• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Bentuk Pembinaan dan Pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah a) Pembinaan dalam Pembuatan Akta

2. Fungsi Pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah

Pelayanan kepentingan umum merupakan hakekat tugas bidang pemerintahan yang didasarkan pada asas memberikan dan menjamin adanya rasa kepastian hukum

90

bagi para warga anggota masyarakat. Dalam bidang tertentu, tugas itu oleh undang- undang diberikan dan dipercayakan kepada PPAT, yakni tugasnya adalah membantu Kepala Kantor Badan Pertanahan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah, dan kewenangannya adalah membuat akta atas perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, sehingga masyarakat juga harus percaya bahwa akta PPAT yang dibuat tersebut memberikan kepastian hukum bagi warganya.

Dengan demikian konsekuensi logis terhadap adanya kepercayaan tersebut, haruslah dijamin adanya pengawasan agar tugas PPAT selalu sesuai dengan kaidah hukum yang mendasari kewenangannya dan agar terhindar dari penyalahgunaan kewenangan atau kepercayaan yang diberikan.

Oleh karena itu Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, melalui Kepala Kantor diberikan tugas dan kewenangan untuk melakukan Pembinaan dan Pengawasan terhadap Tugas dan Kewajiban PPAT.

Pengawasan merupakan tindakan untuk mengendalikan suatu kegiatan yang sudah direncanakan, bisa dilihat kegiatan yang sudah direncanakan tersebut sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan atau sebaliknya. Apabila terjadi pelanggaran, pihak yang berwenang sebagai controlling (pengawas) berkewajiban memberikan pengarahan agar sistem kerja tidak menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Pengawasan yang lebih teliti dari pengawas, baik internal maupun eksternal terhadap PPAT yang melakukan penyimpangan-

penyimpangan diperlukan untuk memperbaiki kinerja dari PPAT agar kedepannnya dapat memberikan kepastian hukum bagi pihak yang menghadap kepadanya.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan

merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya. Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri.

Dari Uraian diatas menunjukan dalam pengawasan yang dilaksanakan Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang Meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Pengawasan Melalui Pemeriksaan Buku Daftar Akta

Pejabat pada badan pertanahan melakukan pengawasan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah melalui pemeriksaan buku daftar akta. Dalam Pasal 56 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 2006 tentang Ketentuan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah menegaskan bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib membuat daftar akta dengan menggunakan 1 (satu) buku daftar akta untuk semua jenis akta yang dibuatnya yang di dalamnya dicantumkan secara berurut

nomor semua akta yang dibuat berikut data lain yang berkaitan dengan pembuatan akta. Buku daftar akta Pejabat Pembuat Akta Tanah diisi setiap hari kerja dan ditutup setiap hari kerja yang sama dengan garis tinta hitam dan diparaf oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah dan pada kolom terakhir di bawah garis penutup.

Apabila pada hari kerja yang bersangkutan tidak terdapat akta yang dibuat maka dicantumkan kata “Nihil”, di samping tanggal pencatatan dimaksud. Pada akhir kerja terakhir setiap bulan, daftar akta Pejabat Pembuat Akta Tanah ditutup dengan garis merah dan tandatangan serta nama jelas Pejabat Pembuat Akta Tanah dengan catatan di atas tanda tangan tersebut yang berbunyi sebagai berikut: “Pada hari ini …. tanggal …. daftar akta ini ditutup oleh saya, dengan catatan dalam bulan ini telah dibuat …. ( ) buah akta”. Dalam hal Pejabat Pembuat Akta Tanah menjalankan cuti, diberhentikan untuk sementara atau berhenti dari jabatannya, maka pada hari terakhir jabatannya itu Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bersangkutan wajib menutup daftar akta dengan garis merah dan tanda tangan serta nama jelas dengan catatan di atas tanda tangan tersebut yang berbunyi sebagai berikut: “Pada hari ini …. tanggal … . Daftar akta ini ditutup oleh saya, karena menjalankan cuti/ berhenti untuk sementara/ berhenti.”

Selanjutnya dalam Pasal 57 menegaskan bahwa buku daftar akta harus diisi secara lengkap dan jelas sesuai kolom yang ada sehingga dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan akta termasuk mengenai surat-surat yang berkaitan. Pengisian buku daftar akta dilakukan tanpa baris kosong yang lebih dari 2 (dua) baris.

Dalam hal terdapat baris kosong lebih dari 2 (dua) baris, maka sela kosong tersebut ditutup dengan garis berbentuk: Z.

Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pejabat pada badan pertanahan telah melakukan pemeriksaan buku daftar akta Pejabat Pembuat Akta Tanah umum, terlihat dari berita acara pemeriksaan. Dalam pemeriksaan buku daftar akta masih ada ditemukan notaris/ppat yang tidak mengisi dalam buku daftar akta setiap harinya, tetapi dalam berita acara tidak dibuat bahwa Notaris/PPAT

melakukannya. Hal ini disebabkan dalam pemeriksaan diberikan waktu kepada

PPAT yang diperiksa untuk melengkapi buku daftar akta.

Dalam temuan petugas menanyakan kepada Notaris/PPAT kenapa untuk hari yang dikosongkan dalam buku daftar akta yang sudara buat ini, menurut keterangannya saya belum melihat buku daftar akta memberikan alasan kepada petugas selama ini pegawai saya yang mengisi daftar buku akta. Dari hal ini petugas

memberikan penjelasan dan peringatan kepada Notaris/PPAT untuk tidak lagi

membuat seperti itu.

Dari uraian diatas dalam pemeriksaan seharusnya sudah diberikan tindakan teguran tertulis mengingat Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2016 perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 ketentuan Jabatan Pejabt Pembuat Akta Tanah

b. Pengawasan Melalui Pemeriksaan Hasil Penjilidan Akta

Pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah juga dilakukan dalam bentuk pemeriksaan pada hasil penjilidan akta. Penjilidan akta dilakukan oleh Pejabat

Pembuat Akta Tanah untuk memudahkan pencarian akta perbuatan hukum yang dilakukan oleh klien karena pada sampul penjilidan akta dituliskan nomor, bulan dan tahun pembuatan akta. Dalam Pasal 58 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah menegaskan bahwa akta otentik, surat di bawah tangan atau dokumen lainnya yang dipakai sebagai dasar bagi penghadap sebagai pihak dalam perbuatan hukum yang dibuatkan aktanya dinyatakan dalam akta yang

bersangkutan dan dilekatkan atau dijahitkan pada akta yang disimpan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah. Akta otentik, surat di bawah tangan atau dokumen lain yang dimaksud yaitu:

1) Akta atau surat kuasa dari pihak yang berwenang melaksanakan perbuatan hukum;

2) Akta atau surat persetujuan yang menurut peraturan diperlukan sebagai dasar kewenangan penghadap atau yang memberi kuasa kepada penghadap untuk melakukan perbuatan hukum misalnya persetujuan suami atau istri mengenai kepunyaan bersama;

3) Akta atau surat yang memuat bentuk pemberian kewenangan lain;

4) Surat atau peta yang menjelaskan obyek perbuatan hukum yang bersangkutan. Selanjutnya dalam Pasal 59 menegaskan bahwa akta Pejabat Pembuat Akta Tanah, berikut akta otentik, surat di bawah tangan atau dokumen lainnya dijilid dalam

1 (satu) sampul yang berisi 50 (lima puluh) akta. Penjilidan dilakukan sebulan sekali dengan ketentuan:

1) Apabila jumlah akta yang dibuat dalam bulan tersebut lebih dari 50 (lima puluh) buah atau kelipatannya, maka kelebihan akta tersebut dijilid sebagai jilid terakhir dalam bulan yang bersangkutan;

2) Apabila jumlah akta yang dibuat dalam bulan tersebut kurang dari 50 (lima puluh) buah, maka akta-akta tersebut dijilid sebagai satu-satunya jilid akta dalam bulan yang bersangkutan.

Lebih lanjut dalam Pasal 60 menegaskan bahwa warkah yang merupakan dokumen yang dijadikan dasar pembuatan akta, selain akta otentik, surat di bawah tangan atau dokumen lainnya, dijilid tersendiri dalam bundel warkah pendukung yang masing-masing berisi warkah pendukung untuk 25 (dua puluh lima) akta. Penjilidan dilakukan setiap bulan dengan ketentuan:

1) Apabila jumlah akta yang dibuat dalam bulan tersebut lebih dari 25 (dua puluh lima) buah atau kelipatannya, warkah pendukung untuk kelebihan akta tersbut dijilid sebagai jilid warkah pendukung terakhir dalam bulan yang bersangkutan;

2) Apabila jumlah akta yang dibuat dalam bulan tersebut kurang dari 25 (dua puluh lima) buah, maka warkah pendukung untuk akta-akta tersebut dijilid sebagai satu satunya jilid warkah pendukung akta dalam bulan yang bersangkutan.

Pada punggung sampul bundel warkah pendukung dituliskan nomor-nomor akta yang telah dibuat berdasarkan dokumen itu dengan menuliskan nomor terkecil dan yang terbesar dengan tanda strip (-) diantaranya, berikut tulisan “warkah” di depan nomor terkecil serta tahun pembuatan aktanya mengikuti garis miring (/) di belakang nomor besar.

Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pejabat pada badan pertanahan telah melakukan pemeriksaan hasil penjilidan akta pada Pejabat Pembuat Akta Tanah umum menurut keterangan bapak Ridwan Nasution dalam pelaksanaan

pembinaan dan pengawasan langsung kepada Notaris/PPAT telah sesuai dengan

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nomor 1 Tahun 2006 tentang ketentuan dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 dalam pasal 60 dalam penegasannya bahwa warkah yang merupakan dokumen yang dijadikan dasar pembuatan akta selain akta autentik, surat di bawah tangan atau dokumen lainnya, dijilid tersendiri dalam bundle warkah pendukung.

Selanjutnya Notaris/PPAT menerangkan selama menjadi PPAT hanya 1 (satu)

kali mendapatkan pemeriksaan hasil penjilidan akta.91 Hal ini harus diperhatikan

oleh Badan Pertanahan Nasional selaku kepala wajib memberikan pemeriksaan penjilidan akta ini merupakan untuk mengetahui kapan dan waktu perbuatan- perbuatan hukum yang dibuat aktanya.

c. Pemeriksaan Bukti-Bukti Pengiriman Akta

91Wawancara dengan Notaris/PPAT Kabupaten Deli Serdang Johanes Ginting, Medan tanggal 17 November 2016

Pengawasan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah juga dilakukan dalam bentuk pemeriksaan bukti-bukti pengiriman akta ke Kepala Badan Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Dalam Pasal 61 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah menegaskan bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib menyampaikan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah dan dokumendokumen lain yang diperlukan untuk keperluan pendaftaran akta perbuatan hukum yang dibuatnya kepada Kepala Badan Pertanahan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak ditandatangani akta yang bersangkutan.

Dalam hal laporan bulanan dijelaskan dalam Pasal 62 menegaskan bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib menyampaikan laporan bulanan mengenai semua akta yang dibuatnya paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya kepada Kepala Badan Pertanahan dan Kepala Kantor Wilayah. Sedangkan laporan bulanan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah mengenai akta jual beli, akta tukar-menukar, akta hibah, akta pemasukan ke dalam perusahaan, akta pembagian hak bersama, akta pemberian hak guna bangunan atas tanah hak milik, dan akta pemberian hak pakai atas tanah hak milik, disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

Penyampaian laporan dilakukan melalui jasa pengiriman atau diantar langsung ke alamat instansi yang bersangkutan. Penyampaian laporan dibuktikan dengan tanda penerimaan oleh perusahaan jasa pengiriman atau tanda penerimaan

oleh instansi yang bersangkutan yang bertanggal paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya dari bulan laporan.

Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pejabat pada badan

pertanahan telah melakukan pemeriksaan bukti-bukti dapat dilihat dalam

penyampaian laporan secara langsung kekantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, dapat dilihat dalam lampiran 10 Perkaban Nomor 1 Tahun 2006, dan dapat juga pada lampiran tesis ini.

Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa pihak-pihak yang berwenang melakukan pengawasan terhadap PPAT dalam melaksanakan jabatannya adalah Badan Pertanahan Nasional dan Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Adapun peranan Badan Pertanahan Nasional dalam hal ini adalah memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap PPAT agar dalam melaksanakan jabatannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan peranan IPPAT dalam hal ini adalah memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap PPAT agar dalam melaksanakan jabatannya sesuai dengan Kode Etik PPAT.

Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pejabat Pembuat Akta Tanah diatur dalam Pasal 67 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 masih diterapkan dalam prakteknya tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah menegaskan bahwa pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud di atas dilakukan oleh badan pertanahan yang juga dapat menugaskan staf

yang membidangai ke-Pejabat Pembuat Akta Tanah-an. Petugas yang ditugaskan untuk melaksanakan pemeriksaan wajib disertai dengan surat tugas.

Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib melayani petugas untuk memeriksa buku daftar akta, hasil penjilidan akta dan bukti-bukti pengiriman akta ke badan pertanahan. Sebagai bukti bahwa daftar akta sudah diperiksa, petugas pemeriksa mencantumkan parafnya pada setiap halaman yang sudah diperiksa dan pada akhir halaman yang sudah diperiksa dengan dicantumkan tulisan “Buku daftar akta ini sudah diperiksa oleh saya…” dan membubuhkan tandatangannya di bawah tulisan itu. Hasil pemeriksaan.

d. Penjatuhan Sanksi

Dalam upaya menegakkan fungsi pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah maka tindak lanjut dari pembinaan dan pengawasan tersebut memegang peranan yang sangat penting. Pembinaan dan pengawasan yang tidak diikuti oleh tindak lanjutnya maka hanya akan merupakan suatu hal yang sia-sia dan akan merusak citra pembinaan dan pengawasan itu sendiri. Hal tersebut dapat menurunkan wibawa pejabat yang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

Pejabat Pembuat Akta Tanah dan mendorong atau menyuburkan tindak

penyimpangan dan penyelewengan. Jadi tindak lanjut dari pembinaan dan pengawasan adalah mutlak bagi keberhasilan upaya pembinaan dan pengawasan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor

24 Tahun 2016 perubahan Peraturan Pemerintaah Nomor 37 Tahun1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah menegaskan bahwa sanksi yang dapat dijatuhkan oleh badan pertanahan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah sanksi administratif mulai dari teguran lisan sampai dengan pemberhentian dengan tidak hormat dari jabatannya. Penjatuhan sanksi diterapkan apabila ada Pejabat Pembuat Akta Tanah yang melakukan pelanggaran baik pelanggaran ringan maupun pelanggaran berat. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya. Jenis-jenis pelanggaran yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah umum di Kabupaten Deli Serdang antara lain:

1. Adanya Pejabat Pembuat Akta Tanah yang tidak membuka kantornya setiap hari.

Dalam Pasal 47 Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah menegaskan bahwa kantor Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib dibuka setiap hari kerja kecuali pada hari libur resmi dengan jam kerja paling kurang sama dengan jam kerja badan pertanahan setempat.

Selanjutnya dalam Pasal 45 huruf I menegaskan bahwa kewajiban Pejabat Pembuat Akta Tanah yaitu melaksanakan jabatan secara nyata setelah pengambilan sumpah jabatan.

Pejabat Pembuat Akta Tanah dapat meminta cuti kepada badan pertanahan, izin cuti diberikan bersamaan dengan pengangkatan Pejabat Pembuat Akta Tanah Pengganti

2. Adanya Pejabat Pembuat Akta Tanah yang melakukan dengan pembacaan akta di luar kantor dengan menyuruh pegawai/karyawan kantornya.

Dalam pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 dalam penjelasannya untuk pemenuhan Sifat autentik dari akta, pembacaan akta dilakukan sendiri oleh PPAT. Penandatanganan para piha, saksi dan oleh PPAT, dilakukan segera setelah Pembacaan akta dimaksud.

Dari hasil penelitian di lapangan, badan pertanahan tidak pernah menjatuhkan sanksi sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah. Pejabat pada badan pertanahan hanya melakukan teguran lisan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bersangkutan meskipun itu termasuk pelanggaran berat. Hal ini mengakibatkan pelanggaran-pelanggaran tersebut akan berlangsung hingga saat ini, apabila tidak dilakukan tindakan pelanggaran. Hal ini karena belum membudayanya pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan menejemen badan pertanahan. Menurut peneliti, hal-hal yang menyebabkan masih lemahnya budaya pembinaan dan pengawasan tersebut disebabkan:

Prosedur administratif dan birokrasi yang rumit merupakan hambatan terhadap kelancaran pelaksanaan tindak lanjut pembinaan dan pengawasan, sebagai contoh, jika hukuman bagi Pejabat Pembuat Akta Tanah yang melakukan pelanggaran berat dan dikenakan sanksi administratif dengan pemberhentian tidak hormat dari jabatannya maka hukumannya harus dilaksanakan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional, kalau yang bersalah adalah seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah di Kabupaten/ Kota dan hukumannya harus ditetapkan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional maka prosedur administrasi merupakan hambatan

b) Kualitas pejabat yang melakukan pembinaan dan pengawasan

Kualitas pejabat yang melakukan pembinaan dan pengawasan adalah kunci paling pokok dalam upaya menggalakkan tindak lanjut pembinaan dan pengawasan dan dalam upaya meningkatkan efektivitas pembinaan dan pengawasan pada umumnya. Tindak lanjut pembinaan dan pengawasan adalah rangkaian terakhir dari keseluruhan proses pembinaan dan pengawasan. Apabila pejabat yang melakukan pembinaan dan pengawasan lemah maka laporan hasil pengawasan yang dihasilkan oleh Pembina dan pengawas akan bermutu rendah akhirnya tindak lanjut pembinaan dan pengawasan tidak mengenai sasaran serta sangat mudah terjadi penyimpanganpenyimpangan Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam menjalankan tugas dan kewenangannya. c) Kualitas Pemimpin

Pimpinan pada badan pertanahan tidak menjatuhkan sanksi kepada pejabat Pembuat Akta Tanah yang melakukan pelanggaran berat, anggapan

masih bisa diperbaiki terhadap perbuatannya.92Hal ini merupakan pandangan

yang salah, hukuman yang adil dan mengenai sasaran adalah merupakan tindakan yang sangat bijaksana karena pada akhirnya meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pimpinan yang tidak berani mengambil risiko adalah tidak berhak menduduki jabatan pimpinan.

Kepatuhan Pejabat Pembuat Akta Tanah terhadap hukum hanya akan berjalan dengan baik apabila penegak hukum mampu menunjukkan kewibawaannya dengan jalan lebih menghayati pengertian hukum sebagai alat untuk menunjang terciptanya

tertib hukum(law in order).

92

Dalam hal ini sanksi merupakan hukuman yang dijatuhkan kepada PPAT yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada

hakekatnya sanksi sebagai suatu paksaan berdasarkan hukum, juga untuk

memberikan penyadaran kepada pihak yang melanggarnya, bahwa suatu tindakan yang dilakukannya telah tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, dan untuk mengembalikan yang bersangkutan agar bertindak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, juga untuk menjaga keseimbangan berjalannya suatu aturan hukum.

Oleh karena itu adalah tepat jika badan pertanahan harus berani memberikan sanksi terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah jika tidak memenuhi kewajiban yang ditentukan, demi tercapainya tujuan undang-undang yaitu ketertiban dalam menjalankan tugas dan kewenangnnya sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Dengan demikian Kepala Kantor Pertanahan sebagai pembina dan pengawas itu harus mengakan hukum mengingat kewenangan yang diberikan sesuai dengan pasal 65 Perkaban Nomor 1 Tahun 2006 melihat tugas dan kewenangan yang

diberikan kepada PPAT sebagai membantu penyelanggara administratif

pertananahan. Apabila PPAT melakukan pelanggaran wajib dilakukan tindakan

mengingat dalam melaksanakan tugasnya wajib mengikuti aturan, ketentuan-

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38, pasal 39 dan pasal 40 (PP No. 24 tahun 1997), serta ketentuan dan petunjuk yang diberikan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk dikenakan tindakan administrative berupa teguran tertulis sampai pemberhentian dari jabatannya sebagai PPAT, dengan tidak mengurangi kemungkinan dituntut ganti kerugian oleh pihak-pihak yang menderita kerugian yang diakibatkan oleh diabaikannya ketentuan-ketentuan tersebut (lihat Pasal 62 PP No. 24 tahun 1997).

BAB IV

HAMBATAN YANG DI HADAPI BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN

Dokumen terkait