• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan biaya perjalanan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menaksir atau mengestimasi nilai ekonomi jasa rekreasi. Dasar pemilihan metode ini adalah pada kelebihannya memperoleh data yang nyata dari biaya kunjungan yang dilakukan oleh seseorang untuk menikmati jasa rekreasi. Dengan demikian, nilai biaya perjalanan sebanding dengan apa yang diperoleh pada keadaan pasar sesungguhnya.

Berdasarkan catatan dari pengelola, jumlah pengunjung Tahura Djuanda mengalami kenaikan dari tahun 2006-2008 (Tabel 6). Hal tersebut secara ekonomi menunjukkan adanya permintaan pengunjung yang datang setiap tahunnya dan penawaran yaitu dari pihak pengelola Tahura Djuanda. Lieber (1983) menyatakan permintaan rekreasi di alam terbuka diartikan sebagai jumlah pengunjung, yang secara ekonomi dapat diartikan sebagai daftar volume (frekuensi kunjungan, hari- hari penggunaan) dalam hubungannya dengan harga (biaya rekreasi).

Dalam penelitian ini, permintaan terhadap rekreasi merupakan frekuensi kunjungan rekreasi yang dilakukan oleh pengunjung ke Tahura Djuanda pada periode tertentu, dalam hal ini diambil basis kunjungan selama satu tahun terakhir. Besarnya permintaan rekreasi di Tahura Djuanda tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam penelitian yang dilakukan, digunakan sepuluh variabel yang diduga mempengaruhi frekuensi kunjungan yang dilakukan ke Tahura Djuanda.

76 7.1. Statistik Variabel dalam Fungsi Permintaan Rekreasi

Frekuensi kunjungan yang dilakukan oleh responden rata-rata selama satu tahun terakhir adalah tiga kali, dengan minimum frekuensi kunjungan sebanyak satu kali dan maksimum sebanyak delapan kali dalam satu tahun. Dari hasil pengamatan, orang yang mempunyai frekuensi kunjungan lebih banyak adalah pengunjung dengan motivasi kunjungan untuk berolahraga.

Biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh responden untuk melakukan satu kali kunjungan ke Tahura Djuanda rata-rata sebesar Rp 33.784,00 per orang. Dari biaya perjalanan tersebut yang paling besar adalah biaya konsumsi. Minimum biaya perjalanan sebesar Rp 10.000,00 per orang dan maksimum biaya perjalanan sebesar Rp 145.000,00 per orang. Berdasarkan analisis biaya tertinggi tersebut dikeluarkan oleh responden yang berasal dari luar kota.

Total pendapatan rata-rata responden adalah dari golongan dua yaitu pada tingkat pendapatan Rp 1.200.001,00-Rp 2.400.000,00 per bulan sedangkan tingkat pendidikan rata-rata responden adalah 14,00 tahun atau dapat dikatakan rata-rata responden sudah atau sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Berdasarkan analisis, dapat dikatakan bahwa Tahura Djuanda merupakan tempat rekreasi yang didatangi pengunjung dari kelas menengah ke bawah. Hal tersebut dapat disebabkan Tahura Djuanda merupakan tempat wisata yang cukup murah sehingga dapat dinikmati oleh kalangan tersebut.

Umur rata-rata responden adalah 30,07 tahun yang umumnya merupakan pengunjung yang sudah berkeluarga. Responden yang mengunjungi Tahura Djuanda rata-rata mempunyai jarak tempuh sebesar 31,13 km dengan rata-rata waktu tempuh 1,76 jam. Waktu tempuh yang cukup lama dapat disebabkan karena

sebagian besar responden mendatangi Tahura Djuanda di hari libur sehingga mengalami kemacetan di beberapa titik macet Kota Bandung.

Jumlah tanggungan rata-rata dari responden adalah satu orang. Jenis kelamin responden telah dibahas pada bab sebelumnya (Gambar 7) yaitu rata-rata berjenis kelamin laki-laki. Waktu yang dihabiskan responden di Tahura Djuanda rata-rata 3,25 jam dan rata-rata responden telah mengetahui lokasi Tahura Djuanda selama 9,50 tahun. Hasil perhitungan mengenai deskripsi statistik yang telah dijabarkan sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan

Variabel N Minimum Maksimum Mean

Frekuensi kunjungan (Y) 100 1 8 3.39

Biaya Perjalanan (X1) 100 10000 145000 33784.00 Total Pendapatan (X2) 100 1 4 1.99 Tingkat Pendidikan (X3) 100 9 20 14.00 Umur (X4) 100 15 59 30.07 Jarak Tempuh (X5) 100 1 100 31.13 Waktu Tempuh (X6) 100 0.16666667 6 1.760333333 Jumlah tanggungan (X7) 100 0 5 1.29 Jenis Kelamin (X8) 100 - - - Waktu di Lokasi (X9) 100 1 14 3.25

Lama Tahu Lokasi (X10) 100 1 35 9.50

Sumber : Data primer diolah (2009)

7.2. Fungsi Permintaan Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Dalam menentukan fungsi permintaan untuk kunjungan ke Tahura Djuanda, pendekatan biaya perjalanan menggunakan teknik ekonometrik yaitu regresi linier berganda (Fauzi, 2004). Dengan menggunakan variabel yang telah disebutkan sebelumnya, berikut ini merupakan model persamaan fungsi permintaan rekreasi Tahura Djuanda :

78 Y = 4.42 - 0.000068 X1 + 0.369 X2+ 0.0120 X3+ 0.0399 X4+ 0.0162 X5- 0.241

X6- 0.347 X7- 0.322 X8- 0.120 X9+ 0.0123 X10

Dari hasil regresi, didapatkan nilai R2sebesar 70,3% dan R2(adj) sebesar 66,9% (Tabel 9). Hal tersebut dapat diartikan bahwa keragaman permintaan jumlah kunjungan ke Tahura Djuanda dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model sebesar 70,3% dan sisanya sebesar 29,7% dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model. Selain itu, dari hasil analisis regresi dinyatakan bahwa tidak terdapat pelanggaran asumsi OLS (Ordinary Least Square) seperti adanya multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

Tabel 9. Fungsi Permintaan Rekreasi Tahura Djuanda dengan Travel Cost Method

Variabel Koefisien SE Koefisien T P VIF

Constant 4,4243 0,8648 5,12 0,000 Biaya Perjalanan (X1) -0,00006823 0.00000584 -11,68 0,000* 1,3 Total Pendapatan (X2) 0,3629 0,1263 2,92 0,004* 2,4 Tingkat Pendidikan (X3) 0,01199 0,05062 0,24 0,813 1,1 Umur (X4) 0,03991 0,02003 1,99 0,049** 4,3 Jarak Tempuh (X5) 0,016157 0,008400 1,92 0,058*** 1,9 Waktu Tempuh (X6) -0,2407 0,1274 -1,89 0,062*** 1,6 Jumlah tanggungan (X7) -0,3467 0,1289 -2,69 0,009* 2,6 Jenis Kelamin (X8) -0,3222 0,2486 -1,30 0,198**** 1,1 Waktu di Lokasi (X9) -0,11970 0,05818 -2,06 0,043** 1,2

Lama Tahu Lokasi (X10) 0,01232 0,1472 0,84 0,405 1,4

R2 70,3%

R2(adj) 66,9%

Sumber : Data Primer diolah (2009)

Keterangan : * nyata pada taraf nyata = 1% ** nyata pada taraf nyata = 5% *** nyata pada taraf nyata = 10% **** nyata pada taraf nyata = 20%

Pembuktian tidak adanya multikolinearitas dalam model dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang nilainya kurang dari 10 untuk semua variabel. Selanjutnya, tidak adanya heteroskedastisitas dapat dilihat dari hasil Uji

Glejser (Lampiran 5) yaitu dengan melakukan regresi nilai absolut residual dengan variabel-variabel bebas. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai P sebesar 0,701. Nilai tersebut lebih besar dari  sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model. Selain itu, tidak terdapatnya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watsondari model yang berada dalam selang 1,765<DW<2,235 (Lampiran 4).

7.3. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dilakukan uji parsial (uji statistik t) dan uji simultan (uji statistik F). Dari kedua uji tersebut, diperoleh beberapa hasil mengenai pengaruh dari variabel bebas (biaya perjalanan, total pendapatan, tingkat pendidikan, umur, jarak tempuh, waktu tempuh, jumlah tanggungan, jenis kelamin, waktu di lokasi dan lama mengetahui lokasi) terhadap variabel terikatnya (frekuensi kunjungan individu).

7.3.1. Uji Parsial (Uji Statistik t)

Pengaruh parsial setiap variabel bebas dapat dilihat dari signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing varibel bebas yang bersesuaian. Sebuah variabel akan berpengaruh secara nyata pada uji parsial jika nilai t hitungnya lebih besar dari nilai t tabel. Dalam hal ini untuk memudahkan kesimpulan maka kita dapat melihatnya dari nilai P, yaitu harus lebih kecil dari . Dari Tabel 6, dapat kita lihat bahwa dengan mengadakan uji t maka terdapat delapan variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan dengan level of significant atau yang berbeda.

80 Variabel biaya perjalanan, total pendapatan dan jumlah tanggungan signifikan pada = 1%. Hal ini berarti ketiga variabel tersebut 99% secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap frekuensi kunjungan. Variabel umur dan waktu yang dihabiskan di lokasi juga berpengaruh signifikan. Kedua variabel tersebut signifikan pada taraf uji 5%. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa 95% secara parsial variabel umur dan waktu yang dihabiskan di lokasi berpengaruh signifikan terhadap frekuensi kunjungan.

Variabel jarak tempuh dan waktu tempuh ke lokasi berpengaruh secara signifikan pada = 10% sehingga dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut 90% secara parsial mempunyai pengaruh yang nyata kepada variabel frekuensi kunjungan. Selanjutnya, dalam model ini jenis kelamin ternyata berpengaruh secara signifikan pada taraf uji 20%. Jadi 80% secara parsial variabel jenis kelamin dapat berpengaruh nyata terhadap frekuensi kunjungan.

Dari analisis hasil uji t yang dilakukan, terdapat dua variabel bebas yang ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Kedua variabel tersebut adalah tingkat pendidikan dan lama pengunjung mengetahui Tahura Djuanda. Hal tersebut dikarenakan nilai P dari keduanya lebih besar dari , sehingga tidak memenuhi syarat signifikan.

7.3.2. Uji Simultan (Uji Statistik F)

Untuk pengujian secara keseluruhan dari model regresi, dalam arti bahwa dari semua koefisien yang terlibat secara bersama-sama memberikan pengaruh signifikan terhadap variabel terikat, dilakukan uji statistik F. Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan oleh tabel analisis variansi pada Lampiran 2, menunjukkan bahwa semua variabel bebas dalam model regresi ini memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai f hitung yang lebih besar dari f tabelnya atau nilai P yang lebih kecil dari . Nilai P dalam uji statistik F menunjukkan angka 0,000 yang berarti bahwa semua variabel bebas dalam model regresi ini secara simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya.

Hipotesis satu menyatakan biaya perjalanan ke lokasi wisata, jarak tempuh, waktu tempuh, umur dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata secara negatif terhadap kunjungan ke Tahura Djuanda. Dari dua uji di atas semuanya tidak sesuai dengan yang diharapkan, jarak tempuh, umur mempunyai koefisien yang positif. Hipotesis kedua menyatakan total pendapatan, tingkat pendidikan, waktu yang dihabiskan di Tahura Djuanda, dan lama mengetahui lokasi berpengaruh nyata secara positif terhadap kunjungan ke Tahura Ir. H. Djuanda, tetapi dari hasil regresi waktu di lokasi mempunyai koefisien yang negatif. Hipotesis ke tiga terbukti bahwa jenis kelamin dapat berpengaruh secara nyata terhadap frekuensi kunjungan.

7.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Permintaan

Dalam pendekatan biaya perjalanan individual (ITCM), dapat dilakukan identifikasi suatu tempat rekreasi seperti Tahura Djuanda dengan mengumpulkan data biaya perjalanan ke lokasi wisata dan karakter sosial ekonomi. Cara pengumpulan dengan melakukan survei kepada individu yang melakukan perjalanan rekreasi. Dalam penelitian ini, dibatasi hanya 10 faktor yang diduga mempengaruhi permintaan rekreasi pengunjung terhadap Tahura Djuanda.

82 variabel tersebut terhadap frekuensi kunjungan mempunyai arah yang berkebalikan. Artinya peningkatan variabel akan menurunkan frekuensi kunjungan responden. Begitu pula sebaliknya pada variabel yang mempunyai tanda positif. Peningkatan variabel juga akan mengakibatkan peningkatan frekuensi kunjungan.

7.4.1. Variabel yang Berpengaruh Signifikan Terhadap Permintaan Rekreasi Tahura Djuanda

Berdasarkan uji t yang dapat kita lihat dari nilai P pada Tabel 6, terdapat delapan variabel yang berpengaruh nyata dalam model. Adapun variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Biaya Perjalanan

Biaya perjalanan dapat diartikan sebagai biaya yang seluruhnya dikeluarkan oleh setiap pengunjung dalam satu kali melakukan kegiatan rekreasi. Biaya perjalanan meliputi biaya transportasi, dokumentasi, konsumsi selama rekreasi, parkir, pembelian souvenir dan biaya lainya tanpa biaya tiket masuk lokasi rekreasi.

Variabel biaya perjalanan signifikan pada taraf uji 1%. Hal tersebut dapat disebabkan karena variabel biaya tersebut tidak dapat dipisahkan dengan frekuensi kunjungan seseorang. Nilai koefisien regresi peubah biaya perjalanan dalam model bertanda negatif, hal ini sesuai dengan teori ekonomi, dimana jika harga semakin meningkat maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya. Artinya semakin besar biaya perjalanan maka akan mengurangi peluang rata-rata kunjungan individu ke lokasi rekreasi.

2. Total Pendapatan

Variabel ini signifikan pada taraf uji 1%, hal tersebut dapat dikarenakan pendapatan merupakan hal yang penting yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi seperti halnya kegiatan rekreasi maka memerlukan uang atau dana yang berasal dari pendapatan. Koefisien variabel ini memiliki tanda positif, hal itu sesuai dengan teori ekonomi yang mengatakan dimana semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula konsumsinya. Jadi, apabila seseorang tingkat pendapatannya tinggi maka mereka cenderung akan meningkatkan rata-rata frekuensi kunjungannya ke tempat rekreasi. Besarnya koefisien variabel akan mengakibatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan mengalami kenaikan yang besar akibat naiknya pendapatan. Jadi, responden yang memiliki pendapatan lebih tinggi memungkinkan mereka mempunyai kesempatan rekreasi yang lebih tinggi dibandingkan responden yang berpendapatan rendah.

3. Umur

Variabel umur dalam model berpengaruh secara signifikan pada taraf uji sebesar 5% dengan memiliki tanda positif. Oleh karena itu dalam kasus ini umur mempunyai pengaruh yang searah dengan frekuensi kunjungan. Artinya semakin dewasa umur seseorang maka akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan. Hal ini dapat disebabkan karena orang yang lebih dewasa dengan beragam aktifitas membutuhkan waktu untuk berekreasi mengingat tujuan dari rekreasi adalah kembali ke kreatif.

84 4. Jarak Tempuh

Jarak tempuh merupakan jarak tempat tinggal pengunjung ke tempat rekreasi dihitung dalam satuan km. Variabel ini dalam model berpengaruh signifikan pada taraf uji 10% dan mempunyai tanda yang positif. Berdasarkan hipotesis, seharusnya jarak tempuh berpengaruh secara negatif karena semakin jauh jarak yang harus dilalui oleh seseorang ke tempat rekreasi maka akan semakin besar juga biaya perjalanan yang harus dikeluarkan. Jadi seseorang yang mempunyai jarak lebih dekat dengan Tahura seharusnya cenderung akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungannya ke tempat tersebut. Tetapi dalam kasus ini semakin jauh jarak tempat tinggal individu dengan Tahura malah akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan individu. Berdasarkan analisis hal tersebut dapat dikarenakan individu yang mempunyai jarak tempat tinggal yang lebih jauh mempunyai rasa keingintahuan yang lebih tinggi terhadap lokasi rekreasi dibandingkan dengan individu yang bertempat tinggal di sekitar lokasi dan juga dapat dikarenakan penduduk sekitar merupakan pelaku usaha di Tahura contohnya pedagang, tukang ojeg, tukang senter dan lainnya.

5. Waktu Tempuh

Waktu tempuh merupakan berapa lama waktu yang harus ditempuh seseorang dari tempat tinggal mereka ke tempat rekreasi yang biasanya tergantung dari bagus tidaknya kondisi jalan yang mereka lalui, kendaraan yang mereka pakai, trayek jalan yang dipakai dan situasi jalan yang dilalui, apakah sering terkena macet atau tidak. Variabel waktu tempuh dalam model berpengaruh secara signifikan pada taraf uji 10% dan mempunyai hubungan yang negatif

dengan rata-rata frekuensi kunjungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa waktu tempuh yang lebih lama maka akan menurunkan rata-rata frekuensi kunjungan individu ke tempat rekreasi.

Dalam hipotesis seharusnya waktu tempuh berhubungan erat dengan jarak tempat tinggal pengunjung ke lokasi rekreasi, tetapi dalam kasus ini tidak berhubungan erat. Menurut hasil pengamatan, hal tersebut terjadi karena individu yang mempunyai jarak lebih dekat melakukan perjalanan dengan berjalan kaki sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan individu yang mempunyai jarak lebih jauh tetapi menggunakan kendaraan dalam melakukan perjalanan. Hal lain yang bisa menyebabkan hal tersebut terjadi adalah trayek jalan yang dipakai memutar sehingga membutuhkan waktu tempuh yang lebih lama.

6. Jumlah Tanggungan

Variabel jumlah tanggungan pada taraf uji 1% mempengaruhi peluang rata- rata frekuensi kunjungan secara signifikan. Koefisien variabel ini bernilai negatif yang artinya semakin banyak jumlah tanggungan individu maka akan menurunkan rata-rata frekuensi kunjungan individu tersebut. Hal tersebut disebabkan karena jumlah tanggungan keluarga berhubungan erat dengan biaya perjalanan yang harus dikeluarkan, artinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga pengunjung maka akan meningkatkan biaya perjalanan yang harus dikeluarkan. Sebaliknya bila jumlah tanggungan sedikit maka biaya yang harus dikeluarkan pun akan berkurang sehingga akan meningkatkan frekuensi kunjungan seseorang ke tempat rekreasi.

86 7. Jenis Kelamin

Variabel jenis kelamin berpengaruh secara signifikan pada taraf uji 20% dan mempunyai koefisien yang bertanda negatif. Jenis kelamin dalam model merupakan variabel dummydimana angka 1 menunjukkan responden berjenis kelamin laki-laki sedangkan angka 2 menunjukkan responden berjenis kelamin perempuan. Koefisien yang bernilai negatif menunjukkan bahwa individu berjenis kelamin laki-laki akan cenderung untuk meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan.

8. Waktu di Lokasi

Waktu yang dihabiskan di lokasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peluang rata-rata frekuensi kunjungan individu pada taraf uji 5%. Variabel tersebut bernilai negatif yang berarti semakin sedikit waktu yang dihabiskan individu di lokasi rekreasi maka semakin meningkatkan peluang rata-rata individu tersebut untuk berkunjung ke Tahura. Hal tersebut dapat disebabkan karena fasilitas rekreasi yang dirasa kurang lengkap sehingga pengunjung hanya menghabiskan waktu tidak terlalu lama di lokasi.

7.4.2. Variabel yang Tidak Berpengaruh Signifikan Terhadap Permintaan Rekreasi Tahura Djuanda

Terdapat dua variabel bebas dalam model yang secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya. Kedua variabel tersebut adalah tingkat pendidikan dan lama individu mengetahui keberadaan Tahura Djuanda. Tingkat pendidikan memiliki koefisien yang positif yang berarti semakin tinggi pendidikan individu maka akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan. Dalam kasus ini variabel tersebut tidak mempengaruhi

individu. Hal tersebut dapat terjadi karena rekreasi merupakan kebutuhan setiap orang tanpa harus memperhatikan tingkat pendidikan yang telah ditempuh.

Variabel lama individu mengetahui keberadaan Tahura Djuanda juga mempunyai koefisien yang positif. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin lama individu mengetahui keberadaan Tahura maka akan semakin meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan. Namun berdasarkan analisis hasil regresi variabel ini tidak berpengaruh nyata. Hal tersebut dapat disebabkan Tahura sering dikunjungi oleh individu baik yang telah mengenal lama maupun orang yang baru mengetahui keberadaan Tahura.

7.5. Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Tahura Djuanda

Pendekatan biaya perjalanan merupakan dasar untuk menduga besarnya surplus konsumen. Surplus konsumen merupakan proxy dari nilai keinginan membayar (WTP) terhadap lokasi rekreasi yang dikunjungi. Menurut Fauzi (2004), surplus konsumen bisa didapatkan dengan cara jumlah kunjungan kuadrat dibagi dengan dua kali koefisien biaya perjalanan. Mengacu pada konsep WTP yang dibangun, maka nilai WTP pengunjung adalah sebesar nilai surplus konsumen. Dengan menggunakan rumus yang telah disebutkan, dan berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda didapatkan surplus konsumen atau nilai WTP pengunjung dengan pendekatan biaya perjalanan sebesar Rp 24.926,00 per individu per kunjungan. Adapun perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

Nilai ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP. Dengan demikian, nilai ekonomi dari Tahura Djuanda berdasarkan metode biaya perjalanan individual didapatkan dengan mengalikan WTP dengan jumlah

88 kunjungan selama periode Mei 2008-April 2009 sebesar 128.120 (Lampiran 6) sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi Tahura Djuanda sebesar Rp 3.193.579.412,00.

7.6. Penerimaan Tahura Djuanda

Nilai ekonomi yang didapatkan sebelumnya merupakan harga dari sumberdaya alam di Tahura Djuanda yang dianalisis berdasarkan pendekatan fungsi permintaan. Dalam analisis ekonomi Tahura Djuanda juga melihat nilai penerimaan yang diperoleh terkait dengan berlangsungnya kegiatan pariwisata di kawasan tersebut. Analisis penerimaan yang dilakukan berdasarkan nilai penerimaan aktual dan potensial yang mungkin didapatkan.

Nilai aktual dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat keinginan membayar riil wisatawan yang berkunjung ke Tahura Djuanda. Dalam penelitian ini, perhitungan penerimaan secara aktual diperoleh dengan menggunakan harga tiket masuk. Dengan menggunakan periode yang sama dengan perhitungan nilai ekonomi lokasi yaitu Mei 2008-April 2009 (pada tahun 2008 harga tiket Rp 3.000,00 dan tahun 2009 Rp 8.000,00) maka nilai aktual Tahura Djuanda adalah sebesar Rp 561.405.000,00.

Penelitian yang dilakukan juga menduga penerimaan secara aktual yang diperoleh dengan menggunakan harga tiket masuk baru yaitu sebesar Rp 8.000,00 pada tahun 2009 yang merupakan tahun awal penetapan tiket masuk tersebut. Besaran biaya masuk kemudian dikalikan dengan perkiraan jumlah pengunjung selama satu tahun. Jumlah tersebut diperoleh dengan mengalikan jumlah hari kunjungan efektif dengan jumlah pengunjung pada hari kunjungan efektif ditambah dengan jumlah pengunjung pada hari biasa (bukan hari efektif).

Perhitungan hari kunjungan efektif dan biasa serta jumlah pengunjung pada masing-masing hari disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Perkiraan Jumlah Hari Kunjungan Efektif dan Biasa serta jumlah Pengunjung Tahura Djuanda dalam Satu Tahun (2009)

Uraian Hari Efektif Hari Biasa

Jumlah hari 103 262

Jumlah pengunjung rata-rata 500 100

Total Pengunjung 51.500 26.200

Sumber : Data primer diolah (2009)

Hari kunjungan efektif di Tahura Djuanda adalah pada setiap akhir pekan yaitu sabtu dan minggu, sehingga jumlah kunjungan efektif dalam satu tahun adalah 103 hari. Jumlah pengunjung rata-rata pada hari efektif tersebut adalah 500 orang sehingga jumlah pengunjung selama satu tahun adalah 51.500 orang. Adapun jumlah pengunjung yang mendatangi Tahura Djuanda pada hari biasa selama satu tahun adalah sebanyak 26.200 orang. Dengan demikian jumlah pengunjung yang mendatangi Tahura Djuanda selama satu tahun atau pada tahun 2009 diperkirakan mencapai 77.700 orang. Dengan harga tiket masuk per orang sebesar Rp 8.000,00 maka dihasilkan penerimaan atau nilai aktual sebesar Rp 621.600.000,00.

Nilai potensial pada penelitian ini didefinisikan sebagai penerimaan optimal yang dapat diperoleh dari harga tiket masuk apabila kawasan tersebut didatangi oleh pengunjung dalam jumlah yang sama setiap harinya. Jika diasumsikan jumlah pengunjung setiap harinya adalah sebanyak 500 orang dengan harga tiket masuk sebesar Rp 8.000,00 per orang maka dapat diperoleh penerimaan optimal dari Tahura Djuanda adalah sebesar Rp 1.460.000.000,00 dalam satu tahun (365 hari).

90 Ringkasan perhitungan nilai ekonomi dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Ringkasan Perhitungan Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Lokasi

Kriteria Nilai

Surplus Konsumen (per kunjungan)

Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi (Mei 2008-April 2009) Nilai Penerimaan Aktual (Mei 2008-April 2009)

Nilai Penerimaan Aktual (2009) Nilai Penerimaan Potensial (2009)

Rp 24.926,00 Rp 3.193.579.412,00 Rp 561.405.000,00 Rp 621.600.000,00 Rp 1.460.000.000,00 Sumber : Data primer diolah (2009)

Selain sebagai nilai yang seharusnya diperoleh lokasi wisata, nilai ekonomi dari manfaat rekreasi menunjukkan bahwa Tahura Djuanda memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Upaya pencapaian nilai ekonomi lokasi tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan menaikan tiket masuk yang disesuaikan dengan keinginan membayar maksimal pengunjung. Hal tersebut sudah dilakukan oleh pengelola dengan berdasarkan keputusan Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2008. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan menambah fasilitas dengan berdasarkan persepsi pengunjung yang telah dibahas

Dokumen terkait