• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI FUNGSI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KEPADA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (Studi Kabupaten Deli Serdang) IRHAM KOSIM ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI FUNGSI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KEPADA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (Studi Kabupaten Deli Serdang) IRHAM KOSIM ABSTRACT"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI FUNGSI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KEPADA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (Studi Kabupaten Deli Serdang)

IRHAM KOSIM

ABSTRACT

Official empowered to draw up land deeds (henceforth he is called PPAT) is an official who helps the National Land Agency (henceforth it is called BPN) as the agency that is responsible for registering land.

A PPAT is one of the public officials (ambtenaar) who needs development and supervision in doing his job as an official who empowers to draw up land deeds.

The function of developing and supervising PPAT is done by the BPN of Deli Serdang Regency according to legal provisions by directly visiting PPAT offices and not registering the land in the BPN of Deli Serdang in doing its development and supervision.

Keywords: Function of Development and Supervision, Official Empowered to Draw up Land Deeds, Deli Serdang Regency

I. PENDAHULUAN

Kebutuhan akan tanah pada umumnya adalah untuk kepentingan pembangunan. Kegiatan pembangunan yang semakin meningkat pada segala bidang kehidupan di perkotaan maupun di pedesaan, menandakan bahwa posisi tanah menjadi sangat penting atau vital dalam kehidupan. Arti pentingnya tanah bagi kehidupan manusia ialah karena kehidupan manusia sama sekali tidak bisa dipisahkan dari tanah, manusia hidup di atas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah.1

Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada pemegang haknya (baik perorangan secara sendiri-sendiri, kelompok orang secara

1

Kertasapoetra dkk, Hukum Tanah Jaminan UUPA bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), hal. 1.

(2)

sama maupun badan hukum) untuk memakai dalam arti menguasai, menggunakan dan atau mengambil manfaat dari bidang tanah tertentu.2

Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya disebut PPAT) merupakan pejabat umum yang membantu Badan Pertanahan Nasional (selanjutnya disebut BPN) selaku instansi yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendaftaran tanah.

Pemerintahan sebagai pelaksana Undang-undang (eksekutif) dalam menjalankan tugasnya harus memberikan pelayanan yang bertujuan (goal bagi kesejahteraan masyarakat yang berdasarkan keadilan, kepastian dan kemanfaatan, juga mampu berperan sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (welfare state). Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut diperlukan pendidikan pembinaan dan pengawasan.3

Salah satu pejabat publik (ambtenaar) yang membutuhkan pembinaan dan pengawasan dalam menjalankan tugas jabatannya adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah. Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam melaksanakan jabatannya mempunyai tanggung jawab (ability) yang besar kepada masyarakat.4 Oleh Karena itu diperlukan tindakan pembinaan dan pengawasan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah tersebut, agar dalam melaksanakan jabatannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Kode Etik Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Pengaturan perihal pembinaan dan pengawasan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah yakni ditegaskan dalam Pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah jo. Pasal 65 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah menegaskan bahwa pihak-pihak yang berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah agar dalam melaksanakan jabatannya sesuai dengan peraturan

2

Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, (Jakarta: Prenada Media, 2005) hal. 82 (selanjutnya disebut Urip Santoso I)

3

Achmad Ali, Hukum Agraria pertnahan Indonesia, Jilid 2, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2009), hal.212

4

(3)

perundang-undangan yang berlaku adalah Menteri, Kepala Badan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pertanahan.5 Sedangkan yang berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah agar dalam melaksanakan jabatannya sesuai dengan Kode Etik Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional terhadap pejabat pembuat akta tanah hanya bersifat fungsional, dalam arti hanya memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam melaksanakan jabatannya. Adapun pengawasan yang dilakukan oleh Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah hanya terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah yang menjadi anggota Ikatan Pejabat Pembuat Tanah dan berimplikasi terhadap pemberian sanksi, dalam arti yang sederhana, apabila Pejabat Pembuat Akta Tanah tersebut diketahui melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik Pejabat Pembuat Akat Tanah, maka langsung diperiksa. Apabila terbukti melanggar Kode Etik Pejabat Pembuat Akta Tanah, maka akan diberikan sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukannya.

Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah pejabat umum dan demikian pula akta-akta yang dibuatnya adalah akta otentik. Oleh karena itu, dalam pembuatan aktanya harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar aktanya dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sempurna. Apabila terjadi suatu masalah atas akta Pejabat Pembuat Akta Tanah tersebut, pengadilan tidak perlu memeriksa kebenaran isi dari akta tanah tersebut, ataupun tanggal ditandatanganinya. Demikian pula keabsahan dari tanda tangan dari pihak-pihak bila tidak dapat dibuktikan adanya pemalsuan, penipuan maupun lain-lain akta tanah tersebut dapat dibatalkan (canceling).6

Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan Kantor Pertanahan sesuai Pasal 67 PERKABAN Nomor 1 Tahun 2006 dalam menjalankan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dengan datang

5

Kitab Undang-undang Agraria dan Pertanahan,( Pustaka Buana, 2014), hal. 513

6

(4)

kekantor PPAT/Notaris melakukan pembinaan dan pengawasan sedangkan pembinaan dan pengawasan tidak langsung dalam hal ini yang dilakukan sifatnya sewaktu membawa berkas untuk pendaftaran peralihan hak dan berkas yang didak sesuai dengan berkas yang ada di kantor pertanahan7

Namun dalam praktik pembinaan dan pengawasan tersebut belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya pelanggaran terhadap tugas dan kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Salah satu kasus hukum dari kesenjangan (gap) pelaksanaan Undang undang (dalam hal ini Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016), adalah kasus yang menjadi lokasi penelitian, di Kabupaten Deli Serdang yangmenunjukkan suatu fenomena, patut diantisipasi perihal belum optimalnya peran Kepala Kantor Pertanahan dalam menjalankan pembinaan dan pengawasan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Oleh karena tidak efektifnya pembinaan dan pengawasan sebagaimana kasus yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang terdapat Pejabat Pembuat Akta Tanah yang membiarkan kepada pegawai untuk membacakan akta PPAT di luar kantor dengan mendatangi kliennya untuk melakukan tanda tangan. Selanjutnya di lokasi penelitian sering ditemui setiap penandatanganan dalam akta jual beli dan SKMHT sering dilakukan di luar kantor dengan menandatangani tempat para pihak seperti dalam pengikatan kredit di bank.

Dari uraian di atas bahwa pelaksanaan peraturan perundang undangan mengenai pembinaan dan pengawasan masih jauh dari harapan karena mengandung sejumlah kelemahan yaitu:

1. Peraturan perundang-undangan tersebut tidak memberikan menjelasan kapan waktu pembinaan dan pengawasan tersebut dilakukan; dan

2. Peraturan perundang-undangan tersebut belum memiliki hukum formal berupa hukum acara dan pembuktian.

Di samping kelemahan Peraturan perundang-undangan, hal lain yang menjadikan tidak optimalnya pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta

7

Wawancara dengan Ridwan, selaku Kepala Sub Seksi Peralihan Hak dan PPAT tanggal 10 oktober 20016

(5)

Tanah adalah karena Kantor Pertanahan tidak memiliki sarana dan prasarana serta anggaran (budget) untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan tersebut.

Perumusan masalah hukum yang berkaitan dalam penelitian ini diberi judul “Implementasi Fungsi Pembinaan dan Pengawasan Kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah (Studi Kabupaten Deli Serdang) .

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan pokok permasalahan yang akan diteliti dan dibahas lebih mendalam pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana ketentuan hukum dalam Pembinaan dan Pengawasan tugas Pejabat Pembuat Akta Tanah yang di jalankan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang /Badan Pertanahan Nasional?

2. Bagaimana implementasi fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap Pejabat pembuat akta tanah di Kabupaten Deli Serdang?

3. Bagaimana hambatan yang di hadapi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap Pejabat Pembuat Akta tanah ?

Tujuan Penelitian dalam penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui ketentuan hukum dalam pembinaan dan pengawasan tugas Pejabat Pembuat Akta Tanah yang di jalankan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional.

2. Untuk mengetahui dalam pelaksaan fungsi pembinaan dan pengawasaan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi Kementerian Agaria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional dalam pelaksaan pembinaan dan pengawasaan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah.

II. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Sumber data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari :

(6)

Yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian diantranya adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran Tanah, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), Peraturan Kepala Badan Pertanahan nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah 37 Tahun 1998, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional.

b. Bahan hukum sekunder.

Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil penelitian,hasil karya dari kalangan hukum, makalah, dan lain sebagainya, serta dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan Fungsi Pengawasan dan pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

c. Bahan Hukum tertier

Yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan tambahan informasi dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan sekunder itu sendiri,seperti kamus hukum, majalah, artikel-artikel, surat kabar dan bahan-bahan pencarian melalui internet yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:

a. Metode penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilkukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Dalam teknik penelitian pustaka (library research) ini berasal dari buku-buku, artikel-artikel dan peraturan perundang-undangan;

b. Metode penelitian lapangan (field research) yaitu dengan cara wawancara kepada pejabat Kantor Pertanahan Kabupaten Deli

(7)

Serdang , untuk Pejabat Pembuat Akta tanah sebanyak 6 (enam) orang di Kabupaten Deli Serdang.

III. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kantor Pertanahan adalah unit kerja Badan Pertanahan Nasional di wilayah Kabupaten atau Kota yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran Tanah.8

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang organisasi dan tata kerja kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor pertanahan dalam melaksanakan tugasnya agar dapat berjalan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku maka untuk mengoptimalkan kinerjanya terdiri atas beberapa subbagian dan masing-masing subbagian memiliki tugas yang berbeda-beda, hal ini didasarkan pada Pasal 54-78 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor. pada struktur Organisasi dapat diketahui dengan jelas tentang isi dari luasnya kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam organisasi yang bersangkutan.

Dalam rangka pelaksana pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah Umum/Notaris dari hasil wawancara dengan bapak Hendri menyampaikan jumlah formasi PPAT sebanyak 165 orang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam rangka pelaksanaan untuk tahun anggaran 2015 di Kabupaten Deli Serdang, data menunjukan yang dilakukan Badan Pertanahan Nasional dalam hal pembinaan dan pengawasan hanya sebanyak 10 orang

Selanjutnya dalam hal pengawasan yang dilakukan Badan Pertanahan Nasional yang selalu di lihat dalam pemeriksaan buku daftar PPAT, hasil penjidan akta, laporan bulan dan sewaktu pendaftaran peralihan kekantor Badan Pertanahan Nasional dalam perifikasi berkas.

Dalam hal pembinaan dalam pembuatan akta PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan

8

Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pendaftaran Tanah PP No. 24 tahun 1997 LN. No. 59 tahun 1997 Psl 1 (23).

(8)

hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun.9 Perbuatan hukum yang dimaksud adalah mengenai (a) jual beli, (b) tukar menukar, (c) hibah, (d) pemasukan dalam perusahaan (inbreng), (e) pembagian hak bersama, (f) pemberian hak guna bangunan/hak pakai atas tanah hak milik, (g) pemberian hak tanggungan, (h) pemberian kuasa membebankan hak tanggungan.10 Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut maka oleh pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016, PPAT diberi kewenangan untuk membuat akta otentik atas 8 (delapan) macam perbuatan hukum yang dimaksud di atas.11

PPAT mempunyai peran yang sangat besar dalam peralihan hak atas tanah. PPAT mempunyai tugas membantu Kepala Kantor Pertanahan untuk melaksanakan proses pendaftaran tanah sebagaimana diatur oleh Peraturan Perundang-undangan yang mempunyai kekuatan mengikat dengan membuat akta otentik sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah.12

Selanjutnya dalam pembinaan laporan bulanan diambil dari daftar akta yang dibuat setiap bulannya oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bersangkutan. Kewajiban membuat laporan bulanan juga ditegaskan dalam Petunjuk Laporan Bulanan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Pemberitahuan Bulanan Kepala Kantor Pertanahan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-34/PJ.6/1998 yang menegaskan bahwa Badan Pertanahan Nasional harus mensosialisasikan tentang bentuk laporan bulanan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah dan instansi lainnya yang terkait dan apabila sosialisasi tersebut telah dilakukan maka sanksi administrative sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dapat diberlakukan bagi pihak yang bersangkutan.

9

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

10 Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 perubahan Peraturan Pemerintah

Nomor 37 tahun1998 Tentang Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

11

Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat

12

(9)

Dalam upaya menegakkan fungsi pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah maka tindak lanjut dari pembinaan dan pengawasan tersebut memegang peranan yang sangat penting. Pembinaan dan pengawasan yang tidak diikuti oleh tindak lanjutnya maka hanya akan merupakan suatu hal yang sia-sia dan akan merusak citra pembinaan dan pengawasan itu sendiri. Hal tersebut dapat menurunkan wibawa pejabat yang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah dan mendorong atau menyuburkan tindak penyimpangan dan penyelewengan. Jadi tindak lanjut dari pembinaan dan pengawasan adalah mutlak bagi keberhasilan upaya pembinaan dan pengawasan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah menegaskan bahwa sanksi yang dapat dijatuhkan oleh badan pertanahan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah sanksi administratif mulai dari teguran lisan sampai dengan pemberhentian dengan tidak hormat dari jabatannya

Implementasi fungsi pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah oleh pejabat pada badan pertanahan hanya dapat dilakukan dengan optimal bila peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah diatur dengan jelas.

Kebijakan mengenai waktu pelaksanaan pembinaan dan pengawasan diserahkan sepenuhnya kepada badan pertanahan itu sendiri. Tetapi kantor pertanahan Kabupaten Deli Serdang hanya melakukan 1 (satu) kali dalam setahun pembinaan dan pengawasan dilaksanakan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah melihat anggaran dari dipa (daftar isian anggararan..13

Pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) masih belum dapat dikelola dengan baik. Hal itu ditunjukkan antara lain oleh masih sulitnya mengubah cara pikir (mindset) dan cara kerja aparatur, masih rendahnya disiplin

13

Wawancara dengan M.Ridwan,selaku Kepala Sub Seksi Peralihan, pembebanan Hak dn PPAT Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang tanggal 5 Oktober 2016

(10)

dan etika pegawai, sistem karier yang belum sepenuhnya berdasarkan prestasi kerja, sistem remunerasi yang belum memadai untuk hidup layak, rekrutmen yang belum dilakukan berdasarkan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang belum sepenuhnya dapat meningkatkan kinerja, lemahnya pengawasan dan audit terhadap kinerja aparatur, dan sistem informasi manajemen kepegawaian yang belum berfungsi secara optimal.14

Standar operasional pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah terdapat dalam Pasal 15 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Subbagian dan Seksi pada Kantor Badan Pertanahan Nasional dan Uraian Tugas Urusan dan Subseksi pada Badan Pertanahan mengumpulkan, menghimpun dan mensistimatiskan/mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan menyiapkan pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah serta melakukan komputerisasi pelayanan pertanahan

Menurut peneliti, standar operasional harus dibuat terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah karena mecapai sebuah praktek pembinaan dan pengawasan yang ideal, pada prinsipnya pembinaan dan pengawasan sangat bergantung kepada bagaimana pembinaan dan pengawasan dijalankan. Dengan kata lain pelaksanaan pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah harus ada perancanaan yang harus disesuikan artinya sebagai landasan metodis dari langkah-langkah kebijakan yang akan ditempuh oleh badan pertanahan. Perencanaan dilakukan guna menganalisis permasalahan permasalahan yang mungkin, sedang dan telah dihadapai oleh pejabat pada badan pertanahan dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah. Permasalahan yang mungkin dihadapi perlu diantasipasi untuk menyiapkan kerangka solusi

Dengan demikian sumber daya pejabat yang melakukan pembinaan dan pengawasan yang ditunjang oleh keunggulan sumber daya pejabat yang dibina

14

Tini Apriani, Jurnal: Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusaia Aparatur,(Badan Penelitian dan Pengembangan kementrian Dalam Negeri: 2015, hal. 3

(11)

dan diawasi akan menghasilkan kinerja pembinaan dan pengawasan yang optimal yang pada akhirnya dapat meningkatkan disiplin pejabat pada badan pertanahan dalam melaksanakan fungsi pembinaan dan pengawasan serta Pejabat Pembuat Akta Tanah dapat menajalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya faktor pengahambat pelaksanaan pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah yaitu15

 Jarak tempuh dan waktu diberikan kelokasi kantor PPAT yang sudah ditentukan nama dalam kunjungan pembinaan dan pengawasan oleh pejabat BPN;

 Pejabat kantor pertanahan sangat sulit meminta Buku Daftar Akta

Langkah-langkah hukum secara konkrit yang dapat dilakuakan oleh Badan Pertanahan nasional Kabupaten Deli Serdang dan IPPAT untuk memaksimalkan fungsi pembinaan dan Pengawasan yaitu dengan menerapkan berbagai bentuk pengawasan yaitu Pengawasan intern Merupakan pengawasan yang dilakukan oleh satu badan yang secara organisatoris/struktural masih termasuk dalam lingkungan pemerintahan sendiri, Pengawasan dari segi hukum

Selanjutnya menurut Hendri,SH selaku Kepala Sub Bagian tata Usaha memberi keterangan dalam mengatasi hambatan yaitu dengan mengalihkan anggaran yang ada sementara untuk kepentingan pembinaan dan pengawasan PPAT belum memadai untuk tahun berikutnya mengajukan dalam perancanaan alokasi dalam pelaksanaan dengan memberi alasan kepada kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara

Selanjutnya Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui pembinaan, pendidikan dan pelatihan. Kegiatan ini pada akhirnya akan bermuara pada pemberdayaan terhadap sumber daya manusia. Pembinaan, pendidikan dan pelatihan yang dilakukan terhadap sumber daya manusia bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

15

Wawancara dengan Aisyah, SH, Mkn, selaku Staff Seksi Peralihan, pembebanan Hak dan PPAT Badanpertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang, tanggal 18 November 2016

(12)

kemampuan pegawai, tidak hanya untuk jangka pendek, tetapi juga untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang.

Peneliti melihat dalam hal mengatasi hambatan pembinaan dan pengawasan melihat jarak lokasi keberadaan Pejabat Pembuat Akta Tanah umum/Notaris dengan memberi waktu Pembinaan secara langsung selama 3 (tiga) hari tidak dapat semaksimal mungkin untuk melaksanakan sebanyak 165 formasi PPAT Kabupaten Deli Serdang dengan diberi ketentuan untuk anggaran dari DIPA tahun 2015 sebanyak 10 (sepuluh) orang untuk pembinaan dalam hal ini mengatasi hal tersebut harus pelaksanaan dan pembinaan harus sesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang dicapai. Dengan kata lain dalam prakteknya harus sesuai dengan tugas diberikan bukan diberikan untuk mewakili dalam pelaksanaan pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah

IV. Kesimpulan Dan Saran

1. Ketentuan hukum dalam pembinaan dan pengawasan tugas Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang dijalankan Oleh BPN, didasarkan pada pasal 33 PP Nomor 24 Tahun 2016 PJPPAT dan pasal 65,66 PERKABAN Nomor 1 Tahun 2006 Peraturan Pelaksana Pejabat Pembuat Akta Tanah. Dan pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang dengan cara penetapan mengenai PPAT sebagai Pelaksana PP Nomor 24 tahun 2016 dan petunjuk teknis mengenai pelaksanaan tugas PPAT.

2. Implementasi fungsi pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah di Kabupaten Deli Serdang yang dilaksanakan oleh pejabat Kantor Pertanahan Nasional secara langsung dan tidak langsung. secara langsung dengan datang ke Kantor PPAT/Notaris melakukan pembinaan berupa pembuatan akta seperti akta jual beli, akta pemberian hak tanggungan dan akta hibah, pembuatan laporan bulanan sedangkan pengawasan yang dilaksanakan dalam pemeriksaan buku daftar akta dan pemeriksaan penjilidan akta (Reportirium) dan budel penyimpanan akta baik minuta maupun warkah lain, serta dalam rangka pembinaan dan pengawasan

(13)

PPAT apabila ada temuan tidak ada di kenakan sanksi administratif baik teguran tertulis maupun pemberhentian kepada PPAT, hanya cukup diperingatkan untuk memperbaikinya..

3. Faktor Penghambat dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah di Kabupaten Deli Serdang adalah Sumber daya manusia, subtansi aturan pembinaan dan pengawasan PPAT, Angaran yang diberikan oleh Dipa (Daftar isian pelaksana anggaran) dalam pelaksanan pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan wilayah Kabupaten Deli serdang relatif luas

A. Saran

1. Perlu Peraturan baru tentang pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah sehubungan perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 dengan perubahan Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang Peraturan Jabatan pejabat Pembuat Akta Tanah dalam hal penyempurnaan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006.

2. Agar ketentuan peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah berfungsi dalam pembinaan dan pengawasaan PPAT perlu dilakukan pertemuan rutin sehingga pelaksaan tugas PPAT berjalan sesuai dengan ketentuan

3. Perlu ada pendidikan dan pembekalan tekhnis pertanahan terhadap pejabat pada Kantor Pertanahan mengenai tata cara dalam melakukan pembinaan dan pengawasan kepada PPAT. dan kantor pertanahan Kabupaten Deli Serdang harus mengajukan penambahan Anggaran dalam menlaksanan Pembinaan dan Pengawasan PPAT serta menambah personil yang cukup menggingat wilayah Kabupaten DeliSerdang relatif luas

(14)

V.DAFTAR PUSTAKA A.BUKU-BUKU

Ali, Achmad, 2009, Hukum Agraria pertnahan Indonesia, Jilid Dua, Prestasi Pustaka, Jakarta.

Ali, Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sianar Garfika, Jakarta.

F.A.M. Stroink, F.A.M dalam Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Aplikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Bandung.

Ghouzaly, Saydam, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro, Djambatan, Jakarta.

Habib, Adjie, 2008, Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik, PT.Refika Aditama, Bandung.

Harsono, Boedi, 2005, Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, isi dan pelaksanannya, Cetakan sepuluh, Djambatan, Jakarta.

Kertasapoetra, 1984, Hukum Tanah Jaminan UUPA bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah, Bina Aksara, Jakarta.

Urip, Santoso, 2005, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Pranada Media, Jakarta.

B. JURNAL DAN TESIS

Tini Apriani, 2015, Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusaia Aparatur, Badan Penelitian dan Pengembangan kementrian Dalam Negeri Jakarta,

C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Pemerinatah Republik indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah

Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan pelaksanaan Peraturan PemerintahNomor 37 tahun 1998

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional

(15)

Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2006 tentang Penetapan Formasi Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesi Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Uraian Tugas Subagian Dan Seksi Pada Kantor WIilayah Badan Pertanahan Nasional DanUraian Tugas Urusan Dan Subseksi Pada Kantor Pertnahan

Peraturan kode etik tentang Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah Indonesia.

Kitab Undang-Undang Agraria,Pustaka Buana.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Referensi

Dokumen terkait

Pertama, Mengungkap makna dari fenomena atau perilaku yang diteliti di lapangan (life history) sebagai data dasar (fakta), berupa penanganan demonstrasi secara profesional. Kajian

Fokus pada penelitian inj menggunakan teori dari jufrizen, (2013) mengenai Intensifikasi yang meliputi, memperluas basis penerimaan, memperkuat proses pemungutan,

Tauhn 1974 Tentang Perkawinan, bahwa yang dimaksud dengan perkawinan adalah, “Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan

Harga saham mencerminkan nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh para

Setelah melakukan perbaikan maka didapatkan indeks paparan panas menurun menjadi 53,6% dan perpindahan panas pada ruangan Quality Control menjadi lebih merata ke seluruh

Dalam level konotatif, anak-anak Aborigin dan peranakan Aborigin dianggap sebagai anak- anak pembawa sial bagi masyarakat Australia dan lebih baik mereka dijauhkan keberadaanya

Stress kerja adalah masalah kesehatan yang serius, National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) menyatakan bahwa 40% pekerja menyatakan pekerjaan mereka