• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN DATA

IV.1. Analisis Data

IV.1.1. Analisis Isi Tekstual

IV.1.2.1. Frame Berita

1. Frame berita 22 Januari 2010

Judul: Tiga Bulan Pemerintahan

Surat Kabar Cenderung Bersifat “Keras”

Defining Problem

Dalam berita ini Kompas melihat sebuah fenomena terkait 100 hari pemerintahan SBY-Boediono. Kompas ingin menyattakan sebuah fakta yaitu adanya kecenderungan dari beberapa media dalam penulisan berita 100 hari pemerintahan SBY-Boediono. Berita-berita yang dimunculkan oleh berbagai media seperti televisi, surat kabar, radio, dan internet cenderung bernada negatif. Hal ini dapat dipertanggungjawabkan oleh Kompas karena Kompas tidak mengutip perkataan ataupun pandangan pihak tertentu, tetapi berdasarkan fakta yang ditemukan melalui penelitian oleh pihak mereka sendiri. Sumber berita dari Litbang Kompas semakin mempertegas bahwa data yang mereka temukan adalah data valid yang dapat diuji independensinya. Hal ini dituangkan Kompas dalam lead berita, yaitu:

“Selama kurun waktu tiga bulan pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, sorotan surat kabar bernada negative lebih banyak dibandingkan dengan yang positif terhadap kinerja mereka”

Dalam melihat kinerja permerintah, Kompas mencoba menilik dari sisi politik dan hukum, sehingga berita ini ditempatkan dalam rubrik politik dan hukum. Isu ini juga dikaitkan dengan beberapa kasus seperti kasus Bank Century. Kasus ini menjadi contoh kasus yang sangat memperngaruhi pandangan terhadap kinerja pemerintah sekaligus menjadi momok yang memperngaruhi persepsi

 

publik. Perhatian surat kabar yang sangat kritis terhadap kinerja pemerintahan ini tampak pada awal berita yang ditampilkan oleh Kompas.

Diagnose Causes

Dalam berita yang diangkat oleh harian Kompas, sumber masalahnya adalah perhatian media cetak/ surat kabar diantaranya Kompas, Media Indonesia, Koran Tempo, Seputar Indonesia, Republika, dan Indopos yang bersikap kritis. Sejumlah kasus mafia peradilan, proses pemeriksaan pejabat di DPR, gaya kepemimpinan Presiden, serta kasus KPK dan Polri dianggap menjadi penyebab kesan buruk terhadap kinerja pemerintahan. Pemerintah sebagai ujung tombak negara dalam mengelola negara akan selalu menjadi obyek pemberitaan. Dijelaskan bahwa, secara umum beberapa surat kabar harian memberikan porsi yang seimbang baik kepada Presiden, Wakil Presiden, dan Menteri untuk ditampilkan dalam sebuah berita, dan dari keseluruhan berita yang muncul terdapat kecenderungan berisfat negatif. Permerintah beserta jajarannya menjadi sorotan tajam, karena terkait dengan keberlangsungan dan keberhasilan yang telah dicapai dalam tiga bulan pertama.

Dalam berita ini, hal yang menjadi sorotan adalah program kerja pemeritah, dan kemudian gaya kepemimpinan SBY. Hal yang paling disorot adalah 15 program yang diprioritaskan pemerintah selama 100 hari pertama. Tetapi dalam 100 hari tersebut proporsi berita keberhasilan yang dicapai tenggelam oleh berita lainnya tetapi tetap terkait dengan pemerintah. Persepsi publik coba diarahkan sesuai dengan pandangan media yang mengkritisi pemerintah dan mengaitkan dengan kasus yang sedang berkembang.

Make Moral Judgement

Hal-hal yang dilakukan oleh pemeritah adalah hal yang sepatutnya diketahui oleh khalayak dan media berkewajiban memberikan informasi. Informasi yang diberikan oleh media sangat mempengaruhi pandangan ataupun penilaian khalayak terhadap pemerintah. Dalam berita ini dijelaskan, apa yang disorot oleh media, begitu juga dengan masyarakat. Kompas mencoba mengatakan bahwa media khususnya surat kabar mencoba memberikan informasi yang ingin diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Oleh karena masyarakat resah akan adanya sebuah masalah, maka media berkewajiban memberikan informasi selengkap-lengkapnya agar tidak terjadi kebingungan. Dari fakta yang ada, media mencoba memberikan informasi serta memberikan pandangan yang cukup menguatkan persepsi pulik. Hal ini diungkapkan oleh Kompas dalam kutipannya, sebagai berikut:

“Persepsi publik atas pemberitaan media massa juga mirip dengan hasil analisis media tersebut di atas”

Selain fungsi utama media, situasi yang tidak bisa dihindari juga dianggap menjadi legitimasi media/surat kabar dalam mengkritisi pemerintah. Alasan yang membuat surat kabar bersikap keras, pasti ada hal yang melatar belakanginya. Hal

ini ditegaskan oleh Kompas dengan mengutip pernyataan Rosentiel seorang

peneliti media dari Amerika. Yaitu sebagai berikut:

“…Ketika popularitas presiden bagus, ada kecenderungan untuk mengangkat peristiwa-peristiwa yang membuat popular. Ketika menurun, Anda seakan-akan menggunakan lensa mencari tahu mengapa popularitasnya merosot”

 

Treatment Recommendation

Pemenuhan informasi menjadi alasan utama media dalam melakukan aktivitasnya. Selain itu, media juga harus melaksanakan fungsi kontrolnya sebagai penyeimbang terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam rangka pelaksanaan tugas media ini, media harus diberi kebebasan dan jaminan dalam melaksanakan fungsinya. Selain diberi kebebasan, hendaknya media juga harus bersikap independen. Hal ini coba ditekankan oleh Kompas menjadi sebuah tawaran penyelesaian terhadap masalah pemberitaan yang terjadi selama ini. Tawaran penyelesaian ini dikutip dari pernyataan Bill Kovach dan Tom Rosentiel, yaitu:

“…pers harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.”

Tawaran penyelesaian ini menjadi kunci dalam masalah pemberitaan media yang cenderung “nyinyir” agar tidak terikat akan kepentingan tertentu, dan jika berita yang disampaikan bernada negatif bukan semata-mata karena tekanan dari beberapa pihak. Atas dasar itu, Kompas juga menekankan pentingnya perlindungan terhadap pers.

2. Frame berita 23 Januari 2010

Judul: Program 100 Hari

Keberhasilan di Bawah Bayang-Bayang Kasus Bank Century

Defining Problems

Dalam berita ini Kompas menyoroti masalah yang dialami oleh pemerintah selama 100 hari pertama. Pemerintahan SBY-Boediono tidak berjalan mulus melenggang, karena berbagai tantangan yang menghadang. Kompas memandang

masalah hukum dan birokrasi sebagai hal yang paling mempengaruhi keberhasilan pemerintah. Keberhasilan pencapaian program pemerintah selama 100 hari ditutupi oleh masalah-masalah yang muncul khususnya persoalan hukum. Kompas menganggap puncak dari persoalan hukum selama 100 hari pertama adalah kasus Bank Century. Berbeda dari kasus lainnya, Kompas menganggap keterlibatan Boediono menjadi Kasus ini menjadi rangkaian kasus-kasus sebelumnya yang memaksa Presiden membentuk Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum. Berikut kutipan Kompas:

‘Puncak persoalan hukum dan birokrasi adalah mencuatnya kasus pemberian dana talangan (bail out) kepada Bank Century”

Kompas juga mengangkat masalah hukum dan birokrasi tersebut kemasalah

politik dengan mengaitkan masalah tersebut dengan isu reshuffle. Kompas

melihat, kasus century ini cepat atau lambat akan berdampak pada penggantian beberapa menteri. Hal ini dikaitkan dengan beberapa menteri yang merupakan kader-kader dari partai pollitik mitra koalisi.

Pemilihan beberapa narasumber yang merupakan poltisi dan beberapa menteri semakin menguatkan bahwa Kompas memandang program 100 hari adalah masalah politik dan hukum, sehingga menempatkan berita pada rubrik politik dan hukum. Berbagai kepentingan para elite menjadi pemicu masalah ini semakin membesar.

Diagnose Causes

Dalam berita ini, Kompas mengungkapkan bahwa penyebab masalah adalah kasus Century, dan yang menjadi korban adalah pemerintah. Kasus century membuat pencapaian-pencapaian yang dicapai oleh pemerintah menjadi tidak

 

nampak akibat kasus tersebut. Keberhasilan pemerintah seakan tidak berarti apa-apa dan tidak menjadi persoalan. Pihak yang dianggap bertanggung jawab atas masalah ini adalah partai mitra koalisi, dan sebagai akibatnya isu reshuffle menjadi konsekuensinya. Kompas menggambarkan bahwa partai koalisi tidak solid dalam mendukung pemerintah karena justru sebagian dari mereka merupakan orang yang vokal dalam proses penyelidikan kasus ini. Tetapi walaupun isu tersebut cepat berkembang beberapa menteri yang terkait justru menanggapi dengan berbeda-beda. Dari beberapa menteri yang menjadi narasumber mengungkapkan tidak ada kaitannya masalah Century dengan

masalah reshuffle. Kompas dalam berita ini juga menggambarkan situasi yang

dialami oleh menteri terkait isu tersebut, apakah ada ketakutan jika Presiden mereshuffle cabinet yang dipimpinnya.

Make Moral Judgement

Terkait masalah Century ini, beberapa menteri menyikapi secara berbeda. Kompas menuliskan bahwa, beberapa menteri sudah menjalankan hal yang benar, dan tidak terpengaruh terhadap isu reshuffle. Kompas juga mengungkapkan bahwa keberhasilan program 100 hari tidak perlu dipermasalahkan. Berikut kutipannya:

“Tak ada masalah. Tidak ada alasan khawatir. Ingat ya, kalaupun masih belum selesai, seperti dikatakan preside, program 100 hari itu hanya akan memberikan landasan…”

Selain itu, Kompas dalam berita mengungkapkan bahwa isu pergantian menteri tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap menteri. Kompas menampilkan bahwa apa yang dilakukan partai koalisi terkait Kasus Century sudah sesuai dengan instruksi presiden.

“Presiden berharap kasus itu cepat selesai. Fraksi PKS berkepentingan agar kasus itu dapat diseleasaikan sehingga tidak ada lagi kecurigaan. Yang penting adalah obyektif dan…”

Kompas juga menampilkan bahwa jika pada akhirnya terjadi reshuffle para menteri tidak terlalu memikirkan karena apa yang akan dilakukan sepenuhnya menjadi kewenangan Presiden. Ungkapan yang disampaikan Priyo Bdui Santoso politisi dari partai Golkar menjadi legitimasi dalam melakukan reshuffle dalam konteks berita ini.

Treatment Recommendation

Penyelesaian isu pergantian menteri sebagai akibat dari kasus Bank Century ini adalah pernyataan Presiden tentang adanya isu pergantian menteri. Hal ini membantah masalah yang selalu didengung-dengungkan oleh media.

“Presiden, secara langsung atau melalui Juru Bicara Julian Aldrin Pasha, sudah membantah isu pergantian menteri, terutama yang menimpa Sri Mulyani”

Bantahan tersebut menjadi jawaban kepastian bahwa kasus tersebut tidak akan mempengaruhi posisi menteri di kabinet. Selain itu, Kompas juga menuliskan himbauan Presiden terhadap para menteri, khusunya yang berasal dari partai mitra koalisi. Kompas melihat ini sebagai himbauan untuk mengingatkan kontrak kerja serta pakta integritas yang disetujui, dan sebagai penyelesaian atas isu reshuffle tersebut. Jika hal tersebut dilakukan, yaitu solid dalam mendukung pemerintah maka masalah reshuffle tidak akan terjadi. Secara implisit, Kompas kembali membuat penekanan penyelesaian kasus hukum tersebut menjadi kunci penyelesaian 100 hari pemerintahan yang baru.

  3. Frame berita 25 Januari 2010

Judul: Pendemo Siap datangi istana

Program Tenggelam Oleh Kasus Politik

Defining Problem

Dalam berita ini Kompas melihat permasalahan ketidakpuasan masyarakat atas kinerja pemerintah. Ketidakpuasan terhadap pemerintah ini lebih dikarenakan perkembangan berbagai kasus hukum dan politik. sebagai Akibat dari ketidakpuasan tersebut, berbagai elemen masyarakat akan melaksanakan aksi unjuk rasa besar-besaran. Kompas mengambil narasumber yang merupakan aktivis adalah bukti bahwa Kompas menyoroti benrtuk ketidakpuasan dari unsur masyarakat yang secara aktif mengkritisi pemerintah. Kutipan Kompas mengenai tenggelamnya program 100 hari SBY-Boediono:

“…program di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama 100 hari masa pemerintahan tenggelam oleh berbagai kasus politik dan hukum. Akibatnya, tingkat kepuasan atau persepsi masyarakat atas pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono pun ikut melorot drastis.”

Kompas menganggap isu demonstrasi sebagai cerminan situasi politik yang berkembang akibat tenggelamnya program yang dijalankan pemerintah. Narasumber lainnya yang ditampilkan Kompas adalah lembaga yang juga menyoroti kinerja pemerintah terkait dengan situasi politik adalah sebagai penguatan pandangan Kompas terhadap program 100 hari. Dalam berita ini, tidak ada unsur pemerintah yang menjadi narasumber. Seluruh narasumber yang ditampilkan dalam berita merupakan dari maasyarakat umum yang prihatin akan kondisi yang melanda bangsa. Pernyataan yang dituliskan oleh Kompas “…tidak dipayungi oleh koalisi tertentu…” merupakan gambaran bahwa masalah ini sudah

sangat meluas, dan perbedaan yang ada disatukan oleh ketidakpuasan terhadap pemerintah.

Diagnose causes

Kasus politik dan hukum yang membayang-bayangi program pemerintah menjadi sumber permasalahan ketidakpuasan atau persepsi masyarakat terhadap pemerintah. Kepuasan ini secara tidak langsung memicu aksi demonstrasi dari berbagai pihak. Ada rangkaian pemikirian yang disampaikan oleh Kompas dalam berita ini. Rangkaian tersebut tidak terlepas dari kegagalan pemerintah dalam penyelesaian beberapa kasus hukum, ketidakpuasan masyarakat, dan tindakan yang dilakukann masyarakat sebagai wujud aspirasi terhadap kinerja pemerintah.

“Qodari menyebut tingkat kepuasan 90 persen di awal masa kepemimpinan itu wajar mengingat masih dalam masa bulan madu pemerintahan. Namun tak bisa dipungkiri sejumlah kasus atau skandal hukum dan politik turut mempengaruhi.”

Dan sebagai efeknya Kompas menuliskan:

“Berbagai momentum untuk memanaskan eskalasi demonstrasi…”

Melalui kutipan tersebut, Kompas menampilkan bahwa melalui momentum tertentu yang ada masyarakat menyuarakan aspirasi melalui demonstrasi. demostrasi yang dilakukan kali ini berbeda dari demonstrasi sebelumnya yang dianggap antiklimaks. Beberapa elemen pengerak yang berbeda melakukan demosntrasi secara bersamaan.

Make moral judgement

Dalam berita ini,Kompas menuliskan beberapa hal yang melandasi terjadinya aksi unuk rasa atau demonstrasi. Kritik pemerintah terhadap aksi

 

tersebut dianggap sebagai tindakan makar, dijawab langsung oleh aktivis Komite Bangkit Indonesia.

“Adapun mengenai tudingan pemerintah bahwa gerakan demonstrasi 28 Januari yang diusung oleh sejumlah elemen sebagai agerakan maker, Adhi menyebutnya sebagai kecengengan penguasa.

Selain alasan diatas, ada hal yang melegitimasi aksi demonstrasi tersebut. Para demonstran menganggap tindakan mereka sebagai bentuk penyadaran atau kritik terhadap pemerintah. Berberda dari aksi-aksi sebelumnya, aksi yang akan dilakaukan dianggap sebagai tindakan penyelamatan bangsa. Keprihatinan terhadap pemerintah melegitimasi munculnya berbagai elemen yang berbeda melakukan aksi spontan secara bersama-sama. Berikut kutipannya:

“ Haris menambahkan, tujuan utama demonstrasi 28 Januari adalah penyelamatan bangsa”

Treatment recommendation

Dalam berita ini, Kompas tidak menuliskan secara langsung tawaran penyelesaian mengenai masalah yang menyangkut aksi demonstrasi tersebut.

Tetapi Kompas merincikan permasalahan yang menjadi sumber masalah yang

harus diselesaikan. Kompas menuliskan pernyataan Qodari tentang kasus Century yang menjadi agenda publik yang harus diselesaikan. Berikut kutipannya:

“Menurut Qodari, berdasarkan hasil survey tersebut, saat ini masyarakat justru lebih mengetahui soal skandal Bank Century ketimbang program 100 hari masa pemerintahan…”

Untuk kesekian kali dalam penulisan berita 100 hari selalu dikaitkan dengan penyelesaian kasus hukum yang sedang berkembang akan meningkatkan kepuasan terhadap pemerintah yang sempat menurun akan dapat berubah. Sekali lagi penyelesaian kasus adalah tawaran penyelesaian dalam masalah 100 hari ini.

4. Frame berita 28 Januari 2010

Judul: Kepuasan atas Kinerja Pemerintah Turun

Kelompok Menengah yang Paling Tidak Puas

Defining problems

Kompas kembali membuat berita mengenai tinkat kepuasan terhadap kinerja pemerintah. Kompas menganggap masalah ini adalah masalah yang utama dalam 100 hari masa pemerintahan yang baru. Dan sekali lagi, adanya kasus hukum menjadi aktor dibalik ketidakpuasan masyarakat. Kompas memandang situasi politik memberikan dampak pada ketidak puasan masyarakat. Hal ini diangkat

oleh Kompas berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa lembaga

survey. Pengambilan narasumber dari lembaga survey, menyiratkan bahwa ada sebuah gambaran besar yang terjadi dikalangan masnyarakat. Hal ini bisa dilihat dari lead yang ditampilkan oleh Kompas:

“Kepuasan masyarakt atas kinerja pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono turun dibandingkan saat pemilu lalu hingga kisaran 70 persen. Penurunan kepuasan masyarakat itu terlihat dari survey yang dilakukan Litbang Kompas, Lembaga Survei Indosia, dan Indobarometer.

Kompas lebih menyoroti penurunan tingkat ketidakpuasan ini daripada posisi yang sebenarnya masih cukup tinggi. Begitu juga dengan keberhasilan-keberhasilan yang dicapai oleh pemerintah. Kompas juga menampillkan perbedaan pendapat dari dalam unsur yang sama. Munculnya narasumber dari partai Demokrat seakan menyetujui kritisi yang dilakukan terhadap pemerintah seakan mengatakan bahwa kinerja pemerintah memang buruk.

 

Diagnose causes

Kelompok menengah adalah kelompok yang paling tidak puas atas kinerja pemerintah. ketidakpuasan tersebut dipicu oleh rangakain kasus hukum seperti kasus unsur pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi dan kasus Century. Dari hasil survey tingkat kepuasan sebenarnya masih tetap tinggi yaitu berkisar 70 persen, tetapi tinkgat keberhasilan tersebut tertutupi oleh hal yang lain.

“Fungsionaris Partai Golkar, Jeffrie Geovanie mengakui tingkat kepuasan 70 persen atas kinerja Presiden masih tinggi. Namun, ketidakpuasan kelompok menegah itu harus diwaspadai.”

Dari kutipan diatas diketahui sebenarnya kepuasan atas kinerja pemerintah tetap tinggi meskipun mengalami penurunan. Penurunan itu terjadi karena hasil survey menekankan pada kasus tertentu sehingga keberhasialn yang diperoleh tidak terekspos. Kompas coba mengungkapkan adanya dominasi kasus terhadap persepsi yang muncul di kalangan masyarakat umum.

Make moral judgement

Hal yang dilakukan oleh beberpa lembaga survey tersebut merupakan bentuk kritisi masyarakat terhadap pemerintah dan ini merupakan sesuatu yang wajar. berikut kutipan dari Plt Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman. Ungkapan yang berasal dari partai pihak pemerintah itu menjadi pertanda bahwa pemerintah siap untuk dikritisi jika ada sesuatu yang buruk.

“Jika pemerintah baik itu kewajiban. Namun, kalau buruk harus dikritisi”

Adanya penekanan terhadap beberapa kasus tertentu tidak boleh dipermasalahkan, karena justru kasus tersebut yang akan mempengaruhi persepsi publik. inilah yang coba disampaikan oleh Kompas.

Treatment recommendation

Dalam berita ini, tawaran penyelesaian terhadap penilaian kinerja pemerintah adalah agar melihat secara menyeluruh atas kinerja pemerintah. jika melihat secara sempit, atau hanya melihat dari beberapa kasus akan mempengaruhi pandangan atau penilaian terhadap pemerintah. hal ini disampaikan oleh juru bicara presiden:

“Presiden sudah bersikap jelas dalam kedua kasus itu. Harusnya keberhasilan yang lain diungkapkan juga”

Penyelesaian diatas diungkapkan langsung oleh pihak pemerintah. Kompas tidak menampilkan secara jelas tawaran penyelesaian dari mereka.

5. Frame berita 29 Januari 2010

Judul: Program 100 hari

ICW: Rapor Merah Untuk Pemerantasan Korusi

Defining problem

Dalam berita ini, Kompas menganggap masalah korupsi sebagai permasalahan yang harus diberi perhatian khusus. Dalam berita ini, Kompas secara khusus memilih sebuah LSM sebagai narasumber berita. Ini menguatkan bahwa Kompas menaruh perhatian khusus pada masalah korupsi, karena LSM ini khusus menyoroti masalah korupsi.

“Indonesian Corruption Watch Indonesia menilai program 100 hari pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam bidang korupsi penuh dengan angka merah.”

Ada beberapa pernyataan Presiden yang mengindikasikan penurunan pemberantasan korupsi di Indonesia, dan pembentukan sebuah lembaga hanya

 

sebagai bentuk pelaksanaan program saja. Penempatan berita pada rubrik politik dan hukum sejalan dengan permasalah yang sedang dibahas oleh Kompas. Penilaian yang paling mendasar dalam kinerja pemerintahan dinilai dari kemampuan pemerintah dalam memberantas korupsi dari bumi Indonesia. Dari judul berita yang mengatakan bahwa rapor merah untuk pemberantasan korupsi menjadi gambaran kinerja pemerintah yang secara umum buruk dimata publik.

Diagnose causes

Sikap pemerintah yang semakin melunak dalam pemberantasan Korupsi menjadi hal yang mengkhawatirkan. Beberapa pernyataan Presiden mengindikasikan penurunan komitmen pemerintah dalam memberantas korupsi. Pemerintah menginstruksikan tugas KPK pada pencegahan dan diminta tidak melakukan penjebakan-penjebakan. Pernyataan tersebut menjadi penilaian terhadap inkonsistensi pemerintah dalam hal pemberantasan korupsi.

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam melawan mafia hukum dianggap sebagai slogan yang menitikberatkan pada efek kampanye seolah program sudah sukses. Tetapi hal yang sudah jelas bermasalh justru tidak dilakukan tindakan yang lebih serius dalam penanganannya. Pemerintah dianggap sekedar meresposn apa yang menjadi topik pembahasan tanpa ada tindakan yang lebih serius.

“…pembentukan Satgas itu sangat erat kaitannya dengan pemutaran rekaman pembicaraan telepon antara Anggodo Widjojo dan pejabat di lingkungan kepolisian serta kejaksaan. Namun, kedua institusi ini tidak disentuh”

Make Moral Judgement

Adanya indikasi penurunan tindakan pemberantasan koruspi sebagai dasar penilaian terhadap kinerja pemerintah. pemerintah seharunya meningkatkan tindakan pemberantasan, bukan penurunan. Narasumber Kompas mengutarakan:

“ICW menilai, jilid kedua pemerintahan SBY ditandai dengan melunaknya komitmen, kompromi, dan pemberantasan mafia hukum ala pemadam kebakaran serta tak ada landasan strategis upaya pemberantasan korupsi selama lima tahun ke depan”

Pemberian nilai merah terhadap kinerja pemerintah didasarkan pada kinerja pemerintah khususnya dalam pemberantasan korupsi. Program yang dilaksanakan pemerintah dalam pemberantasan korupsi yang semakin tidak jelas kemana arahnya ditandai dengan melunaknya komintmen, kompromi, dan pemberantasan mafia hukum.

Treatment Recommendation

Kompas menilai seharusnya pemerintah lebih serius lagi dalam memberantas korupsi tidak sekedar berjanji. Kepercayaan publik pada masa pemerintahan yang pertama seharusnya ditingkatkan, bukannya mengalami penurunan. Kompas dalam berita ini mengutip ungkapan Koordinator ICW, yaitu:

“…Presiden Yudhoyono harus bekerja dalam satu tahun ini, berhenti berjanji, dan jangan hanya membuat album. Supaya tahun depan masyarakat tidak bilang SBY, cukup sampai di sini.”

Pernyataan tersebut sekaligus menjadi tawaran penyelesaian secara umum kepada pemerintah. pemunculan masalah korupsi menekankan perbaikan secara khusus pada pemberantasan tidak korupsi akan mrubah nilai yang diperoleh pemerintah.

  6. Frame berita 4 februari 2010

Judul: Intruksi Untuk Pembangunan

Presiden: Keberhasilan Program 100 Hari Sebesar 99 Persen Lebih

Defining Problem

Kompas dalam berita ini menyoroti tingkat keberhasilan yang dicapai oleh pemerintah, dan tindak lanjut dari program yang telah dijalankan. Kompas melihat fokus utama pemerintah adalah untuk pembangunan. Ini dapat dilihat dari terbentuknya kelompok kerja yang membahas masalah pembangunan.

“Lebih lanjut Presiden mengatakan, sebelumnya masalah pembangunan itu dibahas secara intensif oleh enam kelompok kerja (pokja) yang dibentuk dalamrakes selama dua hari.”

Pemilihan narasumber yaitu pemerintah, menunjukkan bahwa Kompas ingin melihat laporan yang diberikan langsung oleh pemerintah, dan bagaimana tindak lanjut dari program tersebut. Bentuk tindak lanjut dari pemerintah adalah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres). Dalam berita ini permasalahan utamanya adalah proses yang akan dilakukan oleh pemerintah pasca 100 hari. Tetapi berita ini seakan sebagai pelengkap saja karena munculnya berita ini sebagai akhir dari berita 100 hari SBY-Boediono setelah dalam beberapa berita selalu menekankan

Dokumen terkait