• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TATANIAGA SALAK (Salacca zalacca) (Kasus: Desa Kutambaru, Kec. Tiganderket, Kab. Karo) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS TATANIAGA SALAK (Salacca zalacca) (Kasus: Desa Kutambaru, Kec. Tiganderket, Kab. Karo) SKRIPSI"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

MAYA LESTARI SITORUS 150304047

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

(2)

SKRIPSI

MAYA LESTARI SITORUS 150304047

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

(3)

Universitas Sumatera Utara

(4)

Universitas Sumatera Utara

(5)

ABSTRAK

Maya Lestari Sitorus (150304047/Agribisnis) dengan judul skripsi “Analisis Tataniaga Salak (Salacca zalacca) (Kasus: Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Siti Khadijah H. Nasution, S.P, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Panjang pendeknya saluran tataniaga menyebabkan adanya perbedaan harga yang sangat besar antara petani dan konsumen. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan mengetahui bagaimana saluran tataniaga salak, fungsi-fungsi yang dilakukan tiap lembaga tataniaga, biaya, margin tataniaga, share margin dan untuk menganalisis efisiensi saluran tataniaga salak di daerah penelitian. Metode penentuan daerah dilakukan secara perposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Simpel Random Sampling dengan sampel petani sebanyak 35 sampel. Untuk lembaga tataniaga ditentukan dengan metode snowball sampling dimana terdapat 1 pedagang pengumpul, 4 pedagang besar dan 6 pedagang pengecer. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menjelaskan saluran dan fungsi-fungsi yang dilakukan setiap lembaga tataniaga salak, analisis biaya, margin, share margin dan analisis efisiensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran tataniaga di daerah penelitian, yaitu: petani – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen, petani – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsumen, petani – pedagang pengecer – konsumen. Fungsi-fungsi yang dilakukan setiap lembaga tataniaga salak adalah fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, pengemasan, pembiayaan, penanggungan resiko, informasi pasar.

Saluran tataniaga salak di daerah penelitian sudah efisien (E > 1).

Kata Kunci: tataniaga, biaya, share margin, efisiensi, salak

i

Universitas Sumatera Utara

(6)

ABSTRACT

Maya Lestari Sitorus (150304047/agribusiness) entitled "Analysis of Salak (Salacca zalacca) Trading (case: Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo)". This research was guided by Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si as the Chairman of the Supervising Commission and Ibu Siti Khadijah H. Nasution, S. P, M.Si as a member of the Supervising Commission.

The short length of the trading channel leads to a huge price difference between farmers and consumers. The purpose of this research is to describe the Salak trading channel, the functions performed by each agency of trading, the cost, the trading margin, the share margin and to analyzing the efficiency agency of trading by each area. The method of determining the area is performed by perposive sampling. Sampling is done by Simple Random Sampling method using 35 farmers as samples. For the institution involved determined by the method of Snowball Sampling where, there are 1 samples of collecting merchant, 4 samples of wholesaler, and 6 samples of retailer

.

The data analysis method used is descriptive analysis to analyze the pattern of salak trading channel in the research area, the functions performed by each salak trading agency, the analysis of cost, the margin, share margin and the analysis of the efficiency of the trading.

The results concluded that there are three trading channels in research area, namely: Farmers – Wholesalers – retailers – consumers, farmers – collectors – retailers – consumers, farmers – retailers – consumers. The functions performed by each agency of trading are the functions of buying, selling, transporting, storing, packing, financing, risk-keeping, and market information. Salak trading channel in the research area has been efficient (E > 1).

Keywords: trading, cost, share margin, efficiency, Salak

ii

Universitas Sumatera Utara

(7)

RIWAYAT HIDUP

Maya Lestari Sitorus, lahir pada tanggal 09 Aril 1997 di Ofa Padang Mahondang sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Khairuddin Sitorus dan Almh. Ibu Nurhayani.

Pendidikan yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Tahun 2003 masuk Sekolah Dasar Negeri 010125 (SD) Ofa Padang Mahondang dan lulus pada tahun 2009.

2. Tahun 2009 masuk Sekolah Madrasah Tsanawiyah (Mts) Al-Manaar Pulau Rakyat dan lulus pada tahun 2012

3. Tahun 2012 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kisaran dan lulus pada tahun 2015.

4. Tahun 2015 masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur SNM-PTN di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama masa perkuliahan antara lain sebagai berikut:

1. Melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bulan Juli-Agustus tahun 2018 di Desa Perupuk, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara

2. Melakukan penelitian skripsi bulan April tahun 2019 di Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara

iii

Universitas Sumatera Utara

(8)

3. Sekretaris Umum UKM KOMPAS-USU (Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup – Universitas Sumatera Utara) tahun 2019

iv

Universitas Sumatera Utara

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tataniaga Salak (Salacca zalacca) (Kasus: Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo) dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Khairuddin Sitorus dan Ibunda Almh.

Nurhayani, Kakak, Abang, Adik, dan seluruh keluarga besar dirumah yang telah memberikan banyak perhatian, kasih sayang, motivasi, nasehat, doa, serta dukungan baik dukungan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

2. Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si selaku ketua komisi pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan nasehat, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Siti Khadijah H Nasution, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan nasehat, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan Bapak Dr. Rulianda Purnomo Wibowo, SP., M.Ec. selaku dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang bersedia menguji saya dan memberikan kritik dan saran dalam sidang meja hijau penulis yang dilaksanakan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

v

Universitas Sumatera Utara

(10)

5. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak kemudahan selama mengikuti masa perkuliahan.

6. Ir. M. Jufri, M. Si. selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak kemudahan selama mengikuti masa perkuliahan.

7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu seluruh proses administrasi.

8. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penulisan skripsi penulis di Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data dalam penulisan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terkasih Banyu Kencana, yaitu Sinta Awalisa Sinaga, Evakesumawardani, Andre Purba, Rican Feri Sirait, Kevin Josua Tambunan, Rio Afandi, M. Hafiz, M. Rian Syahputra, Chairul Zall, Abdul Rachmad, Firda Amalia dan Keluarga Besar KOMPAS-USU yang selalu memberi semangat, dukungan, saran, dan nasihat kepada penulis.

10. Sahabat-sahabat Praktek Kerja Lapangan (PKL) Desa Perupuk, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batubara, yaitu Dwi Ridho Savitri, Asih Karimah, Julianti, M. Zaky Arshan, M. Afandi yang selalu memberi semangat, dukungan, saran, dan nasihat kepada penulis.

11. Sahabat-sahabat kuliah yaitu Junika Indriani, Desi Aryanti, Nuraini, Indri Wahyuni, Rizki Majaya, Nyak Kiki, Ridho Ardiansyah, Rizky Fauziah, Lufti Marhamzah, M. Arif serta teman-teman seperjuangan Agribisnis 2015 yang selalu memberikan motivasi, meluangkan waktu dan pemikiran kepada penulis selama masa perkuliahan sampai penulisan skripsi.

vi

Universitas Sumatera Utara

(11)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, Agustus 2019

Penulis

vii

Universitas Sumatera Utara

(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 11.1. ... Lat ar Belakang ... 1

11.2. ... Ide ntifikasi Masalah ... 7

11.3. ... Tu juan Penelitian ... 8

11.4. ... Ke gunaan Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Agronomi Salak ... 10

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Salak ... 13

2.3. Prospek Agribisnis Tanaman Salak ... 15

2.4. Landasan Teori ... 16

2.4.1. Teori Tataniaga ... 16

2.4.2. Saluran Dan Lembaga Tataniaga ... 18

2.4.3. Biaya dan Margin Tataniaga ... 21

2.4.4. Efisiensi Tataniaga ... 22

2.5. Penelitian Terdahulu ... 24

2.6. Kerangka Pemikiran... 25

2.7. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 28

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 28

3.2.1. Produsen (Petani Salak) ... 28

3.2.2. Pedagang Perantara ... 29

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4. Metode Analisis Data ... 30

Universitas Sumatera Utara

(13)

3.5. Definisi Dan Batasan Operasional ... 33

3.5.1. Definisi ... 33

viii 3.5.2. Batasan Operasional ... 35

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 36

4.1.1 Letak Geografis ... 36

4.1.2 Demografi ... 36

4.1.2.1 Jumlah Penduduk ... 36

4.1.2.2 Mata Pencaharian Penduduk ... 37

4.1.3 Sarana Dan Prasarana ... 38

4.1.3.1 Pendidikan ... 38

4.1.3.2 Fasilitas Kesehatan ... 38

4.2. Karakteristik Petani Sampel ... 39

4.3. Karakteristik Pedagang Besar ... 39

4.4. Karakteristik Pedagang Pengumpul... 40

4.5. Karakteristik Pedagang Pengecer ... 40

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Saluran dan Fungsi- fungsi Tataniaga ... 41

5.1.1 Saluran Tataniaga Salak di Daerah Penelitian ... 41

5.1.2 Fungsi-fungsi Tataniaga Yang Dilakukan ... 45

5.2. Biaya, Margin, Share Margin Tataniaga Salak ... 46

5.3. Efisiensi Saluran Tataniaga Salak ... 53

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 56

6.2. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix

Universitas Sumatera Utara

(14)

No. Uraian Hal.

1.1 Produksi Buah-Buahan menurut Jenis Tanaman (ton) di Sumatera 3 Utara Tahun 2012 – 2016

1.2 Produktivitas, dan Produksi Salak Per Kabupaten/Kota di Provinsi 5 Sumatera Utara Tahun 2016

1.3 Produksi Buah Salak (ton) Per Kecamatan Kabupaten Karo Provinsi 6 Sumatera Utara Tahun 2013 – 2015

2.1 Kandungan gizi dalam tiap 100 gram buah salak segar 17 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Kutambaru 38

Tahun 2018

4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Desa 38 Kutambaru Tahun 2018

4.3 Tingkat Pendidikan Desa Kutambaru Tahun 2018 39 4.4 Fasilitas Kesehatan Desa Kutambaru Tahun 2018 39 4.5 Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian 40 4.6 Karakteristik Pedagang Besar di Daerah Penelitian 40 4.7 Karakteristik Pedagang Pengumpul di Daerah Penelitian 41 4.8 Karakteristik Pedagang Pengecer di Daerah Penelitian 41 5.1 Rata-rata Volume Pembelian dan Penjualan Serta Harga Beli dan 42

Harga Jual Masing-masing Lembaga Tataniaga Pada Saluran Tataniaga Salak I

5.2 Rata-rata Volume Pembelian dan Penjualan Serta Harga Beli dan 43 Harga Jual Masing-masing Lembaga Tataniaga Pada Saluran

Tataniaga Salak II

5.3 Rata-rata Volume Pembelian dan Penjualan Serta Harga Beli dan 44 Harga Jual Masing-masing Lembaga Tataniaga Pada Saluran

Tataniaga Salak III

5.4 Fungsi-Fungsi Tataniaga Yang Dilakukan Oleh Masing-Masing 45 Lembaga Tataniaga Salak di Daerah Penelitian

5.5 Biaya Tataniaga, Margin Tataniaga, dan Share Margin Pada 47 Saluran Tataniaga Salak I

5.6 Biaya Tataniaga, Margin Tataniaga, Dan Share Margin Pada 49 Saluran Tataniaga Salak II

5.7 Biaya Tataniaga, Margin Tataniaga, Dan Share Margin Pada 51 Saluran Tataniaga Salak III

5.8 Rekapitulasi Biaya Tataniaga, Margin Tataniaga, Dan Share 52 Margin Pada Saluran Tataniaga Salak

5.9 Efisiensi Tataniaga Salak di Daerah Penelitian 54

x Universitas Sumatera Utara

(15)

No. Uraian Hal.

2.1 Kerangka Pemikiran 28

5.1 Saluran Tataniaga Salak Di Desa Kutambaru Kecamatan 42 Tiganderket Kabupaten Karo

xi

Universitas Sumatera Utara

(16)

No. Uraian 1 Karakteristik Petani Salak di Daerah Penelitian

2 Karakteristik Pedagang Pengumpul di Daerah Penelitian 3 Karakteristik Pedagang Pengumpul di Daerah Penelitian 4 Karakteristik Pedagang Pengecer di Daerah Penelitian

5 Biaya Penggunaan Bibit Usahatani Salak di Daerah Penelitian

6 Biaya Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Salak di Daerah Penelitian Tahun 2018

7 Biaya Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Salak di Daerah Penelitian Tahun 2018

8 Biaya Tenaga Kerja Pada Usahatani Salak di Daerah Penelitian Tahun 2018 9 Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Salak di Daerah Penelitian

Tahun 2018

10 Total Biaya Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Salak di Daerah Penelitian Tahun 2018

11 Total Biaya Produksi Salak di Daerah Penelitian Tahun 2018 12 Pendapatan Petani Salak di Daerah Penelitian Tahun 2018

13 Volume Pembelian dan Biaya Tataniaga Salak Pedagang Besar Pada Saluran I

14 Volume Pembelian dan Biaya Tataniaga Salak Pedagang Pengecer Pada Saluran I

15 Volume Pembelian dan Biaya Tataniaga Salak Pedagang Pengumpul Pada Saluran II

16 Volume Pembelian dan Biaya Tataniaga Salak Pedagang Pengecer Pada Saluran II

17 Volume Pembelian dan Biaya Tataniaga Pedagang Pengecer Pada Saluran III

18 Fungsi-Fungsi TataniagaYang Dilakukan Oleh Masing-Masing Lembaga Tataniaga Salak di Daerah Penelitian

xii

Universitas Sumatera Utara

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris, sehingga sektor pertanian merupakansektor yang penting dalam struktur perekonomian Indonesia termasuk dalammenciptakan kemandirian keuangan. Sektor pertanian memiliki peran sangatpenting, antara lain dianggap mampu menyerap banyak tenaga kerja, sebagaipendukung sektor industri, meningkatkan pendapatan masyarakat tani,menyediakan bahan pangan, dan menghasilkan devisa bagi Negara (Gumilar, 2008).

Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, dan subsektor perikanan. Subsektor hortikultura terdiri dari komoditas buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan nasional di masa depan.

Komoditas buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yangmemiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia.Buah- buahan adalah salah satu jenis hortikultura yang mempunyai dayatarik tersendiri.

Buah mempunyai rasa yang segar dan khas, yaitu perpaduan dariberbagai macam rasa dengan komposisi yang tepat, sehinggga banyakdigunakan sebagai pemicu selera makan (appetizer) dan sebagai jus. Selain itu,buah juga memiliki aroma dan warna spesifik, yang menjadi ciri khas bagi setiapjenis.Sebagai bahan pangan, buah mempunyai keunggulan tersendiridibandingkan dengan bahan pangan lainnya (Adnany, 2008).

1 Universitas Sumatera Utara

(18)

Pengembangan hortikultura juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan diversifikasi produk pertanian yang pada akhirnya menambah pangsa pasar dan daya saing, sehingga dapat lebih menguntungkan bagi para pelaku agribisnis skala kecil dan menengah, serta pelaku agribisnis pada umumnya.Saat ini komoditas tanaman hortikultura yaitu buah-buahan telah menjadi komoditas dalam perdagangan Internasional.Meningkatnya permintaan pasar luar negeri terhadap buah-buahan Indonesia belum semuanya dapat terpenuhi oleh produksi dalam negeri.Selain permintaan domestik, peluang ekspor ke pasar internasional untuk komoditas buah-buahan cukup besar (Sihombing, 2010).

Sebagai negara tropis, Indonesia kayaakan buah–buahan yang merupakan salahsatu tanaman hortikultura yang pantas untukdipertimbangkan. Salah satu komoditasbuah–buahan yang dapat dikembangkan diIndonesia adalah tanaman buah salak.Salakmerupakan salah satu buah–buahan asliIndonesia yang menguntungkan dari segiusahatani dan juga bisa menjadi komoditiyang menarik untuk dikembangkan, sebagaikomoditi untuk memenuhi kebutuhan dalamnegeri maupun ekspor. Sebenarnya tanamansalak tidak hanya menguntungkan darianalisis usaha tani saja, tapi juga dari sudutpemanfaatan lahan dan pengamananlingkungan(Anarsis, 2009).

Komoditas tanaman buah-buahan mempunyai andil besar terhadap kesehatan manusia, karena di dalam buah-buahan banyak terkandung vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh. Di sektor lain buah-buahan juga berperan dalammeningkatkan pendapatan petani. Salah satu komoditas hortikultura yang memiliki potensi untuk dikembangkan secara komersial dan berorientasi agribisnis adalah salak (Widaningsihet al , 2013).

Universitas Sumatera Utara

(19)

Bertanam salak mempunyai prospek masa depan yang cerah karena permintaan buah salak yang semakin meningkat. Beberapa faktor yang memacu meningkatnya permintaan buah salak adalah sebagai berikut: buah salak sangat digemari anak-anak sampai orangtua karena bila matang rasanya manis sedikit sepet dengan aroma khas buah daging yang lunak, yang disebut “masir”. Hal ini memberikan rasa lezat dan menyegarkan bagi yang menikmatinya. Rasa lezat ini khas tidak terdapat pada buah jenis lainnya. Keistimewaan rasa inilah yang menarik dan menimbulkan minat dan ketagihan bagi orang yang pernah merasakannya (Soetomo, 2001).

Berikut data produksi buah-buahan menurut jenis tanaman (ton) di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012-2016 yang dilampirkan pada Tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel 1.1.Produksi Buah-Buahan menurut Jenis Tanaman (ton) Di Sumatera Utara Tahun 2012 – 2016

No. Jenis Tanaman 2012 2013 2014 2015 2016

1 Alpukat 7 954 8 574 10 319 11 832 14 105

2 Jeruk 362 250 334 019 513 858 483 006 467 746

3 Mangga 35 470 34 548 31 378 32 173 21 499

4 Rambutan 26 908 27 799 28 325 24 953 17 801

5 Duku/Langsat 32 713 19 562 16 715 13 868 12 326

6 Durian 102 767 79 994 80 441 65 530 74 811

7 Jambu Biji 19 861 15 071 12 661 8 806 10 049

8 Sawo 9 397 9 291 8 601 7 389 9 002

9 Pepaya 31 658 27 757 26 238 26 305 20 235

10 Pisang 363 061 342 297 298 910 139 541 137 886 11 Nenas 262 089 228 136 237 581 223 128 163 504 12 Salak 350 011 244 446 354 087 192 585 118 619

13 Manggis 13 182 12 336 10 870 7 947 7 325

14 Nangka/Cempedak 6 443 14 876 12 818 11 018 10 253

15 Sirsak 1 066 1 098 960 954 1 107

16 Belimbing 7 245 5 204 2 941 4 028 3 453

Sumber: BPS Sumatera Utara Dalam Angka, 2016

Dari Tabel 1.1 diatas dapat dilihat jenis tanaman produksi buah-buahan menurut jenis tanaman (ton) di Sumatera Utara Tahun 2012 – 2016. Diketahui bahwa

Universitas Sumatera Utara

(20)

komoditi salakmerupakan salah satu komoditi buah-buahan yang produksinya tertinggi di Sumatera Utara.

Berikut data luas panen, produktivitas, dan produksi salak per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016 yang dilampirkan pada Tabel 1.2 dibawah ini:

Universitas Sumatera Utara

(21)

Tabel 1.2.Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Salak PerKabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

Jumlah No Kabupaten/Kota Tanaman Luas

Produktivitas Produksi

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2016

Dari Tabel 1.2 diatas dapat dilihat luas panen, produktivitas, dan produksi salak per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2016. Diketahui bahwa Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra produksi komoditi salak tertinggi di

Menghasilk Panen

(Kw/Ha) (Ton) an (Pohon) (Ha)

1. Nias 877 0,4 271,38 11,9

2. Madina 1.100 0,6 625,45 34,4

3. Tapanuli Selatan 5.033.056 2.516,5 25,52 6.423,3

4. Tapanuli Tengah 6.550 3,3 73,28 24,0

5. Tapanuli Utara 37.318 18,7 423,01 789,3

6. Toba Samosir 200 0,1 780,00 7,8

7. Labuhan Batu - - - -

8. Asahan 33.859 16,9 73,89 125,1

9. Simalungun 1.414 0,7 417,26 29,5

10 Dairi 550 0,3 225,45 6,2

11. Tanah Karo 26.950 13,5 391,39 527,4

12. Deli Serdang 109.100 54,6 334,26 1.823,4

13. Langkat 12.538 6,3 432,65 270,6

14. Nias Selatan 695 0,3 218,71 7,6

7,6 Humbang Hasundatan 115.750 57,9 78,06 451,8

16. Pakpak Barat - - - -

17. Samosir 150 0,1 426,67 3,2

18. Serdang Bedagai 216 0,1 370,37 4,0

19. Batu Bara 36 0,00 333,33 0,6

20. Paluta - - - -

21. Padang Lawas 2.020 1,0 128,71 13,0

22. Labuhan Selatan 100 0,1 240,00 1,2

23. Labuhan Utara - - - -

24. Nias Utara 500 0,3 180,00 4,5

25. Nias Barat 113 0,1 123,89 0,7

26. Tanjung Balai - - - -

27. Pematang Siantar 23 0,0 434,78 0,5

28. Tebing Tinggi - - - -

29. Medan 1.126 0,6 229,33 12,9

30. Binjai 95 0,0 442,11 2,1

31. Padang Sidempuan 133.954 67,0 164,89 1.104,4

32. Gunung Sitoli - - - -

Jumlah 5.403.140 2.701,6 43,23 11.679,4

Universitas Sumatera Utara

(22)

Sumatera Utara dengan jumlah produksi sebesar 527,4 ton dan produktivitas sebesar 391,39 Kw/Ha dengan luas panen 13,5 Ha dan tanaman menghasilkan 26.950 pohon.

Berikut data produksi buah salak (ton) per kecamatan Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 - 2015 yang dilampirkan pada Tabel 1.3 dibawah ini:

Tabel 1.3.Produksi Buah Salak (ton) Per Kecamatan Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 – 2015

No. Kecamatan Produksi Salak (Ton)

1 Mardingding 0,0

2 Laubaleng 0,0

3 Tigabinanga 0,0

4 Juhar 0,0

5 Munte 0,0

6 Kutabuluh 20,4

7 Payung 98,0

8 Tiganderket 200,7

9 Simpang Empat 0,0

10 Naman Teran 0,0

11 Merdeka 0,0

12 Kabanjahe 0,0

13 Berastagi 0,0

14 Tigapanah 0,0

15 Dolat Rayat 0,0

16 Merek 0,0

17 Barusjahe 0,0

Jumlah/Total 2015 2014

2013

Sumber: Dinas Pertanian Dan Perkebunan Kabupaten Karo, 2016

319,1 177,0 0,0

Dari Tabel 1.3 diatas dapat dilihat bahwa produksi komoditi salak per Kecamatan di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara tahun 2016.Diketahui bahwa Kecamatan Tiganderket merupakan sentra produksi komoditi salak tertinggi di Kabupaten Karo dengan jumlah produksi sebesar 200,7ton.

Universitas Sumatera Utara

(23)

Pengembangan suatu komoditas pertanian dari aspek ekonomi sangat tergantung pada tingkat pendapatan dan kelayakan usaha. Dukungan sistem pemasaran yang lancar dan dengan margin tataniaga yang bagus, akan sangat memacu petani agar berusaha lebih baik. Usaha perbaikan dibidang tataniaga memegang peranan penting karena usaha peningkatan produksi saja tidak mampu untuk meningkatkan pendapatan petani bila tidak didukung dan dihubungkan dengan situasi pasar.

Tingginya biaya tataniaga akan berpengaruh terhadap harga eceran/harga konsumen dan harga di tingkat petani (Yolanda, 2014).

Tataniaga adalah salah satu syarat mutlak pembangunan pertanian. Tanpa adanya pemasaran hasil pertanian maka pertanian tidak dapat berkembang, sama halnya dengan salak yang merupakan salah satu komoditi unggulan yang banyak dibudidayakan di Desa Kutambaru dan juga merupakan sentra produksi terbesar salak di Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo.Panjangnya saluran tataniaga salak yang dilewati menyebabkan perbandingan harga di petani dan harga di konsumen sangat besar. Maka, semakin panjang saluran tataniaga salakakan meningkatkan harga di konsumen.Dalam hal ini dapat dilihat perbandingan tingkat efisiensi dari masing-masing saluran tataniaga. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menganalisis tataniaga salak untuk mengetahui bagaimana saluran tataniaga dan efisiensi atau tidaknya saluran tataniaga salak di desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo.

1.2. Indetifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yangditeliti adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

(24)

1. Bagaimana saluran tataniaga dan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga salak di daerah penelitian?

2. Bagaimana biaya tataniaga, margintataniaga, dan share margin yang diterima oleh masing-masing saluran tataniaga salak di daerah penelitian?

3. Bagaimana tingkat efisiensi saluran tataniaga salak di daerah penelitian ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui saluran tataniaga dan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga salak di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui biaya tataniaga, margin tataniaga, dan share margin yang diterima oleh masing-masing saluran tataniaga salak di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui tingkat efisiensi saluran tataniaga salak di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi pelaku usahatani salak dalam memasarkan dan mengembangkan hasil usahataninya untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan.

2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah untuk membuat keputusan guna untuk perbaikan dan peningkatan proses tataniaga salak sebagai upaya peningkatan kesejahteraan petani.

Universitas Sumatera Utara

(25)

3. Sebagai bahan informasi dan referensi mengenai saluran tataniaga dan efisiensi tataniaga salak baik untuk kepentingan akedemis maupun ekonomisnya.

Universitas Sumatera Utara

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Agronomi Salak

Tanaman salak memiliki banyak kerabat yang tumbuh liar di hutan. Dari seluruh jenis salak tersebut, ada beberapa yang buahnya tidak layak dikonsumsi langsung karena rasanya sangat sepat dan kandungan gulanya sedikit. Salak yang demikian umumnya dimanfaatkan untuk membuat manisan dan asinan, serta jarang di konsumsi sebagai buah segar. Salak yang dikonsumsi segar antaranya salak pondoh, salak bali, dan beberapa salak unggul lainnya (Agromedia, 2007).

Menurut Rukmana (1999) kedudukan tanaman salak dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Monocotyledinae (biji berkeping satu) Ordo : Palmae (Palmales)

Famili : Palmaceae Genus : Salacca

Spesies : Salacca zalacca, S. multiflora, S. affinis, S. sumatrana, S.

magnifica, S. glanbrescens, S. sarawakensis, S. dubia, S.flabellata, S. minuta, S. dransfieldiana, S. vermiculata, dan S. wallichiana.

Tanaman salak berakar serabut yang menjalar mendatar dibawah permukaan tanah, letak perakarannya dangkal, penyebarannya tidak jauh atau luas sehingga

10 Universitas Sumatera Utara

(27)

cepat berpengaruh bila terjadi kekeringan serta mudah roboh bila di terpa angin kencang. Akar-akar yang muda atau baru akan muncul di pangkal pelepah di atas permukaan tanah setelah akar-akar yang tua kurang berfungsi. Akar-akar yang baru muncul tersebut sebaiknya ditimbun dengan tanah, perlakuan ini sangat berperan di dalam mempertahankan kebugaran pertumbuhan tanaman. Dari perlakuan tersebut akan membuat tanaman tetap awet muda dan produksi yang dihasilkan akan tetap stabil. Pekerjaan ini merupakan salah satu bagian dari pekejaan peremajaan tanaman salak (Anarsis, 2009).

Tanaman salak tumbuh merumpun, berbatang sangat pendek, tertutup oleh pelepah-pelepah daun, dan seluruh permukaan tanaman ditutupi duri-duri yang tajam. Siklus hidup tanaman salak tahunan (perennial), tanaman salak tidak pernah tua atau di sebut “Tua-tua salak, jika rebah tanaman muda akan kembali dan berproduksi”. Hal ini menunjukkan bahwa bila tanaman salak sudah berumur tua dan produksinya menurun dapat diremajakan kembali dengan cara direbahkan, kemudian dipangkas untuk menumbuhkan tunas-tunas atau tanaman baru (Rukmana, 1999).

Pelepah daun tersusun roset dan berduri-duri. Pada pangkal pelepah duri-duri ini sangat rapat dan panjang, makin keujung duri-duri ini akan semakin jarang dan makin pendek. Bagian pangkal pelepah bentuknya agak segitiga dan makin ke tengah akan membulat tetapi ke arah ujung akan segitiga lagi. Warna pangkal pelepah umumnya abu-abu kecoklatan karena di tutupi oleh rambut-rambut yang sangat halus, tetapi ada juga yang hijau terutama pada tanaman yang tempatnya terbuka dan mendapatkan penyinaran banyak. Pelepah daun ini berfungsi sebagai

Universitas Sumatera Utara

(28)

penyanggah buah yang muncul di ketiaknya atau diatasnya. Panjang pelepah daun antara 2,5 – 7 m tergantung kepada jenis dan varietas salak (Anarsis, 2009).

Daun salak terdiri dari tulang daun, lidah daun dan anak daun serta ujung daun.

Tulang daun panjangnya sampai 75 cm. Lidah daun teletak di bagian samping tulang daun dengan lebar sampai 8 cm. Anak daun berjumlah antara 24-26 helai pada setiap setengah pelepah daun dan tersusun dalam 7-9 kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas 2-4 anak daun. Helai anak daun berbentuk pedang, setiap anak daun memiliki satu ibu tulang daun. Pada bagian ujung pelepah terdapat anak daun yang merupakan gabungan dari beberapa anak daun sebelah kiri dan kanan pelepah. Daun berwarna hijau sampai hijau tua dan dibagian bawah permukaan daun berwarna keputih-putihan seperti lapisan lilin. Ukuran daun dan letak susunan anak daun pada pelepah serta bentuk daun yang bergabung di ujung pelepah dapat dijadikan dasar untuk membedakan beberapa jenis salak (Anarsis, 2009).

Menurut Sunarjono (2005), bunga salak ada tiga macam, yaitu bunga betina,jantan, dan campuran (sempurna), dimana bunga jantan terbungkus olehseludang (spandex) dengan tangkai panjang sedangkan bunga betinaterbungkus oleh seludang dengan tangkai pendek. Tongkol bunga jantanmemiliki panjang 50 – 100 cm, terdiri atas 4 – 12 bulir silindris yang masing-masingpanjangnya antara 7 – 15 cm, dengan banyak bunga kemerahan terletakdi ketiak sisik-sisik yang tersusun rapat, sedangkan tongkol bunga betinapanjangnya antara 20 – 30 cm, bertangkai panjang, terdiri atas satu sampai tigabulir yang panjangnya mencapai 10 cm.

Universitas Sumatera Utara

(29)

Buah salak bentuknya bulat atau bulat telur terbalik dengan ujung runcing. Buah terangkai rapat dalam tandan yang muncul dari ketiak-ketiak pelepah daun. Kulit buah tersusun dari sisik-sisik tipis, berwarna cokelat kekuning-kuningan sampai cokelat kehitam-hitaman. Daging buahnya tebal, berwarna putih atau putih kekuning-kuningan sampai kuning kecokelat-cokelatan dan tidak berserat. Butir buah tersusun dalam tandan (dompolan). Jumlah butir buah tiap tandan bervariasi, tergantung pada jenis atau varietas salak (Rukmana, 1999).

Biji salak berkeping satu. Lembaga biji terletak di bagian dasar biji dan khalasanya di bagian ujung. Dalam buah salak umumnya terdapat 1-3 biji, kadang-kadang ada juga yang berbiji 4. Waktu masih muda bijik salak lunak, berwarna putih, kemudian menjadi cokelat muda dan akhirnya berwarna cokelat tua dan keras. Biji salak lembaganya terbuka dan hampir tidak memiliki masa dorman. Biji salak dapat langsung berkecambah jika diletakkan di tempat yang gelap dan lembab. Bentuk biji bersisi tiga dengan punggung biji agak bulat (Anarsis, 2009).

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Salak

Sistem penanaman buah salak umumnya dilakukan dengan sederhana karena tidak memerlukan lahan yang khusus, yang penting dilakukan pemupukan yang teratur, menanam dengan anakan agar mutu buah seragam, jarak antar tanam yang tepat, selalu dilakukan pengurangan jumlah buah, pengendalian terhadap hama dan penyakit, memotong daun-daun yang rimbun termasuk pohon naungan. Jika perawatan tanaman salak dilakukan dengan benar maka akan meningkatkan kualitas buah salak (Haryanto dan Priyatno, 2018).

Universitas Sumatera Utara

(30)

Tanaman salak dapat ditanam didataran rendah sampai ketinggian 900 mdpl, baik pada tanah yang rata maupun yang berbukit-bukit. Ketinggian tempat berpengaruh sekali terhadap pertumbuhan dan produksinya karena banyaknya sinar matahari yang di perlukannya. Tanaman salak menghendaki sinar matahari yang cukup secara tidak langsung. Oleh karena itu tanaman yang salak yang di tanam di dataran rendah memerlukan tanaman pelindung dari sinar matahariyang terik. Bila tidak, pertumbuhannya bisa terganggu seperti tanaman menjadi layu, terutama pada musim kemarau. Di daerah pegunungan, tanaman salak tidak memerlukan tanaman pelindung yang rapat atau sama sekali tidak memerlukan tanaman pelindung karena sinar mataharinya tidak terlalu terik. Pohon pelindung yang baik ialah pohon yang daunnya lekas membusuk. Bila telah gugur dan tertimbun di tanah, lalu menjadi humus yang mudah terurai menjadi unsur hara tanaman yang mudah diserap oleh akar tanaman salak. Dengan demikian pertumbuhan tanaman menjadi subur dan produktif (Soetomo, 2001).

Untuk tumbuh, idealnya tanaman salak menghendaki tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung humus. Salak juga akan tumbuh baik pada tanah berlempung dan banyak mengandung pasir. Tanaman salak memerlukan air yang cukup, tetapi tidak tahan dengan air yang tergenang dalam waktu lama. Di dataran rendah salak akan sangat baik tumbuh pada daerah yang permukaan air tanahnya tidak dalam, maksudnya air tanah dapat terjangkau ujung akar. Hal ini dapat dilihat dengan memperhatikan kedalaman air sumur dari permukaan tanah, biasanya berkisar antara 2-3 m dari permukaan tanah. Jika tidak terpenuhi kondisi ini maka kebutuhan air dapat dipenuhi melalui curah hujan atau penanaman pohon

Universitas Sumatera Utara

(31)

pelindung yang rindang yang dapat mengurangi intensitas penyinaran dan menjaga kelembaban kebun serta membantu mempertahankan air (Anarsis, 2009).

2.3. Prospek Agribisnis Tanaman Salak

Secara garis besar sedikitnya ada empat prospek yang dapat dijelaskan dari penanaman salak, pertama ditinjau dari sudut usaha tani yang mengharapkan produksi buah, kedua dari prospek pemasaran yang terbuka luas, ketiga dari prospek pengembangan program wisata dengan memanfaatkan musim berbuahnya yang terus menerus, dan keempat ditinjau dari sudut konservasi dan pengawetan tanah dan hutan alam. Jika dilihat dari sudut usaha tani yang mengharapkan produksi, penanaman salak ini jelas menguntungkan. Sudah banyak penjelasan terdahulu yang mengemukakan tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki dan keuntungan yang didapat dalam mengusahakan tanaman salak. Salah satunya dalam pemanfaatan lahan yang optimal dan berbuahnya tanpa musim (Anarsis, 2009).

Salak merupakan salah satu jenis tanaman buah tropis asli Indonesia. Hal ini tercermin dari ragam varietas salak yang dapat dijumpai di hampir semua provinsi di wilayah Indonesia. Dewasa ini orientasi pemasaran produksi salak masih dominan di pasar dalam negeri. Namun, berbagai kalangan mulai mempromosikan salak ke pasar Internasional (ekspor). Asosiasi pemasaran Hortikultura (Asperti) sejak tahun 1994 mempromosikan salak ke Arab Saudi, Belanda, Jerman, Malaysia, Singapura. Nilai ekonomi dan sosial salak cukup tinggi, karena harga jualnya mahal, digemari oleh masyarakat, dan kandungan gizinya tinggi. Buah salak umumnya dikonsumsi segar dengan rasa manis sedikit masam sampai sepat, tergantung pada varietas dan tingkat kemasakannya (Rukmana, 1999).

Universitas Sumatera Utara

(32)

Menurut Rukmana (1999) terdapat kandungan gizi dalam tiap 100 gram buah salak segar, seperti pada Tabel 2.1 dibawah ini:

No. Kandungan Gizi Proporsi (banyaknya)

1 Kalori 77,00 kal

2 Protein 0,40 g

3 Karbohidrat 20,90 g

4 Kalsium 28,00 mg

5 Fosfor 18,00 mg

6 Zat Besi 4,20 mg

7 Vitamin B1 0,04 mg

8 Vitamin C 2,00 mg

9 Air 78,00 mg

10 Bagian dapat dimakan 50 %

Sumber: Buku Salak (Prospek Agribisnis dan Teknik Usaha Tani, 1999)

Penelitian aspek sosial ekonomi komoditas salak masih terbatas pada penentuan skala usaha tani. Dibeberapa sentrum produksi salak, seperti Bali, Yogyakarta, dan lain-lain, komoditas salak menjadi sumber pendapatan petani dan daerah.

Peluang pemasaran salak makin terbuka lebar (luas), baik dipasar dalam negeri (domestik) maupun sasaran ekspor. Misalanya produksi salak Jawa Timur dipasarkan untuk memenuhi permintaan pasar di Malang, Surabaya, Mujekerto, Kediri, Jember, Gresik, Banyuwangi dan sebagian kecil di Pulau Bali. Peluang pasar ekspor salak diantaranya Jerman, Belanda, Filipina, Singapura, Hongkong, Jepang dan Amerika Serikat.

2.4. Landasan Teori 2.4.1 Teori Tataniaga

Menurut Kotler (2002) dalam Asmarantaka (2013), tataniaga adalah suatu proses sosial yang yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Universitas Sumatera Utara

(33)

Tataniaga merupakan kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dan/atau jasa dari produsen ke konsumen. Pemasaran juga dapat diartikan sebagai proses sosial dan manajerial yang dalam hal ini individu atau kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginannya dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain. Proses pemasaran yang sesungguhnya adalah mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan ini, menetapkan program promosi dan kebijakan harga, serta menerapkan sistem distribusi untuk menyampaikan barang dan/atau jasa kepada pelanggan dan konsumen (Hanafie, 2010).

Tataniaga pertanian merupakan salah satu sub-sitem dari sistem agribisnis yaitu sub-sistem sarana produksi pertanian, usahatani (produksi primer), tataniaga dan pengolahan hasil pertanian dan sub-sistem penunjang (penelitian, penyuluhan, pembiayaan, kebijakan tataniaga).Pelaksanaan aktivitas tataniaga merupakan faktor penentu efisiensi dan efektivitas dari pelaksanaan sistem agribisnis.

Sementara itu dari aspek manajemen tataniaga merupakan suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernialai dengan pihak lain (Asmarantaka, 2013).

Tataniaga merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa fungsi, yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.Rangkaian fungsi tersebut merupakan aktivitas bisnis yang bertujuan untuk meningkatkan atau menciptakan nilai (value added process)meliputi nilai guna bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan(Dewi, 2014).

Universitas Sumatera Utara

(34)

Menurut Suhardi Sigit (1992) dalam buku Sunyoto (2014), fungsi-fungsi pemasaran dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Fungsi Pertukaran

Fungsi pemasaran jenis pertukaran meliputi fungsi pembelian dan penjualan.

Yang dimaksud pembelian (buying) ialah proses atau kegiatan yang mendorong untuk mencari penjual. Sedangkan penjualan atau selliing adalah refleksi daripada pembelian, merupakan lawan daripada pembelian. Di dalam pembelian dan penjualan itu terjadi saling mendekati, melakukan tawar- menawar, berunding, membentuk harga dan penyerahan hak milik.

2. Fungsi Penyediaan Fisik

Fungsi pemasaran jenis penyediaan fisik meliputi transportasi dan pegudangan (storage). Pengertian transportasi adalah kegiatan atau proses pemindahan barang dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dan fungsi pemasaran dari pegudangan yaitu melakukan kegiatan penyimpanan barang sejak selesai diproduksi atau dibeli sampai saat dipakai atau dijual di masa yang akan datang.

3. Fungsi Fasilitas

Fungsi pemasaran jenis fasiltas meliputi standarisasi, pembelanjaan (financing), penanggungan resiko (risk bearing) dan penerangan pasar (market information).

2.4.2 Saluran dan Lembaga Tataniaga

Lembaga tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dengan mana barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen. Istilah lembaga tataniaga ini termasuk produsen, pedagang

Universitas Sumatera Utara

(35)

perantara dan lembaga pemberi jasa. Keberadaan lembaga – lembaga tataniaga dimulai ketika produk dihasilkan oleh produsen primer hingga suatu produk siap dikonsumsi oleh konsumen (Asmarantaka, 2013).

Lembaga tataniaga mempunyai peranan dalam menjembatani kesenjangan- kesenjangan yang ada antara titik produsen dan titik konsumen, yang menyangkut kesenjangan karena waktu, bentuk, pemilikan, informasi dan nilai.Lembaga atau perantara tataniaga dapat dibagi ke dalam dua golongan, yaitu pedagang perantara dan agen perantara.Golongan yang pertama menguasai dan memiliki barang, sedangkan golongan yang kedua menguasai tetapi tidak memiliki barang dagangan (Fisriza, 2012).

Keberadaan lembaga-lembaga tataniaga ini menguntungkan, karena memudahkan petani dalam memasarkan produknya. Namun, keberadaan lembaga pemasaran ini juga sangat mempengaruhi tingkat harga jual di pasaran (yang dibayar oleh konsumen) maupun di hargadi tingkat petani (yang diterima oleh petani).

Pemasaran yang melibatkan banyak lembaga tataniaga menyebabkan terbentuknya mata rantai pemasaran yang panjang dari petani produsen ke konsumen. Kondisi ini tidak menguntungkan, karena harga jual di pasaran menjadi terlalu tinggi dan harga jual di tingkat petani terlalu rendah. Akibatnya, kedua belah pihak (petani produsen dan konsumen) mengalami kerugian, pendapatan petani menjadi rendah dan konsumen harus membayar lebih tinggi.

Dengan rantai pemasaran yang lebih pendek, petani dapat menjual dengan harga lebih tinggi, sehingga pendapatannya pun lebih tinggi. Di sisi lain, tingkat harga jual yang ditawarkan ke konsumen lebih rendah (layak), sehingga meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

(36)

daya beli konsumen. Program pemasaran yang pendek juga akan mempercepat proses pemasaran hasil (Cahyono, 2002).

Menurut Nasruddin (1999) dalam Fisriza (2012), saluran tataniaga adalah jalur yang dilalui komoditas dari titik produsen sampai titik konsumen akhir. Dengan mengikuti saluran tataniaga dapat diketahui: jumlah produk yang dijual petani kepada tengkulak atau langsung ke konsumen akhir atau ke pedagang besar, peranan dari pelaku tataniaga termasuk peranan petani dan tempat terjadinya informasi. Panjang pendeknya saluran tataniaga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: jarak produsen – konsumen, cepat lambatnya produk rusak,skala produksi, posisi keuangan perusahaan,derajat standardisasi, kemewahan produk, nilai unit dari produk, bentuk pemakaian produkdan struktur pasar.

Glend (1982) dalam Surbakti (2018), mendefinisikan saluran tataniaga sebagai kelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Fungsi utama dari saluran tataniaga ialah menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Terdapat berbagai macam saluran tataniaga:

1. Produsen - Konsumen, bentuk saluran pemasaran ini merupakan yang paling pendek dan sederhana karena tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual produk langsung ke konsumen. Saluran biasa distribusi pemasaran langsung.

2. Produsen – Pengecer - Konsumen, dalam saluran ini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang pengecer. Pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.

Universitas Sumatera Utara

(37)

3. Produsen – Pedagang Besar – Pedagang Pengecer - Konsumen, saluran distribusi ini bayak digunakan yang dinamakan saluran distribusi tradisional.

Disini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar saja, tidak kepada pedagang pengecer saja. Pembelian pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.

4. Produsen – Agen - Pedagang Pengecer - Konsumen, dalam saluran ini produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualnya ditujukan kepada pedagang pengecer besar.

5. Produsen – Agen - Pedagang Besar - Pedagang Pengecer - Konsuen, dalam saluran ini produsen menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya ke pedagang besar yang kemudian menjualnya ke toko kecil.

2.4.3 Biaya dan Margin Tataniaga

Istilah biaya tataniaga dalam tataniaga komoditi pertanian mencakup jumlahpengeluaran yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yangberhubungan dengan penjualan hasil produksi dan jumlah pengeluaran olehlembaga tataniaga (badan perantara). Dengan kata lain, biaya tataniagapertanian adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam proses penyampaiankomoditi pertanian mulai dari titik produsen hingga titik konsumen (Limbong danSitorus (1987) dalam Adnany, 2018).

Biaya tataniaga suatu macam produk biasanya diukur secara kasar dengan margin dan spread. Margin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayarkan kepada penjual pertama dan harga yang

Universitas Sumatera Utara

(38)

dibayarkan oleh pembeli terakhir. Istilah spread digunakan untuk menunjukkan jumlah uang yang diperlukan untuk menutupi biaya barang-barang diantara dua tingkat pasar, misalnya antara pasar lokal dan pasar grosir atau antara pasar grosir dan pasar eceran (Hanafiah dan Saefuddin (1986) dalam Masyuliana, 2017).

Margintataniaga dapat dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksana tataniaga sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir. Hal tersebut disebabkan semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat menyebabkan semakin besar perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani. Apabila semakin besar margintataniaga ini akan menyebabkan harga yang diterima petani produsen menjadi semakin kecil dan semakin mengindikasikan sebagai system pemasaran yang tidak efisien (Sudiadnyana, 2015).

2.4.4 Efisiensi Tataniaga

Efisiensi sistem tataniaga merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran. Efisiensi pemasaran/tataniaga dapat tercapai jika sistem tersebut dapat memberikan kepuasan pihak-pihak yang terlibat yaitu produsen, konsumen akhir dan lembaga-lembaga pemasaran. Sistem tataniaga yang efisien akan tercipta apabila seluruh lembaga tataniaga yang terlibat dalam kegiatan memperoleh kepuasan dengan aktivitas tataniaga tersebut. Penurunan biaya input dari pelaksanaan pekerjaan tertentu tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan output barang dan jasa, menunjukkan efisiensi. Setiap fungsi kegiatan tataniaga memerlukan biaya yang selanjutnya diperhitungkan ke dalam harga produk.

Lembaga tataniaga menaikkan harga persatuan kepada konsumen atau menekan

Universitas Sumatera Utara

(39)

harga pada tingkat produsen. Dengan demikian efisiensi tataniaga perlu dilakukan melalui penurunan biaya tataniaga (Sihombing, 2010).

Efisiensi suatu sistem tataniaga diukur dari kepuasan konsumen, produsen maupun lembaga-lembaga yang terlibat dalam mengalirkan suatu produk dari produsen primer (petani) hingga sampai ke tangan konsumen. Terdapat perbedaan pengertian efisiensi tataniaga di mata konsumen dan produsen. Produsen mengganggap suatu sistem tataniaga yang efisien adalah jika penjualan produknya mampu mendatangkan keuntungan yang tinggi bagi si produsen, sementara di mata konsumen suatu sistem tataniaga dinilai efisien jika konsumen bisa mendapatkan suatu produk dengan harga yang rendah. Dalam menentukan tingkat kepuasan dari para lembaga/pelaku tataniaga sangatlah sulit dan sifatnya relatif (Asmarantaka, 2013).

Sistem tataniaga dikatakan efisien jika memenuhi dua syarat, yaitu mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen ke konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu membagi secara adil keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada beberapa pihak yang berperan dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut (Mubyarto, 1973).

Menurut Soekartawi (2002)dalam Surbakti (2018), tataniaga yang efisien adalah jika biaya pemasaran lebih rendah daripada nilai produk yang dipasarkan. Adapun kriteria efisiensi tataniaga adalah sebagai berikut:

Efisiensi tataniaga tidak terjadi jika:

1. Biaya pemasaran semakin besar.

2. Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar.

Universitas Sumatera Utara

(40)

Efisiensi tataniaga akan terjadi jika:

1. Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan tataniaga dapat lebih tinggi.

2. Persentase perbedaan harga (margin) yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.

Efisiensi tataniaga secara ekonomis digunakan untuk mengetahui saluran tataniaga yang efisien secara ekonomis. Apabila semakin rendah persentase margin tataniaga, maka farmer’s share akan semakin tinggi. Apabila farmer’s share< 50% maka tataniaga belum efisien dan apabila farmer’s share> 50% maka tataniaga dapat dikatakan efisien (Hartitianingtiaset al,2015).

2.5. Penelitian Terdahulu

Masyuliana (2017) dengan judul Hubungan Saluran Tataniaga Dengan Efisiensi Tataniaga Cabai Merah (Capsium annum SP.) (Studi Kasus: Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, /Kabupaten Karo. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran tataniaga di daerah penelitian yaitu: petani – pedagang pengecer – konsumen, petani – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen, petani – pedagang besar – pedagang pengecer – pedagang pengecer lokal – konsumen.

Margin pemasaran terendah terdapat pada saluran pertama dan marginpemasaran tertinggi terdapat pada saluran ketiga. Saluran tataniaga di daerah penelitian sudah efisien (Ep > 50 %). Ada keterkaitan antara saluran tataniaga dengan efisiensi tataniaga cabai merah di daerah penelitian dengan nilai keeratan hubungan sebesar 81,6 %.

Universitas Sumatera Utara

(41)

Adnany(2004) dengan judul Sistem Tataniaga Komoditi SalakPondohDi Kabupaten Banjarnegara,Propinsi Jawa Tengah dengan menggunakan Menggunakan model indeks keterpaduan pasar atau indeks of marketconnection (IMC) dengan pendekatan model Autoregressive Distribution Lag.

Terjadinyaketerpaduan harga antara satu tingkat lembaga tataniaga dengan tingkatlembaga tataniaga yang lain atau antara satu pasar dengan pasar lain.

Polasaluran tataniaga salak pondoh yang dapat dikatakan paling efisien adalah pola saluran tataniaga salak pondoh dalam pulau Jawa di luar Jawa Tengah,khususnya pola saluran 6. Hal ini dapat dilihat bahwa pola saluran tataniagasalak pondoh dalam pulau Jawa di luar Jawa Tengah memiliki volumepemasaran yang paling besar dibandingkan dengan pola saluran tataniaga lain.

Asmarantaka (2013) dengan judul Analisa Tataniaga Kelapa Sawit Di Desa Tanjung Jaya Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Berdasarkan analisa sistem tataniaga disimpulkan bahwa saluran tataniaga yang melalui agen perantara lebih efisien.Saluran tataniaga ini yang sebaiknya digunakan oleh petani di Desa Tanjung Jaya. Alternatif lain yang diterapkan petani adalah meningkatkan kualitas TBS, melakukan kemitraan dengan agen perantara, pedagang pengumpul, dan pabrik pengolahan, menjaga kualitas TBS, serta mengikuti informasi mengenai harga TBS, dan perkembangan pasar.

2.6. Kerangka Pemikiran

Proses tataniaga produk pertanian kegiatan menyampaikan suatu produk pertanian dari produsen (petani salak) ke konsumen akhir. Kegiatan tataniaga salak

Universitas Sumatera Utara

(42)

Efisiensi Tataniaga Share Margin Margin Tataniaga

Biaya Tataniaga

Fungsi Tataniaga:

1. Fungsi Pertukaran 2. Fungsi Fisik 3. Fungsi Fasilitas

Konsumen Pedagang Pengecer

Pedagang Besar Pedagang Pengumpul

Petani Salak

melibatkan beberapa beberapa lembaga tataniaga, dimana setiap lembaga memperoleh keuntungan. Semakin banyak lembaga yang dilewati dalam proses tataniaga salak, maka harga yang diterima konsumen akan semakin tinggi.

Setiap lembaga tataniaga mengeluarkan biaya dan memperoleh margindan keuntungan. Biaya tataniaga akan menentukan harga yang diterima oleh setiap lembaga. Semakin besar margin yang diperoleh lembaga tersebut maka semakin besar pula harga yang diterima konsumen. Dari besarnya nilai margin tataniaga tiap-tiap lembaga dapat diketahui saluran tataniaga tersebut efisien atau tidak.

Skema kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Kerangka

Universitas Sumatera Utara

(43)

Keterangan :

: Menyatakan mempengaruhi : Menyatakan saluran tataniaga

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Identifikasi masalah dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah saluran tataniaga salak di daerah penelitian efisien.

Universitas Sumatera Utara

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.Metode penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara purposive sampling atau secara sengaja, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu.Peneliti sengaja memilih Kabupaten Karo karena Kabupaten karo merupakan salah satu sentra produksi salak yang terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Tiganderket dipilih karena merupakan salah satu daerah dengan sentra produksi salak terbesar di Kabupaten Karo.

Peneliti juga memilih Desa Kutambaru sebagai lokasi penelitian dengan metodeperposive sampling atau sengaja karena dengan pertimbangan bahwa desa ini termasuk salah satu desa paling banyak mengusahakan salak di Kecamatan Tiganderket.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini dibagi atas dua jenis yaitu sampel dari petani salak (produsen) dan sampel dari pedagang perantara yang terdiri dari pedagang besar, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer.

3.2.1 Produsen (Petani Salak)

Pengambilan sampel petani ini dilakukan dengan metode Simpel Random Sampling yaitu dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Populasi penentuan sampel dalam penelitian ini adalah petani salak di Desa Kutambaru,KecamatanTiganderket, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera

28

Universitas Sumatera Utara

(45)

n =

Utara yang berjumlah 160 (kepala keluarga). Untuk menentukan jumlah petani yang akan dijadikan sampel maka metode penentuan besar sampel menggunakan rumus Slovin(Sujarweni, 2014), dimana jumlah populasi diketahui dengan pasti, sehingga:

Dimana :

n = Ukuran sampel N = Populasi

e = Presentasi kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan pengambilan sampel yang masih diinginkan

Dengan nilai batas ketidakelitian sebesar 15%, maka dengan menggunakan rumus diatas diperoleh sampel sebesar:

n =

n = 35 sampel

Dengan demikian, jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 35 produsen (petani salak) yang dilakukan dengan metode Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana dengan undian. Penentuan besarnya sampel ini dianggap sudah mencukupi karena sampel petani homogen.

3.2.2 Pedagang Perantara

Penentuan sampel pedagang perantara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodesnowball sampling denganmenelusuri saluran pemasaran salak yang dominan di daerah penelitianberdasarkan informasi yang didapat dari pelaku pasar sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

(46)

Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.

Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak (Sujarweni, 2014).

Dalam penelitian ini pedagang perantara terdiri dari pedagang besar sebanyak 4 orang, pedagang pengumpul sebanyak 1 orang, pedagang pengecer sebanyak 6 orang.

3.3.Metode Pengambilan Data

Jenis data yangdikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui kuesioner atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber yaitu petani, pedagang perantara dan konsumen.Data sekunder merupakan data pendukung data primer, data sekunderdiperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan juga diperoleh melalui beberapa literatur berupa hasil-hasilpenelitian terdahulu.

3.4.Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari daerah penelitian terlebih dahulu akan ditabulasi untuk selanjutnya dianalisis, adapun analisis datanya ialah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

(47)

Mi = Psi – Pbi ………...(1) Mi = Ci + πi ………..(2)

Untuk identifikasi masalah pertama, digunakan metode analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis saluran tataniaga dan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniagasalak mulai dari produsen (petani salak) sampai ke konsumen akhir di daerah penelitian diuji dengan analisis deskriptifberdasarkan survei langsung di lapangan.

Untuk identifikasi masalah kedua, yaitu biaya tataniaga, margin tataniaga, dan share margin yang diterima masing-masing saluran tataniaga salak di daerah penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan rumus model perhitungan sebagai berikut. Dimana, untuk analisis biaya tataniaga dihitung dengan perhitungan sederhana dengan menghitung besarnya biaya tataniaga pada setiap saluran tataniaga salak di daerah penelitian.

1. Menghitung Margin Tataniaga

Menurut Adnany (2008), rumus untuk menghitung margin tataniaga adalah sebagai berikut :

Dimana:

Mi = Marjin tataniaga di tingkat ke-i (Rp/Kg) Psi = Harga penjualan di tingkat ke-i (Rp/Kg) Pbi = Harga pembelian di tingkat ke-i (Rp/Kg) Ci = Biaya pemasaran tingkat ke-i (Rp/Kg)

πi = Keuntungan lembaga tataniaga pasar tingkat ke-i

Universitas Sumatera Utara

(48)

2. Menghitung Persentase Margin (Share Margin)

Menurut Sudiyono (2004) dalam Masyuliana (2017), rumus untuk menghitung persentase margin (ShareMargin) adalah:

1. Share produsen (SF) masing-masing lembaga perantara menggunakan model:

2. Share Keuntungan (Sπi) masing-masing lembaga perantara menggunakan model:

3. Share Biaya (SCi) masing-masing lembaga perantara menggunakan model:

Keterangan :

SF = Persentase share produsen(Share Margin) dihitung dalam persen (%) Pf = Harga yang diterima produsen atau pedagang (Rp/kg)

Pr = Harga yang dibayar oleh konsumen akhir (Rp/kg) Ci = Jumlah biaya lembaga tiap perantara ke-i (Rp) πi = Jumlah keuntungan tiap lembaga perantara ke-i(Rp)

Untuk identifikasi masalah ketiga, untuk mengetahui apakah saluran tataniaga di daerah penelitian sudah efisien dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

E = Efisiensi tataniaga

Universitas Sumatera Utara

(49)

πf = Keuntungan produsen

πt = Keuntungan lembaga tataniaga Ct = Ongkos tataniaga

Cf = Ongkos produksi dan pemasaran yang dikeluarkan oleh produsen Dimana jika:

E > 1 = Maka pasar tersebut dikatakan efisien E < 1 = Maka pasar tersebut dikatakan tidak efisien (Sihombing, 2010).

3.5.Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Tataniaga salak adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi menyampaikan salak dari petani salak ke konsumen akhir melalui perantara atau lembaga tataniaga.

2. Saluran tataniaga adalah kumpulan lembaga – lembaga yang secara langsung terlibat di dalam kegiatan tataniaga salak yang saling mempengaruhi.

3. Lembaga tataniaga adalah badan usaha atau individu yang ikut berperan dalam menyelenggarakan dan menyalurkan komoditi salak dari petani salak kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.

4. Fungsi tataniaga adalah serangkaian kegiatan fungsional yang dilakukan oleh petani, lembaga–lembaga tataniaga, baik aktivitas proses fisik maupun aktivitas jasa yang ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen akhir.

Universitas Sumatera Utara

(50)

5. Petani salak adalah pelaku yang mengusahakan usahataninya dan menerima hasil dari penjualan produksi usahataninya tersebut.

6. Usahatani salak adalah kegiatan produksi salak didaerah penelitian

7. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli salak langsung daribanyak petani dalam jumlah yang besar dan menjualnya kepada pedagang pengecer.

8. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli langsung dari beberapa petani dan menjualnya kepada pedagang pengecer.

9. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli salak dari pedagang pengumpul untuk dijual langsung kepada konsumen.

10. Konsumen adalah pelaku akhir yang membeli salak dari berbagai pedagang perantara atau produsen.

11. Biaya tataniagaadalah biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tataniaga dalam menyalurkan salak dari petani salak hingga ke konsumen akhir yang dinyatakan dalam rupiah (Rp/Kg).

12. Margin tataniaga adalah perbedaan antara jumlah harga yang dibayarkan oleh konsumen dan jumlah harga yang diterima oleh petani salak dengan membandingkan harga mulai dari produsen sampai konsumen yang dinyatakan dalam rupiah (Rp/Kg).

13. Share margin adalah salah satu indikator untuk mengetahui efisiensi pemasaran. Share margin diukur dengan membandingkan harga yang diterima petani atau pedagang perantara salak dengan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen dikalikan 100%, dinyatakan dalam persen.

Universitas Sumatera Utara

(51)

14. Efisiensi tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan tiap- tiap unit produk dengan nilai produk yang dipasarkan dan dinyatakan dalam persen.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel penelitian adalah petani salak dan pedagang perantara salak di daerah penelitian.

3. Penelitian dilakukan pada tahun 2019

Universitas Sumatera Utara

Referensi

Dokumen terkait

Pada saluran tataniaga dua tidak terdapat biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh lembaga perantara karena penjualan jamur tiram putih dilakukan secara langsung oleh petani kepada

Tujuan penelitian ini adalah pertama : menganalisis saluran tataniaga gabah yang dilakukan petani dan lembaga niaga yang terkait dan alasan penetapan saluran tataniaga yang dilakukan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari s/d Maret 2011, bertujuan untuk mengetahui saluran dan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga

Penentuan sampel lembaga tataniaga dalam penelitian ini juga dilakukan dengan metode snowball sampling yaitu dengan cara mengikuti arus komoditi bawang merah dari

Tujuan dari penilitian yaitu untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran bengkuang, saluran pemasaran bengkuang, margin pemasaran,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lembaga pemasaran, bentuk saluran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, keragaan pasar, biaya pemasaran, margin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lembaga pemasaran, bentuk saluran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, keragaan pasar, biaya pemasaran, margin

RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran tataniaga bibit manggis di Desa Kamulyan Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas, untuk mengetahui margin tataniaga bibit