• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEKARANGAN RUMAH GADANG MINANGKABAU

KEANEKARAGAMAN HAYATI POLA PEKARANGAN RUMAH GADANG 1. Realita Rumah Gadang di Sumatera Barat saat ini

3. Fungsi Pekarangan Rumah Gadang

Pekarangan rumah gadang umumnya berukuran luas. Hal ini dikarenakan rumah gadang itu sendiri dibangun dan dimiliki oleh suatu kaum. Pekarangan tidak hanya sekedar batas antara rumah

yang satu dengan rumah yang lain, melainkan memiliki fungsi baik untuk kebutuhan rohani maupun jasmani. Pemenuhan kebutuhan tersebut didapat dari jenis tanaman yang ditanam, dan jenis binatang yang dipelihara. Semua tentu dilakukan untuk mendatangkan keuntungan bagi si pemilik dan pengelola pekarangan.

Berdasarkan hasil penelitian sembilan rumah gadang dengan pekarangannya, maka fungsi dari pekarangan yang dimanfaatkan dengan baik dilakukan oleh keluarga kaum Datuak Rajo Lelo di Lintau. Pekarangan tidak hanya digunakan untuk menanam tanaman yang bermanfaat baik sebagai tanaman hias, tanaman buah, tanaman obat dan rempah-rempah dan tanaman sayur-sayuran, melainkan dimanfaatkan juga untuk kolam dan kandang. Semua dimanfaatkan dan hasilnya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi bisa menjadi sumber penghidupan yang layak. Tanaman jengkol, tanaman pinang, tanaman durian merupakan tanaman buah yang memiliki daya jual tinggi. Begitu juga usaha peternakan dan perikanan yang jika dikelola dengan baik, maka hasilnya lebih maksimal.

Pekarangan rumah gadang yang dimanfaatkan sebagai lahan menanam tanaman tua dan juga kandang ternak Ayam dan Itiknya adalah pekarangan yang dimiliki oleh Khadijah. Tanaman tua tersebut adalah buah alpukat, yang ketika musim berbuah maka hasilnya tidak hanya untuk dinikmati oleh keluarga tetapi juga dijual. Begitu juga ternak Ayam dan Itik yang telur dan dagingnya dijual ke pasar. Tapi yang disayangkan adalah rumah gadang yang tidak dihuni lagi saat ini, padahal kondisi rumah masih layak untuk dihuni.

Pemahaman konsep pekarangan yang diketahui oleh masyarakat sudah mengalami perubahan. Kembali kepada pengertian dari konsep pekarangan yakni sebidang tanah yang berada sekitar rumah yang memiliki fungsi bermacam-macam oleh si pemiliknya. Menurut Moch. Soetomo H.A definisi pekarangan yakni sebidang tanah dengan batas-batas tertentu dengan bangunan tempat tinggal dan mempunyai fungsi ekonomi biofisik maupun sosial budaya dengan penghuninya. Pekarangan memiliki fungsi

bermacam-macam. Fungsi pekarangan menurut Moch. Soetomo H.A sebagai berikut :

1) Pelestarian sumber daya alam : meningkatkan kesehatan lingkungan, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi dan melindunginya secara hidrologis, memperbaiki ekosistem, dan merupakan paru-paru lingkungan.

2) Fungsi estetika : keindahan, kesejukan, dan kenyamanan. 3) Fungsi ekonomi (sumber pendapatan) : lumbung hidup,

warung hidup, dan bank hidup.

4) Fungsi sosial : memenuhi kebutuhan sosial, budaya, dan agama.

5) Melindungi sumber plasma nutfah : timbulnya beraneka ragam tanaman.

Menurut Arifin (2013)111 terdapat empat fungsi dasar dari pekarangan, yakni :

Pertama, produksi secara subsisten, seperti sumbangan tanaman pangan yang menghasilkan produk karbohidrat, buah, sayur, bumbu, obat dan produk non-pangan lainnya, dan ternak. Kedua, pekarangan dapat menghasilkan produksi untuk komersial dan memberi tambahan pendapatan keluarga, khususnya

diwilayah yang memiliki akses pasar yang

baik. Ketiga, pekarangan mempunyai fungsi sosial-budaya. Fungsi ini termasuk jasa seperti untuk saling bertukar hasil tanaman dan bahan tanaman antar tetangga. Keempat, pekarangan memiliki fungsi ekologis, bio-fisik lingkungan. Struktur tanaman dengan multi-strata merupakan miniatur dari hutan alam tropis yang berfungsi sebagai habitat bagi beragam tumbuhan dan satwa liar. Sistem produksi terintegrasi dari tanaman, ternak, dan ikan menghasilkan

111

http://hsarifin.staff.ipb.ac.id/2013/12/22/media-conference-pers-release-scientific-oration-of-prof-dr-hadi-susilo-arifin/dalamOrasi Guru Besar Tetap di Fakultas Pertanian – IPB, 14 Desember 2013Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin,

M.S.Kepala Bagian Manajemen Lanskap – Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas

penggunaan yang efisien dalam penggunaan pupuk organik serta daur ulang bahan dan menurunkan runoff.

Berdasarkan hasil di lapangan, banyak terjadi perubahan mengenai pemanfaatan pekarangan rumah gadang di tengah masyarakat. Hal ini disebabkan banyak faktor yang melatarbelakanginya.

1. Pada masa lalu tanah pekarangan rumah gadang sangat luas. Namun dengan semakin bertambahnya anggota tiap kaum, menyebabkan mereka harus menambah membangun tempat tinggal sehingga luas tanah saat ini sudah semakin menyempit.

2. Pada masa lalu masyarakat memiliki keterbatasan untuk pergi ke dokter ataupun pergi ke apotik untuk membeli obat. Sehingga keberadaan pekarangan dengan berbagai jenis tanaman yang berfungsi sebagai obat sangat penting. Namun saat ini masyarakat sudah cenderung pergi berobat ke dokter. Tidak lagi mengandalkan tanaman yang ada di pekarangan. Hal ini dikarenakan dalam pengolahan ramuan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sementara fasilitas obat sudah banyak tersedia di warung ataupun apotik terdekat.

3. Pada masa lalu masyarakat masih banyak yang memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam tanaman yang bermanfaat sebagai bahan masakan. Seperti tanaman ketimun, terung atau sayur dan buah yang lainnya. Namun sekarang sudah jarang masyarakat yang memanfaatkan hal demikian dikarenakan sudah banyaknya tersedia makanan siap saji, baik sifatnya makanan tradisional maupun makanan asing. Selain itu sayur dan buah sudah banyak dijual tidak hanya di pasar tradisional tetapi di pasar modern pun sudah tersedia.

4. Pada masa lalu pekerjaan masyarakat didominasi dalam bidang pertanian atau peternakan dan perikanan. Sehingga sebagian besar masyarakat memanfaatkan pekarangannya

untuk dijadikan lahan yang ditanami tanaman yang memiliki daya jual. Lahan kosong di pekarangan rumah gadang dapat dijadikan kandang, dan juga kolam yang diisi dengan ikan. Semua hasilnya bisa menjadi pendapatan bagi sipemilik atau pengelola. Namun, sekarang keadaan sudah mengalami perubahan. Masyarakat tidak lagi mengandalkan hasil pekarangan untuk menjadi sumber ekonomi dalam usaha pemenuhan kebutuhan keluarga. 5. Semakin tingginya tingkat pendidikan ternyata sangat

mempengaruhi pola pikir dan kinginan untuk memiliki pekerjaan yang dianggap lebih layak ketimbang mengelola pekarangan yang dianggap tidak sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuh.

6. Perubahan iklim maupun adanya bencana yang disebabkan oleh alam ataupun tangan manusia sangat mempengaruhi dalam pemeliharaan pekarangan.

7. Hobi atau kesukaan menjadi faktor yang tak bisa disepelekan. Hal ini dikarenakan dalam memelihara pekarangan tidak hanya menjaga kebersihan, melainkan adanya keinginan untuk menambah pengetahuan bagaimana memanfaatkan pekarangan agar lebih menghasilkan. Oleh karena itu dalam bertanam dan beternak tidak akan menghasilkan jika tidak dilakukan dengan rasa kesukaan atau hobi.

PENUTUP