• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Identifikasi masalah dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah saluran tataniaga salak di daerah penelitian efisien.

Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.Metode penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara purposive sampling atau secara sengaja, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu.Peneliti sengaja memilih Kabupaten Karo karena Kabupaten karo merupakan salah satu sentra produksi salak yang terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Tiganderket dipilih karena merupakan salah satu daerah dengan sentra produksi salak terbesar di Kabupaten Karo.

Peneliti juga memilih Desa Kutambaru sebagai lokasi penelitian dengan metodeperposive sampling atau sengaja karena dengan pertimbangan bahwa desa ini termasuk salah satu desa paling banyak mengusahakan salak di Kecamatan Tiganderket.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini dibagi atas dua jenis yaitu sampel dari petani salak (produsen) dan sampel dari pedagang perantara yang terdiri dari pedagang besar, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer.

3.2.1 Produsen (Petani Salak)

Pengambilan sampel petani ini dilakukan dengan metode Simpel Random Sampling yaitu dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Populasi penentuan sampel dalam penelitian ini adalah petani salak di Desa Kutambaru,KecamatanTiganderket, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera

28

Universitas Sumatera Utara

n =

Utara yang berjumlah 160 (kepala keluarga). Untuk menentukan jumlah petani yang akan dijadikan sampel maka metode penentuan besar sampel menggunakan rumus Slovin(Sujarweni, 2014), dimana jumlah populasi diketahui dengan pasti, sehingga:

Dimana :

n = Ukuran sampel N = Populasi

e = Presentasi kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan pengambilan sampel yang masih diinginkan

Dengan nilai batas ketidakelitian sebesar 15%, maka dengan menggunakan rumus diatas diperoleh sampel sebesar:

n =

n = 35 sampel

Dengan demikian, jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 35 produsen (petani salak) yang dilakukan dengan metode Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana dengan undian. Penentuan besarnya sampel ini dianggap sudah mencukupi karena sampel petani homogen.

3.2.2 Pedagang Perantara

Penentuan sampel pedagang perantara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodesnowball sampling denganmenelusuri saluran pemasaran salak yang dominan di daerah penelitianberdasarkan informasi yang didapat dari pelaku pasar sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.

Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak (Sujarweni, 2014).

Dalam penelitian ini pedagang perantara terdiri dari pedagang besar sebanyak 4 orang, pedagang pengumpul sebanyak 1 orang, pedagang pengecer sebanyak 6 orang.

3.3.Metode Pengambilan Data

Jenis data yangdikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui kuesioner atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber yaitu petani, pedagang perantara dan konsumen.Data sekunder merupakan data pendukung data primer, data sekunderdiperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan juga diperoleh melalui beberapa literatur berupa hasil-hasilpenelitian terdahulu.

3.4.Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari daerah penelitian terlebih dahulu akan ditabulasi untuk selanjutnya dianalisis, adapun analisis datanya ialah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Mi = Psi – Pbi ………...(1) Mi = Ci + πi ………..(2)

Untuk identifikasi masalah pertama, digunakan metode analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis saluran tataniaga dan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniagasalak mulai dari produsen (petani salak) sampai ke konsumen akhir di daerah penelitian diuji dengan analisis deskriptifberdasarkan survei langsung di lapangan.

Untuk identifikasi masalah kedua, yaitu biaya tataniaga, margin tataniaga, dan share margin yang diterima masing-masing saluran tataniaga salak di daerah penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan rumus model perhitungan sebagai berikut. Dimana, untuk analisis biaya tataniaga dihitung dengan perhitungan sederhana dengan menghitung besarnya biaya tataniaga pada setiap saluran tataniaga salak di daerah penelitian.

1. Menghitung Margin Tataniaga

Menurut Adnany (2008), rumus untuk menghitung margin tataniaga adalah sebagai berikut :

Dimana:

Mi = Marjin tataniaga di tingkat ke-i (Rp/Kg) Psi = Harga penjualan di tingkat ke-i (Rp/Kg) Pbi = Harga pembelian di tingkat ke-i (Rp/Kg) Ci = Biaya pemasaran tingkat ke-i (Rp/Kg)

πi = Keuntungan lembaga tataniaga pasar tingkat ke-i

Universitas Sumatera Utara

2. Menghitung Persentase Margin (Share Margin)

Menurut Sudiyono (2004) dalam Masyuliana (2017), rumus untuk menghitung persentase margin (ShareMargin) adalah:

1. Share produsen (SF) masing-masing lembaga perantara menggunakan model:

2. Share Keuntungan (Sπi) masing-masing lembaga perantara menggunakan model:

3. Share Biaya (SCi) masing-masing lembaga perantara menggunakan model:

Keterangan :

SF = Persentase share produsen(Share Margin) dihitung dalam persen (%) Pf = Harga yang diterima produsen atau pedagang (Rp/kg)

Pr = Harga yang dibayar oleh konsumen akhir (Rp/kg) Ci = Jumlah biaya lembaga tiap perantara ke-i (Rp) πi = Jumlah keuntungan tiap lembaga perantara ke-i(Rp)

Untuk identifikasi masalah ketiga, untuk mengetahui apakah saluran tataniaga di daerah penelitian sudah efisien dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

E = Efisiensi tataniaga

Universitas Sumatera Utara

πf = Keuntungan produsen

πt = Keuntungan lembaga tataniaga Ct = Ongkos tataniaga

Cf = Ongkos produksi dan pemasaran yang dikeluarkan oleh produsen Dimana jika:

E > 1 = Maka pasar tersebut dikatakan efisien E < 1 = Maka pasar tersebut dikatakan tidak efisien (Sihombing, 2010).

3.5.Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1. Tataniaga salak adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi menyampaikan salak dari petani salak ke konsumen akhir melalui perantara atau lembaga tataniaga.

2. Saluran tataniaga adalah kumpulan lembaga – lembaga yang secara langsung terlibat di dalam kegiatan tataniaga salak yang saling mempengaruhi.

3. Lembaga tataniaga adalah badan usaha atau individu yang ikut berperan dalam menyelenggarakan dan menyalurkan komoditi salak dari petani salak kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.

4. Fungsi tataniaga adalah serangkaian kegiatan fungsional yang dilakukan oleh petani, lembaga–lembaga tataniaga, baik aktivitas proses fisik maupun aktivitas jasa yang ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen akhir.

Universitas Sumatera Utara

5. Petani salak adalah pelaku yang mengusahakan usahataninya dan menerima hasil dari penjualan produksi usahataninya tersebut.

6. Usahatani salak adalah kegiatan produksi salak didaerah penelitian

7. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli salak langsung daribanyak petani dalam jumlah yang besar dan menjualnya kepada pedagang pengecer.

8. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli langsung dari beberapa petani dan menjualnya kepada pedagang pengecer.

9. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli salak dari pedagang pengumpul untuk dijual langsung kepada konsumen.

10. Konsumen adalah pelaku akhir yang membeli salak dari berbagai pedagang perantara atau produsen.

11. Biaya tataniagaadalah biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tataniaga dalam menyalurkan salak dari petani salak hingga ke konsumen akhir yang dinyatakan dalam rupiah (Rp/Kg).

12. Margin tataniaga adalah perbedaan antara jumlah harga yang dibayarkan oleh konsumen dan jumlah harga yang diterima oleh petani salak dengan membandingkan harga mulai dari produsen sampai konsumen yang dinyatakan dalam rupiah (Rp/Kg).

13. Share margin adalah salah satu indikator untuk mengetahui efisiensi pemasaran. Share margin diukur dengan membandingkan harga yang diterima petani atau pedagang perantara salak dengan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen dikalikan 100%, dinyatakan dalam persen.

Universitas Sumatera Utara

14. Efisiensi tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan tiap-tiap unit produk dengan nilai produk yang dipasarkan dan dinyatakan dalam persen.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel penelitian adalah petani salak dan pedagang perantara salak di daerah penelitian.

3. Penelitian dilakukan pada tahun 2019

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis

Secara Geografis dan secara administratif Desa Kutambaru merupakan salah satu dari 17 Desa di Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo, dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Lindung

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tiganderket dan Desa Sukatendel Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Susuk

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mardingding

Secara umum keadaan topografi Desa Kutambaru adalah daerah perbukitan/daratan tinggi dengan ketinggian 900 mpdl. Iklim Desa Kutambaru dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun dengan suhu udara 18-30⁰C, sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan.

4.1.2 Demografi

4.1.2.1 Jumlah Penduduk

Penduduk di Desa Kutambaru mayoritas adalah suku Karo. Berdasarkan data yang didapatkan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Kutambaru tahun 2018, Desa Kutambaru memiliki jumlah penduduk sebanyak 731 jiwa. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

36 Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1.Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di DesaKutambaru Tahun 2018

No. Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1 Laki-laki 302 0,414

2 Perempuan 429 0,586

Jumlah 731 100

Sumber: RPJM Desa Kutambaru, 2018

Berdasarkan Tabel 4.1. menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan jenis kelamin perempuan sebanyak 127 jiwa dengan persentase 0,17%. Jenis kelamin laki-laki sebanyak 429 dengan persentase 0,414%, sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 302 dengan persentase 0,586%.Jumlah penduduk Desa Kutambaru Tahun 2018 sebanyak 731 jiwa.

4.1.2.2 Mata Pencaharian Penduduk

Adapun distribusi penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian penduduk di Desa Kutambaru dapat dilihat pada tabel 4.2.berikut:

Tabel 4.2.Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Desa Kutambaru Tahun 2018

No. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (Jiwa)

1 Petani 425

2 Buruh Tani 31

3 PNS 10

4 Pedagang 5

5 Lainnya 11

Sumber: RPJM Desa Kutambaru, 2018

Berdasarkan Tabel 4.2. menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Desa Kutambaru Tahun 2018untuk petani sebanyak 425 jiwa, buruh tani sebanyak 31 jiwa, PNS sebanyak 10 jiwa, pedagang sebanyak 5 jiwa, lainya sebanyak 11 jiwa dari731 jiwa. Mayoritas mata pencaharian penduduk di Desa Kutambaru Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo adalah petani yaitu 425 jiwa.

Universitas Sumatera Utara

4.1.3 Sarana dan Prasarana 4.1.3.1 Pendidikan

Sarana Pendidikan yang terdapat di Desa Kutambaru dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3.Tingkat Pendidikan Desa Kutambaru Tahun 2018

Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Tamat SD 380

Tamat SLTP 290

Tamat SLTA 165

Tamat Akademi/PT 19

Sumber: RPJM Desa Kutambaru, 2018

Berdasarkan Tabel 4.3. menunjukkan bahwa mata tingkat pendidikan Desa Kutambaru Tahun 2018untuk Tamat SD sebanyak 380 jiwa, Tamat SLTP sebanyak 290 jiwa, Tamat SLTA sebanyak 165 jiwa, Tamat Akademi/PT sebanyak 19 jiwa.

4.1.3.2 Fasilitas Kesehatan

Sarana Kesehatan yang terdapat di Desa Kutambaru dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.4. Fasilitas Kesehatan Desa Kutambaru Tahun 2018

No. Fasilitas Kesehatan Jumlah Fasilitas Kesehatan (Buah)

1 Pustu 1

2 Posyandu 0

Sumber: RPJM Desa Kutambaru, 2018

Berdasarkan Tabel 4.4menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan di Desa Kutambaru Tahun 2018untuk Pustu sebanyak 1 buah dan Posyandu tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa sarana kesehatan yang ada di Desa Kutambaru Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo belum memadai untuk menunjang kesehatan di Desa Kutambaru.

Universitas Sumatera Utara

4.2. Karakteristik Petani Sampel

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian karakteristik petani sampel meliputi luas lahan, umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, dan lama usahatani. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut:

Tabel 4.5. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian

No. Karakteristik Satuan Range Rataan

1 Luas Lahan Ha 0,15-5 1,06

2 Umur Tahun 37-66 48

3 Tingkat Pendidikan Tahun 6-12 12

4 Lama Bertani Tahun 4-19 10

5 Lama Usahatani Tahun 4-15 7

Sumber: Lampiran 1(diolah), 2019

Dari Tabel 4.5. dapat dilihat rata-rata luas lahan petani di daerah penelitian sebesar 1,06 Ha, umur rata-rata petani sampel adalah 48tahun, tingkat pendidikan rata-rata petani sampel adalah 12 tahun, lama bertani rata-rata petani sampel adalah 10tahun dan lama usahatani rata-rata petani sampel adalah 7 tahun.

4.3. Karakteristik Pedagang Besar di Daerah Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian karakteristik pedagang pengumpul meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berdagang. Karakteristik pedagang pengumpul dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut:

Tabel 4.6. Karakteristik Pedagang Besar di Daerah Penelitian

No. Karakteristik Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 38-60 50

2 Tingkat Pendidikan Tahun 6-12 12

3 Lama Berdagang Tahun 6-15 10

Sumber: Lampiran 2 (diolah), 2019

Dari Tabel 4.6. dapat dilihat rata-rata umur pedagang besar adalah 50 tahun dengan interval 38 sampai 60 tahun, tingkat pendidikan rata-rata pedagang besar adalah 12 tahun, lama berdagang rata-rata pedagang besar adalah 10 tahun.

Universitas Sumatera Utara

4.4.Karakteristik Pedagang Pengumpul di Daerah Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian karakteristik pedagang pengumpul meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berdagang. Karakteristik pedagang pengumpul dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut:

Tabel 4.7. Karakteristik Pedagang Pengumpul di Daerah Penelitian

No. Karakteristik Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 25 25

2 Tingkat Pendidikan Tahun 12 12

3 Lama Berdagang Tahun 5 5

Sumber: Lampiran 3 (diolah), 2019

Dari Tabel 4.7. dapat dilihat rata-rata umur pedagang pengumpul adalah 25 tahun, tingkat pendidikan rata-rata pedagang pengumpul adalah 12 tahun, lama berdagang rata-rata pedagang pengumpul adalah 5 tahun.

4.5.Karakteristik Pedagang Pengecer di Daerah Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian karakteristik pedagang pengecer meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berdagang. Karakteristik pedagang pengecer dapat dilihat pada Tabel 4.8. berikut:

Tabel 4.8. Karakteristik Pedagang Pengecer di Daerah Penelitian

No. Karakteristik Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 35-49 44

2 Tingkat Pendidikan Tahun 9-12 12

3 Lama Berdagang Tahun 7-12 9

Sumber: Lampiran 4 (diolah), 2019

Dari Tabel 4.8. dapat dilihat rata-rata umur pedagang pengecer adalah 44 tahun dengan interval 35 sampai 49 tahun, tingkat pendidikan rata-rata pedagang pengecer adalah 12tahun, lama berdagang rata-rata pedagang pengecer adalah 9 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Saluran I

5.1. Saluran dan Fungsi-Fungsi Tataniaga

5.1.1 Saluran Tataniaga Salak di Daerah Penelitian

Saluran tataniagasalak terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan salak dan status kepemilikan dari produsen hingga konsumen.Untuk sampai ke konsumen salak harus melewati beberapa lembaga pemasaran melalui saluran tertentu.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo terdapat beberapa saluran tataniaga salak.Beberapa saluran tataniaga salak yang dapat ditelusuri, yaitu 3 saluran tataniaga dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut.

Gambar 5.1.Saluran Tataniaga Salakdi Desa Kutambaru Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo

Bentuk-bentuk saluran tataniaga salak di daerah penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

41

Universitas Sumatera Utara

1. Saluran Tataniaga Salak I

Adapun skema saluran tataniaga salak I dapat diketahui sebagai berikut:

Pada saluran tataniaga salakpada saluran I memperlihatkan bahwa sebanyak 27 orang (77% dari keseluruhan petani salak) di daerah penelitian menjual hasil salaknyalangsung kepada pedagang besar yang berada di daerah penelitian, dimana pedagang besar membeli salak langsung ke ladang petani darihasil panen petani yang berbeda-beda.Kemudian, pedagang besar menjual salak kepada pedagang pengecer dengan mengantar salak ke pasar dimana pedagang pengecer menjual salak dan kemudian pedagang pengecer menjual langsung ke konsumen.

Tabel. 5.1.Rata-rata Volume Pembelian dan Penjualan Serta Harga Beli dan Harga Jual masing-masing Lembaga Tataniaga Pada Saluran Tataniaga Salak I

Sumber: Lampiran 13 (diolah), 2019

Dari Tabel 5.1. dapat dilihatrata-rata volume pembelian salak oleh pedagang besar dari petani sebesar 5.000kg dengan rata – rata volume penjualan sebesar 4.992 kg dan harga beli sebesar Rp8000/kg dengan harga jual sebesar Rp9.500/kg.Rata-rata volume pembelian salak oleh pedagang pengecer sebesar 265kg dengan rata – rata volume penjualan sebesar 260.25 kgdan harga beli sebesar Rp9.500/kgdengan

Petani Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen

Universitas Sumatera Utara

rata – rata harga jual sebesar Rp13.750/kg yang merupakan harga beli salak oleh konsumen akhir.

2. Saluran Tataniaga Salak II

Pada saluran tataniaga salakpada saluran II memperlihatkan bahwa sebanyak 3 orang (9% dari keseluruhan petani salak) di daerah penelitian menjual hasil salaknya kepada pedagang pengumpuldengan mengambil langsung ke ladang petani yang berada di daerah penelitian, kemudian pedagang pengumpul menjual salak kepada pedagang pengecer yang berada di daerah luar Provinsi dan pedagang pengecer luar Provinsi menjual langsung ke konsumen di pasar.

Tabel. 5.2.Rata-rata Volume Pembelian dan Penjualan Serta Harga Beli dan Harga Jual Masing-masing Lembaga Tataniaga Pada Saluran Tataniaga Salak II

Sumber: Lampiran 15 (diolah), 2019

Dari Tabel 5.2. dapat dilihatrata-rata volume pembelian salak oleh pedagang pengumpuldari petanisebesar 1600kg dengan rata – rata volume penjualansebesar 1.597 kg dan rata – rata harga beli sebesar Rp8.000/kgdengan rata – rata harga jual sebesar Rp11.000/kg. Rata-rata volume pembelian pedagang pengecer sebesar 200 kg dengan rata-rata volume penjualan salak sebesar 198 kgdan rata-

Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer Konsumen

Universitas Sumatera Utara

rata harga beli sebesar Rp11.000/kgdengan rata – rata harga jual sebesar Rp16.000/kg yang merupakan harga beli salak oleh konsumen akhir.

3. Saluran Tataniaga Salak III

Pada saluran tataniaga salakpada saluran III memperlihatkan bahwa sebanyak 5 orang (14% dari keseluruhan petani salak) di daerah penelitian menjual hasil salaknya kepada pedagang pengecer dimana pedagang pengecer mengambil langsung ke ladang petani yang berada di daerah penelitian, kemudian pedagang pengecer langsung menjual salak ke konsumen di pasar.

Tabel. 5.3.Rata-rata Volume Pembelian dan Penjualan Serta Harga Beli dan Harga Jual Masing-masing Lembaga Tataniaga Pada Saluran Tataniaga Salak III

Sumber: Lampiran 17 (diolah), 2019

Dari Tabel 5.3. dapat rata-rata volume pembelian salak oleh pedagang pengecerdari petani sebesar 160kg denganrata volume penjualan salak oleh pedagang pengecer sebesar 158 kg dan rata – rata harga beli sebesar Rp9.000/kg dengan rata – rata harga jual sebesar 12.000/kg yang merupakan harga beli salak oleh konsumen.

Petani Pedagang Pengecer Konsumen

Universitas Sumatera Utara

5.1.2

Fungsi-Fungsi TataniagaYang Dilakukan Oleh Masing-Masing Lembaga Tataniaga Salak di Daerah Penelitian

Dalam melaksanakan kegiatan tataniaga, lembaga tataniaga melakukan fungsinya masing-masing.Fungsi-fungsi ini dilakukan untuk memperlancar penyampaian slalak ke tangan konsumen akhir.Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga salak dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini.

Tabel 5.4.Fungsi-Fungsi TataniagaYang Dilakukan Oleh Masing-Masing Lembaga Tataniaga Salak di Daerah Penelitian

No. Fungsi 1. Fungsi Pertukaran

Pembelian √ √ √

3. Fungsi Fasilitas

Pembiayaan √ √ √ √

Penanggungan √ √ √

resiko

Informasi Pasar √ √ √

Sumber: Lampiran 18, 2019 Keterangan :

√ : Melakukan fungsi tataniaga – : Tidak melakukan fungsi tataniaga

Berdasarkan Tabel 5.4. diatas bahwa petani melakukan fungsi penjualan, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar. Petani menjual produksi salak kepada pedagang besar maupun pedagang pengumpul. Fungsi pembiayaan yang dilakukan petani adalah pembiayaan untuk proses produksi yaitu biaya sarana produksi (bibit, pupuk, dan pestisida), biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan peralatan. Untuk penanggungan resiko petani harus menanggung

Universitas Sumatera Utara

resiko gagal panen, harga murah/ fluktuasi harga dan permintaan salak menurun.

Untuk informasi pasar petani memerlukan informasi mengenai bagaimana cara meningkatkan hasil produksi, cara mengurangi biaya produksi dan informasi mengenai harga dan permintaan salak.

Pedagang pengumpul melakukan fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan, pengemasan, pembiayaan,penanggungan resiko dan juga informasi pasar.Fungsi pembelian dan penjualan yang dilakukan pedagang pengumpul adalah membeli hasil produksi dari petani kemudian menjualnya kepada pedagang pengecer.

Fungsi pengangkutan yang dilakukan pedagang pengumpul adalah memindahkan hasil produksi salak dari ladang petani kemudian dikumpulkan di rumah pedagang dan kemudian dilakukan pengiriman ke pedagang pengecer. Untuk pengemasan yang dilakukan yaitu setelah hasil produksi dikumpulkan maka dilakukan pengemasan, salak dimasukkan kedalam goni dan kemudian dimasukkan kedalam keranjang besar. Untuk pembiayaan seperti biaya transportasi, pengemasan, dan marketingloss.Untuk penanggungan resiko yaitu resiko harga jual rendah, biaya transportasi naik, dan banyaknya buah yang busuk/rusak. Untuk informasi pasar dibutuhkan mengenai informasi permintaan salak dan informasi harga penjualan salak.

Pedagang besarmelakukan fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, pengemasan,pembiayaan, penanggungan resiko,dan juga informasi pasar. Fungsi pembelian dan penjualan yang dilakukan pedagang besar adalah membeli hasil produksi dari petani kemudian menjualnya kepada pedagang pengecer. Fungsi pengangkutan yang dilakukan pedagang besar adalah memindahkan hasil produksi salak dari ladang petani kemudian disimpan di

Universitas Sumatera Utara

rumah pedagang dan kemudian dilakukan pengangkutan ke pedagang pengecer.

Untuk pengemasan yang dilakukan yaitu setelah hasil produksi dikumpulkan maka dilakukan pengemasan, salak dimasukkan kedalam goni. Untuk pembiayaan seperti biaya transportasi, pengemasan, tenaga kerja dan marketingloss.Untuk penanggungan resiko yaitu resiko harga jual rendah, biaya transportasi naik, biaya tenaga kerja naik dan banyaknya buah yang busuk/rusak. Untuk informasi pasar dibutuhkan informasi mengenai permintaan salak dan informasi harga penjualan salak.

Pedagang pengecer melakukan fungsi pembelian, penjualan, penyimpanan, pengangkutan, pengemasan,pembiayaan, penanggungan resiko, dan juga informasi pasar. Fungsi pembelian dan penjualan yang dilakukan pedagang pengecer adalah membeli salak dari pedagang besar maupun pedagang pengumpul kemudian menjual langsung ke konsumen. Untuk fungsi pengangkutan yang dilakukan yaitu pedagang pengecer mengangkut salak dari rumah kemudian mengecerkannya ke pasar. Untuk pengemasan yang dilakukan yaitu mengemas salak untuk dibawa kepasar dengan menggunakan goni dan menjual salak dengan menggunakan plastik maupun rajut ketika konsumen membeli salak di pasar.

Untuk pembiayaan seperti biaya transportasi, pengemasan dan marketingloss.Untuk penanggungan resiko yaitu resiko harga jual rendah dan

Untuk pembiayaan seperti biaya transportasi, pengemasan dan marketingloss.Untuk penanggungan resiko yaitu resiko harga jual rendah dan

Dokumen terkait