• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori

2.1.5. Fungsi Pers

Menurut Sumadiria (2005:32-35) dalam buku Jurnalistik Indonesia menjabarkan 5 fungsi dari pers, yaitu:

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepat – cepatnya kepada masyarakat yang seluas – luasnya yang aktual, akurat, faktual dan bermanfaat.

2. Fungsi Edukasi, informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.

3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.

4. Fungsi Kontrol Sosial, pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidakadilan dalam suatu masyarakat atau negara.

5. Fungsi Mediasi, pers mampu menjadi fasilitator atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan yang lain.

Sedangkan menurut Kusumaningrat (2007:27-29) dalam Jurnalistik Teori dan Praktek, terdapat 8 fungsi pers, yaitu:

1. Fungsi Infomatif, yaitu memberikan informasi atau berita yang dianggap berguna dan penting bagi khayak ramai dengan cara teratur.

2. Fungsi Kontrol, pers harus memberitakan apa yang berjalan baik dan tidak baik. Fungsi “watchdog” ini harus dilakukan dengan lebih aktif oleh pers daripada oleh kelompok masyarakat lainnya.

3. Fungsi Interpretatif dan Direktif, yaitu memberikan interpretasi dan bimbingan. Pers harus menceritakan kepada masyarakat tentang arti suatu kejadian. Ini biasanya dilakukan pers melalui tajuk rencana atau tulisan – tulisan latar belakang.

4. Fungsi Menghibur, para wartawan menuturkan kisah – kisah dunia dengan hidup dan menarik.

5. Fungsi Regeneratif, yaitu menceritakan bagaimana sesuatu itu dilakukan di masa lalu, bagaimana dunia ini dijalankan sekarang, bagaimana sesuatu itu diselesaikan dan apa yang dianggap oleh dunia itu benar atau salah. Jadi, pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru.

6. Fungsi pengawalan hak – hak warga negara, yaitu mengawal dan mengamankan hak – hak pribadi. Dalam beberapa hal rakyat

hendaknya diberi kesempatan untuk menulis dalam media untuk melancarkan kritik – kritiknya terhadap segala sesuatu yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, bahkan juga kadang – kadang mengkritik medianya sendiri.

7. Fungsi Ekonomi, yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan. Dengan menggunakan iklan, penawaran akan berjalan dari tangan ke tangan dan barang produksi pun dapat dijual sehingga ekonomi dapat berkembang.

8. Fungsi Swadaya, yaitu pers mempunyai kewajiban untuk memupuk kewajibannya sendiri agar dapat membebaskan dirinnya dari pengaruh – pengaruh serta tekanan – tekanan dalam bidang keuangan.

2.1.6 Berita

Banyak definisi yang dikemukakan para ahli mengenai definisi berita. Menurut Paul De Massener dalam buku Here’s The News: Unesco Associate, menyatakan news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Sedangkan Williard C. Bleyer menulis dalam Newspaper Writing and Editing, berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar karena menarik minat atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar (Sumadiria,2005:64). Dari beberapa definisi tersebut, dapat dibuat kesimpulan bahwa berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian

besar khalayak melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media online internet.

Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat, yaitu faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran tinggal sedikit saja, kedua bahwa berita itu bias menceritakan segala aspek secara lengkap. Biasanya suatu media lebih menyukai peristiwa besar atau penting terjadi dalam skala waktu yang sesuai dengan jadwal produksi normal, serta menyukai pula peristiwa yang paling mudah diliput dan dilaporkan serta mudah dikenal dan dipandang relevan (Djuroto,2002:48).

Faktor yang berkaitan dengan aliran lain adalah kedekatan media terhadap peristiwa yang sesuai dengan harapan yang dimiliki khalayak, keinginan untuk melanjutkan peristiwa yang sudah terjadi, yang dipandang layak diberitakan keinginan adanya kesinambungan diantara berbagai jenis berita (McQuail,1991:93).

Dalam upaya menarik perhatian pembaca perlu diperhatikan kriteria - kriteria dalam berita, menurut Frank Luther Mott dalam bukunya News Survey of Journalism terdapat 8 konsep tersebut, antara lain (Sumadiria,2005:71):

1. Berita sebagai laporan tercepat (news as timely report)

Konsep ini menitikberatkan pada segi “baru terjadinya” sebagai faktor terpenting dari sebuah berita.

2. Berita sebagai rekaman (news as record)

3. Berita sebagai faktor objektif (news as objective facts)

Sebuah berita harus faktual dan objektif. Sebagai fakta, berita adalah rekonstruksi peristiwa melalui prosedur jurnalistik yang sangat ketat dan terukur. Dalam teori jurnalistik ditegaskan, fakta – fakta yang disajikan media kepada khlayak sesungguhnya merupakan rencan tangan kedua (second hand reality). Realitas tangan pertama adalah fakta atau peristiwa itu sendiri (first reality)

4. Berita sebagai interpretasi (news as interpretation)

Dalam situasi kompleks yang menyangkut bidang politik, ekonomi, atau ilmu pengetahuan, suatu fakta perlu dijelaskan agar pembaca mengerti. Mereka perlu diberi penjelasan mengenai sebab – akibatnya, latar belakangnya, akibatnya, situasinya dan hubungannya dengan hal lainnya.

5. Berita sebagai sensasi (news as sensation)

Disini terdapat unsur subjektif, yakni bahwa sesuatu yang mengejutkan dan yang menggetarkan atau mengharukan bagi pembaca yang satu akan berlainan dengan pembaca yang lain.

6. Berita sebagai minat insani (news as human interest)

Disini menariknya berita bukan karena pentingnya peristiwa yang dilaporkan, tetapi karena sifatnya menyentuh perasaan insani, menimbulkan perasaan iba, terharu, gembira, prihatin dan sebagainya.

7. Berita sebagai ramalan (news as prediction)

Wartawan cenderung untuk menaruh perhatian kepada masa depan daripada masa kini dan masa lalu. Sebabnya ialah karena minat pembaca terutama terletak pada masa depan. Pada umunya yang kita harapkan dari berita, disamping merupakan informasi mengenai kejadian kini, juga ramalan yang masuk akal mengenai masa depan. 8. Berita sebagai gambar (news as picture)

Gambar – gambar yang disajikan dalam halaman surat kabar julahnya semakin banyak. Ilustrasi halaman surat kabar, selain sifatnya semata – mata hiburan juga mengandung niali berita. Banyak kejadian yang melaporkan dalam bentuk gambar yang seringkali lebih efektif daripada kalau diterangkan dengan kata – kata.

Salah satu unsur penting dalam berita yang dimuat oleh media massa adalah memiliki nilai berita (News Value). Terdapat 10 kriteria umum nilai berita, yaitu (Sumadiria,2005:80):

1. Keluarbiasaan

Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik, berita bukanlah suatu perisiwa biasa. Kalangan praktisi jurnalistik meyakini, semakin besar suatu peristiwa semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkan.

2. Kebaruan

News is new. Berita adalah segala apa saja yang terbaru. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti merupakan berita. 3. Akibat

Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal. Seberapa banyak khalayak yang terpengaruh, pemberitaan itu langsung mengena kepada khalayak/tidak, segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak media surat kabar, radio atau televisi yang melaporkannya. 4. Aktualitas (Timeliness)

Berita adalah peristiwa yag sedang atau baru terjadi. Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang terjadi hari ini atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya.

5. Kedekatan (Proximity)

Berita adalah kedekatan, baik kedekatan geografis maupun kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa/ berita yang terjadi disekitar tempat tinggal kita. Sedangnkan kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan, atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa/berita.

6. Informasi

Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Hanya informasi yang memiliki nilai berita atau memberi manfaat kepada publik yang patut menjadi perhatian media.

7. Konflik

Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik tersebut tidak bisa dihilangkan dalam masyarakat penganut paham demokrasi. Konflik hanya bisa diredam, dikendalikan dan dikelola secara konstruktif. 8. Orang penting

Berita adalah tentang orang – orang penting, orang – orang ternama, pesohor, selebriti dan figur publik.

9. Kejutan

Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba – tiba, tidak direncanakan, diluardugaan, diluar perhatian dan tidak diketahui sebelumnya.

10. Human Interest

Berita human interest terkandung unsur yang menarik empati, simpati atau menggugah perasaan khalayak yang membacanya. Kata human interest secara harfiah artinya menarik minat orang. Unsur – unsur daalam human interest adalah ketidaklaziman, ketegangan, minat pribadi, simpati, kemajuan, seks, usia, binatang dan humor.

2.1.7 Sikap

Menurut Calhoun & Acocella, Sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu (Sobur,2003:359).

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berfikir, persepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi ataupun nilai. Sikap bukanlah perilaku tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, situasi informasi maupun kelompok (Sobur,2003:361).

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Pandangan ini mempunyai dampak terpaan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan, komunikasi dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang (Sobur,2003:362).

Pada dasarnya, pembentukan sikap tidak terjadi dengan sembarangan. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan objek tertentu. Interaksi sosial didalam kelompok maupun diluar kelompok bisa mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru (Sobur,2003:363).

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik – buruk, positif –

negatif, menyenangkan – tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar,2008:15).

Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan komponen konatif (conative). Berikut ini penjelasan mengenai komponen – komponen sikap tersebut (Irwanto,2007:269) :

a. Komponen Kognitif

Komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi, keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berfikir yang menekankan pada rasionalistis dan logika. Adanya keyakinan dan evaluatif yang dimiliki seseorang diwujudkan dalam kesan baik atau tidak baik terhadap lingkungan.

b. Komponen Afektif

Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubugan erat dengan nilai – nilai kebudayaan dan sistem nilai yang dimiliki. Perasaan ini berpengaruh kuat terhadap perilaku seseorang. c. Komponen Konatif

Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap lingkungannya dengan cara ramah, sopan, bermusuhan menentang, melaksanakan dengan baik dan lain sebagainya. Ketidakcocokan perilaku seseorang dengan sikapnya (disonasi sikap),

akan menimbulkan berbagai masalah psikologi bagi individu yng bersangkutan sehingga ia akan berusaha mengubah sikap atau perilakunya.

Apabila ketiga komponen ini dihubungkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana suatu pesan (isi atau contents) yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek pesan tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat dirinci sebagai berikut (Rahmat,2005:219):

a. Dampak Kognitif

Dampak kognitif timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Dampak kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Dampak ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi.

b. Dampak Afektif

Dampak afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi juga tergerak hatinya. c. Dampak Konatif

Dampak konatif merujuk pada behavioral atau perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola – pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.

Adapun tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang dapat diketahui melalui respon atau tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu: respon positif jika seseorang menyatakan setuju, respon negatif jika seseorang menyatakan tidak setuju, respon netral jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu objek (Effendy,1993:6-7).

2.1.8 Masyarakat Sebagai Khalayak Media

Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Menurut Herbert dan Blummer,khalayak media massa adalah mereka yang menjadi pembaca dari media massa yang bersangkutan, dimana pembaca tersebut diatas bersifat luas, heterogen dan anonim.

Pembaca sebagai khalayak media massa dalam menerima pesan harus dicapai secara inderawi dan rohani. Yang dimaksudkan inderawi adalah diterimanya suatu pesan yang jelas bagi indera penglihatan, yaitu mata. Sedangkan rohani adalah sebagai terjemahan dari bahasa asing “Accepted”, yaitu diterimanya suatu pesan yang sesuai dengan kerangka referensinya (frame of reference), paduan dari usia, agama, pendidikan, kebudayaan dan nilai – nilai kehidupan lainnya. Kerangka referensi tertentu menimbulkan kepentingan dan minat (interest) tertentu (Effendy,2003:315). Pembaca sebagai obyek berita media khususnya surat kabar memang terkadang aktif, dalam artian selalu memberikan reaksi apapun atas berita yang ditampilkan. Konsep diri pembaca setelah membaca berita di media, jelas menentukan seberapa jauh media surat kabar itu

mempunyai dampak yang menyentuh aspek kepribadian pembaca secara emosional, intelektual maupun sosial.

Menurut Mc Quail (2005:202), khalayak adalah pertemuan public yang berlangsung dalam rentang waktu tertentu dan terhimpun bersama oleh tindakan individual untuk memilih secara sukarela sesuai dengan harapan tertentu bagi masalah menikmati, mengagumi, mempelajari, merasa gembira, tegang, kasihan atau lega. Istilah audience berlaku universal dan secara sederhana dapat diiartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media atau komponen isinya (Mc.Quail, 2005:201).

Khalayak sebagai konsep dalam ilmu komunikasi artinya masyarakat manusia yang menjadi tujuan penyampaian isi pernyataan atau audience. Berbagai bentuk khalayak, cenderung memiliki ciri penerimaan yang semakin terpisah dan pribadi. Sebab setiap individu dari khalayak ialah dengan mengelompokkan mereka menurut jenis tertentu, misalnya jenis kelamin, usia, pendidikan, hobi dan lain – lain (Effendy,2003:20).

Pengertian masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang secara bersama – sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagaian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut (Basrowi,2005:39).

Untuk memenuhi kebutuhannnya, masyarakat bebas untuk memilih dan menggunkaan sejumlah media beserta isinya atau sumber – sumber rujukan lainnya guna mencapai tujuan tertentu. Media massa yang digunakan dalam

penelitian ini adalah surat kabar, karena surat kabar merupakan salah satu media yang banyak dinikmati oleh sebagaian besar masyarakat.

Dokumen terkait