. LNG biasanya disimpan pada suhu -150oC dengan tekanan 246 psig.

LNG sangat dibutuhkan sebagai bahan bakar industri sehingga memiliki nilai penting dalam perdagangan di tingkat internasional. LNG ditransportasi menggunakan kendaraan yang dirancang khusus. Untuk penyimpanan LNG, digunakan tangki bertekanan (pressure vessel) berbentuk bola (spherical tank). Tangki ini dapat digunakan untuk menyimpan gas – gas yang dicairkan hingga mencapai tekanan 75 psi dan volume tanki dapat mencapai 50000 barrel. Untuk penyimpanan LNG dengan suhu -190oC (cryogenic) tangki dibuat berdinding double. Di antara kedua dinding tersebut diisi dengan isolasi, misalnya polyurethane foam, dengan tekanan penyimpanan diatas 15 psig.

Transportasi LNG dapat dilakukan melalui pemipaan dan dapat pula ditransportasikan dengan kendaraan LNG.

Sumber: http:// search.google.com

Gambar 2.20 Pabrik Gas LNG

Sumber: http:// search.google.com

109

Sumber: http:// search.google.com

Gambar 2.22 Transportasi LNG melalui jalur pemipaan

b. Elpiji (LPG)

Elpiji (Liquified Petroleum Gas) meruapakan hidrokarbon hasil dari pengolahan minyak bumi dengan komposisi utama berupa propane dan butane yang dicairkan dengan penekanan pada 70 psig dan pada suhu 37,7oC. Elpiji digunakan sebagai bahan bakar yang telah ditetapkan pemerintah sebagai bahan bakar rumah tangga sebagai subtitusi dari penggunaan minyak tanah (kerosin) sebelumnya.

Sumber: http:// search.google.com

Gambar 2.23 Tabung gas kemasan elpiji

c. Petroleum Eter

Petroleum eter merupakan hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 30 sampai 90oC. Ciri khas petroleum eter adalah berbentuk cair dan mudah terbakar. Namun petroleum eter tidak terlalu membahayakan. Petroleum eter digunakan sebagai bahan pelarut nonpolar dan sebagai pengganti pentane dalam proses industri ataupun proses penelitian.

110 Petroleum eter mempunyai sifat-sifat fisis sebagai berikut: titik didih 60-80OC, titik autoignition 260°C, kalor jenis pada tekanan tetap (Cp) 1,76 kJ/(kg.K), massa jenis pada kondisi cair 0,8 gr/cm3, kalor laten penguapan fluida kerja 340 kJ/kg.

Sumber: http:// search.google.com

Gambar 2.24 Rumus molekul petroleum eter

Sumber: http:// search.google.com

Gambar 2.25 Petroleum eter

d. Bensin

Bensin merupakan hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 35 sampai 75 oC. Bensin terdiri atas isomer-isomer heptana dan oktana. Bensin digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Bensin memiliki karakteristik yang berbeda-beda, di setiap negara memiliki standar untuk bensin yang beredar dipasaran, misalnya di Indonesia yang menetapkan bensin dengan standar bilangan oktan 88 (premium), 90 (pertalite), 92 (pertamax), dan 96 (pertamax plus).

Sumber: http:// search.google.com

111 e. Nafta

Nafta merupakan hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 70 sampai 140 oC. Nafta digunakan sebagai bahan baku industri petrokimia seperti plastik, karet sintetis, deterjen, obat, cat, serat sintetis, kosmetik, dan zat aditif bensin.

Sumber: http://search.google.com

Gambar 2.27 Produk turunan nafta

f. Kerosin (Minyak Tanah)

Kerosin (minyak tanah) merupakan produk hasil distilasi minyak bumi, campuran dengan rantai C12H26–C15H32 yang digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga, industri dan bakar mesin jet (lebih dikenal sebagai Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8). Kerosin terdiri dari campuran senyawa parafin, naften, serta aromatik dan sedikit senyawa belerang. Kandungan senyawa belerang H2S misalnya mengakibatkan, bau yang menyengat ketika kerosin dibakar. Minyak bumi biasanya mengandung 5-25% kerosin, Sifat-sifat yang harus dimiliki minyak tanah adalah : titik nyala, titik asap, kekentalan, kadar belerang, sifat pembakaran serta bau dan warna yang khas.

g. Solar (minyak diesel)

Solar merupakan bahan bakar minyak hasil pengolahan minyak bumi yang dikhususkan sebagai bahan bakar mesin diesel kendaraan bermotor dan terdiri dari ratusna rantai hidrokarbon yang berbeda, dengan rentang atom karbon pada 12 hingga 18 dengan titik didih diantara 260oC hingga 315oC. Hidrokarbon yang terdapat dalam minyak solar meliputi parafin, naften, olefin dan aromatik (mengandung 24% aromatik berupa bensen, toluen, xilen dan lain-lain), dimana temperatur penyalaannya akan menjadi lebih tinggi dengan adanya hidrokarbon volatil (mudah menguap) yang lebih banyak jumlahnya. Bahan bakar solar atau minyak solar adalah bahan bakar yang digunakan untuk mesin diesel putaran tinggi di atas 1000 rpm (rotation per minute). Bahan bakar solar disebut juga High Speed Diesel (HSD) atau Automotif Diesel Oil (ADO). Mutu minyak solar yang baik adalah bahwa minyak solar harus memenuhi batasan sifat-sifat yang tercantum pada spesifikasi dalam segala cuaca. Secara umum

112 minyak solar adalah mudah teratomisasi menjadi butiran-butiran halus, sehingga dapat segera menyala dan terbakar dengan sempurna sesuai dengan kondisi dalam ruang bakar.

Berbeda dengan bensin yang memiliki rantai karbon lebih pendek, rantai karbon solar yang panjang menyebabkan besarnya energi yang diperlukan untuk menghancurkan seluruh ikatan molekuler pada solar dan timbulnya asap hitam yang khas pada saluran buang mesin diesel disebabkan tidak semua partikel solar dapat dihancurkan.

Bahan bakar ini dibedakan dari segi bilangansetana, yaitu bilangan yang menunjukkan kemampuan pembakaran serta kemampuan mengontrol jumlah ketukan yang terjadi pada mesin. Semakin tinggi bilangan setana pada solar maka semakin tinggi pula kualitas solar tersebut. Umumnya, jumlah bilangan cetane pada solar yang ditujukan sebagai bahan bakar mesin kendaraan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah cetane pada solar untuk mesin-mesin industri.

Solar termasuk salah satu bahan bakar dengan angaka kebutuhan yang terbesar. Inovasi pada bahan bakar ini yakni adanya biosolar yang merupakan campuran antara solar hasil pengolahan minyak bumi dan biodiesel yang berasal dari pengolahan lemak nabati dengan perbandingan tertentu.

h. Minyak Pelumas

Fraksi minyak pelumas dalam hasil olahan minyak bumi terdapat pada fraksi yang memiliki jumlah atom karbon sebanyak 21 sampai 22 atom karbon. Produk hasil olahan ini digunakan sebagai pelumas yang berfungsi untuk meminimalisir gesekan yang terjadi antar komponen di dalam mesin dan menghindari kehilangan daya, sehingga mesin tidak mudah aus ketika digunakan. Minyak pelumas juga harus dapat mengalira dengan bebas di dalam mesin, sehingga panas yang diakibatkan oleh gesekan mesin dapat diminimalisir. Semua jenis mesin memerlukan adanya minyak pelumas mulai dari mesin yang memiliki kerja ringan, sedang hingga berat. Minyak pelumas juga digunakan pada komponen banyak melibatkan sistem gigi beroda (gear). Minyak pelumas memiliki beberapa karakteristik salah satunya yang paling umum yaitu standar kekentalan dengan kode SAE. SAE (Society of Automotive Engineers) adalah suatu organisasi yang mengevaluasi kualitas pelumas yang didirikan oleh Andrew Riker dan Henry Ford pada 1905, dan kode SAE sebenarnya menunjukkan kemampuan suatu pelumas atau oli dalam menjaga stablitas kekentalannya terhadap pengaruh suhu lingkungan/mesin panas atau dingin. Pelumas yang menggunakan kode SAE berarti telah diuji dan dievaluasi oleh Society of Automotive Engineers.

113 Arti atau makna dari kode-kode SAE dari oli mesin:

1. SAE 20W50 memiliki makna secara umum oli yang mampu menyesuaikan kekentalannya, pada suhu rendah (dingin) memiliki sifat seperti oli SAE 20W dan pada suhu tinggi seperti SAE 50. Sifat oli SAE 20W mampu distart pada suhu dingin sampai suhu -10oC (tidak membeku) dan mampu mengalir dengan pemompaan sampai -20oC. Sifat oli SAE 50 pada suhu mesin tinggi 100oC tidak terlalu encer, dengan kekentalan berkisar 16,3 cSt – 21,9 cSt. (Sebagai perbandingan keenceran seperti air pada 20oC setara ~ 1 cSt)

2. SAE 15W40 bermakna pada suhu rendah (dingin) memiliki sifat seperti oli SAE 15W, pada suhu tinggi seperti SAE 40. Sifat oli SAE 15W mampu distart pada suhu dingin sampai suhu -15oC dan mampu mengalir dengan pemompaan sampai - 25oC. Sifat oli SAE 40 pada suhu mesin tinggi 100oC kekentalannya berkisar 12,5 cSt – 16,3 cSt.

3. SAE 10W30 berarti pada suhu rendah (dingin) memiliki sifat seperti oli SAE 10W, pada suhu tinggi seperti SAE 30. Sifat oli SAE 15W mampu distart pada suhu dingin sampai suhu -20oC dan mampu mengalir dengan pemompaan sampai - 30oC. Sifat oli SAE 30 pada suhu mesin tinggi 100oC kekentalannya berkisar 9,3 cSt – 12,5 cSt.

Kode W dibelakang angka standar SAE merupakan singkatan dari (winter) yang mengindikasikan pengujian pelumas atau oli pada keadaan dingin.

Sumber: http://search.google.com

Gambar 2.28 Kode SAE Pada kemasan pelumas

i. Vaselin dan Lilin

Vaselin adalah produk hasil olahan minyak bumi yang berbentuk padat pada suhu ruang, dan akan meleleh ketika dipanaskan. Vaselin disebut juga petroleum jelly.

Dalam dokumen Disusun dengan huruf Times New Roman, 11 pt (Halaman 107-127)

Dokumen terkait