• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengunjung merupakan fokus utama dari kegiatan rekreasi alam di Taman Hutan Raya, khususnya Tahura Djuanda. Berdasarkan catatan Balai Pengelolaan Tahura Djuanda, jumlah pengunjung mengalami kenaikan angka kunjungan dari tahun ke tahun (Tabel 6).

Tabel 6. Jumlah Pengunjung Tahura Ir. H. Djuanda dari tahun 2004-April 2009

No Bulan Jumlah Wisatawan (Orang)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Januari 6.401 6.515 5.571 8.876 6.633 13.092 2 Februari 5.192 3.492 3.470 3.938 4.963 5.569 3 Maret 4.981 3.706 6.188 6.914 7.298 7.932 4 April 6.242 3.966 6.779 5.079 8.127 8.816 5 Mei 7.256 4.545 5.219 7.909 11.172 6 Juni 9.269 7.510 10.841 12.768 14.882 7 Juli 6.509 7.179 7.043 8.924 12.037 8 Agustus 5.829 4.499 5.894 6.311 9.780 9 September 466 5.337 4.522 4.079 3.579 10 Oktober 3.783 2.395 19.883 19.711 23.366 11 November 9.054 12.857 7.668 3.946 6.544 12 Desember 4.484 4.387 5.729 6.268 11.351 Total 69.466 66.388 88.807 94.723 119.732 35.409

Sumber : Balai Pengelolaan Tahura Ir. H. Djuanda (2009)

Berdasarkan catatan tersebut, walaupun sempat turun di tahun 2005, dari pengunjung sebanyak 69.466 di tahun 2004 menjadi 66.388, namun pada tahun 2006 jumlah pengunjung naik cukup signifikan menjadi 88.807. Pada tahun 2007 jumlah pengunjung kembali naik menjadi 94.723 dan pada tahun 2008 mencapai angka 119.732. Tahun 2009 didapat data mengenai jumlah kunjungan hingga bulan April. Dapat dilihat pada tabel, dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya, tingkat kunjungan mempunyai jumlah yang jauh lebih besar. Jumlah pengunjung yang cenderung meningkat ini mendorong pengelola untuk meningkatkan pelayanan dan penyediaan fasilitas rekreasi yang lebih baik.

Dalam tabel juga terlihat bahwa Tahura didatangi lebih banyak pengunjung pada bulan-bulan yang merupakan liburan sekolah dan liburan hari besar nasional terutama hari raya Idul Fitri. Pada bulan-bulan tersebut, dimana permintaan wisata lebih besar dibandingkan pada bulan biasanya, Tahura menjadi salah satu alternatif wisata keluarga yang menarik dan cukup murah. Menurut pengelola, pengunjung Tahura Djuanda adalah sekelompok orang yang mencari tempat wisata murah.

Berdasarkan analisis di lapangan dan wawancara dengan beberapa pedagang di lokasi wisata, para pengunjung yang mendatangi Tahura pada hari- hari kerja biasanya berasal dari rombongan sekolah-sekolah, baik dari dalam kota maupun luar kota sedangkan pada hari libur atau sabtu dan minggu, biasanya pengunjung merupakan rombongan keluarga.

6.1. Karakteristik Pengunjung 6.1.1. Umur

Umur berkaitan dengan kemampuan fisik responden untuk melakukan kunjungan dan produktifitas responden. Umur juga menjadi faktor yang menentukan pola pikir seseorang dalam menentukan jenis barang dan jasa yang akan dikonsumsi, termasuk keputusan untuk mengalokasikan sebagian dari pendapatannya yang akan digunakan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Jadi secara tidak langsung umur akan turut mempengaruhi besarnya permintaan terhadap Tahura Djuanda.

Pengunjung yang dipilih sebagai responden berkisar antar 15-59 tahun sebanyak 100 orang. Adapun sebaran kelompok umur responden dapat dilihat pada Gambar 6.

58

Sumber : Data primer diolah

Gambar 6. Diagram Kelompok Umur Responden

Dari gambar di atas terlihat bahwa sebagian besar pengunjung yang menjadi responden berasal dari kelompok umur kurang dari 24 tahun, yaitu sebanyak 36%, 24-36 tahun sebanyak 32%, 37-48 tahun sebanyak 17%, dan 49-60 tahun sebanyak 15%. Apabila diperhatikan, maka pengunjung pada kelompok umur kurang dari 24 tahun merupakan pemuda atau remaja. Smith (1996) dalam Muntasib (2007) menyatakan bahwa para pemuda mempunyai karakteristik ingin selalu mencari sesuatu yang baru, berpetualang menghadapi tantangan dan berkelana mengarungi alam.

6.1.2. Asal Daerah

Pembagian kelompok responden dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, dari Kota atau Kabupaten Bandung dan dari luar Bandung. Dari hasil pengamatan responden dari luar Bandung biasanya berasal dari Cimahi, Sumedang, Bogor, Banten dan Garut. Gambar 7 menjelaskan asal daerah responden yang mendatangi Tahura Djuanda.

Sumber : Data primer diolah

Dari Gambar 7 dapat terlihat bahwa 79% dari responden merupakan pengunjung yang berasal dari daerah Kota atau Kabupaten Bandung sendiri. Sedangkan 21% lainnya merupakan pengunjung yang berasal dari luar Bandung. Promosi mengenai Tahura Djuanda perlu untuk ditingkatkan lagi untuk dapat menambah jumlah pengunjung yang berasal dari luar Bandung.

6.1.3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin secara tidak langsung turut mempengaruhi permintaan pemanfaatan jasa lingkungan yang ditawarkan oleh obyek-obyek wisata. Jenis kelamin seorang wisatawan akan turut menentukan jenis wisata apa yang akan dipilih, sehingga jenis kelamin ini secara tidak langsung mempengaruhi pemintaan di Tahura Djuanda. Untuk melihat lebih jelas mengenai jenis kelamin responden, dapat dilihat dari diagram berikut ini (Gambar 8).

Sumber : Data primer diolah

Gambar 8. Diagram Jenis Kelamin Responden

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa, jumlah responden laki-laki lebih besar dari jumlah responden perempuan dengan perbandingan 60% dengan 40%. Hal tersebut dapat terjadi karena laki-laki cenderung lebih senang melakukan perjalanan wisata ke wisata alam dibandingkan dengan perempuan.

6.1.4. Status Pernikahan

Status pernikahan berhubungan dengan jumlah tanggungan seseorang. Jika seseorang sudah menikah maka kemungkinan besar mempunyai jumlah

60 tanggungan yang lebih banyak, misalnya anak dan istri, dibandingkan dengan orang yang belum menikah. Jumlah tanggungan yang lebih banyak pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya biaya perjalanan yang harus dikeluarkan, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi kunjungan yang akan dilakukan. Pada penelitian ini, status pernikahan tidak mempengaruhi perjalanan wisata ke tahura Djuanda. Dikatakan demikian karena proporsi pengunjung yang sudah menikah dan yang belum menikah mempunyai perbedaan yang sangat sedikit (Gambar 9).

Sumber : Data primer diolah

Gambar 9. Diagram Status Pernikahan Responden

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa 51% dari jumlah responden mempunyai status belum menikah sedangkan sisanya sebesar 49% berstatus sudah menikah. Hal tersebut berarti bahwa status pernikahan tidak mempengaruhi seseorang dalam melakukan perjalanan wisata ke Tahura Djuanda.

6.1.5. Tingkat Pendidikan

Pendidikan menunjukkan pendidikan formal yang pernah ditempuh seseorang. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berpengaruh terhadap pemahaman seseorang terhadap kebutuhan psikologis dan rasa ingin tahu tentang obyek wisata dibadingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikan yang lebih rendah. Selain itu tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap jenis pekerjaan yang dimiliki, jenis pekerjaan mempengaruhi jumlah pendapatan, yang kemudian

jumlah pendapatan berpengaruh dalam penentuan konsumsi barang dan jasa seperti jasa untuk berwisata.

Tingkat pendidikan seseorang juga akan meningkatkan kesadaran seseorang tentang suatu perjalanan wisata, serta kesadaran mereka dalam memberikan persepsi tentang nilai sumber daya alam suatu obyek wisata. Secara tidak langsung persepsi ini akan mendorong mereka untuk melakukan perjalanan wisata atau kunjungan ke Tahura Djuanda. Pengelompokan pengunjung sebagai responden dalam penelitian ini dibagi menjadi empat kelompok yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Data responden menurut pengelompokan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 10.

Sumber : Data primer diolah

Gambar 10. Diagram Kelompok Tingkat Pendidikan Responden

Pada diagram di atas terlihat bahwa sebagian besar responden mempunyai pendidikan Perguruan Tinggi dan SMA sebesar 52% dan 43%, sedangkan sisanya sebesar 5% adalah responden dengan pendidikan SMP. Dari diagram tersebut juga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi kesadaran untuk melakukan kegiatan rekreasi atau pun kegiatan wisata.

6.1.6. Pekerjaan

Pekerjaan para responden dalam penelitian ini dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu pelajar/mahasiswa, PNS, TNI/Polri, pegawai swasta,

62 Pengusaha/wirausaha, ibu rumah tangga, dan pekerjaan lainnya. Data responden menurut kelompok-kelompok tersebut dapat dilihat pada Gambar 11.

Sumber : Data primer diolah

Gambar 11. Diagram Kelompok Pekerjaan Responden

Berdasarkan diagram tersebut dari keseluruhan responden terdapat 36% pelajar/mahasiswa, 34% merupakan pegawai swasta, 10% merupakan PNS, 9% merupakan pengusaha/wirausaha, 3% merupakan ibu rumah tangga, 1% merupakan TNI/Polri dan sebanyak 7% mempunyai pekerjaan selain dari kelompok yang ditetapkan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebenarnya kegiatan wisata dapat dilakukan oleh setiap orang dari berbagai kalangan.

6.1.7. Total Pendapatan

Pendapatan dalam hal ini adalah pendapatan keluarga yang diperoleh dari suami dan istri ataupun salah satu dari mereka yang bekerja per bulannya. Sedangkan responden seperti pelajar/mahasiswa, pendapatan dalam hal ini adalah uang saku mereka. Total pendapatan dapat mempengaruhi permintaan rekreasi, karena kegiatan rekreasi yang juga merupakan komoditas ekonomi yang memerlukan uang untuk mendapatkannya. Dalam penelitian ini total pendapatan dibagi menjadi lima kelompok. Adapun sebaran total pendapatan responden Tahura Djuanda dapat dilihat dalam gambar dibawah ini (Gambar 12).

Sumber : Data primer diolah

Gambar 12. Diagram Kelompok Tingkat Pendapatan Responden

Dari diagram di atas terdapat 40% responden mempunyai total pendapatan Rp 1.200.001,00-Rp 2.400.000,00, 33% responden memiliki total pendapatan kurang dari Rp 1.200.000,00, 22 % responden memiliki total pendapatan Rp 2.400.001,00-Rp 3.600.000,00, dan sebanyak 5% responden mempunyai total pendapatan lebih dari Rp 3.600.001,00.

6.1.8. Jenis Kendaraan

Para pengunjung Tahura Djuanda memiliki berbagai macam cara dalam mendatangi lokasi. Para pengunjung biasanya menggunakan kendaraan seperti motor, mobil pribadi, mobil sewaan, bus, angkot, dan ada pengunjung yang berjalan kaki ataupun bersepeda untuk mencapai lokasi rekreasi. Hal tersebut dijelaskan dalam diagram berikut (Gambar 13).

Sumber : Data primer diolah

Gambar 13. Diagram Jenis Kendaraan yang Dipakai Responden

Terdapat 78% pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi seperti motor dan mobil. Sebanyak 12% pengunjung menggunakan kendaraan umum

64 seperti angkot, 6% menggunakan kendaraan sewaan dan 4% sisanya menggunakan cara lain dalam mencapai lokasi.

6.1.9. Banyaknya Rombongan

Berdasarkan pengamatan di lapangan, para pengunjung mendatangi Tahura Djuanda dengan berkelompok. Berikut ini gambaran mengenai banyaknya rombongan pengunjung yang mendatangi lokasi (Gambar 14).

Sumber : Data primer diolah

Gambar 14. Diagram Banyaknya Rombongan yang Dibawa Responden

Sebanyak 79% dari responden memiliki jumlah rombongan sebanyak 1-5 orang. Kemudian sisanya sebanyak 12% dengan jumlah 6-10 orang, 6% dengan jumlah rombongan lebih dari 16 orang dan sebanyak 3% mempunyai jumlah rombongan 11-15 orang.

6.2. Persepsi Pengunjung

Dalam penelitian ini, persepsi pengunjung merupakan pandangan atau pendapat dari para responden mengenai kualitas lingkungan Tahura Djuanda dan fasilitas yang disediakan oleh pengelola. Untuk meningkatkan kualitas, daya saing dengan objek wisata lain dan dalam rangka perbaikan ataupun penambahan fasilitas di Tahura Djuanda maka perlu ditelaah mengenai persepsi pengunjung terkait kualitas lingkungan dan fasilitas yang tersedia di Tahura Djuanda.

6.2.1. Informasi Mengenai Tempat Wisata

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung, sebagian besar dari mereka mengetahui lokasi Tahura dari teman/keluarga. Walaupun promosi dengan cara mulut ke mulut dirasa cukup efektif tetapi hal tersebut menunjukkan bahwa promosi mengenai potensi wisata yang ada di Tahura masih belum dilakukan secara maksimal. Usaha untuk mempromosikan Tahura seharusnya dilakukan lebih gencar dan berkesinambungan. Promosi pariwisata melalui saluran internet, merupakan sarana yang tepat, murah dan workable terutama bagi wisatawan mancanegara. Adapun diagram yang menunjukkan asal informasi mengenai Tahura ditunjukkan oleh Gambar 15.

Sumber : Data primer diolah

Gambar 15. Diagram Informasi Mengenai Tempat Wisata

Dari diagram di atas terlihat bahwa 88% responden mendapatkan informasi tentang Tahura dari teman/keluarga sedangkan sisanya yang mendapatkan informasi dari brosur sebanyak 4%, dari TV sebanyak 2% dan dari sumber informasi lainnya sebanyak 5%.

6.2.2. Daya Tarik Wisata

Tahura Djuanda mempunyai potensi wisata alam yang cukup banyak sehingga mempunyai daya tarik dalam menarik minat pengunjung untuk mendatanginya. Kondisi lingkungan berhutan di kanan-kiri sungai dengan udara

66 merupakan peninggalan jaman penjajahan, fenomena alam berupa curug serta fasilitas seperti jogging track menjadi daya tarik tersendiri di Tahura Djuanda. Para pengunjung yang mendatangi Tahura mempunyai ketertarikan yang berbeda terhadap potensi wisata yang ada. Hal tersebut dapat kita cermati dari diagram dibawah ini (Gambar 16).

Sumber : Data primer diolah

Gambar 16. Diagram Daya Tarik Wisata yang Terdapat di Tahura

Sebanyak 66% dari responden tertarik akan pemandangan alam yang terdapat di Tahura, 14% tertarik akan goa peninggalan sejarahnya, 11% menyukai curug atau fenomena alam berupa air terjun, 8% menyukai sarana jogging track, hal tersebut terkait motivasi kunjungannya yaitu untuk olahraga dan 1% mempunyai alasan lain untuk mengunjungi tempat wisata ini.

6.2.3. Motivasi Kunjungan

Setiap pengunjung yang mendatangi lokasi wisata alam mempunyai motivasi yang berbeda. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh fasilitas dan potensi wisata yang ada di tempat tersebut. Di Tahura Djuanda terdapat berbagai fasilitas seperti arena bermain anak-anak dan aula pertemuan, sehingga dapat dijadikan tempat piknik atau sarana kumpul keluarga. Pemandangan alam dan kualitas udara yang masih relatif bersih menjadikan tempat ini sebagai tempat refreshingdan objek fotografi. Bagi pengunjung yang gemar berolahraga, Tahura Djuanda juga menyediakan jogging track dengan panjang 4000 m dari Dago

hingga Maribaya. Selain itu juga terdapat goa peninggalan jaman penjajahan, peninggalan berupa prasasti Thailand, berbagai fenomena alam, musium dan fasilitas lainnya sehingga dapat menjadi pusat pendidikan dan pelatihan.

Beragam motivasi pengunjung terhadap Tahura Djuanda dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Gambar 17).

Sumber : Data primer diolah

Gambar 17. Diagram Motivasi Kunjungan

Sebanyak 41% dari responden mendatangi Tahura Djuanda untuk piknik/kumpul keluarga, 28% untuk olahraga, 16% untuk refreshing, 10% untuk fotografi dan sebanyak 5% untuk pendidikan dan pelatihan. Dengan beragamnya motivasi dari pengunjung, fasilitas yang ada perlu ditambah sesuai dengan permintaan wisata yang terjadi di Tahura Djuanda dengan tidak mengurangi kualitas alam di tempat tersebut.

6.2.4. Persepsi Pengunjung Mengenai Fasilitas Tambahan

Berdasarkan pengamatan di lapangan, fasilitas di Tahura Djuanda sudah memadai. Dalam pelaksanaannya untuk meningkatkan kepuasan pengunjung, perlu diadakan perbaikan ataupun penambahan fasilitas yang sudah tersedia. Fasilitas yang kiranya perlu ditambah dapat ditanyakan langsung kepada para responden karena mereka sebagai pengunjung dapat menilai mana saja fasilitas yang kiranya butuh untuk ditambah kuantitasnya oleh pengelola. Persepsi

68 mengenai fasilitas yang perlu ditambah menurut responden dapat dilihat dari Gambar 18.

Sumber : Data primer diolah

Gambar 18. Diagram Persepsi Pengunjung Mengenai Fasilitas yang Perlu Ditambah

Menurut responden sebanyak 29%, perlu adanya penambahan mengenai papan informasi. Berdasarkan wawancara, sebagian besar mengharapkan diadakannya jasa guideyang berasal dari pihak pengelola sehingga sejarah-sejarah yang terdapat di tempat ini dapat diinformasikan secara akurat. Kemudian sebanyak 28% berpendapat fasilitas yang masih kurang di Tahura adalah arena bermain anak. Hal tersebut dapat dikarenakan sebagian besar pengunjung menggunakan Tahura sebagai tempat piknik/kumpul keluarga sehingga mereka kebanyakan membawa anak-anak.

Responden sebanyak 23% menganggap perlu adanya penambahan tempat duduk di beberapa tempat di sepanjang track wisata. Fasilitas lain yang kiranya perlu ditambah menurut pengunjung sebanyak 8% adalah fasilitas outbond, sebanyak 7% menginginkan dibangunnya kantin/restoran yang cukup besar, 3% menginginkan adanya penambahan area parkir, dan sisanya sebanyak 2% menginginkan dibangunnya kolam renang sebagai tambahan fasilitas olahraga.

6.2.5. Persepsi Pengunjung Mengenai Keamanan

Sebagai tempat wisata yang banyak dikunjungi orang, aspek keamanan perlu diperhatikan. Keamanan dalam penelitian ini adalah aman baik dari segi kecelakaan fisik yang dapat disebabkan olah area Tahura yang berupa hutan sehingga terdapat banyak bebatuan, adanya jurang ataupun serangan binatang, dan keamanan dari segi materi seperti pencurian barang berharga. Persepsi terkait keadaan keamanan Tahura dapat dilihat pada Gambar 19.

Sumber : Data primer diolah

Gambar 19. Diagram Persepsi Mengenai Keamanan Tahura

Diagram di atas memperlihatkan bahwa 85% dari responden mengatakan Tahura Djuanda aman dan 10% mengatakan sangat aman. Hal tersebut dikarenakan jalanan untuk mengelilingi Tahura sudah dibuat paving, selain itu pihak pengelola juga telah memasang pagar pada tempat yang dekat dengan jurang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan pengunjung. Dalam hal keamanan barang berharga seperti kendaraan bermotor, Tahura Djuanda sebagai tempat wisata alam yang harus melibatkan masyarakat sekitar, mempunyai pekerja dari warga sekitar yang bekerja sebagai tukang parkir sehingga aman dari pencurian kendaraan. Sisanya sebanyak 5% mengatakan kurang aman karena menganggap masih kurangnya jasa keamanan seperti satpam atau polisi hutan yang berkeliling Tahura yang memastikan kegiatan wisata berjalan dengan lancar.

70 6.2.6. Persepsi Pengunjung Mengenai Pelayanan Petugas

Penerimaan pengunjung dengan baik oleh petugas merupakan faktor yang penting dalam manajemen wisata. Keramahan petugas dalam melayani pengunjung sangat dibutuhkan. Berikut ini persepsi pengunjung mengenai pelayanan yang dilakukan petugas di Tahura Djuanda (Gambar 20).

Sumber : Data primer diolah

Gambar 20. Diagram Persepsi Pengunjung Mengenai Pelayanan yang Dilakukan Petugas

Dari pengunjung yang dijadikan responden, sebanyak 87% menilai baik pelayanan yang dilakukan oleh petugas Tahura dan 6% mengatakan sangat baik. Sedangkan 7% sisanya menilai pelayanan yang dilakukan oleh petugas masih kurang baik.

6.2.7. Persepsi Pengunjung Mengenai Aksesibilitas

Aksesibilitas dalam manajemen wisata sangat penting. Keadaan jalan menuju lokasi rekreasi mempengaruhi seseorang untuk berkunjung. Semakin buruk dan sulit akses untuk menempuh Tahura Djuanda semakin enggan seseorang untuk melakukan perjalanan ke lokasi tersebut, demikian sebaliknya. Akses menuju Tahura Djuanda saat ini sudah cukup baik dan mudah. Jalan menuju Tahura sudah diaspal dan bagi yang datang dengan kendaraan umum juga tersedia angkot sampai Kordon dan dilanjutkan dengan ojek ataupun berjalan sejauh 500 m. Persepsi pengunjung mengenai aksesibilitas menuju Tahura Djuanda dapat dilihat pada Gambar 21.

Sumber : Data primer diolah

Gambar 21. Diagram Persepsi Pengunjung Mengenai Aksesibilitas Tahura

Dari hasil kuesioner dan wawancara, 83% responden menganggap akses terhadap Tahura Djuanda mudah dan sebanyak 10% menganggap sangat mudah. Sisanya sebanyak 7% menganggap sulit untuk mencapai Tahura, hal ini dikatakan oleh responden yang memakai kendaraan umum sehingga harus beberapa kali berganti angkutan dan berjalan kaki untuk dapat berkunjung ke Tahura sehingga mengharapkan adanya angkutan yang langsung menuju lokasi Tahura.

6.2.8. Persepsi Pengunjung Mengenai Kebersihan

Tahura Djuanda merupakan tempat tujuan rekreasi yang cukup banyak didatangi pengunjung. Selain mempunyai dampak positif, juga terdapat dampak negatif dari adanya kegiatan wisata yang dilakukan pengunjung di tempat ini. Salah satu masalah yang ada adalah keberadaan sampah. Sampah tersebut diakibatkan adanya kegiatan yang dilakukan pengunjung yang tidak membuangnya pada tempat yang telah disediakan. Persepsi pengunjung mengenai kebersihan Tahura ditunjukkan dalam gambar 22.

Sumber : Data primer diolah

72 Sebanyak 70% responden menilai Tahura Djuanda mengalami sedikit masalah kebersihan dan 4% responden menyatakan bermasalah terkait adanya sampah. Kebanyakan dari sampah tersebut merupakan sampah bekas konsumsi makanan pengunjung baik berupa sisa makanan maupun bungkus makanan/minuman. Hal ini sebenarnya dapat dicegah dengan menanamkan peduli lingkungan pada setiap pengunjung atau dengan memberikan setiap pengunjung trash bag sehingga sampah yang mereka keluarkan tidak dibuang di sembarang tempat. Sisa responden sebanyak 26% menyatakan tidak adanya masalah kebersihan di area Tahura.

6.2.9. Persepsi Pengunjung Mengenai Pencemaran Udara

Tahura Djuanda merupakan salah satu paru-paru yang terdapat di Kota Bandung. Banyaknya flora yang ada membuat udara di kawasan ini masih segar. Kegiatan wisata yang ada saat ini sedikit banyak akan mempengaruhi udara sekitar kawasan. Persepsi pengunjung mengenai udara yang terdapat di kawasan Tahura Djuanda digambarkan pada diagram di bawah ini (Gambar 23).

Sumber : Data primer diolah

Gambar 23. Diagram Persepsi Pengunjung Mengenai Pencemaran Udara di Tahura

Sebanyak 85% mengatakan bahwa tidak terdapat masalah di Tahura Djuanda terkait dengan adanya pencemaran udara. Sedangkan sisanya sebanyak 15% mengatakan terjadi pencemaran udara dalam taraf sedang di kawasan ini.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, 15% responden tersebut merupakan orang yang mempunyai pengetahuan lebih tentang hutan kota. Hal tersebut menyebabkan mereka menganggap kualitas udara di sekitar kawasan mengalami penurunan. Masuknya kendaraan bermotor ke dalam kawasan Tahura merupakan salah satu penyebab yang memungkinkan terjadinya penurunan tersebut.

6.2.10. Persepsi Pengunjung Mengenai Karcis Masuk

Berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2008, harga tiket masuk Tahura Djuanda adalah Rp 7.500,00 ditambah asuransi sebesar Rp 500,00. Harga tersebut merupakan harga baru karena sebelumnya tiket masuk adalah Rp 2.750,00 ditambah asuransi sebesar Rp 250,00. Kenaikan ini dirasa mahal bagi sebagian besar pengunjung. Persepsi mengenai harga baru ini digambarkan oleh diagram dibawah ini (Gambar 24).

Sumber : Data primer diolah

Gambar 24. Diagram Persepsi Pengunjung Mengenai Tiket Masuk

Sebanyak 84% responden menilai mahal dari harga baru tiket masuk tersebut. Hal ini dikarenakan harga tiket naik sangat signifikan, yaitu sebesar 166.67% dari tiket masuk awal. Sebesar 14% responden menganggap kenaikan tersebut cukup dan 2% responden menilai harga tersebut murah dengan harapan fasilitas serta kualitas pelayanan dari pengelola semakin meningkat.

74 6.2.11 Kesediaan Membayar

Dalam penelitian ini ditanyakan mengenai kesediaan maksimum pengunjung untuk membayar tiket masuk ke lokasi Tahura Djuanda. Kesediaan membayar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai keinginan maksimum pengunjung dalam membayar tiket masuk Tahura. Kesediaan membayar erat kaitannya dengan tingkat pendapatan, seseorang yang mempunyai pendapatan tinggi mungkin memiliki kecenderungan kesediaan membayar yang lebih tinggi dibandingkan orang yang berpendapatan lebih rendah. Tabel 7 menjelaskan mengenai kesediaan maksimum pengunjung Tahura Djuanda dalam membayar tiket masuk.

Tabel 7. Kesediaan Membayar Tiket Masuk Tahura Djuanda

Kategori Besaran

Rata-rata Rp 8.155,00

Minimum Rp 5.000,00

Maximum Rp 12.500,00

Median Rp 7.000,00

Sumber : Data primer diolah (2009)

Dari tabel terlihat bahwa rata-rata pengunjung mau membayar tiket masuk sampai pada harga Rp 8.155,00. Hal tersebut berarti walaupun pengunjung menganggap mahal, tetapi mereka dapat menerima dengan baik kenaikan tiket masuk yang terjadi. Terdapat pengunjung yang mempunyai maksimum kesediaan membayar tiket masuk seharga Rp 5,000,00 dan terdapat pengunjung yang masih mampu dan mau membayar tiket masuk sampai harga Rp 12.500,00.

VII. FUNGSI PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI TAMAN HUTAN

Dokumen terkait