• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.2 Fungsi-fungsi Tataniaga Yang Dilakukan

Dalam melaksanakan kegiatan tataniaga, lembaga tataniaga melakukan fungsinya masing-masing.Fungsi-fungsi ini dilakukan untuk memperlancar penyampaian slalak ke tangan konsumen akhir.Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga salak dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini.

Tabel 5.4.Fungsi-Fungsi TataniagaYang Dilakukan Oleh Masing-Masing Lembaga Tataniaga Salak di Daerah Penelitian

No. Fungsi 1. Fungsi Pertukaran

Pembelian √ √ √

3. Fungsi Fasilitas

Pembiayaan √ √ √ √

Penanggungan √ √ √

resiko

Informasi Pasar √ √ √

Sumber: Lampiran 18, 2019 Keterangan :

√ : Melakukan fungsi tataniaga – : Tidak melakukan fungsi tataniaga

Berdasarkan Tabel 5.4. diatas bahwa petani melakukan fungsi penjualan, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar. Petani menjual produksi salak kepada pedagang besar maupun pedagang pengumpul. Fungsi pembiayaan yang dilakukan petani adalah pembiayaan untuk proses produksi yaitu biaya sarana produksi (bibit, pupuk, dan pestisida), biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan peralatan. Untuk penanggungan resiko petani harus menanggung

Universitas Sumatera Utara

resiko gagal panen, harga murah/ fluktuasi harga dan permintaan salak menurun.

Untuk informasi pasar petani memerlukan informasi mengenai bagaimana cara meningkatkan hasil produksi, cara mengurangi biaya produksi dan informasi mengenai harga dan permintaan salak.

Pedagang pengumpul melakukan fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan, pengemasan, pembiayaan,penanggungan resiko dan juga informasi pasar.Fungsi pembelian dan penjualan yang dilakukan pedagang pengumpul adalah membeli hasil produksi dari petani kemudian menjualnya kepada pedagang pengecer.

Fungsi pengangkutan yang dilakukan pedagang pengumpul adalah memindahkan hasil produksi salak dari ladang petani kemudian dikumpulkan di rumah pedagang dan kemudian dilakukan pengiriman ke pedagang pengecer. Untuk pengemasan yang dilakukan yaitu setelah hasil produksi dikumpulkan maka dilakukan pengemasan, salak dimasukkan kedalam goni dan kemudian dimasukkan kedalam keranjang besar. Untuk pembiayaan seperti biaya transportasi, pengemasan, dan marketingloss.Untuk penanggungan resiko yaitu resiko harga jual rendah, biaya transportasi naik, dan banyaknya buah yang busuk/rusak. Untuk informasi pasar dibutuhkan mengenai informasi permintaan salak dan informasi harga penjualan salak.

Pedagang besarmelakukan fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, pengemasan,pembiayaan, penanggungan resiko,dan juga informasi pasar. Fungsi pembelian dan penjualan yang dilakukan pedagang besar adalah membeli hasil produksi dari petani kemudian menjualnya kepada pedagang pengecer. Fungsi pengangkutan yang dilakukan pedagang besar adalah memindahkan hasil produksi salak dari ladang petani kemudian disimpan di

Universitas Sumatera Utara

rumah pedagang dan kemudian dilakukan pengangkutan ke pedagang pengecer.

Untuk pengemasan yang dilakukan yaitu setelah hasil produksi dikumpulkan maka dilakukan pengemasan, salak dimasukkan kedalam goni. Untuk pembiayaan seperti biaya transportasi, pengemasan, tenaga kerja dan marketingloss.Untuk penanggungan resiko yaitu resiko harga jual rendah, biaya transportasi naik, biaya tenaga kerja naik dan banyaknya buah yang busuk/rusak. Untuk informasi pasar dibutuhkan informasi mengenai permintaan salak dan informasi harga penjualan salak.

Pedagang pengecer melakukan fungsi pembelian, penjualan, penyimpanan, pengangkutan, pengemasan,pembiayaan, penanggungan resiko, dan juga informasi pasar. Fungsi pembelian dan penjualan yang dilakukan pedagang pengecer adalah membeli salak dari pedagang besar maupun pedagang pengumpul kemudian menjual langsung ke konsumen. Untuk fungsi pengangkutan yang dilakukan yaitu pedagang pengecer mengangkut salak dari rumah kemudian mengecerkannya ke pasar. Untuk pengemasan yang dilakukan yaitu mengemas salak untuk dibawa kepasar dengan menggunakan goni dan menjual salak dengan menggunakan plastik maupun rajut ketika konsumen membeli salak di pasar.

Untuk pembiayaan seperti biaya transportasi, pengemasan dan marketingloss.Untuk penanggungan resiko yaitu resiko harga jual rendah dan banyaknya buah yang busuk/rusak. Untuk informasi pasar dibutuhkan informasi mengenai permintaan salak dan informasi harga penjualan salak.

Fungsi tataniaga yang dilakukan pada masing-masing lembaga dalam saluran tataniaga berbeda-beda. Pada saluran tataniaga salak I, fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani adalah fungsi penjualan, pembiayaan, penanggungan resiko

Universitas Sumatera Utara

dan informasi pasar. Pedagang besar melakukan fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, pengemasan, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar. Pedagang pengecer melakukan fungsi pembelian, penjualan, penyimpanan, pengemasan, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar.

Pada saluran tataniaga salak II, fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani adalah fungsi penjualan, pembiayaan dan penanggungan resiko. Pedagang pengumpul melakukan fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan, pengemasan, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar. Pedagang pengecer melakukan fungsi pembelian, penjualan, penyimpanan, pengemasan, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar.

Pada saluran tataniaga salak III, fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani adalah fungsi penjualan, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar.

Pedagang pengecer melakukan fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, pengemasan, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar.

5.2. Biaya, Margin dan Share MarginTataniaga Salak

Biaya dalam penelitian ini merupakan biaya tataniaga yang diperoleh dari transportasi, tenaga kerja, kemasan dan penyusutan dari setiap lembaga. Margin tataniaga merupakan harga jual dikurang dengan harga beli dari setiap lembaga, atau selisih harga yang terdapat antara petani dengan setiap lembaga hingga sampai ke konsumen. Share margin diukur dengan membandingkan harga yang

Universitas Sumatera Utara

diterima petani atau pedagang perantara salak dengan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen dikalikan 100%, dinyatakan dalam persen.

Berikut merupakan biaya tataniaga, margin tataniaga, dan share margin pada saluran tataniga salak I dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.5.Biaya Tataniaga, Margin Saluran Tataniaga Salak I

Tataniaga, dan Share MarginPada

No. Uraian Harga Share

(Rp/Kg) Margin

(%) 1. Produsen/Petani

1.Harga Jual Petani 8.000 58.18

2.Biaya 2.694 19.20

Saprodi 2.643

Penyusutan 27.7

Tenaga Kerja 23.6

3.Keuntungan 5.306 38.56

2. Pedagang Besar

Transportasi 343.76 5.97

Marketing Loss 11.21 0.19

4.Keuntungan 872.43 15.17

5.Margin Tataniaga 1.500 3. Pedagang Pengecer

1.Harga Beli 9.500

2.Harga Jual 13.750

3.Biaya 1.005 17.4

Kemasan 472.62 8.21

Transportasi 360.23 6.26

Marketing Loss 172.91 3.00

4.Keuntungan 3.245 56.43

5. MarginTataniaga 4.250 4. Harga Beli Konsumen 13.750 Sumber: Lampiran 13 dan 14 (diolah), 2019

Berdasarkan Tabel 5.5. dapat dilihat bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh saluran tataniaga yaitu Rp4.326/kg. Dengan harga 1 kg salak yang diterima petani Rp8.000/kg (58.18% dari harga yang diterima konsumen akhir).

Margintataniaga diperoleh dari selisih antara harga di tingkat petani dengan harga di tingkat konsumen, dimana harga yang diperoleh petani sebesar Rp8.000/kgsedangkan harga di tingkat konsumen sebesar Rp13.750/kg, sehingga margin tataniaga pada saluran ini sebesar Rp5.750/Kg.

Universitas Sumatera Utara

Persentase share margin produsen diperoleh dari perbandingan antara sebaran harga dengan harga di tingkat konsumen dikali dengan 100% pada saluran I, di tingkat petani, biaya produksi yang dikeluarkan petani sebesar Rp2.694/kg yang terdiri dari biaya saprodi sebesar Rp2.643/kg, penyusutan sebesar Rp27.7/kg, dan tenaga kerja sebesar Rp23.6/kg. Untukkeuntungan petani sebesar Rp5.306/kg (38.56% dari harga yang diterima konsumen akhir).

Pada tingkat pedagang besar, total biaya tataniaga yang dikeluarkan sebesarRp627.57/kg(10.9% dari harga yang diterima konsumen), dimana total biaya terdiri dari biaya kemasan sebesar Rp58.6/kg, tenaga kerja sebesar Rp214/kg, transportasi Rp343.76/kg dan marketing loss sebesar Rp11.21/kg.

Untuk keuntungan diperoleh sebesar Rp872.43/kg (15.17% dari harga yang diterima konsumen). Margin tataniaga yang terbentuk antara produsen dan pedagang besar adalah sebesar Rp1.500/kg.

Pada tingkat pedagang pengecer, untuk biaya tataniaga yang dikeluarkan sebesar Rp1.005/kg (17.4% dari harga yang diterima konsumen), dimana biaya terdiri dari biaya kemasan sebesar Rp472.62/kg, transportasi sebesar Rp360.23/kg, dan marketing loss sebesar Rp172.91/kg. Untuk keuntungan sebesar Rp3.245/kg(56.43% dari harga yang diterima konsumen). Margin tataniaga yang terbentuk antara pedagang besar dan pedagang pengecer adalah sebesar Rp4.250/kg.

Berikut merupakan biaya tataniaga, margin tataniaga, dan share margin pada saluran tataniaga salak II dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.6.Biaya Tataniaga, Margin Tataniaga, Dan Share Margin Pada Saluran Tataniaga Salak II

No. Uraian Harga

3.Keuntungan 5.306 33.13

2. Pedagang Pengumpul

1.Harga Beli 8000

2.Harga Jual 11.000

3.Biaya 1.469 18.36

Kemasan 200 2.5

Transportasi 1.252 15.6

Marketing Loss 16.90 0.21

4.Keuntungan 1.531 19.13

5. MarginTataniaga 3.000

3. Pedagang Pengecer

1. Harga Beli 11.000

2. Harga Jual 16.000

3. Biaya 905.5 11.31

Kemasan 340 4.25

Transportasi 454.5 5.68

Marketing loss 111 1.38

4. Keuntungan 4.094.5 51.18

5. Margin Tataniaga 5.000

3. Konsumen 16.000

Sumber: Lampiran 15 dan 16 (diolah), 2019

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh salurantataniaga yaitu Rp5.068/kg. Dengan harga 1 kg salak yang diterima petani Rp8.000/kg (50% dari harga yang diterima konsumen akhir).

Harga yang diperoleh petani sebesar Rp8.000/Kg sedangkan harga di tingkat pedagang konsumen sebesar Rp16.000/kg, sehingga margintataniaga pada saluran ini sebesar Rp8.000/Kg.

Universitas Sumatera Utara

Pada tingkat petani, biaya produksi yang dikeluarkan petani sebesar Rp2.694/kg yang terdiri dari biaya saprodi sebesar Rp2.643/kg, penyusutan sebesar Rp27.7/kg, dan tenaga kerja sebesar Rp23.6/kg. Untukkeuntungan petani sebesar Rp5.306/kg(33.13% dari harga yang diterima konsumen akhir).

Pada tingkat pedagang pengumpul, untukbiaya tataniaga yang dikeluarkan sebesarRp1.469/kg (14.42% dari harga yang diterima konsumen akhir)yang terdiri dari biaya kemasan sebesar Rp200/kg, transportasi Rp1.252/kg dan marketing loss sebesar Rp16.90/kg.Untukkeuntungan diperoleh sebesar Rp1.531/kg (19.13% dari harga yang diterima konsumen akhir). Margin tataniaga yang terbentuk antara produsen dan pedagang pengumpul adalah sebesar Rp3.000/kg

Pada tingkat pedagang pengecer, untuk biaya tataniaga yang dikeluarkan sebesar Rp905.5/kg (11.31% dari harga yang diterima konsumen), dimana biaya terdiri dari biaya kemasan sebesar Rp340/kg, transportasi sebesar Rp454.5/kg, dan marketing loss sebesar Rp111/kg. Untukkeuntungan sebesar Rp4.094,5/kg(51.18% dari harga yang diterima konsumen). Margin tataniaga yang terbentuk antara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer adalah sebesar Rp5.000/kg

Berikut merupakan biaya tataniaga, margin tataniaga, dan share margin pada saluran tataniaga salak III dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.7.Biaya Tataniaga, Margin Tataniaga, Dan Share Margin Pada Saluran Tataniaga Salak III

No. Uraian Harga Share

2. Pedagang Pengecer

1.Harga Beli 9.000

2.Harga Jual 12.000

3.Biaya 968 32.26

Kemasan 411 13.7

Transportasi 443 14.7

Marketing Loss 114 3.8

4. Keuntungan 2.032 67.73

5. MarginTataniaga 3.000 3. Harga Beli Konsumen 12.000 Sumber: Lampiran 17 (diolah), 2019

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh salurantataniaga yaitu Rp3.662/kg. Dengan harga 1 kg salak yang diterima petani Rp9.000/kg (75% dari harga yang diterima konsumen).

Harga yang diperoleh petani sebesar Rp9.000/Kg sedangkan harga di tingkat pedagang konsumen sebesar Rp12.000/kg, sehingga margintataniaga pada saluran ini sebesar Rp3.000/Kg.

Pada tingkat petani, biaya produksi yang dikeluarkan petani sebesar Rp2.694/kg yang terdiri dari biaya saprodi sebesar Rp2.643/kg, penyusutan sebesar Rp27.7/kg, dan tenaga kerja sebesar Rp23.6/kg. Untukkeuntungan petani sebesar Rp6.306/kg (52.51% dari harga yang diterima konsumen akhir).

Universitas Sumatera Utara

Pada tingkat pedagang pengecer, untuk biaya tataniaga yang dikeluarkan sebesarRp968/kg(32.26% dari harga yang diterima konsumen akhir), dimana biaya terdiri dari biaya kemasan sebesar Rp411/kg, transportasi Rp443/kg dan marketing loss sebesar Rp114/kg. Untukkeuntungan diperoleh sebesar Rp2.032/kg (67.73% dari harga yang diterima konsumen akhir).

Dari keseluruhan saluran tataniaga salak (I,II, dan III) harga beli pada tingkat konsumen berbeda-beda. Pada saluran tataniaga I harga jual sebesar Rp13.750/kg, saluran II sebesar Rp16.000/kg dan saluran tataniaga III sebesar Rp12.000/kg. Hal ini disebabkanoleh panjang atau pendeknya saluran tataniaga tersebut, semakin panjang saluran tataniaga yang dilewati menyebabkan perbandingan harga di petani dan harga di konsumen sangat besar, semakin panjang saluran tataniaga akan mengakibatkanbiaya tataniaga semakin besar, jika biaya tataniaga besar maka harga salak pada konsumen akhir akan meningkat.

Tabel 5.8.Rekapitulasi Biaya Tataniaga, Margin Tataniaga, Dan Share Margin Pada Saluran Tataniaga Salak

Saluran Lembaga Biaya

Tataniaga

Pedagang Pengecer 1.005 4.250 56.43

II Produsen/Petani 2.694 8.000 50

Pedagang Pengumpul 1.469 3.000 19.13

Pedagang Pengecer 905.5 5.000 51.18

III Produsen/Petani 2.694 3.000 75

Pedagang Pengecer 968 3.000 67.73

Sumber: Lampiran 12,13,14,15,16 dan 17 (diolah), 2019

Berdasarkan Tabel 5.8. diatas dapat dilihat dari saluran tataniaga I, total biaya tataniaga sebesar Rp4.326/kg dan total margin tataniaga sebesar Rp11.500/kg.

Untuk tingkat petani, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp2.694/kg,

Universitas Sumatera Utara

margintataniaga sebesar Rp5.750/kg dan share margin sebesar 58.18%. Untuk tingkat pedagang besar biaya yang dikeluarkan sebesar Rp626.57/kg, margin tataniaga sebesar Rp1.500/kg dan share margin sebesar 15.17%. Untuk tingkat pedagang pengecer, biaya tataniaga sebesar Rp1.005/kg, margin tataniagasebesar Rp4.250/kg dan share margin sebesar 56.43%.

Pada saluran II, total biaya tataniaga sebesar Rp5.068/kg total margin tataniaga sebesar Rp16.000/kg. Untuk tingkat petani, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp2.694/kg, margin tataniaga sebesar Rp8.000/kg dan share margin sebesar 50%.

Untuk tingkat pedagang pengumpul biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1.469%, margin tataniaga sebesar Rp3.000/kg dan share margin sebesar 19.13%. Untuk tingkat pedagang pengecer, biaya tataniaga sebesar Rp905.5/kg, margin tataniagasebesar Rp5.000/kg dan share margin sebesar 51.18%.

Pada saluran III, total biaya tataniaga sebesar Rp3.662/kg total margin tataniaga sebesar Rp6.000/kg. Untuk tingkat petani, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp2.694/kg, margin tataniaga sebesar Rp3.000/kg dan share margin sebesar 75%.

Untuk tingkat pedagang pengecer, biaya tataniaga sebesar Rp968/kg, margin tataniagasebesar Rp3.000/kg dan share margin sebesar 67.73%.

Dari keseluruhan saluran tataniaga dapat dikatakan bahwa, biaya tataniaga terkecil terdapat pada saluran tataniaga III (sebesar Rp3.662/kg) dan terbesar pada saluran tataniaga II (sebesar Rp5.072,5/kg), margin tataniaga terkecil terdapat pada saluran tataniaga III (sebesar Rp6.000/kg) dan terbesar pada saluran tataniaga II (sebesar Rp16.000/kg), share margin tataniga terbesar terdapat pada saluran tataniaga III (sebesar 75%) dan terkecil pada saluran tataniaga II (sebesar 50%).

Universitas Sumatera Utara

5.3. Tingkat Efesiensi Saluran Tataniaga Salak

Efisiensi tataniaga dapat tercapai jika sistem tersebut dapat memberikan kepuasan pihak-pihak yang terlibat yaitu produsen, konsumen akhir dan lembaga-lembaga pemasaran. Sistem tataniaga yang efisien akan tercipta apabila seluruh lembaga tataniaga yang terlibat dalam kegiatan memperoleh kepuasan dengan aktivitas tataniagatersebut.

Efisiensi tataniaga dapat dilihat dengan membandingkan besarnya keuntungan petani dan seluruh pedagang perantara yang terlibat dengan seluruh biaya produksi serta ongkos tataniaga yang dikeluarkan oleh petani dan ongkos tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang perantara. Efisiensi tataniaga salak dapat dilihat pada Tabel 5.9 berikut:

Tabel 5.9.Efisiensi Tataniaga Salak di Daerah Penelitian Saluran Keuntungan

Sumber: Lampiran 12,13,14,15,16 dan 17 (diolah), 2019

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa, seluruh saluran tataniaga salak di daerah penelitian efisien (e > 1) dan saluran tataniaga III dapat dikatakanlebih efisien dibandingkan dengan saluran tataniaga I dan II karena memiliki nilai efisiensi lebih besar. Saluran tataniaga

Universitas Sumatera Utara

III merupakan saluran tataniaga terpendek dari saluran tataniaga I dan II.

Selain itu efisiensi tataniaga juga dapat dilihat dari biaya, margin tataniaga dan share margin. Tataniaga dikatakan efisien jika biaya tataniaga dapat ditekankan/semurah-murahnya, persentase perbedaan harga (margin) yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalutinggi dan apabila semakin rendah persentase margin tataniaga, maka farmer’s share akan semakin tinggi.

Apabila farmer’s share < 50%maka tataniaga belum efisien dan apabila farmer’s share> 50% dikatakan efisien.

Biaya tataniaga terkecil terdapat pada saluran tataniaga III (sebesar Rp3.662/kg), margin tataniaga terkecil terdapat pada saluran tataniaga III (sebesar Rp6.000/kg), dan farmer’s shareterbesar pada saluran tataniaga III (sebesar 75%). Jadi dapat dikatakan bahwa saluran tataniaga III adalah saluran tataniaga yang paling efisien.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Saluran Tataniaga Salak di Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo terdiri dari 3 saluran yaitu:

Saluran I: Petani – Pedagang Besar – Pedagang Pengecer – Konsumen Saluran II: Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer - Konsumen Saluran III: Petani – Pedagang Pengecer – Konsumen

2. Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga adalah fungsi Pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik(pengangkutan, pengemasan, penyimpanan) dan fungsi fasilitas (penanggungan resikodan juga informasi pasar).

3. Biaya tataniaga terkecil terdapat pada saluran tataniaga III dan terbesar pada saluran tataniaga II, margin tataniaga terkecil terdapat pada saluran tataniaga III dan terbesar pada saluran tataniaga II, share margin tataniaga terbesar terdapat pada saluran tataniaga III dan terkecil pada saluran tataniaga II.

4. Saluran tataniaga salak di daerah penelitian (saluran tataniaga I, II, dan III) tergolong efisien. Saluran tataniaga III lebih efisien dibandingkan dengan saluran tataniaga I dan II.

6.2. Saran

Adapun saran dari penelitian ini sebagai berikut:

59

Universitas Sumatera Utara

1. Petani salak diharapkan dapat menjaga kualitas dan kuantitas produksi salak agar dapat meningkatkan harga jual dan pendapatan, selain itu petani juga diharapkan dapat mengetahui informasi pasar mengenai pemasaran salak.

2. Pemerintah diharapkan dapat mengawasi kegiatan tataniaga salak agar lebih efisien lagi dan diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada petani mengenai cara-cara memasarkan dan strategi pengembangan pemasaran hasil produksi.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan agar meneliti mengenai strategi pengembangan pemasaran salak dan strategi pengolahan salak untukdapat meningkatkan nilai ekonomis salak tersebut.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Adnany, Z. 2008. Sistem Tataniaga Komoditi Salak Pondoh Di Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Agromedia, R. 2007. Budi Daya Salak. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Anarsis, W. 2009. Agribisnis Komoditas Salak. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Asmarantaka, R.A. 2013. Analisa Tataniaga Kelapa Sawit Di Desa Tanjung Jaya Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Karo Dalam Angka 2016. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Medan.

Cahyono, B. 2002. Wortel (Teknik Budi Daya Analisis Usaha Tani). Kanisius.

Yogyakarta.

Dewi, A. 2014. Analisis Tataniaga Salak Pondoh Di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. 2016. Luas Panen, Produktivitas, Dan Produksi Salak Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016. Dinas Pertanian Sumatera Utara. Medan.

Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Karo, 2016. Produksi Buah Salak (ton) Per Kecamatan Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 – 2015. Karo.

Fisriza, A. 2012. Analisis Tataniaga Cabai Merah Keriting di Kota Padang (Studi Kasus Pasar Raya Padang). Universitas Andalas. Padang.

Gumilar, R. 2008. Analisis Pemasaran Salak (Kasus Di Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat).

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hanafie, R. 2010. Pengantar Ilmu Pertanian. Penerbit C.V Andi Offset (Penerbit Andi). Yogyakarta.

Hartitianingtias, C.W, Sutrisno, J., dan Setyowati. 201. Analisis Efisiensi Pemasaran Kedelai Di Kabupaten Grobogan. Universitas Sebelas Maret.

Surakarta.

Haryanto dan Priyatno, E. 2018. Potensi Buah Salak Sebagai Suplemen Obat Dan Pangan. Muhammadiyah University Press. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Universitas Sumatera Utara

Masyuliana. 2017. Hubungan Tataniaga Dengan Efisiensi Tataniaga Cabai Merah (Capsicum annum SP.). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mubyarto, 1973. Pengantar Ilmu Pertanian Edisi Pertama, Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.

Rukmana, R. 1999. Salak (Prospek Agribisnis dan Teknik Usaha Tani). Kanisius.

Yogyakarta.

Sihombing, H. S. 2010. Analisis Sistem Tata niaga Nenas Bogor (Studi Kasus:

Di D Desa Cipelang, Kecamatan Cijerruk, Kabupaten Bogor). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soetomo, M. 2001. Teknik Bertanam Salak. Penerbit Sinar Baru Algensindo.

Bandung.

Sudiadnyana, K.H. 2015. Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Komoditas Anggur Di Desa Banyupoh Kecamatan Gerokgak Tahun 2014.

Universitas Pendidikan Ganesha. Bali.

Sujarweni, V. W. 2014. Metodologi Penelitian (Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami). Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Sunarjono, H. 2005. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Sunyoto, D. 2014. Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran (Konsep, Strategi dan Kasus). CAPS (Center of Academic Publishing Service). Yogyakarta.

Surbakti, S. 2018. Analisis Tataniaga Jambu Biji (Psidium Guajava L.) (Studi Kasus: Desa Tanjung Anom, Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang).

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Widaningsih, N. Hidayat, M. I dan Musair, M. 2013. Analisis Pendapatan Usaha Tani Salak Bali (Sallacca Edulis Reinw) Di Desa Batu Nindan Kecamatan Basarang. Universitas Islam Kalimantan. Kalimantan.

Yolanda, D. O. 2014. Analisis Tataniaga Jeruk Siam Di Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Dolok Selatan. Universitas Andalas.

Padang.

Universitas Sumatera Utara

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS TATANIAGA SALAK (Salacca zalacca)

(StudiKasus: DesaKutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo)

KUESIONER UNTUK PETANI

No. Sampel:

I. KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

1. Nama :

2. No. HP :

3. Umur : tahun

4. Jenis Kelamin :

5. Suku :

6. Pendidikan : 7. Mata Pencaharian

a. Utama : Rp b. Sampingan: Rp

8. Lama Bertani : Tahun 9. Lama Usahatani: Tahun 10. Luas Lahan : ha 11. Status Kepemilikan lahan

a. Sewa

b. Milik Sendiri

12. Pola Usahatani: a. Monokultur b. Polikultur c. Lainnya…..

II. BIAYA PRODUKSI 1. BIAYA TETAP a. Peralatan

Universitas Sumatera Utara

No Jenis Peralatan

Jumlah (unit)

Harga Satuan (Rp)

Tahun Pembelian

Umur Tahan Pakai (tahun)

2. BIAYA VARIABEL a. Biaya Input

No Nama Input Penggunaan (kg/musim)

Nilai pembelian

(Rp/...)

Total Biaya

1 Bibit 2 Pupuk

3 Obat-obatan

Universitas Sumatera Utara

1. TK dalam Keluarga a. Pengolahan Tanah b. Penanaman c. Pemeliharaan

- Pemangkasan - Penyiangan - Pemupukan - Pengendalian

hama dan penyakit - Pembungkusan

Buah

Orang

2. TK luarkeluarga a. Pengolahan Tanah b. Penanaman c. Pemeliharaan

- Pemangkasan - Penyiangan - Pemupukan - Pengendalian

hama dan penyakit - Pembungkusan

Buah

Orang

III. PANEN DAN PASCA PANEN

a. Pada umur berapa tanaman sudah dapat di panen?

b. Pada saat panen, berapa banyak hasil panen yang rusak/busuk?

Universitas Sumatera Utara

(Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)

V. PEMASARAN SALAK

1. Apakah produksi anda langsung dijual dalam satu hari ?

a. Ya b. Tidak

2. Kemana saja Anda menjual salak? Nama:

a. Pedagang pengumpul b. Pedagang besar c. Pedagang pengecer d. Konsumen 3. Jika Anda melakukan penyimpanan salak, dimana Anda menyimpannya dan bagaimana

cara Anda menyimpannya?

4. Apakah Anda mengetahui harga pasar salak? a. ya b. tidak

5. Jika jawabannya ya, maka dari mana Anda biasanya mengetahui harga tersebut?

a. Pasar

b. Surat kabar/radio c. Majalah

d. Lainnya, sebutkan...

6. Berapa harga tersebut?

7. Pernahkah Anda mendapatkan penyuluhan mengenai budidaya salak dan cara memasarkannya?

a. Pernah b. Tidak pernah

8. Jika jawaban pernah, siapa/pihak mana yang memberikan penyuluhan tersebut ? a. Pihak PPL b. Aparat pemerintah desa

Universitas Sumatera Utara

Tabel Penjualan Komoditi Salak

FUNGSI-FUNGSI TATANIAGA YANG DILAKUKAN SETIAP LEMBAGA TATANIAGA SALAK 9. Informasi Pasar

Responden

( )

Universitas Sumatera Utara

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS TATANIAGA SALAK (Salacca zalacca)

(StudiKasus: DesaKutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo)

KUESIONER UNTUK PEDAGANG

1. PENGUMPUL (I/II/III/IV/V/VI/VII) 2. BESAR (I/II/III/IV/V/VI/VII)

I. Identitas Pedagang Sampel

1. Nama :

2. No. HP :

3. Alamat :

4. Umur : tahun

5. Pendidikan : 6. Pekerjaan Utama : 7. Pekerjaan sampingan :

8. Lama Berdagang : tahun

II. Kegiatan Pembelian Salak Oleh Pedagang No. Tanggal

Pembelian

Sumber Pembelian

Jumlah Pembelian

(Kg)

Harga Beli (Rp/Kg)

Tempat Pembelian

Universitas Sumatera Utara

III. Pemasaran Salak

Tabel Penjualan Salak oleh Pedagang No Tanggal

Tabel Penjualan Salak oleh Pedagang No Tanggal

Dokumen terkait