• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Evaluasi Stabilitas Fisik Nanoemulsi Minyak Biji Delima

2. Freeze-thaw cycle

a. Stabilitas organoleptis dan pH nanoemulsi minyak biji delima.

Gambar 6. Nanoemulsi minyak biji delima (a) formula A sebelum

thaw, (b) formula A setelah 3 siklus thaw, (c) formula B sebelum freeze-thaw, (d) formula B setelah 3 siklus freeze-thaw

Hasil pengamatan organoleptis dan pH sediaan setelah melewati

pengujian stabilitas freeze-thaw pada akhir siklus ketiga tertera pada Tabel

VIII.

Tabel VIII. Data organoleptis dan pH sediaan nanoemulsi formula A dan formula B sebelum dan sesudah 3 siklus freeze-thaw

Formula A Formula B

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Warna Kuning Kuning Kuning Putih susu

Bau Khas Khas Khas Khas

Kejernihan Jernih Berkabut Jernih Keruh

Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen

Pemisahan

fase Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

pH 5,472 ± 0,026 5,441 ± 0,037 5,513 ± 0,015 5,461 ± 0,053

Pemeriksaan organoleptis formula A dengan fase minyak VCO

menunjukkan tidak adanya perubahan pada warna dan bau, namun terjadi

sedikit kekeruhan pada sediaan nanoemulsi setelah melewati 3 siklus

freeze-thaw. Hal ini disebabkan karena peningkatan ukuran droplet

sehingga kejernihan sediaan berkurang dan kekeruhannya meningkat.

Formula B dengan fase minyak MCT oil menunjukkan perubahan yang

jelas secara organoleptis setelah melewati 3 siklus freeze-thaw di mana

warna kuning sediaan nanoemulsi minyak biji delima mengalami

perubahan menjadi putih susu. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan

nanoemulsi minyak biji delima dengan fase minyak MCT oil lebih tidak

stabil dibandingkan dengan fase minyak VCO jika dilihat secara

organoleptis. Ketidakstabilan ini disebabkan karena bertambah besarnya

ukuran droplet sediaan sehingga yang tadinya berwarna kuning jernih

berubah menjadi putih susu setelah siklus ketiga.

Mekanisme utama terjadinya perbesaran ukuran droplet ini

peristiwa ketidakstabilan yang terjadi pada emulsi di mana droplet fase

dispers berukuran kecil berdifusi ke dalam droplet berukuran besar

membentuk droplet yang lebih besar. Kecepatan terjadinya Ostwald

ripening ini dipengaruhi oleh kelarutan fase minyak dalam medium dispers

sediaan (Segalowicz and Lesser, 2010). Fase minyak VCO yang

merupakan LCT memiliki kelarutan yang lebih rendah daripada MCT oil

pada medium dispers sediaan. Kandungan minyak rantai medium pada

MCT oil membuat MCT oil lebih bersifat polar dan lebih mudah terlarut

pada medium dispers yaitu akuades. Semakin panjang rantai karbon suatu

asam lemak maka sifatnya semakin nonpolar dan akan semakin tidak larut

pada medium dispers akuades yang bersifat polar. Hal ini menyebabkan

ketidakstabilan sediaan formula B lebih cepat terjadi dibandingkan formula

A. Indeks polidispersitas yang lebih besar pada formula B juga

mempengaruhi laju terjadinya Ostwald ripening. Distribusi ukuran droplet

pada formula B lebih tidak seragam daripada formula A, droplet-droplet

dengan ukuran kecil akan cenderung bergabung dengan droplet berukuran

besar membentuk droplet yang lebih besar.

Hasil pengujian pH, persen transmitan, turbiditas, viskositas, dan

ukuran droplet sebelum serta sesudah siklus ke-3 freeze-thaw formula A

Tabel IX. Data pengujian sifat fisik nanoemulsi minyak biji delima formula A sebelum dan sesudah 3 siklus freeze-thaw

Formula A p-value Sebelum Sesudah pH 5,472 ± 0,026 5,441 ± 0,037 0,488 Persen transmitan (%) 99,5 ± 0,1 99,1 ± 0,265 0,195 Turbiditas (%) 0,249 ± 0,005 0,951 ± 0,147 0,250 Viskositas (dPa.s) 0,0136 ± 0,0004 0,0142 ± 0,0005 0,059 Ukuran droplet (nm) 47,63 ± 29,09 120,67 ± 59,51 -

Tabel X. Data pengujian sifat fisik nanoemulsi minyak biji delima formula B sebelum dan sesudah 3 siklus freeze-thaw

Formula B p-value Sebelum Sesudah pH 5,513 ± 0,015 5,461 ± 0,053 0,250 Persen transmitan (%) 99,6 ± 0,06 18,43 ± 1,4 0,250 Turbiditas (%) 0,280 ± 0,057 8,183 ± 0,234 0,250 Viskositas (dPa.s) 0,0125 ± 0,0007 0,0137 ± 0,0008 0,123 Ukuran droplet (nm) 58,28 ± 33,13 509,89 ± 246,65 -

Formula A dan B tidak mengalami perubahan signifikan pada pH

setelah siklus ke-3 freeze-thaw. Hal ini menunjukkan bahwa pH sediaan

dengan fase minyak VCO maupun MCT oil stabil terhadap perubahan suhu

yang ekstrim akibat pengujian freeze-thaw.

b. Stabilitas persen transmitan nanoemulsi minyak biji delima.

Persen transmitan dapat menunjukkan kejernihan suatu sediaan.

Sediaan yang mulai keruh akan menghasilkan nilai persen transmitan yang

semakin kecil. Hasil pemeriksaan persen transmitan sebelum dan sesudah

freeze-thaw untuk formula A dan B tertera pada Tabel IX dan X. Formula

A dengan fase minyak VCO menunjukkan kestabilan persen transmitan

didapat menunjukkan tidak adanya perbedaan secara signifikan antara

sebelum dan sesudah uji freeze-thaw.

Formula B dengan fase minyak MCT oil memiliki nilai rerata

persen transmitan sebesar 99,6 ± 0,06 % sebelum melewati 3 siklus dan

18,43 ± 1,4 % setelah 3 siklus freeze-thaw. Secara statistik p-value persen

transmitan sebelum dan sesudah melewati 3 siklus freeze-thaw sebesar 0,25

yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara keduanya.

c. Stabilitas turbiditas nanoemulsi minyak biji delima.

Perubahan turbiditas sediaan nanoemulsi dapat menunjukkan

ketidakstabilan sediaan. Penampakan sediaan nanoemulsi yang semakin

keruh menunjukkan adanya perubahan turbiditas sediaan. Kekeruhan ini

terkait dengan ukuran droplet nanoemulsi yang semakin besar sehingga

penampakan sediaan tidak jernih dan mulai berkabut bahkan hingga

membentuk sediaan yang berwarna putih susu. Hasil pengujian turbiditas

sebelum dan sesudah 3 siklus freeze-thaw tertera pada Tabel IX untuk

formula A dan Tabel X untuk formula B. Kedua formula menunjukkan

tidak adanya perbedaan signifikan secara statistik antara sebelum dan

sesudah 3 siklus freeze-thaw.

d. Stabilitas viskositas nanoemulsi minyak biji delima.

Perubahan viskositas akibat adanya perbesaran ukuran droplet

pada sediaan nanoemulsi dapat terjadi setelah pengujian freeze-thaw. Hasil

pengukuran viskositas nanoemulsi minyak biji delima dengan fase minyak

sedangkan untuk nanoemulsi dengan fase minyak MCT oil tertera pada

Tabel X. Kedua formula tidak menunjukkan adanya perbedaan signifikan

setelah pengujian freeze-thaw. Viskositas nanoemulsi minyak biji delima

dengan fase minyak VCO maupun MCT oil tidak mengalami perubahan

dengan adanya pengaruh suhu yang ekstrim.

e. Stabilitas ukuran droplet nanoemulsi minyak biji delima.

Ukuran droplet fase dispers merupakan parameter penting dalam

sediaan nanoemulsi. Adanya perubahan ukuran droplet menunjukkan

ketidakstabilan nanoemulsi. Hasil pemeriksaan ukuran droplet sebelum dan

sesudah freeze-thaw tersaji dalam Tabel IX dan X. Formula A dan B

keduanya mengalami perubahan ukuran droplet setelah proses freeze-thaw

selama 3 siklus. Ukuran droplet kedua formula telah melampaui ukuran

yang dipersyaratkan sebagai nanoemulsi. Hal ini menunjukkan bahwa

kedua formula tidak stabil terhadap perubahan suhu yang ekstrim sehingga

menyebabkan terjadi perubahan ukuran droplet sediaan. Formula B dengan

fase minyak MCT oil menunjukkan perubahan ukuran yang sangat besar

setelah freeze-thaw yaitu dengan ukuran droplet mencapai rata-rata 509,89

nm, sedangkan formula A dengan fase minyak VCO ukuran droplet setelah

3 siklus freee-thaw sebesar 120,67 nm. Nanoemulsi minyak biji delima

dengan fase minyak VCO mengalami perubahan ukuran partikel yang lebih

lambat dibandingkan dengan nanoemulsi yang menggunakan MCT oil

Perubahan ukuran partikel yang semakin besar ini dikarenakan

terjadinya Ostwald ripening di mana terjadi difusi molekul dari droplet

yang kecil menjadi besar. Semakin tidak seragam ukuran droplet dalam

sediaan, maka kemungkinan terjadinya Ostwald ripening semakin besar

didukung dengan dispersi droplet ke dalam medium dispers yang semakin

mudah maka peristiwa ini lebih cepat terjadi. Hal ini dapat dicegah dengan

penambahan fase dispers kedua yang tidak larut pada medium dispers dan

dengan penambahan surfaktan polimerik (Tadros, 2005). VCO yang

merupakan minyak rantai panjang lebih tidak larut dalam medium dispers

yaitu akuades dibandingkan dengan MCT oil yang merupakan minyak

rantai menengah.

Ukuran droplet yang tidak seragam ditunjukkan dengan indeks

polidispersitas sediaan yaitu pada formula A 0,542 dan formula B 0,388

setelah 3 siklus freeze-thaw. Formula A dengan fase minyak VCO memiliki

indeks polidispersitas yang besar yang menunjukkan bahwa distribusi

ukuran droplet-nya tidak seragam, hal ini berarti bahwa droplet pada

formula A ada yang berukuran kecil dan ada yang berukuran besar dengan

selisih ukuran yang berbeda jauh. Formula B dengan fase minyak MCT oil

indeks polidispersitasnya menurun dibandingkan pada pembuatan awalnya,

ini menunjukkan bahwa ukuran droplet sediaan mulai seragam.

Keseragaman ini disebabkan karena peristiwa Ostwald ripening di mana

besar sehingga jumlah droplet berukuran kecil menjadi lebih sedikit dan

ukuran droplet yang besar menjadi banyak.

Dokumen terkait