• Tidak ada hasil yang ditemukan

Valuasi ekonomi manfaat rekreasi taman hutan raya Ir. H. Djuanda dengan menggunakan pendekatan travel cost method

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Valuasi ekonomi manfaat rekreasi taman hutan raya Ir. H. Djuanda dengan menggunakan pendekatan travel cost method"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI

TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN

TRAVEL COST METHOD

MUTIARA INDAH SUSILOWATI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI

TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN

TRAVEL COST METHOD

MUTIARA INDAH SUSILOWATI H44051024

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(3)

i RINGKASAN

MUTIARA INDAH SUSILOWATI. Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL.

Jasa rekreasi hutan sebagai produk tambahan dan sifatnya yang tidak dapat diraba (intangible) menghadapi tantangan ketika jenis produk ini tidak memiliki harga pada sistem pasar normal, padahal permintaan masyarakat akan jasa rekreasi hutan terus meningkat. Pemahaman yang masih rendah terhadap manfaat rekreasi, disertai belum adanya penilaian ekonomi secara kuantitatif, telah menyebabkan terjadinya alokasi modal (investasi) yang kurang optimum dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Oleh karenanya keadaan seperti ini harus segera diperbaiki agar kesalahan-kesalahan dalam perencanaan pengalokasian sumberdaya alam dan modal menjadi tepat guna.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah penelitian ini. Adapun permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana karakteristik pengunjung dan bagaimana penilaian pengunjung terhadap objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda? 2) Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi fungsi permintaan terhadap rekreasi di objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda? 3) Bagaimana nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda dengan metode biaya perjalanan?. Pengunjung merupakan fokus utama bagi pihak pengelola dalam pemasaran produk jasanya, maka hasil penelaahan karakteristik pengunjung diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan oleh pihak pengelola di masa mendatang. Selain itu, untuk meningkatkan fungsi dan manfaat kawasan, perlu dihitung nilai ekonomi manfaat rekreasi yang ada di kawasan tersebut. Hasil penilaian tersebut diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi pengelola Tahura untuk merumuskan alokasi sumberdaya alam dan alokasi dana pembangunan yang optimum.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Travel Cost Method. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mengunjungi tempat rekreasi. Dengan mengetahui pola pengeluaran dari konsumen ini, dapat dikaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan. Di dalam prakteknya, pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan mengukur nilai dari tempat tertentu dan bukan rekreasi pada umumnya.

(4)

berpendapat bahwa perlu adanya penambahan fasilitas berupa papan informasi dan adanya jasa guide. Para pengunjung juga menyatakan tempat tersebut aman, pelayanan oleh petugas dilakukan dengan baik, akses menuju lokasi mudah, terdapat sedikit masalah kebersihan, dan tidak terdapat masalah pencemaran udara. Sebagian besar pengunjung menganggap mahal kenaikan tiket masuk dan mempunyai rata-rata kesediaan membayar Rp 8.155,00.

(5)

iii PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI

LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN

MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juli 2009

(6)

Judul Skripsi : Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method Nama : Mutiara Indah Susilowati

NRP : H44051024

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr NIP. 19620604 199002 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 19620421 198603 1 003

(7)

v RIWAYAT HIDUP

Mutiara Indah Susilowati. Penulis dilahirkan di Sukabumi, 9 Oktober 1987 yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Supatinah dan Haryono S.Pd. Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1999 di SDN Mawar Komplek Citeureup-Cimahi. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 di SLTPN 6 Cimahi. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 2 Cimahi dan lulus pada tahun 2005.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kasih dan sayang-Nya pada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Adapun judul dari skripsi ini adalah Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Ir. Nindyantoro M.SP selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik dan ilmu yang bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini.

3. Adi Hadianto SP selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempunaan skripsi.

(9)

vii 5. Keluarga penulis Mamah, Ayah, Mas Ai, Isa dan Teh Indri, yang telah

memberikan kasih sayang, dukungan serta doa yang tak henti.

6. Sahabat-sahabat terbaik penulis Erny Sholihah, Tri Octora, Dwi Rahma, Ika Zaharani, Nurmaya Sari, Dini Oktaviani, Dita Harakita dan Andika Putri. Terima kasih kawan atas semua kebersamaan yang tak terlupakan.

7. Rizki Sabilly Firdaus atas perhatian dan dukungannya kepada penulis.

8. Teman-teman penulis Kamila Haqq, Tri Firandari, Sahata Rio, Siti Maryati, Mia Mardyatuljannah, Mila Sari, Sylvia Amanda, Kartini, Rita Mersyta, Annissa Merryna, Meita Amanda, Margaret Bunga dan seluruh mahasiswa ESL angkatan 42 yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi untuk melangkah dan berjuang lebih gigih.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2009

(10)

DAFTAR ISI 3.1.2. Rekreasi Alam dan Fungsinya Sebagai Komoditi

Ekonomi……….…… 3.1.3. Konsep Willingness to Pay……….. 3.1.4. Ekonomi sebagai Instrument dalam Menyelesaikan

(11)

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI

TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN

TRAVEL COST METHOD

MUTIARA INDAH SUSILOWATI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI

TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN

TRAVEL COST METHOD

MUTIARA INDAH SUSILOWATI H44051024

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(13)

i RINGKASAN

MUTIARA INDAH SUSILOWATI. Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL.

Jasa rekreasi hutan sebagai produk tambahan dan sifatnya yang tidak dapat diraba (intangible) menghadapi tantangan ketika jenis produk ini tidak memiliki harga pada sistem pasar normal, padahal permintaan masyarakat akan jasa rekreasi hutan terus meningkat. Pemahaman yang masih rendah terhadap manfaat rekreasi, disertai belum adanya penilaian ekonomi secara kuantitatif, telah menyebabkan terjadinya alokasi modal (investasi) yang kurang optimum dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Oleh karenanya keadaan seperti ini harus segera diperbaiki agar kesalahan-kesalahan dalam perencanaan pengalokasian sumberdaya alam dan modal menjadi tepat guna.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah penelitian ini. Adapun permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana karakteristik pengunjung dan bagaimana penilaian pengunjung terhadap objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda? 2) Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi fungsi permintaan terhadap rekreasi di objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda? 3) Bagaimana nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda dengan metode biaya perjalanan?. Pengunjung merupakan fokus utama bagi pihak pengelola dalam pemasaran produk jasanya, maka hasil penelaahan karakteristik pengunjung diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan oleh pihak pengelola di masa mendatang. Selain itu, untuk meningkatkan fungsi dan manfaat kawasan, perlu dihitung nilai ekonomi manfaat rekreasi yang ada di kawasan tersebut. Hasil penilaian tersebut diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi pengelola Tahura untuk merumuskan alokasi sumberdaya alam dan alokasi dana pembangunan yang optimum.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Travel Cost Method. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mengunjungi tempat rekreasi. Dengan mengetahui pola pengeluaran dari konsumen ini, dapat dikaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan. Di dalam prakteknya, pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan mengukur nilai dari tempat tertentu dan bukan rekreasi pada umumnya.

(14)

berpendapat bahwa perlu adanya penambahan fasilitas berupa papan informasi dan adanya jasa guide. Para pengunjung juga menyatakan tempat tersebut aman, pelayanan oleh petugas dilakukan dengan baik, akses menuju lokasi mudah, terdapat sedikit masalah kebersihan, dan tidak terdapat masalah pencemaran udara. Sebagian besar pengunjung menganggap mahal kenaikan tiket masuk dan mempunyai rata-rata kesediaan membayar Rp 8.155,00.

(15)

iii PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI

LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN

MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juli 2009

(16)

Judul Skripsi : Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method Nama : Mutiara Indah Susilowati

NRP : H44051024

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr NIP. 19620604 199002 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 19620421 198603 1 003

(17)

v RIWAYAT HIDUP

Mutiara Indah Susilowati. Penulis dilahirkan di Sukabumi, 9 Oktober 1987 yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Supatinah dan Haryono S.Pd. Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1999 di SDN Mawar Komplek Citeureup-Cimahi. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 di SLTPN 6 Cimahi. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 2 Cimahi dan lulus pada tahun 2005.

(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kasih dan sayang-Nya pada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Adapun judul dari skripsi ini adalah Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Ir. Nindyantoro M.SP selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik dan ilmu yang bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini.

3. Adi Hadianto SP selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempunaan skripsi.

(19)

vii 5. Keluarga penulis Mamah, Ayah, Mas Ai, Isa dan Teh Indri, yang telah

memberikan kasih sayang, dukungan serta doa yang tak henti.

6. Sahabat-sahabat terbaik penulis Erny Sholihah, Tri Octora, Dwi Rahma, Ika Zaharani, Nurmaya Sari, Dini Oktaviani, Dita Harakita dan Andika Putri. Terima kasih kawan atas semua kebersamaan yang tak terlupakan.

7. Rizki Sabilly Firdaus atas perhatian dan dukungannya kepada penulis.

8. Teman-teman penulis Kamila Haqq, Tri Firandari, Sahata Rio, Siti Maryati, Mia Mardyatuljannah, Mila Sari, Sylvia Amanda, Kartini, Rita Mersyta, Annissa Merryna, Meita Amanda, Margaret Bunga dan seluruh mahasiswa ESL angkatan 42 yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi untuk melangkah dan berjuang lebih gigih.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2009

(20)

DAFTAR ISI 3.1.2. Rekreasi Alam dan Fungsinya Sebagai Komoditi

Ekonomi……….…… 3.1.3. Konsep Willingness to Pay……….. 3.1.4. Ekonomi sebagai Instrument dalam Menyelesaikan

(21)

ix 6.1. Karakteristik Pengunjung………... 6.1.1. Umur……….………. 7.1. Statistik Variabel Fungsi Permintaan Rekreasi………… 7.2. Fungsi Permintaan Rekreasi Tahura Djuanda………….. 7.3. Pengujian Hipotesis……….. 7.3.1. Uji Parsial (Uji Statistik t)……….. 7.3.2. Uji Simultan (Uji Statistik F)………. 7.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Permintaan 7.4.1. Variabel yang Berpengaruh Signifikan Terhadap

Permintaan Rekreasi Tahura Djuanda………….. 7.4.2. Variabel yang Tidak Berpengaruh Signifikan

(22)

Terhadap Permintaan Rekreasi Tahura Djuanda.. 7.5. Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Tahura Djuanda. 7.6. Penerimaan Tahura Djuanda……… VIII. KESIMPULAN DAN SARAN……… 8.1. Kesimpulan………

8.2 Saran………..

IX. DAFTAR PUSTAKA………. LAMPIRAN………..

(23)

xi DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Taman Hutan Raya di Indonesia………... Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data………... Tabel 3. Validitas Kuesioner………... Tabel 4. Reliabilitas kuesioner……… Tabel 5. Luas Areal Kawasan THR Ir. H. Djuanda……… Tabel 6. Jumlah Pengunjung Tahura Ir. H. Djuanda dari tahun 2004-April 2009……….. Tabel 7. Kesediaan Membayar Tiket Masuk Tahura Djuanda………... Tabel 8. Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan………... Tabel 9. Fungsi Permintaan Rekreasi Tahura Djuanda dengan Travel

Cost Method………...

Tabel 10. Perkiraan Jumlah Hari Kunjungan Efektif dan Biasa serta jumlah Pengunjung Tahura Djuanda dalam Satu Tahun (2009)……….. Tabel 11. Ringkasan Perhitungan Surplus Konsumen dan Nilai

(24)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Klasifikasi Valuasi Non-Market………………… Gambar 2. Hubungan antara Nilai Properti dan Kualitas Lingkungan… Gambar 3.Peran Sumberdaya Alam dan Lingkungan terhadap

Kegiatan Ekonomi……… Gambar 4. Kurva Permintaan Kunjungan Rekreasi……… Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran………... Gambar 6. Diagram Kelompok Umur Responden……….. Gambar 7. Diagram Asal Daerah Responden……….. Gambar 8. Diagram Jenis Kelamin Responden………... Gambar 9. Diagram Status Pernikahan Responden………. Gambar 10Diagram Kelompok Tingkat Pendidikan Responden……… Gambar 11. Diagram Kelompok Pekerjaan Responden……….. Gambar 12. Diagram Kelompok Tingkat Pendapatan Responden…….. Gambar 13. Diagram Jenis Kendaraan yang Dipakai Responden……... Gambar 14. Diagram Banyaknya Rombongan Responden………. Gambar 15. Diagram Informasi Mengenai Tempat Wisata………. Gambar 16. Diagram Daya Tarik Wisata yang Terdapat di Tahura…… Gambar 17. Diagram Motivasi Kunjungan………. Gambar 18. Diagram Persepsi Pengunjung Mengenai Fasilitas yang

Perlu Ditambah………... Gambar 19. Diagram Persepsi Mengenai Keamanan Tahura………….. Gambar 20. Diagram Persepsi Mengenai Pelayanan Petugas ………… Gambar 21. Diagram Persepsi Mengenai Aksesibilitas Tahura……….. Gambar 22. Diagram Persepsi Pengunjung Mengenai Kebersihan……. Gambar 23. Diagram Persepsi Pengunjung Mengenai Pencemaran

Udara……….. Gambar 24. Diagram Persepsi Pengunjung Mengenai Tiket Masuk…...

(25)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Pengunjung……… Lampiran 2. Uji Validitas……… Lampiran 3. Uji Reliabilitas……… Lampiran 4. Hasil Regresi Linier Berganda dengan Minitab 14………. Lampiran 5. Uji Kenormalan dan Uji Glejser..………... Lampiran 6. Jumlah Pengunjung Periode Mei 2008-April 2009………. Lampiran 7. Perhitungan Surplus Konsumen………..

Lampiran 8. Foto-foto Tahura……….

(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembangunan. Masalah penurunan kualitas lingkungan yang terjadi saat ini pun tidak terlepas dari aktivitas pembangunan dan perlu mendapatkan perhatian yang serius jika pembangunan berkelanjutan ingin dicapai. Pembangunan di masa lalu hanya berorientasi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi tetapi tidak berkelanjutan secara lingkungan.

Sistem ekonomi yang ditempatkan terpisah dengan sistem lingkungan menyebabkan permasalahan baru dimana kegiatan ekonomi yang terus meningkat di satu sisi sedangkan kerusakan atau penurunan kualitas lingkungan di sisi lain. Seharusnya ekonomi ditempatkan sebagai bagian dari lingkaran sistem lingkungan dimana lingkungan sebagai satuan ekosistem yang menyediakan sumberdaya bagi kegiatan perekonomian. Apabila penyedia sumberdaya tersebut tidak dikelola dengan baik sehingga mengalami kerusakan atau penurunan kualitas dan kuantitasnya maka kegiatan ekonomi pun akan terhenti, yang artinya pembangunan tidak berjalan secara berkelanjutan.

(27)

2 jasa lingkungan, manfaat lingkungan hanya diterima sebagai hal yang biasa sehingga berada di luar perhitungan manfaat (external benefits).

Kecenderungan yang muncul akibat tidak dipedulikannya biaya serta manfaat dari jasa lingkungan adalah perilaku boros dan tidak peduli pada komponen-komponen ekosistem. Komponen-komponen ekosistem itu sendiri masih dianggap sebagai sumberdaya alam milik bersama sehingga setiap orang memanfaatkannya tanpa memperhatikan dampaknya terhadap kualitas dan kuantitas sumberdaya alam tersebut. Dalam pola pembangunan konvensional jasa lingkungan dari ekosistem yang tidak memiliki pasar mengakibatkan sumberdaya tersebut mengalami eksploitasi yang berlebihan. Hal ini dapat menjadi salah satu alasan mengapa pemberian nilai pada jasa-jasa lingkungan ini merupakan bagian penting dalam pembangunan berkelanjutan.

Dalam mencapai pemanfaatan sumberdaya secara optimal dan berkelanjutan, diperlukan pengetahuan mengenai manfaat sumberdaya alam secara menyeluruh, baik manfaat yang nyata (tangible) maupun manfaat yang tidak dapat dinyatakan secara jelas (intangible). Kedua manfaat tersebut perlu dikelola dengan seimbang agar dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan. Untuk pengelolaan sumberdaya alam yang sebesar-besarnya diperlukan perencanaan yang cermat dan perhitungan yang realistis dalam menggali manfaat tangibledan intangiblesumberdaya alam dan lingkungan (Darusman, 1991).

(28)

memiliki tanah dan area lautan yang luas, dan kaya dengan berjenis-jenis ekologi. Menempati hampir 1.3 persen dari wilayah bumi, mempunyai kira-kira 10 persen jenis tanaman dan bunga yang ada di dunia, 12 persen jenis binatang menyusui, 17 persen jenis burung, 25 persen jenis ikan, dan 10 persen sisa area hutan tropis, yang kedua setelah Brazil (Sunarto, 2003).

Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki manfaat tangible misalnya kayu, rotan, getah, dan sebagainya, dan manfaat intangible seperti rekreasi, hidrologi, pendidikan, dan sebagainya (Darusman, 1991). Dalam upaya pengelolaannya, perhitungan sumberdaya alam harus didasarkan pada kedua manfaat tersebut, sehingga alokasi manfaatnya dapat mencapai tingkat yang optimal. Namun, jasa rekreasi hutan sebagai produk tambahan dan sifatnya tidak dapat diraba (intangible) dari hutan menghadapi tantangan ketika jenis produk ini tidak memiliki harga pada sistem pasar normal, padahal permintaan masyarakat akan jasa rekreasi hutan terus meningkat sebagai akibat dari pendapatan per kapita penduduk naik, meningkatnya mobilitas penduduk dan ketersediaan waktu luang bagi sebagian masyarakat. Ketidakmampuan pasar dalam menilai manfaat intangiblesumberdaya alam menyebabkan nilai tersebut tidak dapat diduga secara kuantitatif.

(29)

4 ekonomi secara kuantitatif, telah menyebabkan terjadinya alokasi modal (investasi) yang kurang optimum dalam pemanfaatan sumberdaya alam (Darusman, 1991). Padahal, Tahura sendiri merupakan salah satu penyumbang pendapatan daerah. Oleh karenanya keadaan seperti ini harus segera diperbaiki agar kesalahan-kesalahan dalam perencanaan pengalokasian sumberdaya alam dan modal menjadi tepat guna.

Dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dalam pembangunan obyek wisata, maka diperlukan suatu dasar perhitungan investasi yang realistik, yaitu dengan penilaian manfaat intangiblerekreasi secara kuantitatif. Penilaian manfaat intangible rekreasi ini tidak dapat dinilai dengan sistem pasar konvensional. Untuk tujuan penelitian ini, para ahli ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan telah berusaha mengembangkan pendekatan yang dianggap representatif yaitu Travel Cost Method atau Metode Biaya Perjalanan yang prinsipnya yaitu menggunakan biaya perjalanan untuk menghitung nilai permintaan rekreasi suatu sumberdaya alam yang tidak memiliki harga pasar. Pendekatan ini telah dipakai secara meluas untuk mendapatkan kurva permintaan rekreasi (Menz dan Wilton, 1983).

1.2. Perumusan Masalah

(30)

kawasan pelestarian alam yang tersisa yang juga berfungsi sebagai paru-paru kota Bandung. Selain fungsinya sebagai kawasan pelestarian alam dan paru-paru kota Bandung, Tahura Djuanda juga merupakan sarana rekreasi alam di Kota Bandung. Sebagai obyek wisata alam, Tahura Djuanda merupakan penyumbang pendapatan daerah Jawa Barat.

Berbagai penelitian dan pengembangan kawasan Tahura Djuanda harus senantiasa dilakukan oleh pengelola. Pengelolaan berdasarkan studi dan kajian tertentu dapat dijadikan dasar ilmiah untuk menyusun kebijakan dalam rangka meningkatkan fungsi dan manfaat kawasan Tahura. Salah satu indikator dalam peningkatan fungsi dan manfaat berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan dalam sektor pariwisata tersebut adalah meningkatnya jumlah pengunjung.

Agar objek rekreasi alam mampu berkembang dan bersaing dengan objek rekreasi lainnya maka diperlukan juga upaya untuk menarik kedatangan pengunjung. Pengunjung Tahura merupakan fokus utama bagi pihak pengelola dalam pemasaran produk jasanya. Keberadaan objek wisata sangat tergantung pada pengunjung yang datang sehingga penting bagi pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik pengunjung yang mendatangi Tahura. Hasil penelaahan karakteristik pengunjung diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan oleh pihak pengelola di masa mendatang.

(31)

6 koperasi. Selain itu, untuk meningkatkan fungsi dan manfaat kawasan Tahura Djuanda perlu dihitung nilai ekonomi manfaat rekreasi yang ada di kawasan tersebut. Hasil penilaian tersebut diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi pengelola Tahura untuk merumuskan alokasi sumberdaya alam dan alokasi dana pembangunan yang optimum.

Dari pemaparan di atas maka muncul beberapa pertanyaan penelitian, diantaranya :

1. Bagaimana karakteristik pengunjung dan bagaimana penilaian pengunjung terhadap objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda?

2. Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi fungsi permintaan terhadap rekreasi di objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda?

3. Bagaimana nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda dengan metode biaya perjalanan?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai diantaranya:

1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung dan memberikan gambaran mengenai penilaian pengunjung terhadap objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda. 2. Mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi

permintaan terhadap manfaat rekreasi di objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda. 3. Menduga nilai ekonomi yang dihasilkan Tahura Ir. H. Djuanda berdasarkan

(32)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari Penelitian ini adalah :

1. Akademisi dan Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap khasanah keilmuan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.

2. Penilaian yang bersifat ekonomi kuantitatif dari manfaat rekreasi dapat bermanfaat bagi kepentingan perumusan alokasi sumberdaya alam dan alokasi investasi atau biaya pembangunan yang optimum.

3. Karakteristik dan penilaian pengunjung terhadap Tahura dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pembangunan fasilitas objek wisata oleh pengelola.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pariwisata

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1, dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Kemudian di dalam Undang-undang tersebut dijelaskan pula bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

Pariwisata menurut Yoeti (1985) merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Institute of Tourism Britain menyatakan bahwa pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-hari dengan berbagai kegiatan selama seharian atau lebih. Kegiatan wisata erat kaitannya dengan pengunjung. Pengunjung sendiri adalah orang-orang yang datang ke suatu kawasan rekreasi dengan maksud dan tujuan tertentu (Muntasib, 2007).

2.2. Rekreasi

(34)

Cooper (1993) dalam Vanhove (2005), rekreasi dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dilakukan pada waktu luang, dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk bersenang-senang tetapi tidak harus dengan melakukan perjalanan. Rekreasi juga diartikan segala kegiatan yang dilakukan dalam waktu luang untuk kembali ke kreatif dan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia saat ini (Muntasib, 2007). Menurut Smith (1989) dalam Pangemanan (1993), ciri-ciri umum dari rekreasi adalah :

1. Aktifitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu. Semua kegiatan manusia dapat dijadikan aktifitas rekreasi asalkan dilakukan dalam waktu senggang dengan tujuan dan maksud-maksud positif dari rekreasi. 2. Rekreasi bersifat luwes, ini berarti bahwa rekreasi tidak dapat dibatasi oleh

tempat, dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan bentuk rekreasi yang dilakukan.

3. Rekreasi dapat dilakukan oleh perorangan maupun oleh sekelompok orang. 4. Rekreasi bersifat universal, tidak terbatas oleh umur, jenis kelamin, dan

kedudukan sosial.

Secara umum Clawson dan Knetsch (1975) membedakan rekreasi ke dalam dua golongan, yaitu rekreasi pada tempat tertutup (indoor recreation) dan rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation). Rekreasi alam merupakan rekreasi yang dilakukan di alam terbuka dan memerlukan sumberdaya untuk memperoleh kepuasan rohani dengan modifikasi tapak seminimal mungkin.

(35)

10 pemandangan yang indah dan lain-lain, setiap individu dapat mengembangkan kemampuannya. Rekreasi alam atau wisata alam merupakan salah satu bagian dari kebutuhan hidup manusia yang khas.

2.3. Permintaan Rekreasi Alam

Menurut Nicholson (1995), permintaan merupakan hubungan antara harga barang tertentu dengan jumlah yang diminta konsumen. Permintaan merupakan sejumlah barang atau jasa yang ingin dibeli oleh individu dan mampu untuk dibeli dengan harga tertentu dan waktu tertentu (Muntasib, 2007). Sedangkan permintaan masyarakat terhadap jasa–jasa lingkungan seperti tempat rekreasi alam juga sama dengan permintaan barang dan jasa. Permintaan rekreasi adalah banyaknya kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran keseluruhan partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan, bila fasilitas-fasilitas yang tersedia cukup memadai dan dapat memenuhi keinginan masyarakat (Douglas, 1970).

(36)

besar biaya yang dikeluarkan untuk dapat menikmati jasa lingkungan wisata alam tersebut.

Permintaan wisata dapat dibagi menjadi :

1. Effective (Actual) Demand, yaitu jumlah orang yang melakukan kegiatan wisata sebagai jumlah orang yang melakukan perjalanan atau kunjungan. 2. Suppressed (Potential) Demand, yaitu suatu populasi orang yang tidak dapat

melakukan perjalanan karena suatu keadaan tertentu (kurangnya daya beli atau purchasing poweratau keterbatasan waktu liburan).

Knetsch dan Driver (1974) dalam Darusman (1991) mengemukakan bahwa permintaan rekreasi akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kemajuan teknologi. Perubahan kebutuhan rekreasi yang terjadi adalah sebagai akibat dari perubahan pola hidup, kenaikan standar hidup, penambahan waktu luang sebagai akibat efisiensi kerja, serta kemajuan transportasi, yang semuanya itu berubah sejalan dengan berkembangnya teknologi.

Lieber (1983) juga menyatakan bahwa terdapat lima unsur permintaan terhadap rekreasi alam terbuka, yaitu :

1. Mudah dimanfaatkan (dirasakan manfaatnya).

2. Kegiatan yang ada sesuai dengan gambaran yang diinginkan oleh pemakai. 3. Keadaan harus memungkinkan pengidentifikasian gambaran tersebut. 4. Terdapat kesempatan untuk mendemonstrasikan.

(37)

12 Apabila unsur-unsur tersebut dapat dipenuhi pada suatu kegiatan rekreasi maka kegiatan tersebut akan dapat menjadi populer, sehingga permintaan masyarakat dapat diukur.

2.4. Penawaran Rekreasi Alam

Penawaran adalah kuantitas dari barang-barang ekonomi yang ditawarkan dengan semua harga yang mungkin dapat dicapai pada waktu tertentu (Nicholson, 1995). Penawaran rekreasi dalam kepariwisataan meliputi seluruh daerah tujuan yang ditawarkan kepada wisatawan. Penawaran rekreasi terdiri dari unsur-unsur daya tarik alam seperti iklim, flora dan fauna, hutan belukar dan sebagainya, dan hasil ciptaan manusia seperti monumen, rumah ibadah, dan sebagainya yang dapat mendorong orang untuk mengunjunginya.

Douglas (1970), mengemukakan bahwa unsur-unsur penawaran rekreasi yang terdiri dari ketersediaan (availability) dan keterjangkauan (accessibility) dapat mempengaruhi rekreasi di alam terbuka. Penawaran pariwisata ditandai oleh tiga ciri khas utama, yaitu :

1. Merupakan penawaran jasa-jasa. Dengan demikian, apa yang ditawarkan tidak mungkin ditimbun dan harus dimanfaatkan di tempat produk tersebut berada.

2. Penawaran bersifat kaku (rigrid), artinya dalam usaha pengadaan untuk keperluan wisata akan sulit sekali untuk mengubah sasaran penggunaannya di luar pariwisata.

(38)

Dalam hal ini, hukum substitusi (the law of the substitution) akan sangat berpengaruh.

2.5. Pendekatan Penilaian Manfaat Rekreasi

Manfaat fungsi ekologis sering tidak terkuantifikasi dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai sumberdaya. Penggunaan metode analisis biaya dan manfaat (Cost-Benefit Analysis atau CBA) yang konvensional sering tidak mampu menjawab permasalahan tersebut karena konsep CBA yang konvensional sering tidak memasukkan manfaat ekologis di dalam analisisnya. Hal tersebut pada akhirnya menjadi dasar pemikiran lahirnya konsep valuasi ekonomi, khususnya valuasi non-market(Fauzi, 2004).

Secara umum, teknik valuasi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness To Payterungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar yang terungkap). Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Travel Cost, Hedonic Pricing, dan Random Utility Model.

(39)

14

Sumber : Fauzi (2004)

Gambar 1. Klasifikasi Valuasi Non-Market

2.5.1. Contingent Valution Method

Metode valuasi kontigensi adalah suatu metode survey untuk menanyakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan. Secara prinsip, metode ini memiliki kemampuan dalam menilai keuntungan dari penyediaan barang lingkungan dan juga mampu menentukan pilihan estimasi pada kondisi yang tidak menentu.

Prinsip yang mendasari metode ini adalah bahwa bagi orang yang memiliki preferensi tetapi tersembunyi terhadap seluruh jenis barang lingkungan, kemudian diasumsikan bahwa orang tersebut mempunyai kemampuan mentransformasi preferensi ke dalam bentuk nilai moneter atau uang. Asumsi selanjutnya bahwa orang tersebut akan bertindak seperti yang dikatakan ketika situasi hipotesis yang disodorkan menjadi kenyataan pada masa yang akan datang. Asumsi tersebut menjadi dasar metode ini untuk menanyakan berapa jumlah

(40)

tambahan uang yang ingin dibayar oleh seseorang atau rumah tangga (willingness to pay) untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan. Pertanyaan tersebut digunakan untuk menentukan suatu pasar hipotesis terhadap perubahan lingkungan yang diinginkan. Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang mendekati, jika pasar dari barang-barang lingkungan tersebut benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotetik harus sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam kuesioner dan alat hipotetik yang dipergunakan untuk pembayaran.

Pendekatan CVM dilakukan dengan cara menentukan kesediaan membayar (willingness to pay) dari konsumen. Pendekatan ini dapat diterapkan pada keadaan yang dapat menimbulkan kesenangan (estetic)seperti pemandangan alam, kebudayaan, historis dan karakteristik lain yang unik serta situasi yang data harganya tidak ada. Penilaian kontigensi atau teknik survey dilakukan untuk menemukan nilai hipotensi konsumen atau rekreasi (Hufschmidt et al, 1987). Metode ini lebih fleksibel dan diakui bersifat judgment value, sebab pertanyaan diperoleh dari pertanyaan hipotesis. Namun, dalam pelaksanaannya CVM mempunyai kelemahan yang perlu diperhatikan dalam penerapannya. Kelemahan utamanya adalah munculnya bias. Bias terjadi jika terdapat nilai yang kurang dari nilai yang sebenarnya diinginkan oleh masyarakat ataupun nilai yang melebihi dari nilai yang sebenarnya diinginkan. Sumber-sumber bias menurut Fauzi (2004) ditimbulkan oleh dua hal yang utama yaitu :

(41)

16 akan dipungut biaya untuk perbaikan lingkungan, sehingga timbul kecenderungan responden untuk memberi nilai kurang dari yang sebenarnya. Sebaliknya, jika kita nyatakan bahwa wawancara semata-mata hanya hipotesis belaka, maka akan timbul kecenderungan responden untuk memberikan nilai yang lebih dari sebenarnya.

2. Bias yang ditimbulkan oleh rancangan penelitian. Bias ini bisa terjadi jika informasi yang diberikan pada responden mengandung hal-hal yang kontroversial. Misalnya, responden ditawari bahwa untuk melindungi kawasan wisata alam dari pencemaran limbah oleh pengunjung, karcis masuk harus dinaikkan. Hal tersebut tentu saja akan memberikan nilai willingness to pay yang lebih rendah daripada jika alat pembayaran dilakukan dengan cara lain (misalnya melalui yayasan, trust fund, dan sebagainya).

2.5.2. Hedonic Pricing

(42)

tempat lain yang kualitas lingkungannya buruk. Hubungan antara nilai properti dengan kualitas lingkungan adalah sebagai berikut :

Sumber : Fauzi (2004)

Gambar 2. Hubungan antara Nilai Properti dan Kualitas Lingkungan

Dari gambar di atas, maka dapat dikatakan bahwa semakin buruk kualitas lingkungan seperti adanya pencemaran maka nilai properti, dalam hal ini adalah rumah, akan semakin menurun. Situasi sebaliknya yaitu jika semakin baik kualitas lingkungan maka nilai properti akan semakin mahal.

2.5.3. Travel Cost Method

Travel Cost Method (TCM) dikembangkan untuk menilai kegunaan dari barang non-market, daerah yang letak geografisnya khusus dan lokasi yang dipergunakan untuk rekreasi. Misalnya, alam yang seringkali digunakan untuk rekreasi (kebun raya, hutan, pantai, danau, dll). Alam secara khusus tidak memegang harga dalam pasar sehingga kita harus menemukan alternatif yang dimaksudkan untuk memperkirakan nilainya (Pierce et al, 2006).

Menurut Hufschmidt et al (1987), pendekatan biaya perjalanan merupakan suatu cara menilai barang yang tidak memiliki harga. Di negara maju, pendekatan ini telah dipakai secara meluas untuk mendapatkan kurva permintaan barang–

Kualitas lingkungan membaik Pencemaran

Kualitas lingkungan Nilai properti

(43)

18 biasa digunakan bagi barang-barang yang tidak memiliki harga. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mengunjungi tempat rekreasi. Dengan mengetahui pola pengeluaran dari konsumen ini, dapat dikaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan.

Pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan mengukur nilai dari tempat tertentu dan bukan rekreasi pada umumnya (Hufschmidt et al, 1987). Secara umum terdapat dua teknik yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, yaitu Zonal Travel Cost Method (ZTCM) dan Individual Travel Cost Method (ITCM). ZTCM merupakan pendekatan yang relatif mudah dan murah. Pendekatan ini bertujuan untuk mengukur nilai dari jasa rekreasi dari sebuah tempat secara keseluruhan. ZTCM diaplikasikan dengan mengumpulkan informasi dari jumlah kunjungan ke tempat rekreasi dari berbagai daerah atau zona. Dalam hal ini, biaya perjalanan dan waktu akan meningkat seiring dengan meningkatnya jarak, maka informasi yang didapat memungkinkan peneliti untuk memperhitungkan jumlah kunjungan di berbagai harga. Informasi tersebut digunakan untuk membangun fungsi permintaan dan mengestimasi surplus konsumen, atau keuntungan ekonomi untuk jasa rekreasi dari sebuah tempat.

(44)

melakukan perjalanan dari daerah asal yang umum dan selanjutnya terdispersi dalam kelompok-kelompok kecil menuju lokasi wisata sekitarnya. Sebab lain yaitu karena individu tidak semata-mata ingin menikmati pariwisata saja tetapi mungkin kombinasi dari melihat-lihat, berburu, dan sebagainya. Metodologi ITCM secara prinsip sama dengan ZTCM (Mehmet dan Turker, 2006) namun ITCM menggunakan data dari survei setiap pengunjung dalam analisis statistik bukan data dari masing-masing zona. Sehingga metode ini memerlukan data yang lebih banyak dan analisis lebih rumit, tetapi akan memberikan hasil yang lebih tepat.

2.6. Taman Hutan Raya

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (Ditjen PHKA - Departemen Kehutanan, 2008). Adapun kriteria penunjukkan dan penetapan sebagai kawasan Tahura :

1. Merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah.

2. Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam.

3. Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan atau bukan asli.

(45)

20 Suatu kawasan taman wisata alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Rencana pengelolaan Tahura sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Sesuai dengan fungsinya, Tahura dapat dimanfaatkan untuk :

1. Penelitian dan pengembangan (kegiatan penelitian meliputi penelitian dasar dan penelitian untuk menunjang pengelolaan kawasan tersebut).

2. Ilmu pengetahuan dan pendidikan 3. Kegiatan penunjang budidaya. 4. Pariwisata alam dan rekreasi. 5. Pelestarian budaya.

Prestasi sebuah Tahura sebenarnya dapat dilihat pada kemampuannya menampung sebanyak mungkin spesies tumbuhan yang mewakili bioregionnya, atau lebih bagus lagi jika dibatasi pada biolocalnya. Tetapi dalam kondisi praktis tertentu, terkadang sebuah Tahura hanya memperhitungkan kepadatan dan kerimbunan hutannya, bukan keragaman jenis penyusun hutannya. Tahura sebenarnya adalah sebuah etalase bagi wilayahnya, yaitu pada ketika seseorang memasuki hutan raya tersebut, langsung dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi, keragaman, keunikan, dan berbagai hal lainnya yang terkait dengan keadaan flora dan fauna setempat.

Sampai dengan tahun 2008, di Indonesia telah ditetapkan Tahura pada 21 lokasi, dengan luas total343.454,41 ha. Adapun Tahura yang telah ditetapkan di

(46)

Tabel 1. Daftar Taman Hutan Raya di Indonesia

Nama Luas

(ha) Lokasi

Taman Hutan Raya Cut Nyak Dien Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Taman Hutan Raya Dr. Mohammad Hatta Taman Hutan Raya Sultan Sarif Hasyim Taman Hutan Raya Raja Leo

Taman Hutan Raya Thahasaifudin Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda

Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok Taman Hutan Raya Ngargoyoso

Taman Hutan Raya Gunung Bunder Taman Hutan Raya R. Suryo Taman Hutan Raya Ngurah Rai Taman Hutan Raya Nuraksa

Taman Hutan Raya Prof. Ir. Herman Yohanes Taman Hutan Raya Sultan Adam

Taman Hutan Raya Bukit Soeharto Sumber : Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2008

2.7. Penelitian Terdahulu

(47)

22 Djijono (2002) melakukan penelitian di salah satu Tahura di Indonesia yaitu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman yang berlokasi di Propinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan biaya perjalanan dengan teknik pendekatan zonasi dengan alat analisis regresi, zona dibagi berdasarkan daerah kecamatan tempat tinggal pengunjung. Dari penelitian tersebut didapatkan surplus konsumen sebesar Rp 9.275,2137 per 1000 penduduk. Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan atau tingkat kunjungan adalah biaya perjalanan, jumlah penduduk dan waktu kerja.

Adrianto (2003) melakukan penelitian terhadap permintaan dan surplus konsumen di Taman Bunga Nusantara. Dari hasil analisis diperoleh nilai surplus konsumen tahunan sebesar Rp 11.040.439.050,00 per tahun. Sedangkan nilai manfaat lokasi sebesar Rp 12.486.469.050,00. Biaya perjalanan bagi individu ke lokasi wisata tidak menjadi masalah karena adanya keinginan mereka untuk mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah mereka kunjungi.

Penelitian dengan pendekatan individual yang dilakukan oleh Nurdini (2004) di Hutan Mangrove Muara Angke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permintaan rekreasi dan surplus konsumen. Dari penelitian yang dilakukan diketahui nilai dari surplus konsumen tahunan total responden sebesar Rp 52.623,00 per kunjungan sedangkan rata-rata nilai surplus konsumen setiap individu adalah Rp 900,00 per kunjungan. Variabel tingkat pendapatan kategori pendapatan rendah, jumlah tanggungan, waktu luang, pengetahuan pengunjung dan frekuensi kunjungan berpengaruh nyata dan negatif.

(48)

kunjungan rekreasi di TWAGS dipengaruhi oleh biaya perjalanan secara nyata dan negatif. Nilai manfaat rekreasi yang didapatkan adalah sebesar Rp 2.904.032.238,00.

(49)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

3.1.1. Lingkungan sebagai Sumberdaya Milik Bersama

Barang lingkungan sebagai salah satu dari barang-barang bebas adalah barang yang secara fisik kuantitatif tidak terukur. Demikian juga tidak dapat langsung dinilai dengan uang. Walaupun tidak dapat terkuantifikasi, barang tersebut merupakan komoditi yang banyak digunakan atau dimanfaatkan orang. Barang demikian dikenal sebagai non-marketable goods, yaitu suatu komoditi yang tidak memiliki sistem pasar, seperti keindahan alam, kejernihan air sungai dan danau, air tanah dan udara bersih.

Sumberdaya lingkungan merupakan barang publik dimana konsumsi yang berlebihan akan terjadi. Ketiadaan pasar bagi barang lingkungan sebagai barang milik bersama menyebabkan tidak adanya suatu mekanisme keseimbangan yang secara otomatis membatasi eksploitasi. Hal tersebut menyebabkan perlunya institusi yang mampu menggantikan fungsi pasar. Institusi yang dimaksud adalah pemerintah. Dengan pengelolaan oleh institusi maka regulasi dalam membatasi akses terhadap sumberdaya dapat dibatasi. Hal tersebut dapat membatasi demand dan menjaga supply agar sumberdaya lingkungan dapat terus mampu menyediakan manfaatnya. Pengelolaan tersebut juga akan dapat mengatur metode pemanfaatan yang tepat dan tidak merusak.

3.1.2. Rekreasi Alam dan Fungsinya sebagai Komoditi Ekonomi

(50)

konsumen maupun produsen. Sebagai konsumen manusia dapat menikmati atau mengkonsumsi keindahan alam, air dan udara bersih. Sebagai produsen, manusia dapat memanfaatkan barang dan jasa dari sumberdaya untuk kegiatannya seperti kemampuan air dalam mengalirkan limbah suatu industri.

Sumber : Bahtiar (2007)

Gambar 3. Peran Sumberdaya Alam dan Lingkungan terhadap Kegiatan Ekonomi Djajadiningrat (1997) menyatakan bahwa lingkungan memiliki tiga fungsi yaitu yang pertama berfungsi sebagai persediaan bahan baku, dimana rumah tangga dan perusahaan sangat tergantung pada lingkungan alam, antara lain udara, air dan keperluan lain seperti mineral dan tenaga. Fungsi kedua adalah sebagai wadah untuk limbah, dimana perusahaan dan rumah tangga menghasilkan sejumlah besar limbah sementara ditumpuk di lingkungan. Sedangkan fungsi ketiga sebagai penyedia fasilitas, yaitu lingkungan mempunyai sejumlah fasilitas yang merupakan sumber dari estetika termasuk pemandangan yang indah.

(51)

26 (Rahmawati, 2003). Kesulitan yang menantang dalam wisata adalah penilaian dari biaya dan manfaatnya. Seperti halnya dengan hasil hutan lainnya pemanfaatan rekreasi alam memerlukan input tenaga kerja, modal dan kegiatan pengusahaan. Ada beberapa hal yang membedakan rekreasi alam dengan hasil hutan lainnya. Kesempatan rekreasi tidak bertahan lama, artinya kesempatan rekreasi yang keuntungannya tidak diambil sekarang tidak dapat lagi diambil pada waktu mendatang. Selain itu, rekreasi harus dijual di tempat artinya konsumen yang harus datang ke tempat rekreasi (Fauzi, 2004).

3.1.3. Konsep Willingness To Pay

Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep ini disebut dengan keinginan untuk membayar (WTP) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem bisa dikonversikan ke dalam nilai ekonomi.

(52)

C Rp

Q B

O D

E

A

l Qm

membayar biaya-biaya yang perlu dikeluarkan untuk dapat menikmati suatu kegiatan rekreasi.

Gambar 4. Kurva Permintaan Kunjungan Rekreasi

Kesediaan membayar berada di area di bawah kurva permintaan. Kurva permintaan mengukur jumlah yang akan dibayar oleh konsumen untuk tiap unit sumberdaya yang dikonsumsi. Dalam kurva di atas, Ol merupakan i unit kunjungan dan OB merupakan biaya yang dibayar oleh orang yang mengambil manfaat kunjungan OQm (konsumen j), sedangkan OD merupakan biaya kunjungan pengambil manfaat yang datang dari tempat terjauh (konsumen marjinal).

Menurut Lipsey et al (1995), surplus konsumen adalah perbedaan antara nilai jumlah yang diberikan konsumen terhadap seluruh unit barang dan jasa yang dikonsumsi untuk setiap komoditi dan jumlah yang harus dibayarkan untuk membeli sejumlah komoditi tersebut. Surplus konsumen muncul dikarenakan konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan bonus ini berakar pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun. Secara sederhana, surplus konsumen dapat diukur sebagai bidang yang terletak diantara kurva permintaan dan garis harga atau dalam kurva jika jumlah kunjungan sebanyak Ol pada tingkat

(53)

28 harga F maka surplus konsumen ditunjukkan oleh daerah DEF. Bila kunjungan sebanyak OQm maka surplus konsumen sebesar BAD. Jadi, dapat dikatakan bahwa surplus konsumen j sama dengan biaya perjalanan konsumen marjinal dikurangi biaya perjalanan konsumen j.

3.1.4. Ekonomi sebagai Instrumen dalam Menyelesaikan Masalah Lingkungan

Pada penjelasan sebelumnya, diketahui bahwa terdapat masalah berupa terjadinya kegagalan pasar menangkap nilai kegunaan ekosistem. Apabila ekonomi diterapkan pada isu-isu lingkungan, maka diperoleh kesadaran yang lebih mendalam untuk meningkatkan lingkungan (Djajadiningrat, 2001). Metode biaya perjalanan (travel cost methodatau TCM), berguna untuk menemukan nilai daerah alam yang menyediakan berbagai kesenangan untuk rekreasi, serta daerah-daerah yang seringkali dikunjungi oleh orang-orang untuk kegiatan seperti darmawisata. Anggapan dasarnya adalah bahwa nilai lingkungan dimanifestasikan dalam nilai pelayanan rekreasi yang disediakan. Pengaruh langsung dari anggapan ini adalah permintaan untuk rekreasi sama dengan permintaan untuk daerah alam.

(54)

BPt = BTr + BDk + BKr + BP + BSv + BL Keterangan :

BPt = Biaya Perjalanan (Rp/orang/hari) BTr = Biaya Transportasi (Rp/orang/hari) BDk = Biaya Dokumentasi (Rp)

BKr = Biaya Konsumsi selama rekreasi (Rp/orang/hari) BP = Biaya Parkir (Rp)

BSv = Biaya souvenir (Rp) BL = Biaya Lainnya (Rp)

Pengeluaran untuk tarif masuk tidak dimasukkan dalam perhitungan biaya perjalanan karena merupakan suatu konstanta.

Tujuan dasar dari metode biaya perjalanan adalah ingin mengetahui nilai kegunaan dari sumberdaya alam yang atraktif untuk rekreasi melalui pendekatan proxy. Dengan kata lain, biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya alam digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumberdaya tersebut. Hanley dan Spash (1993) menyatakan asumsi yang dipakai dalam kebanyakan penelitian yang menggunakan metode perjalanan adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas, misalnya rekreasi, bersifat terpisah.

Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan metode biaya perjalanan. Teknik tersebut adalah : 1. Pendekatan sederhana melalui zonasi.

(55)

30 berbagai karakteristik sosial ekonomi. Informasi dari sample para pengunjung dianalisis dan data yang dihasilkan digunakan untuk meregresi tingkat kunjungan yang dipengaruhi oleh biaya perjalanan dan berbagai variabel sosial ekonomi.

Qi= f ( TC, X1, X2, …….. Xn) Keterangan :

Qi = Tingkat kunjungan (banyaknya pengunjung dari zona i tiap 1000 penduduk pada zona i

TCi = Biaya perjalanan

Xn = Variabel sosial ekonomi

Regresi tersebut menguji hipotesis bahwa biaya perjalanan kenyataannya berpengaruh pada tingkat kunjungan. Masuknya variabel lain membantu menghilangkan dampak komponen tingkat kunjungan yang tak ada hubungannya dengan biaya perjalanan.

(56)

Dalam membangun fungsi permintaan dalam TCM diperlukan asumsi dasar agar penilaian sumberdaya alam dengan metode ini tidak bias. Adapun asumsi yang membangun fungsi permintaan tersebut adalah :

1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi.

2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas dan disutilitas.

3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multitrips). Bentuk persamaan ITCM adalah sebagai berikut :

Vij= f ( Cij, Xi) Keterangan :

Vij = Jumlah kunjungan per tahun dari individu i ke tempat rekreasi j Cij = Biaya perjalanan individu i ke tempat rekreasi j

Xi = Faktor-faktor lain yang menentukan kunjungan individu i Kelebihan dari ITCM dibandingkan dengan ZTCM diantaranya : 1. Lebih efisien dari sisi statistik (proses perhitungan).

2. Konsistensi teori dalam perumusan model permintaan dan perilaku individu. 3. Menghindari keterbatasan zonal atau lokasi.

4. Menambah heterogenitas karakteristik populasi pengunjung diantara suatu zona, serta mengeliminasi efek pengunjung dengan tingkat kunjungan nol (non-participant).

Adapun kelemahan dari penggunaan metode biaya perjalanan ini diantaranya :

(57)

32 2. Tidak membedakan individu yang memang datang dari kalangan pelibur dan

mereka yang datang dari wilayah setempat.

3. Masalah pengukuran nilai dari waktu, dalam teori ekonomi mikro, variabel waktu memiliki nilai intrinsik tersendiri yang dinyatakan dalam bentuk opportunity cost.

3.1.5. Regresi Linier Berganda

Menurut Gujarati (1978), analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel, variabel tak bebas, pada satu atau lebih variabel lain, variabel yang menjelaskan (explanatory variables), dengan maksud menaksir dan atau meramalkan nilai rata-rata hitung (mean) atau rata-rata (populasi) variabel tak bebas, dipandang dari segi nilai yang diketahui atau tetap (dalam pengambilan sample berulang) variabel yang menjelaskan (yang belakangan). Persamaan regresi merupakan persamaan matematik yang memungkinkan kita meramalkan nilai-nilai suatu peubah tak bebas dari nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas (Walpole, 1982).

(58)

Dalam membentuk model yang akan dipergunakan dalam TCM, maka dipergunakan model regresi linier berganda. Secara umum, regresi linier berganda berbentuk :

Yt= 0+ 1X1+ 2X2+ … + tXt+ t

Dimana Y merupakan variabel dependen dan X merupakan variabel independen dengan t menunjukkan observasi pada cross section data. Sedangkan 0 dan t

merupakan parameter dari koefisien regresi yang berhubungan linier. Dalam hal

ini, 0 dan t adalah parameter yang harus diestimasi dari data sedangkan i

dinyatakan sebagai error yang bersifat random atau acak yang disebabkan oleh empat efek yaitu oleh penghilangan variabel, non-linearitas, kesalahan pengukuran dan efek yang tidak dapat diprediksi lainnya (Ramanathan, 1998).

Pada analisis regresi linier berganda, akan dilihat bagaimana pengaruh beberapa variabel bebas (X1-Xt) terhadap variabel terikatnya (Yt). Bila perubahan itu searah maka dikatakan hubungannya positif, sebaiknya apabila perubahannya berlawanan arah maka hubungan keduanya negatif. Metode untuk mendapatkan besar, arah dan keeratan hubungan variabel-variabel tersebut adalah metode kuadrat terkecil atau sering disebut dengan Ordinary Least Square (OLS). Didalam analisis regresi yang menggunakan OLS, asumsi-asumsi dari OLS harus terpenuhi, jika asumsi tidak dipenuhi maka tidak menghasilkan nilai parameter yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Asumsi BLUE diantaranya :

1. Nilai harapan dari rata-rata kesalahan adalah nol. 2. Variansnya tetap (homoskedasticity).

(59)

34 5. Pada regresi linier berganda tidak terjadi hubungan antar variabel bebas (

no-multicolinearity).

3.2. Kerangka Operasional

Hutan merupakan suatu sumberdaya alam yang memiliki manfaat ganda, yaitu manfaat tangible maupun manfaat intangible. Kedua manfaat tersebut mempunyai nilai ekonomi yang sangat besar. Dalam pengelolaan hutan secara optimal dan lestari maka diperlukan perencanaan yang cermat dan perhitungan yang realistis dalam menggali manfaatnya. Usaha penggalian manfaat intangible mendapatkan kendala ketika manfaat tersebut belum dapat dinilai oleh pasar.

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, merupakan salah satu bentuk dari fungsi hutan sebagai kawasan pelestarian alam atau kawasan konservasi in-situ. Selain sebagai sarana rekreasi juga bermanfaat sebagai sarana penelitian, pendidikan, dan mempunyai nilai sejarah karena di Tahura tersebut memiliki goa peninggalan jaman penjajahan. Sebagai sarana rekreasi, Tahura Djuanda berhubungan erat dengan pengunjung. Karena hal tersebut, penting bagi pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan mencari tahu gambaran penilaian pengunjung yang mendatangi Tahura. Hasil penelaahan karakteristik dan penilaian pengunjung diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan oleh pihak pengelola.

(60)
(61)

36

Manfaat tangible Manfaat intangible

Karakteristik dan

(62)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Obyek Wisata Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda. Obyek wisata tersebut sebagian besar terletak ke dalam wilayah Kabupaten Bandung yaitu Kecamatan Cimenyan meliputi Desa Ciburial dan Desa Cimenyan, dan sebagian lagi termasuk wilayah Kabupaten Bandung Barat Kecamatan Lembang meliputi Desa Mekarwangi, Desa Langensari, Desa Wangunharja dan Desa Cibodas, sedangkan sebagian kecil (Curug Dago) masuk dalam wilayah Kota Bandung Kecamatan Coblong Kelurahan Dago dan Kecamatan Cidadap Kelurahan Ciumbuleuit. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa obyek wisata tersebut merupakan salah satu taman hutan raya yang selain sebagai sarana penelitian, pendidikan dan rekreasi, Tahura tersebut juga memiliki nilai sejarah karena didalamnya terdapat Goa peninggalan jaman penjajahan (Goa Belanda dan Goa Jepang) sehingga menjadikan obyek wisata yang potensial untuk dikembangkan. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada bulan Maret-Juni 2009.

4.2. Desain Penelitian

(63)

38 4.3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang dipakai berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung kepada pengunjung dengan bantuan kuesioner. Data primer yang diperlukan diantaranya :

1. Karakteristik pengunjung yang meliputi umur, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan per bulan, motivasi kunjungan, lama kunjungan, dan intensitas rekreasi pada periode waktu tertentu.

2. Penilaian pengunjung terhadap kawasan dan kualitas pelayanan seperti kemudahan mencapai lokasi, keindahan alam, kebersihan, fasilitas rekreasi dan keamanan.

3. Data biaya perjalanan dari pengunjung menuju lokasi obyek wisata.

Sedangkan data sekunder yang diperlukan meliputi keadaan umum lokasi obyek wisata (sejarah, status, letak dan luas, keadaan fisik serta potensi wisata). Keseluruhan data tersebut diperoleh dari pengelola Tahura Ir. H. Djuanda dan studi literatur lainnya.

4.4. Metode Pengambilan Sample

(64)

keadaan yang dikehendaki. Keadaan yang dimaksud adalah responden yang diwawancarai merupakan pengunjung Tahura dengan umur diatas 15 tahun yang dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan. Obyek penelitian sendiri adalah para pengunjung yang melakukan rekreasi di Tahura Ir. H. Djuanda.

Penentuan jumlah sample dihitung menggunakan rumus Slovin (Sevilla, 1993) sebagai berikut :

keterangan :

n = ukuran sample N = ukuran populasi

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan samplepopulasi)

Berdasarkan rumus di atas, maka diambil responden sejumlah 100 orang yang keseluruhannya merupakan wisatawan domestik dengan syarat dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden dengan menjawab keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner.

4.5. Pengolahan Data

(65)

40 Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1. Identifikasi karakteristik

pengunjung dan penilaian pengunjung terhadap objek wisata Tahura Ir. H.

2. Kajian mengenai faktor-faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan terhadap

3. Pendugaan nilai ekonomi yang dihasilkan Tahura Ir. H. Djuanda berdasarkan metode biaya perjalanan. kunjungan dilakukan dengan menggunakan Individual Travel Cost Method (ITCM). Adapun fungsi permintaan yang akan dipakai dibentuk dengan model regresi linier berganda adalah :

Y = b0+ b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9+ b10X10 + 

Keterangan :

Y = Jumlah kunjungan ke lokasi Tahura Djuanda dalam satu tahun terakhir atau pada tahun diadakan penelitian yaitu tahun 2009 (frekuensi kunjungan per tahun).

(66)

X3 = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan tahun mengenyam pendidikan (tahun).

X4 = Umur responden (tahun).

X5 = Jarak tempuh dari tempat tinggal ke Tahura Djuanda (Km). X6 = Waktu tempuh dari tempat tinggal ke Tahura Djuanda (jam). X7 = Jumlah tanggungan (orang)

X8 = Jenis kelamin (1 = laki-laki, 2 = perempuan).

X9 = Waktu yang dihabiskan untuk satu kali kunjungan (jam). X10= Lama mengetahui Tahura Djuanda (tahun).

b0 = Konstanta.

b1-b10 = Koefisien regresi.

 = Error

4.6. Pengujian Instrumen

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data primer adalah kuesioner. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dalam menghimpun pendapat melalui daftar pertanyaan berupa kuesioner adalah uji instrumen atau alat ukur. Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner, yaitu validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas adalah proses menguji butir-butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner, apakah isi dari butir-butir pertanyaan tersebut valid dan reliabel atau tidak.

(67)

42 Oleh karena itu, peneliti harus mampu mengendalikan objek yang diteliti dan meningkatkan kemampuan dalam menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti.

1. Validitas

Validitas dapat didefinisikan sebagai ukuran untuk menilai apakah alat ukur yang digunakan benar-benar mampu memberikan nilai peubah yang ingin diukur (Juanda, 2007). Analisis validitas yang dilakukan adalah validitas isi dan konstruk. Validitas isi adalah validitas yang mempertanyakan bagaimana kesesuaian antara instrumen, dalam hal ini kuesioner, dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, seluruh pertanyaan dalam kuesioner sudah disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga data dapat digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.

Validitas konstruk adalah validitas yang mempertanyakan apakah butir-butir pertanyaan dalam instrumen telah sesuai dengan konsep keilmuan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini uji validitas menggunakan SPSS 15 dengan melakukan uji Pearson. Adapun Kriteria keputusan adalah jika sig. (2-tailed)<0.05 = valid dan jika sig. (2-tailed)>0.05 = tidak valid.

Tabel 3. Validitas Kuesioner

Faktor Banyak Item Keterangan

Fasilitas Tahura Djuanda 6 5 valid, 1 tidak valid Kualitas Lingkungan Tahura Djuanda 3 2 valid, 1 tidak valid Sumber : Data primer diolah (2009)

Gambar

Gambar 1. Klasifikasi Valuasi Non-Market
Gambar 2. Hubungan antara Nilai Properti dan Kualitas Lingkungan
Tabel 1. Daftar Taman Hutan Raya di Indonesia
Gambar 3. Peran Sumberdaya Alam dan Lingkungan terhadap Kegiatan Ekonomi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kerlinger dalam Sugiyono (2010:85), Metode deskriftif survey dan explanatory survey merupakan metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil,

Yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah bagaimana karakteristik RT di daerah sekitar TNLL, bagaimana kaitannya terhadap peluang perambahan hutan, serta

Hasil temuan penelitian ini, adalah berupa rekomendasi bagi pengelola untuk lebih memperhatikan karakteristik wisatawan yang datang serta motivasi yang mendorong

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dalam penelitian ini hendak dijawab beberapa permasalahan sebagai berikut bagaimana aktualisasi diri pegawai wanita

Adapun Tugas Akhir ini disusun guna mencapai gelar Ahli Madya Diploma III Program Studi D III Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Negeri Sebelas

Tesis ini Berjudul “Valuasi Ekonomi Kawasan Taman Hutan Raya Bunder di Gunungkidul Yogyakarta Melalui Pendekatan Nilai Ekowisata dengan Travel Cost Method (TCM)

Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan sebanyak tujuh (7) variabel. Berdasarkan hasil ini maka Ho diterima, hasil tersebut menunjukkan bahwa secara

Biaya perjalanan mempunyai nilai koefisien sebesar -0,00004321 dan probabilitas sebesar 0,000 sehingga memiliki pengaruh yang signifikan kuat dan negatif terhadap jumlah kunjungan