BAB III
IMPLEMENTASI FUNGSI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DI KABUPATEN DELI SERDANG
A. Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang
Sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 Kabupaten Deli
Serdang yang dikenal sekarang ini dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan (
Kesultanan ) yaitu Kesultanan Deli yang berpusat di Kota Medan dan Kesultanan
Serdang berpusat di Perbaungan.
Kabupaten Deli Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1984 tentang Undang-Undang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 7 Darurat Tahun 1965. Hari jadi
Kabupaten Deli Serdang ditetapkan tanggal 1 Juli 1946.73
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1984, ibukota Kabupaten
Deli Serdang dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam dengan lokasi
perkantoran di Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara
tanggal 23 Desember 1986.74
Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak diantara 2°57” - 3°16”
Lintang Utara serta pada 98°33 - 99°27¨ Bujur Timur merupakan bagian dari wilayah
pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72
Km² (249,772 Ha) atau merupakan 3,34% dari luas Propinsi Sumatera Utara.
73www.deliserdangkab.go.id, diakses tanggal 13 sesember 2016
74Pasal 1 ayat 1, Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1984 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten
Dapat dilihat dari table berikut ini:
Tabel 1: wilayah Kabupaten Deli Serdang
KARAKTERISTIK PENJELASAN
Letak 2057” Lintang Utara
3016” Lintang Selatan
9033” – 99027”Bujur Timur
Luas Wilayah 2.497,72 Km2/ 249.772 Ha
Letak diatas pemukaan Laut
0 – 500 M
Batas-Batas Utara : Kabupaten
Langkat dan Selat Malaka
Selatan : Kabupaten Karo
dan Kab Simalungun
Barat : Kabupaten
Langkat dan Kabupaten Karo
Timur : Kabupaten
Serdang Bedagai
Daerah Administratif Terdiri dari 22 Kecamatan dan 380 Desa, 14 Kelurahan
yang semuanya telah
Kabupaten Deli Serdang secara administratif wialyah Pemerintah Kabupaten
Deli Serdang dengan luas ± 2.497.72 km2 terdiri atas 22 Kecamatan , 380 desa dan
14 kelurahan dan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2: luas wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
Kabupaten/Kota
1 Gunung Meriah 76,65 2 874 37
2 S.T.M. Hulu 223,38 14 023 63
3 Sibolangit 179,96 22 476 125
4 Kutalimbaru 174,92 40 656 232
5 Pancur Batu 122,53 96 288 786
6 Namo Rambe 62,30 41 479 666
7 Biru-Biru 89,69 38 646 431
8 S.T.M. Hilir 190,50 34 777 183
9 Bangun Purba 129,95 24 534 189
10 Galang 150,29 69 964 466
11 Tanjung
Morawa 131,75 218 084 1 655
12 Patumbak 46,79 100 423 2 146
13 Deli Tua 9,36 68 658 7 335
14 Sunggal 92,52 276 263 2 986
15 Hamparan Perak 230,15 170 065 739
16 Labuhan Deli 127,23 68 218 536
17 Percut Sei Tuan 190,79 436 003 2 285
18 Batang Kuis 40,34 63 743 1 580
19 Pantai Labu 81,85 48 893 597
20 Beringin 52,69 59 537 1 130
21 Lubuk Pakam 31,19 91 981 2 949
22 Pagar Merbau 62,89 41 723 663
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang)
Tabel 3:Ibukota Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang 2015
Kecamatan/Subdistrict Ibukota Kecamatan
1 Gunung Meriah Gunung Meriah
2 Sinembah Tanjung Muda
Hulu Tiga Juhar
3 Sibolangit Bandar Baru
4 Kutalimbaru Kutalimbaru
5 Pancur Batu Pancur Batu
6 Namo Rambe Namo Rambe
7 Biru-Biru Biru-Biru
8 Sinembah Tanjung Muda
Hilir Talun Kenas
9 Bangun Purba Bangun Purba
10 Galang Galang
11 Tanjung Morawa Tanjung Morawa
12 Patumbak Patumbak
13 Deli Tua Deli Tua
14 Sunggal Sunggal
15 Hamparan Perak Hamparan Perak
16 Labuhan Deli Helvetia
17 Percut Sei Tuan Tembung
18 Batang Kuis Batang Kuis
19 Pantai Labu Pantai Labu
20 Beringin Beringin
21 Lubuk Pakam Lubuk Pakam
22 Pagar Merbau Pagar Merbau
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang)
Tabel 4: Banyaknya Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Kabupaten Deli Serdang, 2015
Kecamatan Banyaknya
Desa
Banyaknya Kelurahan
1 Gunung Meriah 12
-2 Sinembah Tanjung
-3 Sibolangit 30
-11 Tanjung Morawa 25 1
12 Patumbak 8
-13 Deli Tua 3 3
14 Sunggal 17
-15 Hamparan Perak 20
-16 Labuhan Deli 5
-17 Percut Sei Tuan 18 2
18 Batang Kuis 11
-19 Pantai Labu 19
-20 Beringin 11
-21 Lubuk Pakam 6 7
22 Pagar Merbau 16
-Deli Serdang 380 14
( Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang)
Tabel diatas menunjukan luas wilayah, jumlah kecamatan dan desa kabupaten
Deli Serdang dengan formasi PPAT umum kabupaten deli serdang sebanyak 165
orang yang terdiri dari PPAT umum. PPAT umum disini adalah Notaris, merupakan
pejabat umum yang diberikan wewenang untuk membuat akta-akta autentik. Akta
autentik yang dibuatnya, berkaitan dengan: Hak atas tanah, Hak milik atas satuan
rumah, SKMHT dan APHT. Jumlah ini sangat memungkinkan melihat luas tanah dan
jumlah penduduk di Kabupaten Deli Serdang. Jumlah formasi PPAT ini sudah dapat
autentik, tetapi kenyataannya masih ada PPAT/Notaris yang melakukan perbuatan
yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini menjadi
salah satu faktor pembina dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah di
Kabupaten Deli Serdang kurang lancar.
PPAT yang menjalankan tugasnya dan kewenangannya masih banyak
kesalahan dalam pembutan akta dalam peralihan dan banyak pelanggaran yang
dilakukan PPAT. Disini pihak Badan Pertanahan Nasional selaku pelaksana
pembianan dan pengawasan yang sudah ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan wawancara dengan Muhammad Ridwan Nasution75, dijelaskan
Pejabat Pembuat Akta Tanah mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pendaftaran,
peralihan, pembebanan hak atas hak tanah, pembebanan hak tanggungan dan
membimbing Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam sarana daftar isian di bidang
pendaftaran tanah agar tidak terjadinya dalam pembuatan Akta PPAT.
B. Fungsi Kantor Pertanahan Nasional dalam Melakukan Pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Kantor Pertanahan adalah unit kerja Badan Pertanahan Nasional di wilayah
Kabupaten atau Kota yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan
daftar umum pendaftaran Tanah.76
75Wawancara Muhammad Ridwan Nasution, selaku Kepala Sub Seksi Pembebanan Hak dan PPAT, Kantor
Pertanahan Kab.Deli Serdang, tanggal 24 November 2016 76
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang organisasi dan tata kerja kantor wilayah
Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan maka kedudukan, tugas pokok
dan fungsi Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:
1. Kedudukan
Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di
Kabupaten/Kota yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Badan Pertanahan Nasional melalui Kepala Kanwil Badan Pertanahan
Nasional Provinsi.
2. Tugas Pokok
Tugas Pokok Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang adalah
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional pada
Kabupaten Deli Serdang.
3. Fungsi
Fungsi untuk melaksanakan tugas pokok yang dimaksud diatas, Kantor
Pertanahan Kabupaten Deli Serdang mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Penyusunan rencana, program dan penganggaran dalam rangka
pelaksanaan tugas pertanahan;
b) Pelayanan, perizinan, dan rekomendasi di bidang pertanahan;
c) Pelaksanaan survei, pengukuran, dan pemetaan dasar, pengukuran, dan
pemetaan bidang, pembukuan tanah, pemetaan tematik, dansurveipotensi
tanah;
d) Pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, dan
penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan wilayah tertentu;
e) Pengusulan dan pelaksanaan penetapan hak tanah, pendaftaran hak tanah,
f) Pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis, peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat;
g) Penanganan konflik, sengketa, dan perkara pertanahan;
h) Pengkoordinasian pemangku kepentingan pengguna tanah;
i) Pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional
(SIMTANAS);
j) Pemberian penerangan dan informasi pertanahan kepada masyarakat,
pemerintah dan swasta;
k) Pengkoordinasian penelitian dan pengembangan;
l) Pengkoordinasian pengembangan sumber daya manusia pertanahan;
m) Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana dan
prasarana, perundang-undangan serta pelayanan pertanahan.
Kantor pertanahan dalam melaksanakan tugasnya agar dapat berjalan sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku maka untuk mengoptimalkan
kinerjanya terdiri atas beberapa subbagian dan masing-masing subbagian memiliki
tugas yang berbeda-beda, hal ini didasarkan pada Pasal 54-78 Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor. pada struktur Organisasi dapat diketahui dengan jelas tentang isi dari luasnya
kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam organisasi yang bersangkutan.
Oleh karena itu dapat kita lihat dibawah ini bagian- bagian dalam tata kerja
yang sudah diberikan kewenangan dan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang
(Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang)
KEPALA KANTOR PERTANAHAN Kepala Sub Seksi Tematik dan
Potensi Tanah Rusdi, SH NIP.19730506 199703 1 002
Kepala Sub Seksi Penetapan Hak Tanah Danny Wira Basa, SP. M.Si NIP.19710814 199803 1 004 Kepla Sub Seksi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT M.Ridwan Nasution, SH, CN NIP.19600703 198003 1 001
Kepala Sub Seksi Penatagunaan dan Kawasan Tertentu
Eston NIP.19630323 198603 1 005 Kepala Sub Seksi Landrefom dan
Konsulidasi Tanah
Struktur organisasi dari Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang tersebut
didasarkan pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2006. Adapun organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang
terdiri dari:
1. Subbagian Tata Usaha;
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif
kepada semua satuan organisasi Kantor Pertanahan, serta menyiapkan bahan evaluasi
kegiatan, penyusunan program, dan peraturan perundang-undangan. Dalam
menyelenggarakan tugasnya Subbagian Tata Usaha mempunyai fungsi:
1) Pengelolaan data dan informasi;
2) Penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja pemerintah;
3) Pelaksanaan urusan kepegawaian;
4) Pelaksanaan urusan keuangan dan anggaran;
5) Pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga, sarana dan prasarana; 6) Penyiapan bahan evaluasi kegiatan dan penyusunan program; 7) Koordinasi pelayanan pertanahan;
Subbagian Tata Usaha terdiri dari:
1) Urusan Perencanaan dan Keuangan;
Urusan Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas menyiapkan
penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja pemerintah, keuangan dan penyiapan bahan evaluasi;
2) Urusan Umum dan Kepegawaian.
Urusan Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, kepegawaian, perlengkapan, rumah tangga, sarana dan prasarana, koordinasi pelayanan pertanahan serta pengelolaan data dan informasi.
2. Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan
Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas melakukan survei,
dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan tematik dan survei potensi
tanah, penyiapan pembinaan surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah. Dalam
menyelenggarakan tugasnya, Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan mempunyai
fungsi:
1) pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan; perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan tematik dan survei potensi tanah, pembinaan surveyor berlisensi; 2) perapatan kerangka dasar orde 4 dan pengukuran batas kawasan/wilayah; 3) pengukuran, perpetaan, pembukuan bidang tanah, ruang dan perairan;
4) survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik dan
potensi tanah;
5) pelaksanaan kerjasama teknis surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah; 6) pemeliharaan peralatan teknis
Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan terdiri dari:
1) Subseksi Pengukuran dan Pemetaan;
Subseksi Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas menyiapkan
perapatan kerangka dasar orde 4, penetapan batas bidang tanah dan
pengukuran bidang tanah, batas kawasan/wilayah, kerjasama teknis surveyor
berlisensi pembinaan surveyor berlisensi dan memelihara peta pendaftaran,
daftar tanah, peta bidang tanah, surat ukur, gambar ukur dan daftar-daftar
lainnya di bidang pengukuran
.
2) Subseksi Tematik dan Potensi Tanah.
Subseksi Tematik dan Potensi Tanah mempunyai tugas menyiapkan
potensi tanah, pemeliharaan peralatan teknis komputerisasi dan pembinaan
pejabat penilai tanah.
3. Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah;
Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah mempunyai tugas menyiapkan bahan
dan melakukan penetapan hak dalam rangka pemberian, perpanjangan dan
pembaruan hak tanah, pengadaan tanah, perijinan, pendataan dan penertiban bekas
tanah hak; pendaftaran, peralihan, pembebanan hak atas tanah serta pembinaan
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Dalam menyelenggarakan tugasnya, Seksi Hak
Tanah dan Pendaftaran Tanah mempunyai fungsi
1) pelaksanaan pengaturan dan penetapan di bidang hak tanah;
2) penyiapan rekomendasi pelepasan, penaksiran harga dan tukar-menukar, saran dan pertimbangan serta melakukan kegiatan perijinan, saran dan pertimbangan usulan penetapan hak pengelolaan tanah;
3) penyiapan telaahan dan pelaksanaan pemberian rekomendasi perpanjangan jangka waktu pembayaran uang pemasukan dan atau pendaftaran hak;
4) pengadministrasian atas tanah yang dikuasai dan/atau milik negara, daerah
bekerjasama dengan pemerintah, termasuk tanah badan hukum pemerintah; 5) pendataan dan penertiban tanah bekas tanah hak;
6) pelaksanaan pendaftaran hak dan komputerisasi pelayanan pertanahan; 7) pelaksanaan penegasan dan pengakuan hak;
8) pelaksanaan peralihan, pembebanan hak atas tanah dan pembinaan PPAT.
Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah terdiri dari :
1) Sub seksi Penetapan Hak Tanah
Subseksi Penetapan Hak Tanah mempunyai tugas menyiapkan
pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai penetapan Hak
Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai, perpanjangan jangka waktu,
dan/rekomendasi perpanjangan jangka waktu pembayaran uang pemasukan
dan atau pendaftaran hak tanah perorangan.
2) Sub seksi Pengaturan Tanah Pemerintah;
Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah mempunyai tugas menyiapkan
pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai penetapan hak
milik dan hak pakai, Hak Guna Bangunan dan hak pengelolaan bagi instansi
pemerintah, badan hukum pemerintah, perpanjangan jangka waktu,
pembaharuan hak, perijinan, peralihan hak atas tanah; rekomendasi pelepasan
dan tukar-menukar tanah pemerintah.
3) Sub seksi Pendaftaran Hak
Subseksi Pendaftaran Hak mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan
pendaftaran hak atas tanah, pengakuan dan penegasan konversi hak-hak lain,
hak milik atas satuan rumah susun, tanah hak pengelolaan, tanah wakaf, data
yuridis lainnya, data fisik bidang tanah, komputerisasi pelayanan pertanahan
serta memelihara daftar buku tanah, daftar nama, daftar hak atas tanah, dan
warkah serta daftar lainnya di bidang pendaftaran tanah.
4) Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah
mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pendaftaran, peralihan,
pembebanan hak atas hak tanah, pembebanan hak tanggungan dan bimbingan
Pejabat Pembuat Akta Tanah serta sarana daftar isian di bidang pendaftaran
4. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan
Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan
bahan dan melakukan penatagunaan tanah, landreform konsolidasi tanah, penataan
pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu
lainnya. Dalam menyelenggarakan tugas, Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan
mempunyai fungsi:
1) pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah dan penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu lainnya, penetapan kriteria kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah serta penguasaan dan pemilikan tanah dalam rangka perwujudan fungsi kawasan/zoning, penyesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah, penerbitan ijin perubahan penggunaan tanah, penataan tanah bersama untuk peremajaan kota, daerah bencana dan daerah bekas konflik serta permukiman kembali; 2) penyusunan rencana persediaan, peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan
tanah, neraca penatagunaan tanah kabupaten/kota dan kawasan lainnya; 3) pemeliharaan basis data penatagunaan tanah kabupaten/kota dan kawasan; 4) pemantuan dan evaluasi pemeliharaan tanah, perubahan penggunaan dan
pemanfaatan tanah pada setiap fungsi kawasan/zoning dan redistribusi tanah, pelaksanaan konsolidasi tanah, pemberian tanah obyek landreform dan pemanfaatan tanah bersama serta penertiban administrasi landreform;
5) pengusulan penetapan/penegasan tanah menjadi obyek landreform;
6) pengambil alihan dan/atau penerimaan penyerahan tanah-tanah yang terkena ketentuan landreform;
7) penguasaan tanah-tanah obyek landreform;
8) pemberian ijin peralihan hak atas tanah pertanian dan ijin redistribusi tanah dengan luasan tertentu;
9) penyiapan usulan penetapan surat keputusan redistribusi tanah dan
pengeluaran tanah dari obyek landreform;
10) penyiapan usulan ganti kerugian tanah obyek landreform dan penegasan obyek konsolidas tanah;
11) penyediaan tanah untuk pembangunan;
Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan terdiri dari:
1) Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu;
dan penggunaan tanah, rencana penataan kawasan, pelaksanaan koordinasi, monitoring dan evaluasi pemeliharaan tanah, perubahan penggunaan dan
pemanfaatan tanah pada setiap fungsi kawasan/zoning, penerbitan
pertimbangan teknis penatagunaan tanah, penerbitan ijin perubahan
penggunaan tanah, penyusunan neraca penatagunaan tanah, penetapan
penggunaan dan pemanfaatan tanah, penyesuaian penggunaan dan
pemanfaatan tanah, serta melaksanakan pengumpulan dan pengolahan dan pemeliharaan data tekstual dan spasial.
2) Sub seksi Landreform dan Konsolidasi Tanah.
Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah mempunyai tugas
menyiapkan bahan usulan penetapan/penegasan tanah menjadi obyek landreform; penguasaan tanah-tanah obyek landreform; pemberian ijin peralihan hak atas tanah dan ijin redistribusi tanah luasan tertentu; usulan penerbitan surat keputusan redistribusi tanah dan pengeluaran tanah dari obyek landreform; monitoring dan evaluasi redistribusi tanah, ganti kerugian, pemanfaatan tanah bersama dan penertiban administrasi landreform serta fasilitasi bantuan keuangan/permodalan, teknis dan pemasaran; usulan penegasan obyek penataan tanah bersama untuk peremajaan permukiman kumuh, daerah bencana dan daerah bekas konflik serta permukiman kembali; penyediaan tanah dan pengelolaan sumbangan tanah untuk pembangunan; pengembangan teknik dan metode; promosi dan sosialisasi; pengorganisasian dan pembimbingan masyarakat; kerja sama dan fasilitasi; pengelolaan basis data dan informasi; monitoring dan evaluasi serta koordinasi pelaksanaan konsolidasi tanah
5. Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan
Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan mempunyai tugas menyiapkan bahan
dan melakukan kegiatan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah
terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat. Dalam menyelenggarakan
tugas seksi Pengendalian dan Pemberdayaan mempunyai fungsi:
1) pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat;
3) pengkoordinasian dalam rangka penyiapan rekomendasi, pembinaan, peringatan, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah negara, penanganan tanah terlantar dan tanah kritis;
4) penyiapan saran tindak dan langkah-langkah penanganan serta usulan rekomendasi, pembinaan, peringatan, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah negara serta penanganan tanah terlantar dan tanah kritis;
5) inventarisasi potensi masyarakat marjinal, asistensi dan pembentukan kelompok masyarakat, fasilitasi dan peningkatan akses ke sumber produktif; 6) peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan mitra
kerja teknis pertanahan dalam rangka pemberdayaan masyarakat;
7) pemanfaatan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis untuk
pembangunan;
8) pengelolaan basis data hak atas tanah, tanah negara, tanah terlantar, dan tanah
kritis serta pemberdayaan masyarakat;
9) penyiapan usulan keputusan pembatalan dan penghentian hubungan hukum atas tanah terlantar.
Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan terdiri dari:
1) Sub seksi Pengendalian Pertanahan;
Subseksi Pengendalian Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan
pengelolaan basis data, dan melakukan inventarisasi dan identifikasi,
penyusunan saran tindak dan langkah penanganan, serta menyiapkan bahan
koordinasi usulan penertiban dan pendayagunaan dalam rangka penegakan
hak dan kewajiban pemegang hak atas tanah; pemantauan, evaluasi,
harmonisasi kebijakan dan program pertanahan dan sektoral dalam
pengelolaan tanah negara, penanganan tanah terlantar dan tanah kritis;
2) Subseksi Pemberdayaan Masyarakat.
Subseksi Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas menyiapkan bahan
dan melaksanakan pembinaan partisipasi masyarakat, lembaga masyarakat,
mitra kerja teknis dalam pengelolaan pertanahan, serta melakukan kerjasama
pemberdayaan dengan pemerintah kabupaten/kota, lembaga keuangan dan
dunia usaha, serta bimbingan dan pelaksanaan kerjasama pemberdayaan.
6. Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara
Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara mempunyai tugas menyiapkan bahan dan
melakukan kegiatan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan Dalam
menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53, Seksi Konflik,
Sengketa dan Perkara mempunyai fungsi:
1) pelaksanaan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan; 2) pengkajian masalah, sengketa dan konflik pertanahan;
3) penyiapan bahan dan penanganan sengketa dan konflik pertanahan secara hukum dan non hukum, penanganan dan penyelesaian perkara, pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan melalui bentuk mediasi, fasilitasi dan lainnya, usulan dan rekomendasi pelaksanaan putusan-putusan lembaga peradilan serta usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau badan hukum dengan tanah;
4) pengkoordinasian penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan; 5) pelaporan penanganan dan penyelesaian konflik, sengketa dan perkara
pertanahan.
Seksi Konflik, Sengketa dan Perkara terdiri dari :
1) Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan
Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan menyiapkan pengkajian
hukum, sosial, budaya, ekonomi dan politik terhadap sengketa dan konflik
pertanahan, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan
alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi, fasilitasi, dan koordinasi
penanganan sengketa dan konflik;
2) Subseksi Perkara Pertanahan.
Subseksi Perkara Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan penanganan dan
penyelesaian perkara, koordinasi penanganan perkara, usulan rekomendasi
pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang dan/atau badan
hukum dengan tanah sebagai pelaksanaan putusan lembaga peradilan.
Dalam kantor pertanahan, seksi yang memiliki fungsi untuk membina Pejabat
Pembuat Akta Tanah adalah seksi hak tanah dan pendaftaran tanah. Fungsi tersebut
dijalankan oleh subseksi peralihan, pembebanan dan pembinaan Pejabat Pembuat
Akta Tanah. Pembinaan tersebut termasuk dalam pembinaan fungsional dimana
kedudukannnya.
Oleh karena itu dalam penegakan suatu ketentuan Undang-undang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24Tahun 2016 tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah, dalam pelaksanaan kewajiban Pejabat Pembuat Akta Tanah
yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam undang undang tersebut, maka
peranan aparat yang melaksanakan pembinaan dan pengawasan sangat menentukan.
Tentang ketentuan dalam tugas Subbagian dan seksi pada Kantor Pertanahan
Nasional dan uraian tugas urusan dan subseksi pada Badan Pertnahan menegaskan
hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah:77
77
(1).Seksi Pendaftaran, Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah mempunyai tugas menyiapkan pembinaan pendaftaran hak, penegasan, dan pengakuan hak atas tanah bekas hak Indonesia, peralihan, pembebanan hak atas tanah, pembebanan hak tanggungan, dan pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) serta melakukan komputerisasi pelayanan pertanahan. (2).Uraian tugas sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:
a. menyampaikan saran-saran dan atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah tentang tindakan yang perlu diambil dalam menyiapkan pembinaan pendaftaran hak, penegasan, dan pengakuan hak atas tanah bekas hak Indonesia, peralihan, pembebanan hak atas tanah, pembebanan hak tanggungan, dan pembinaan PPAT, serta melakukan komputerisasi pelayanan pertanahan;
b. menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan bidang tugasnya sebagai pedoman dan landasan kerja;
c. membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Seksi Pendaftaran, Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT sebagai pedoman pelaksanaan tugas serta melaksanakan monitoring pelaksanaannya;
d. mempersiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pedoman dan petunjuk teknis dalam menyiapkan pembinaan pendaftaran hak, penegasan, dan pengakuan hak atas tanah bekas hak Indonesia, peralihan, pembebanan hak atas tanah, pembebanan hak tanggungan, dan pembinaan PPAT serta melakukan komputerisasi pelayanan pertanahan;
e. mengumpulkan, menghimpun dan mensistimatisasikan/mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan menyiapkan pembinaan pendaftaran hak, penegasan, dan pengakuan hak atas tanah bekas hak Indonesia, peralihan, pembebanan hak atas tanah, pembebanan hak tanggungan, dan pembinaan PPAT serta melakukan komputerisasi pelayanan pertanahan; f. memberikan bimbingan pelaksanaan tata pendaftaran tanah, tata usaha
pendaftaran tanah dan pelaksanaan peralihan hak, pembebanan hak ke Kantor Pertanahan untuk dapat menjalankan tugas secara sistematis dan benar;
g. menyiapkan bahan bimbingan dan penilaian pelaksanaan tugas terhadap PPAT dalam rangka pembinaan dan pengawasan terhadap camat selaku PPAT sementara atau PPAT;
h. melakukan pembinaan pendaftaran, peralihan dan pembinaan PPAT pada Kantor Pertanahan dan PPAT;
i. menerima/meneliti laporan penerbitan sertipikat/akta PPAT;
j. menerima dan mendistribusikan blanko sertipikat dan sambungan buku
tanah;
l. untuk Kantor Wilayah BPN yang menggunakan sistem manual melaksanakan pemeliharaan berkas, mengelola dokumen (Daftar Isian Pendaftaran Tanah) dan hasil laporan pelaksanaan tugas PPAT;
m. memberikan bimbingan pada PPAT dan PPAT sementara dalam hubungan dengan pelaksanaan tugas masing-masing seperti pembuatan Akta PPAT, pembukuan dan pelaporan PPAT;
n. menyiapkan pengantar permohonan pengangkatan PPAT sementara ke BPN RI;
o. melakukan inventarisasi permasalahan dan mengumpulkan bahan–bahan
dalam rangka pemecahan masalah dalam menyiapkan pembinaan
pendaftaran hak, penegasan, dan pengakuan hak atas tanah bekas hak indonesia, peralihan, pembebanan hak atas tanah, pembebanan hak tanggungan, dan pembinaan PPAT serta melakukan komputerisasi pelayanan pertanahan;
p. melakukan hubungan kerja dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugasnya dengan unit kerja terkait;
q. melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan dalam menyiapkan pembinaan pendaftaran hak, penegasan, dan pengakuan hak atas tanah bekas hak Indonesia, peralihan, pembebanan hak atas tanah, pembebanan hak tanggungan, dan pembinaan PPAT serta melakukan komputerisasi pelayanan pertanahan;
r. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
Dalam rangka pelaksana pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta
Tanah Umum/Notaris dari hasil wawancara dengan bapak Hendri78 menyampaikan
jumlah formasi PPAT sebanyak 165 orang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
dalam rangka pelaksanaan untuk tahun anggaran 2015 di Kabupaten Deli Serdang,
data menunjukan yang dilakukan Badan Pertanahan Nasional dalam hal pembinaan
dan pengawasan hanya sebanyak 10 orang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5: Pembinaan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah Dikabupaten Deli Serdang Tahun 2015
No Nama PPAT Alamat
1 Dina Yanti, SH Jl.Deli Tua
2 Irham Kasymir,SH Jl. Besar Deli Tua
78
3 Emas Deliana, SH Jl. Jamin Ginting
4 Sri Uswati, SH Jl. Besar Deli Tua
5 Rifky Suryadi,SH Jl. Karya Wisata
6 Sutrisno, SH Jl. Medan Deli Tua
7 Sanggap Taras Jl. Letjen Jamin Ginting
8 Agusting, SH Jl. Karya Jaya A/3
9 Irmansyah Batu Bara,SH Jl. Dahlan Tanjung
10 Sylvia Yuslandi, SH Jl.Medan Deli Tua
(Sumber: Kantor PertanahanKabupaten Deli Serdang )
Dari tabel diatas menunjukan dalam penugasan pelaksanaan dilakukan oleh
Kepala Kantor Pertanahan khususnya di Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan
Peraturan Kepala Badan Pertnahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 dalam pelaksanan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 perubahan Peraturan Pemerintah Nomor
37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah sesuai pasal
67 angaka 1 dan 2 menugaskan staf berikut dengan surat tugas antara lain:
1) Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara pada Kantor Pertanahan 2) Kepala Sub Seksi Peralihan, Pendaftaran Hak dan PPAT
3) Kepala Sub Seksi, Lendrifriform dan Konsilidasi Tanah 4) Staf Analis Permohonan Hak tanah dan Pendaftaran Tanah 5) Staf Penyusunan Rencana Kegiatan
Dalam penugasan yang diberikan untuk menjalankan pembinaan dan
pengawasan secara langsung dilakukan selama 3 (tiga) hari kekantor PPAT/Notaris
yang sudah ditentukan nama seperti termuat diatas.
Disamping itu peneliti melakukan observasi kepada Pejabat Pembuat Akta
Tanah khususnya dikabupaten deli serdang sesuai dengan informasi yang diberikan
pelaksanaan pembinaan dan pengawasan untuk tahun 2015 berjumlah 165 orang
kepada bapak Notaris/PPAT Irham Kasymir selaku Ketua IPPAT Kabupaten Deli
Serdang menanyakan langsung kepada beliau pelaksanaan pembinaan yang
dijalankan oleh Badan Pertanahan Nasional selama ini apakah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Beliau mengatakan pembinaan yang dijalankan
kepada PPAT selamai ini sesuai tetapi belum maksimal disebabkan pembinaan
dilakukan hanya satu kali dalam setahun, itu sebatas pembuatan akta PPAT, laporan
bulan, pembuatan buku daftar akta dan penjidan akta
Menurut Notaris/PPAT Ahmad Julyadi Nasution,SH, Mkn pembinaan yang
ditugaskan oleh Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional kepada Stafnya untuk
menjalankan Pembinaan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah selama ini
menyampaikan dalam pembuatan akta. Pembuatan akta misalnya Akta Jual Beli,
dalam pembuatan melalui tahapan-tahapan yang dilakukan selaku Pejabat Pembuat
Akta Tanah antara lain:
1. Tahap persiapan
Terlebih dahulu melakukan pengecekan sertipikat yang asli di Kantor
Pertanahan untuk menyesuaikan dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan
setempat. Apabila sertipikat tersebut telah terbukti sesuai dengan semua daftar yang
ada di dalam Kantor Pertanahan, maka Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang
ditunjuk membubuhkan cap atau tulisan dengan kalimat “telah diperiksa dan
disesuaikan dengan daftar di Kantor Pertanahan”.
Sertipikat yang sudah diperiksa kesesuaiannya dengan daftar-daftar di Kantor
yang harus diperhatikan dalam membuat akta setelah pengecekan sertipikat yang
telah dinyatakan bersih, antara lain: Para pihak diminta kelengkapan berkas-berkas
kelengkapan, yang antara lain:
a) Sertipikat asli;
b) Foto kopi KTP dan KK pihak penjual, apabila tanah tersebut merupakan harta bersama dengan istrinya maka dilampirkan pula foto kopi KTP istri dan foto kopi surat nikah;
c) Foto kopi KTP dan KK pihak pembeli;
d) Foto kopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB) tahun berjalan/tahun terakhir;
e) Bukti pembayaran pajak PPh final/Surat Setoran Pajak (SSP);
f) Bukti pembayaran pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/Bangunan (BPHTB).
2. Tahap Pembuatan Akta
Akta PPAT adalah merupakan akta otentik, maka susunannya sebagaimana
syarat-syarat akta-akta otentik lainnya, yang terdiri dari:
a. Awal akta, yang berisi:
1) Judul akta atau kepala akta;
2) Nomor akta (nomor urut akta/tahun pembuatan akta)
3) Hari, tanggal, bulan dan tahun dibuatnya akta;
4) Nama lengkap PPAT, dasar hukum kewenangan PPAT, dituliskan pula
jabatan dari pejabat yang mengeluarkan Keputusan pengangkatan PPAT, nomor serta tanggalnya;
5) Daerah kerja sesuai pengangkatan;
6) Alamat lengkap letak kantor PPAT
b. Badan Akta, terdiri dari:
1) Komparisi, berisi tentang:
b) Kedudukan bertindak menunjukkan apa yang menjadi kewenangan apa
yang menjadi dasar dalam perbuatan/tindakan yang dilakukan oleh
penghadap.
Selain identitas penghadap, kecakapan dan kewenangan bertindak
penting dicantumkan karena berkaitan dengan Pasal 1320 KUH Perdata
tentang syarat sahnya suatu perjanjian. Setelah pencantuman para penghadap
dikenal atau diperkenalkan maka dicantumkan kesepakatan para pihak
terhadap/atas obyek tersebut, misal dalam hal ini adalah peralihan hak karena
jual beli, dilanjutkan dengan penulisan obyek yang diperjanjikan atau obyek
yang diserahkan (diisi data tanahnya), yang terdiri dari nomor hak, tanggal
dan nomor Surat Ukur/Gambar Situasi, luas tanah, Nomor Induk Bidang
(NIB), atas nama, alat bukti yang digunakan sebagai dasar perbuatan hukum
tersebut.
2) Isi akta
Isi akta memuat kehendak dan keinginan dari para pihak. Pada bagian isi akta
diuraikan dan dijelaskan apa yang disaksikan oleh PPAT untuk diuraikan
dan/atau dicatatkan (dikonstatir) kehendak para pihak yang menghendaki
dibuatnya akta tersebut.
Pejabat Pembuat Akta Tanah tersebut harus tetap memperhatikan
tidak boleh bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan, ketertiban
dan kesusilaan.
Bagian isi memuat kehendak dan kesepakatan-kesepakatan para pihak
terhadap perbuatan hukum diantara para pihak yang dituangkan dalam
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat.
c. Akhir atau penutup akta,
Akta ditandatangani/dibubuhi cap ibu jari tangan kiri, dimulai dengan
penghadap Pihak Pertama di atas meterai, kemudian berturut-turut penghadap
lainnya, pemberi persetujuan (kalau ada), saksi-saksi dan Pejabat Pembuat Akta
Tanah. Penandatanganan dilakukan segera setelah akta dibacakan, segera mempunyai
arti bahwa akta dibacakan pada saat itu juga.
Selanjutnya dalam hal pengawasan yang dilakukan Badan Pertanahan
Nasional yang selalu di lihat dalam pemeriksaan buku daftar PPAT, hasil penjidan
akta, laporan bulan dan sewaktu pendaftaran peralihan kekantor Badan Pertanahan
Nasional dalam perifikasi berkas.
Menurut Notaris Irwansyah Nasution, SH menerangkan bahwa pembinaan
dan pengawasan selama ini dilakukan satu tahun sekali dalam kunjungan melakukan
pembinaan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah memberikan arahan dan petunjuk
teknis dalam perkembangan dalam pembuatan akta, dalam pembuatan buku daftar
akta, dalam pembuatan laporan bulanan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan
pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 ketentuan pelaksana Peraturan Jabatan
Ginting menerangkan selama ini pembinaan dan pengawasan yang dilakukan secara
langsung dengan datang kekantor PPAT untuk melaksanakan Pembinaan oleh
pejabat Badan Pertanahan Nasional. Selama ini pihak petugas yang melaksanakan
pembinaan melihat dari buku daftar akta dan meminta apabila ada temuan dari akta
tersebut dalam perbuatan hukum yang menyimpang dan memberikan petunjuk teknis
secara administratif.
Menurut Notaris/PPAT Toni menerangkan selama ini pembinaan dan
pengawasan dilakukan dengan mendaftarkan hak atas tanah atupun peralihan
kekantor Badan Pertanahan Nasional disebabkan apabila ada peryaratan matril dan
formil yang masih kurang dan memberikan arahan kepada PPAT. Dalam pembinaan
dalam hal pembuatan akta pejabat Badan Pertanahan Nasional untuk melihat
ketentuan Perkaban Nomor 8 tahun 2012 dalam hal bentuk dan isi akta PPAT
Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan Notaris/PPAT dalam pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh pejabat Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Deli Serdang yang diberi tugas dalam hal pembinaan pembuatan
akta, laporan bulanan, penjilidan akta yang dilaksanakan tidak maksimal disebabkan
masih ada Pejabat Pembuat Akta Tanah hanya dibina secara tidak langsung sewaktu
pendaftaran hak saja dan pelaksanan dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun. Menurut
Peneliti pembinaan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah tidak cukup hanya
dilakukan 1 (satu) tahun karena masih banyak penyimpangan yang diulkukan oleh
Pejabat pembuat Akta Tanah,oleh karena itu pembinaan seharusnya direncanakan 4
dalam menjlankan tugas dan kewenagannya dengan baik sebagai mitra badan
pertanahan dalam menciptakan kepastian perubahan data pendaftaran tanah.
C. Bentuk Pembinaan dan Pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah a) Pembinaan dalam Pembuatan Akta
Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya disebut PPAT) merupakan pejabat
umum yang membantu Badan Pertanahan Nasional (selanjutnya disebut BPN) selaku
instansi yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendaftaran tanah. PPAT
bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat
akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas
tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang akan menjadi dasar bagi
pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan perbuatan hukum itu.
PPAT mempunyai peran yang sangat besar dalam peralihan hak atas tanah.
PPAT mempunyai tugas membantu Kepala Kantor Pertanahan untuk melaksanakan
proses pendaftaran tanah sebagaimana diatur oleh Peraturan Perundang-undangan
yang mempunyai kekuatan mengikat dengan membuat akta otentik sebagai bukti
telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah.79
PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat
akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak
milik atas satuan rumah susun.80 Perbuatan hukum yang dimaksud adalah mengenai
(a) jual beli, (b) tukar menukar, (c) hibah, (d) pemasukan dalam perusahaan
79
Shidarta,Moralitas Profesi Hukum, , (Bandung: Refika Aditama , 2009), hal. 9.
80
(inbreng), (e) pembagian hak bersama, (f) pemberian hak guna bangunan/hak pakai
atas tanah hak milik, (g) pemberian hak tanggungan, (h) pemberian kuasa
membebankan hak tanggungan.81 Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut maka
oleh pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016, PPAT diberi
kewenangan untuk membuat akta otentik atas 8 (delapan) macam perbuatan hukum
yang dimaksud di atas.82 Keberadaan PPAT adalah sangat penting karena tugas dan
kewenangannya untuk membuat alat bukti bahwa telah dilakukannya perbuatan
hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yaitu
berupa akta otentik. Dengan demikian keotentikan suatu akta haruslah dibuat sesuai
dengan syarat-syarat untuk sahnya suatu akta otentik.
Dalam hal pembuatan akta PPAT, ada berbagai perkembangan dalam
pengaturan mengenai bentuknya. Adapun payung hukum pengaturan dari bentuk akta
PPAT dari dulu hingga sekarang yakni :
a. Peraturan Menteri Agraria Nomor 11 Tahun 1961 tentang Bentuk Akta (PMA
11/1961)
Penggunaan blanko diawali dengan Peraturan Menteri Agraria Nomor 11
Tahun 1961 tentang Bentuk Akta, kemudian setelah berlaku Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, penggunaan blanko akta diatur
dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang
pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Secara historis
81Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 perubahan Peraturan Pemerintah Nomor
37 tahun1998 Tentang Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
82
penggunaan blanko Akta PPAT dimulai pada tahun 1961 melalui Peraturan Menteri
Agraria Nomor 11 Tahun 1961 tentang Bentuk Akta yang mulai berlaku pada tanggal
7 September 1961 dan mengenai pembuatan akta, PPAT wajib menggunakan :83
a) Formulir-formulir yang tercetak atau;
b) Formulir-formulir yang terstensil atau diketik dengan mempergunakan kertas
HVS 70/80 gram dengan ukuran A3 dengan persetujuan Kepala Jawatan
Pendaftaran Tanah;
Formulir-formulir yang tercetak hanya dapat dibeli di kantor pos
b. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Perka BPN 3/1997).
Perka BPN 3/1997 tentang Pelaksanaan PP No. 24 Tahun 1997, telah
ditegaskan kembali bahwa akta PPAT harus dibuat dengan menggunakan
blanko akta PPAT yang disediakan atau dicetak oleh Badan Pertanahan
Nasional atau instansi lain yang ditunjuk, artinya tanpa blanko akta PPAT
yang dicetak, PPAT tidak boleh menjalankan jabatannya dalam membuat akta
akta PPAT. Aturan ini menimbulkan ketergantungan pelaksanaan tugas
jabatan PPAT dengan keberadaan blanko akta PPAT. Bentuk hukum
pengaturan blanko akta PPAT dituangkan dalam Peraturan Kepala BPN,
sehingga tugas, kewenangan dan tanggung jawab pengadaan dan
83
http://apakabarakta.blogspot.com/2012/12/kajian-pendistribusian blanko akta PPAT berada di tangan Badan Pertanahan
Nasional (BPN). PPAT sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta
pertanahan dibatasi kewenangannya untuk membuat 8 jenis akta sebagaimana
diatur dalam Pasal 2 ayat (2) PJPPAT Jo. Pasal 95 ayat (1) Perka BPN 3/1997
Jo. Pasal 2 ayat (2) Perka BPN 1/2006, yaitu:
1) Jual-beli 2) Tukar-menukar 3) Hibah
4) Pemasukan ke dalam perusahaan 5) Pembagian hak bersama
6) Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik 7) Pemberian Hak Tanggungan
8) Pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan.
Dalam rangka pembuatan akta-akta tersebut (8 jenis akta), ditentukan
pula bentuk akta-akta yang wajib dipergunakan oleh PPAT, dan cara
pengisiannya, serta formulir yang dipergunakan sebagaimana tercantum
dalam lampiran 16 s/d 23, sebagaimana diatur pada Pasal 96 ayat (1) dan (2)
Perka BPN 3/1997.
c. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Perka BPN
No. 8 Tahun 2012).
Selanjutnya pembuatan akta PPAT dilakukan berdasarkan Peraturan Kepala
Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997. Perkaban Nomor 8 Tahun 2012 yang
mulai berlaku sejak tanggal 2 Januari 2013 tersebut memiliki substansi atau ketentuan
yang mencakup :
a) Penyiapan dan pembuatan akta PPAT dilakukan sendiri oleh PPAT, PPAT Pengganti, PPAT Sementara, dan PPAT Khusus. Sebelum berlakunya PERKABAN Nomor 8 Tahun 2012 blanko akta PPAT disiapkan dan diterbitkan oleh BPN, dan hal ini merupakan suatu terobosan BPN untuk mengatasi kelangkaan blanko akta PPAT yang selama ini menjadi masalah rutin yang dihadapi PPAT dan masyarakat yang membutuhkan serta menghilangkan beban negara dimana selama ini blanko akta PPAT dibebankan pada APBN;
b) Akta PPAT selain berfungsi sebagai alat bukti, juga berfungsi sebagai syarat pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah, sehingga akta PPAT yang dibuat sesuai dengan bentuk dan tata cara pengisian yang diatur dalam PERKABAN Nomor 8 Tahun 2012 yang bisa dijadikan dasar pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah. Kantor pertanahan setempat akan menolak pendaftarannya jika akta PPAT dibuat tidak sesuai dengan bentuk dan tata cara pengisian yang diatur dalam PERKABAN Nomor 8 Tahun 2012;
c) Masa peralihan PERKABAN Nomor 8 Tahun 2012 yaitu: sejak tanggal 2 Januari 2013 sampai dengan 31 Maret 2013, PPAT masih dapat menggunakan
blanko akta PPAT yang disediakan oleh BPN sepanjang stock blanko PPAT
masih tersedia di PPAT yang bersangkutan dan atau kantor pertanahan yang bersangkutan. Jika sejak berlakunya PERKABAN ini (2 Januari 2013) PPAT tidak lagi menggunakan blanko akta PPAT yang disediakan oleh BPN, maka PPAT yang bersangkutan wajib mengembalikan blanko akta PPAT kepada kantor pertanahan dengan membuat berita acara penyerahan selambat lambatnya tanggal 31 Maret 2013;
d) Bentuk akta PPAT yang diatur dalam PERKABAN ini mencakup cover akta dan formulir akta (kepala akta, awal akta, komparisi, isi akta dan akhir akta).
Inti dari Peraturan (Perka BPN 8/2012) tersebut khususnya pada Pasal 96
adalah menghilangkan ketentuan dari Pasal 96 ayat (2) dari Perka BPN 3/1997 yang
isinya adalah “Pembuatan akta sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 95 ayat (1)
dan (2) harus dilakukan dengan menggunakan formulir sesuai dengan bentuk
ketentuan yang mengatur akta tanah yang dibuat oleh PPAT untuk dijadikan dasar
pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah. Ketentuan ini yang menjadi dasar
bahwa formulir (blanko) PPAT disediakan oleh Pemerintah dan bukan menjadi
wewenang PPAT dalam menjalankan jabatannya.84
Penggunaan blanko atau formulir oleh PPAT yang disediakan dan dijadikan
dasar PPAT untuk melaksanakan peralihan hak dan pemasangan hak tanggungan,
selalu menimbulkan persepsi apakah akta PPAT tersebut dapat dinyatakan sebagai
akta otentik? Hal ini menimbulkan dilematis oleh PPAT.
Apalagi jika melihat dari definisi akta otentik yang mengacu pada ketentuan
Pasal 1868 KUHPerdata yaitu “akta yang (dibuat) dalam bentuk yang ditentukan oleh
undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa
untuk itu, ditempat mana akta dibuatnya”. Dari ketentuan Pasal 1868 KUHPerdata
tersebut, bahwa akta otentik adalah akta yang dibuat dihadapan atau oleh pejabat
umum yang ditunjuk untuk itu. Ketentuan “dibuat” diartikan dari proses awal dan
akhir merupakan proses pekerjaan PPAT. Bukan dalam konteks pengisian formulir
(blanko) oleh PPAT yang selama ini terjadi, jika dihubungkan pada tanggung jawab
seorang PPAT.
Berdasarkan Peraturan Kapala Badan Pertnahan Nasional Nomor 8 tahun
2012, telah memberikan jalan bagi seorang PPAT untuk lebih kreatif lagi dalam
pembuatan akta-akta yang selama ini dijalankan oleh seorang Notaris, yang mana
84
setiap akta yang buat oleh Notaris merupakan hasil karya dan olah pikir dalam kajian
hukum untuk kepentingan para pihak, dengan terlebih dahulu melaksanakan
pemetaan kasus-kasus disamping pada fungsi pengidentifikasi para pihak apakah
dapat bertindak atau tidak.85
Hal lain yang juga harus diperhatikan dalam pembuatan akta adalah ketentuan
yang tercantum dalam Pasal 54 ayat (5) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 1 tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37
Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang
menegaskan bahwa dalam pembuatan akta, Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib
mencantumkan NIB atau nomor hak atas tanah, Nomor Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
sesuai dengan keadaan lapangan.
Sudikno Mertokusumo menjelaskan bahwa akta mempunyai fungsi sebagai
berikut:86
1. Fungsi formil ( formalitas causa ) yang berarti bahwa untuk lengkapnya atau
sempurnanya (bukan untuk sahnya) suatu perbuatan hukum, haruslah dibuat
suatu akta, disini akta merupakan syarat formil untuk adanya suatu perbuatan
hukum.
2. Fungsi alat bukti ( probationis causa) bahwa akta itu dibuat sejak semula
dengan sengaja untuk pembuktian dikemudian hari, sifat tertulisnya suatu
85Wawancara dengan Bapak Muhammad Ridwan Nasution Kepala Sub Seksi Peralihan Hak dan
PPAT, Kantor Pertanahan Kab. Deli Serdang, tanggal 5 Oktober 2016
86
perjanjian dalam bentuk akta itu tidak membuat sahnya perjanjian, tetapi
hanyalah agar dapat digunakan sebagai alat bukti dikemudian hari.
Dari uraian diatas dalam pembuatan akta sudah ditentukan bentuk akta yang
dibuat Pejabat Pembuat Akta Tanah merupakan salah satu dokumen utama dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah
harus benar-benar melaksanakan tugas dan fungsinya secara teliti dan hati-hati,
bahkan secara teknis yuridis peraturan pemerintah memberikan kewenangan kepada
Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai berkut :
a) Memeriksa syarat-syarat untuk sahnya perbuatan hukum para pihak dengan mencocokkan data yang terdapat dalam Sertipikat dengan daftar yang ada di badan pertanahan (Pasal 97 Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah); b) Menolak membuat akta-akta dalam hal-hal tertentu yang dapat merugikan
pihak lain atau menyalahi ketentuan (Pasal 39 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan Pasal 1467 Burgerlijk
Wetboek).
c) Hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak atas tanah pada saat wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa surat setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ).
d) Wajib menyampaikan dalam waktu tujuh hari kerja setelah menanda tangani akta kepada badan pertanahan (Pasal 103 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah).
Untuk menjamin kepastian hukum dalam akta Pejabat Pembuat Akta Tanah
maka sebelum melaksanakan pembuatan akta mengenai pemindahan atau
pembebanan hak atas tanah, Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib terlebih dahulu
atas tanah yang bersangkutan dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan
setempat dengan memperlihatkan sertifikat asli. Sedangkan dalam pelaksanaan
pembuatan akta harus dihadiri oleh pihak yang melakukan perbuatan hukum yang
bersangkutan atau orang yang dikuasakan olehnya dengan surat kuasa tertulis sesuai
dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib terlebih dahulu melakukan pemeriksaan
pada pembuatan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah harus disaksikan
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi sesuai dengan Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2016 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang
memenuhi syarat untuk bertindak sebagai saksi dalam suatu perbuatan hukum, yang
memberi kesaksian antara lain mengenai kehadiran para pihak atau kuasanya,
keberadaan dokumen-dokumen yang ditunjukkan dalam pembuatan akta, dan telah
dilaksanakannya perbuatan hukum tersebut oleh para pihak yang bersangkutan
Dari hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa pejabat pada Kantor
Pertanahan telah melakukan pembinaan pembuatan akta kepada Pejabat Pembuat
Akta Tanah umum/notaris yang telah diuraikan sebelumnya dalam daftar pembinaan
Pejabat Pembuat Akta Tanah di Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.
Adapun pembinaan dilakukan oleh badan pertanahan secara langsung dan
tidak langsung. secara langsung dengan datang kekantor PPAT/Notaris melakukan
pembinaan sesuai surat tugas Kepala Kantor Pertanahan menurut kepala sub seksi
apabila Pejabat Pembuat Akta Tanah Umum/Notaris atau sifatnya membawa berkas
yang tidak sesuai dengan berkas yang ada di kantor pertanahan.87
Selanjutnya dalam tata cara pembuatan akta PPAT telah disampaikan kepada
PPAT/Notaris khususnya dalam jual beli yang harus di penuhi syarat matril dan
formil. Adapun syarat formil dari tata cara pembuatan akta PPAT tersebar dalam
berbagai peraturan yang terkait ke-PPAT-an. Mengenai bentuk dan tata cara
pembuatan akta PPAT didasari oleh Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2016 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang menentukan
“Ketentuan-ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan akta Pejabt Pembuat
Akta Tanah diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai pendaftaran
tanah.” Ketentuan dalam PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang
mengatur mengenai hal ini ditegaskan pada Pasal 38 ayat (2) yang menentukan
“Bentuk, isi dan cara pembuatan akta-akta PPAT diatur oleh Menteri”. Peraturan
yang dimaksud adalah PMA/Ka BPN No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang diatur pada
Pasal 95-102. Ketentuan formil lainnya dapat juga ditemui pada Pasal 21-24
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 perubahan Peraturan Pemerintah Nomor
37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembaut Akta Tanah, Pasal 51-55
Peraturan Kepalaa Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang
87
Ketentuan Pelaksanaan PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah, dan peraturan yang berkaitan dengan perpajakan
Selanjutnya Notaris/PPAT menerangkan bahwa selama diangkat menjadi
PPAT hanya 1 kali dilakukan kunjungam untuk pembinaan dan pengawasan Selama
ini pihak Badan Pertanahan Kabupaten Deli serdang melakukan pembinaan dalam
pembuatan akta sewaktu permohonan peralihan hak dalam pendaftaran tanah dan
apabila adanya persyaratan matril yang belum di penuhi,misalnya akta jual beli.
Dari hasil wawancara dengan Bapak Notaris Irham Kasymir menyampaikan
bahwa pembinaan yang dilaksanakan BPN sesuai dengan ketentuan peraturan
pemerintah Nomor 24 tahun 2016 kuhususnya dalam pasal 53.
Selanjutnya wawancara kepada PPAT/Notaris Irwansyah Nasution
menerangkan bahwa dalam pembinaan yang selama ini dalam pembuatan akta PPAT
tidak terlepas pada tata cara dan bentuk akta PPAT yang sudah ditentukann pada
lampiran Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2012 untuk
peralihan hak atas tanah dalam pendaftaran tanah.Bentuk yang dimaksud akta PPAT
mencakup COVER AKTA dan FORMULIR AKTA (kepala akta, awal akta,
komparisi, isi akta dan akhir akta);88
Peneliti menyimpulkan pembinaan pembuatan akta PPAT khususnya di
kabupaten deli serdang yang harus di perhatikan dalam hal tata cara pengisian jenis
akta yang telah diberikan kewenangan Notaris sebagai pejabat Pembuat Akta Tanah.
88
Hal ini yang dimaksud dalam kewenangan membuat 8 jenis akta disebabkan masih
ada kesalahan dalam pengisian dalam perbuatan para pihak pertanahan belum adanya
penjelasan secara terperinci dalam bentuk pembuatan akta PPAT yang diatur dalam
PERKABAN ini mencakup COVER AKTA dan FORMULIR AKTA (kepala akta,
awal akta, komparisi, isi akta dan akhir akta), yang termuat pada lampiran
PERKABAN 8/2012 tanpa blanko akta PPAT.
Dalam rangka melaksanakan tugas pembuatan akta otentik atas 8 (delapan)
jenis perbuatan-perbuatan hukum yang merupakan bagian daripada kegiatan
pendaftaran tanah, didalam ketentuan Pasal 54 Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 1 tahun 2006 menentukan kewajiban yang harus dilakukan PPAT
pada saat pembuatan akta yang wajib harus dipenuhi oleh PPAT. Sebelum pembuatan
akta atas 8 jenis perbuatan hukum, PPAT wajib melakukan pengecekan atau
pemeriksaan keabsahan sertifikat dan catatan lain pada kantor pertanahan setempat
dan menjelaskan maksud dan tujuannya.
b) Pembinaan dalam Pembuatan Laporan Bulanan
Laporan bulanan diambil dari daftar akta yang dibuat setiap bulannya oleh
Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bersangkutan. Laporan bulanan dibuat untuk
mencocokkan data yang ada di badan pertanahan dengan data yang terdapat di kantor
Pejabat Pembuat Akta Tanah. Laporan bulanan juga merupakan suatu hal yang
dipersyaratakan oleh Direktorat Jendral Pajak sebagaimana ditegaskan dalam
Laporan Bulanan Pejabat Pembuat Akta Tanah Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak
kelancaran dan kelengkapan laporan bulanan badan pertanahan dapat mengadakan
penyuluhan pada para Pejabat Pembuat Akta Tanah tentang tata cara pengisian dan
pentingnya laporan bulanan untuk tugas perpajakan.
Hal ini juga ditegaskan dalam Instruksi Menteri Negara Agraria/ Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1994 tentang Kewajiban Pembayaran
Pajak Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah atau Tanah dan Bangunan yang
menegaskan bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah harus membuat laporan bulanan
mengenai akta-akta pemindahan hak atas tanah dan bangunan yang telah dibuatnya.
Kewajiban membuat laporan bulanan juga ditegaskan dalam Petunjuk
Laporan Bulanan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Pemberitahuan Bulanan Kepala
Kantor Pertanahan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-34/PJ.6/1998
Tanggal 31 Agustus 1998 yang menegaskan bahwa Badan Pertanahan Nasional harus
mensosialisasikan tentang bentuk laporan bulanan kepada Pejabat Pembuat Akta
Tanah dan instansi lainnya yang terkait dan apabila sosialisasi tersebut telah
dilakukan maka sanksi administratif sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang
tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dapat diberlakukan bagi pihak
yang bersangkutan.
Direktorat Jenderal Pajak lebih lanjut menegaskan dalam Surat Direktorat
Jenderal Pajak Nomor SE-13/PJ.6/2001 tentang Pelaksanaan Sanksi Administratif
bagi Pejabat Pembuat Akta Tanah yang Melanggar Ketentuan Pasal 24 Ayat (1) dan
Pasal 25 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Sebagaimana Telah diubah
Tanah dan Bangunan menegaskan bahwa Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak diinstruksikan untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah
mengenai laporan bulanan.
Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pejabat pada badan
pertanahan melakukan pembinaan pembuatan laporan bulanan kepada Pejabat
Pembuat Akta Tanah
Seluruh akta yang telah dibuat wajib dibuatkan laporan bulanan dan
dikirimkan atau dilaporkan oleh Notaris/PPAT kepada Kantor Pertanahan Kabupaten
Deli Serdang Kantor Hal ini diungkapkan oleh Notaris/PPAT Johanes ginting89
PPAT harus membuat satu buku daftar, yang diisi setiap hari kerja PPAT dan
ditutup setiap akhir hari kerja dengan garis tinta yang diparaf oleh PPAT yang
bersangkutan, untuk semua akta yang dibuatnya dan PPAT wajib mengirim
laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya, yang diambil dari buku daftar
akta PPAT kepada Kepala Kantor Pertanahan dan kantor-kantor lain sesuai
ketentuan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang berlaku
selambatlambatnya tanggal 10 bulan berikutnya (Pasal 26 PP Nomor 37 tahun
1998).
Menurut Pasal 24 ayat (1) PMNA/Kepala BPN Nomor 4 Tahun 1999 yang
dimaksud dengan kantor-kantor lain adalah Kepala Kantor Wilayah.
89
Sedangkan yang dimaksud dengan Undang-Undang atau Peraturan
Pemerintah yang berlaku adalah seperti Undang-undang atau Peraturan
Pemerintah di bidang perpajakan yang mewajibkan PPAT mengirim laporan
kepada instansi perpajakan
Laporan yang disampaikan adalah mengenai Akta Jual Beli, Akta Tukar
Menukar, Akta Hibah, Akta Pemasukan ke Dalam Perusahaan, Akta
Pembagian Harta Bersama, dan Akta Pemberian Hak Pakai Atas Tanah dan
Bangunan kepada Kepala Kantor Pelayananan Pajak. (Pasal 24 PMNA/Kepala
BPN Nomor 4 Tahun 1999).
Selanjutnya Notaris/PPAT Ahmad Juliadi Nasution menerangkan bahwa
adanya ketentuan undang-undang mengenai jangka waktu penyampaian akta ke
Kantor Pertanahan oleh PPAT yang bersangkutan yaitu paling lama 7 (tujuh) hari
sejak akta ditandatangani.90 Bahwa tugas apapun yang dilaksanakan dengan
pembuatan akta PPAT, semuanya harus dilaporkan secara berkala kepada Badan
Pertanahan Nasional, bahkan jika tidak melaksanakan tugaspun, artinya aktanya nihil,
tetap harus dilaporkan kepada Badan Pertanahan Nasional. Dalam hal ini bermakna
kepatuhan dalam menyampaikan laporan.
2. Fungsi Pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah
Pelayanan kepentingan umum merupakan hakekat tugas bidang pemerintahan
yang didasarkan pada asas memberikan dan menjamin adanya rasa kepastian hukum
90
bagi para warga anggota masyarakat. Dalam bidang tertentu, tugas itu oleh
undang-undang diberikan dan dipercayakan kepada PPAT, yakni tugasnya adalah membantu
Kepala Kantor Badan Pertanahan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan sebagian
kegiatan pendaftaran tanah, dan kewenangannya adalah membuat akta atas perbuatan
hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun,
sehingga masyarakat juga harus percaya bahwa akta PPAT yang dibuat tersebut
memberikan kepastian hukum bagi warganya.
Dengan demikian konsekuensi logis terhadap adanya kepercayaan tersebut,
haruslah dijamin adanya pengawasan agar tugas PPAT selalu sesuai dengan kaidah
hukum yang mendasari kewenangannya dan agar terhindar dari penyalahgunaan
kewenangan atau kepercayaan yang diberikan.
Oleh karena itu Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, melalui
Kepala Kantor diberikan tugas dan kewenangan untuk melakukan Pembinaan dan
Pengawasan terhadap Tugas dan Kewajiban PPAT.
Pengawasan merupakan tindakan untuk mengendalikan suatu kegiatan yang
sudah direncanakan, bisa dilihat kegiatan yang sudah direncanakan tersebut sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan atau sebaliknya. Apabila terjadi pelanggaran,
pihak yang berwenang sebagai controlling (pengawas) berkewajiban memberikan
pengarahan agar sistem kerja tidak menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan. Pengawasan yang lebih teliti dari pengawas,
penyimpangan-penyimpangan diperlukan untuk memperbaiki kinerja dari PPAT agar kedepannnya
dapat memberikan kepastian hukum bagi pihak yang menghadap kepadanya.
Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan
merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai
bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di
bawahnya. Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat
kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang
muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang
bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan
merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana
mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan
penerapan good governance itu sendiri.
Dari Uraian diatas menunjukan dalam pengawasan yang dilaksanakan Kantor
Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang Meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pengawasan Melalui Pemeriksaan Buku Daftar Akta
Pejabat pada badan pertanahan melakukan pengawasan kepada Pejabat
Pembuat Akta Tanah melalui pemeriksaan buku daftar akta. Dalam Pasal 56
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 2006 tentang Ketentuan
pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah menegaskan bahwa Pejabat Pembuat Akta
Tanah wajib membuat daftar akta dengan menggunakan 1 (satu) buku daftar akta
nomor semua akta yang dibuat berikut data lain yang berkaitan dengan pembuatan
akta. Buku daftar akta Pejabat Pembuat Akta Tanah diisi setiap hari kerja dan ditutup
setiap hari kerja yang sama dengan garis tinta hitam dan diparaf oleh Pejabat Pembuat
Akta Tanah dan pada kolom terakhir di bawah garis penutup.
Apabila pada hari kerja yang bersangkutan tidak terdapat akta yang dibuat
maka dicantumkan kata “Nihil”, di samping tanggal pencatatan dimaksud. Pada akhir
kerja terakhir setiap bulan, daftar akta Pejabat Pembuat Akta Tanah ditutup dengan
garis merah dan tandatangan serta nama jelas Pejabat Pembuat Akta Tanah dengan
catatan di atas tanda tangan tersebut yang berbunyi sebagai berikut: “Pada hari ini ….
tanggal …. daftar akta ini ditutup oleh saya, dengan catatan dalam bulan ini telah
dibuat …. ( ) buah akta”. Dalam hal Pejabat Pembuat Akta Tanah menjalankan cuti,
diberhentikan untuk sementara atau berhenti dari jabatannya, maka pada hari terakhir
jabatannya itu Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bersangkutan wajib menutup daftar
akta dengan garis merah dan tanda tangan serta nama jelas dengan catatan di atas
tanda tangan tersebut yang berbunyi sebagai berikut: “Pada hari ini …. tanggal … .
Daftar akta ini ditutup oleh saya, karena menjalankan cuti/ berhenti untuk sementara/
berhenti.”
Selanjutnya dalam Pasal 57 menegaskan bahwa buku daftar akta harus diisi
secara lengkap dan jelas sesuai kolom yang ada sehingga dapat diketahui hal-hal yang
berkaitan dengan pembuatan akta termasuk mengenai surat-surat yang berkaitan.
Dalam hal terdapat baris kosong lebih dari 2 (dua) baris, maka sela kosong tersebut
ditutup dengan garis berbentuk: Z.
Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pejabat pada badan
pertanahan telah melakukan pemeriksaan buku daftar akta Pejabat Pembuat Akta
Tanah umum, terlihat dari berita acara pemeriksaan. Dalam pemeriksaan buku daftar
akta masih ada ditemukan notaris/ppat yang tidak mengisi dalam buku daftar akta
setiap harinya, tetapi dalam berita acara tidak dibuat bahwa Notaris/PPAT
melakukannya. Hal ini disebabkan dalam pemeriksaan diberikan waktu kepada
PPAT yang diperiksa untuk melengkapi buku daftar akta.
Dalam temuan petugas menanyakan kepada Notaris/PPAT kenapa untuk hari
yang dikosongkan dalam buku daftar akta yang sudara buat ini, menurut
keterangannya saya belum melihat buku daftar akta memberikan alasan kepada
petugas selama ini pegawai saya yang mengisi daftar buku akta. Dari hal ini petugas
memberikan penjelasan dan peringatan kepada Notaris/PPAT untuk tidak lagi
membuat seperti itu.
Dari uraian diatas dalam pemeriksaan seharusnya sudah diberikan tindakan
teguran tertulis mengingat Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2016
perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 ketentuan Jabatan Pejabt
Pembuat Akta Tanah
b. Pengawasan Melalui Pemeriksaan Hasil Penjilidan Akta
Pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah juga dilakukan dalam bentuk
Pembuat Akta Tanah untuk memudahkan pencarian akta perbuatan hukum yang
dilakukan oleh klien karena pada sampul penjilidan akta dituliskan nomor, bulan dan
tahun pembuatan akta. Dalam Pasal 58 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 1 tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
menegaskan bahwa akta otentik, surat di bawah tangan atau dokumen lainnya yang
dipakai sebagai dasar bagi penghadap sebagai pihak dalam perbuatan hukum yang
dibuatkan aktanya dinyatakan dalam akta yang
bersangkutan dan dilekatkan atau dijahitkan pada akta yang disimpan oleh Pejabat
Pembuat Akta Tanah. Akta otentik, surat di bawah tangan atau dokumen lain yang
dimaksud yaitu:
1) Akta atau surat kuasa dari pihak yang berwenang melaksanakan perbuatan
hukum;
2) Akta atau surat persetujuan yang menurut peraturan diperlukan sebagai dasar
kewenangan penghadap atau yang memberi kuasa kepada penghadap untuk
melakukan perbuatan hukum misalnya persetujuan suami atau istri mengenai
kepunyaan bersama;
3) Akta atau surat yang memuat bentuk pemberian kewenangan lain;
4) Surat atau peta yang menjelaskan obyek perbuatan hukum yang bersangkutan.
Selanjutnya dalam Pasal 59 menegaskan bahwa akta Pejabat Pembuat Akta