• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Variabel

3.1.1. Sikap dan Pengukuran Variabel

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berfikir, persepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi ataupun nilai. Sikap bukanlah perilaku tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, situasi informasi maupun kelompok (Sobur,2003:361).

Sikap dalam penelitian ini adalah kecenderungan masyarakat Surabaya untuk bertindak, berpikir dan berpersepsi setelah membaca berita yang disajikan media massa tentang pencoblosan ulang pemilihan walikota (pilwali) Surabaya.

Sikap merupakan perwujudan respon dari komunikan terhadap stimulus yang diterima. Sikap dapat diukur dari beberapa komponen, yaitu:

1. Komponen Kognitif, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan terbentuk oleh apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui, kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Bila kepercayaan sudah terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tersebut.

Komponen kognitif dalam penelitian ini, antara lain:

a. Mengetahui adanya pencoblosan ulang

b. Mengetahui kapan pencoblosan ulang dilaksanakan

c. Mengetahui daerah mana diselenggarakan pencoblosan ulang

d. Mengetahui kontroversi pelaksanaan pencoblosan ulang

e. Mengetahui kecurangan – kecurangan yang terjadi selama proses pemilihan walikota (pilwali) Surabaya

f. Mengetahui dampak dari diadakannya pencoblosan ulang.

Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1

Tidak Setuju (TS) : skor 2

Setuju (S) : skor 3

Sangat Setuju (SS) : skor 4

Interval komponen kognitif = (4x6) – (1x6) = 24 – 6 = 18 = 6 3 3 3

Skor negatif = 6 – 11 : Artinya bahwa responden tidak mengetahui dan memahami informasi pencoblosan ulang dan hal – hal yang berkaitan dengan pencoblosan ulang pilwali Surabaya.

Skor netral = 12 – 17 : Artinya bahwa responden tidak berpendapat tentang pencoblosan ulang pilwali Surabaya. Masyarakat Surabaya juga cenderung tidak mengalami perubahan sikap.

Skor positif = 18 – 24 : Artinya bahwa responden mengetahui dan memahami pemberitaan pencoblosan ulang dan mengetahui hal – hal yang berkaitan dengan pencoblosan ulang pilwali Surabaya.

2. Komponen Afektif, dibentuk oleh aspek perasaan terhadap objek. Komponen ini berkaitan dengan aspek emosional dari masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan pencoblosan ulang pilwali Surabaya di Jawa Pos. Komponen afektif dalam penelitian ini, antara lain :

a. Merasa kecewa dengan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) untuk menyelenggarakan pencoblosan ulang.

b. Merasa sayang dengan banyaknya dana APBD yang digunakan untuk pencoblosan ulang

c. Merasa bersimpati pada salah satu pasangan calon waikota/wakil walikota

d. Merasa tertarik untuk mengikuti perkembangan berita mengenai pencoblosan ulang

Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1

Tidak Setuju (TS) : skor 2

Setuju (S) : skor 3

Sangat Setuju (SS) : skor 4

Interval komponen kognitif = (4x5) – (1x5) = 20 – 5 = 15 = 5 3 3 3

Skor negatif = 5 – 9 : Artinya bahwa responden merasa tidak kecewa dengan adanya pencoblosan ulang. Mereka menganggap itu adalah suatu hal yang lumrah terjadi dalam pemilihan kepala daerah. Mereka juga tidak bersimpati terhadap pasangan calon.

Skor netral = 10 – 14 : Artinya bahwa responden hanya melihat pemberitaan tentang pencoblosan ulang sebagai tambahan informasi dan pembelajaran. Tetapi tidak terpengaruh sehingga tidak melakukan perubahan sikap

Skor positif = 15 – 20 : Artinya bahwa responden bersimpati terhadap salah satu pasangan calon. Tetapi mereka merasa kecewa dengan diselenggarakannya pencoblosan ulang, mereka juga tidak tertarik dan malas untuk mengikuti perkembangan berita tentang pencoblosan ulang di media massa

3. Komponen Konatif, dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Konatif berkaitan dengan kecenderungan untuk memberikan respon, dalam penelitian ini adalah:

a. Mendukung putusan Mahkamah Konstitusi (MK) untuk diselenggarakan pencoblosan ulang

b. Melakukan pencoblosan ulang pada 1 Agustus 2010

c. Mengalihkan dukungan kepada pasangan calon walikota / wakil walikota lainnya.

d. Adanya kecenderungan responden untuk mencari informasi tentang calon pasangan walikota/wakil walikota pilihan untuk memimpin Surabaya

Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1

Tidak Setuju (TS) : skor 2

Setuju (S) : skor 3

Sangat Setuju (SS) : skor 4

Interval komponen konatif = (4x4) – (1x4) = 16 – 4 = 12 = 4 3 3 3

Skor negatif = 4 – 7 : Artinya bahwa responden tidak mendukung putusan MK dan menolak diselenggarakanya pencoblosan ulang. Responden tidak berpartisipasi dengan tidak mencoblos pada pencoblosan ulang pilwali Surabaya.

Skor netral = 8 – 11 : Artinya bahwa responden tidak berpendapat atau mendukung tentang diselengarakannya pencoblosan ulang. Masyarakat Surabaya juga cenderung tidak mengalami perubahan sikap.

Skor positif = 12 – 16 : Artinya bahwa responden mendukung putusan MK untuk diselenggarakan pencoblosan ulang dan responden berpartisipasi dengan menggunakan hak

pilihnya dalam pencoblosan ulang pilwali Surabaya.

Dalam melakukan pengukuran variabel sikap digunakan skala likert. Skala likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur tanggapan responden terhadap objek penelitian yang menggunakan bobot 1 sampai dengan 4. Dalam melakukan penskalaan dengan model ini, responden diberi daftar pertanyaan mengenai sikap, setiap pertanyaan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan ketidaksetujuannya (Singarimbun,1995:111). Jawaban dari masing – masing pertanyaan yang ada di kuisioner digolongkan dalam empat jenis pilihan jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS). Dalam kategorisasi ini, alternatif jawaban ragu – ragu (undecided) ditiadakan, menurut Kriyantono (2007:134) alasannya adalah sebagai berikut:

1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bias diartikan belum dapat memberikan jawaban, netral dan ragu – ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda instrument.

2. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan multi interpretable. Hal ini tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu – ragu akan kecenderungan jawabannya.

3. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring responden.

Setelah melakukan kategori pilihan jawaban dari pertanyaan kuisioner dilanjutkan dengan pemberian nilai sebagai berikut:

Sangat Tidak Setuju (STS) : mempunyai skor 1

Tidak Setuju (TS) : mempunyai skor 2

Setuju (S) : mempunyai skor 3

Sangat Setuju (SS) : mempunyai skor 4

Maka selanjutnya skoring dilakukan dengan menjumlahkan skor dari setiap pertanyaan, sehingga diperoleh skor total dari tiap kuisioner tersebut untuk masing – masing responden. Untuk mengkategorikan sikap masyarakat kedalam tiga interval, yaitu positif, netral dan negatif dilakukan dengan menggunakan rumus:

Interval = skor tertinggi – skor terendah Jenjang yang diinginkan Keterangan :

Range (R) : Batasan dari setiap tingkatan

Skor tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan

Jumlah dari pertanyaan keseluruhan yang berkaitan dengan Sikap Masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan “pencoblosan ulang pilwali Surabaya” adalah 15 pertanyaan. Maka perhitungan pengukuran intervalnya adalah sebagai berikut:

Skor terendah : 1 x 15 = 15

Skor tertinggi : 4 x 15 = 60

Interval keseluruhan = 60 – 15 = 45 = 15 3 3

Jadi, interval keseluruhan (batasan skor) terbagi menjadi 3, yaitu negatif, netral dan positif :

Skor negatif = 15 – 29 : Artinya bahwa responden tidak mendapat informasi yang jelas tentang pencoblosan ulang pilwali Surabaya. Mereka kecewa dan marah, sehingga mereka tidak mendukung diselenggarakan pencoblosan ulang. Hal ini dibuktikan dengan mereka memilih abstain alias golput pada saat pencoblosan ulang.

Skor netral = 30 – 44 : Artinya bahwa responden mengetahui tentang pemberitaan pencoblosan ulang pilwali Surabaya. Tetapi pemberitaan tersebut tidak terlalu berpengaruh bagi mereka.

Pemberitaan tersebut hanya dijadikan sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan

Skor positif = 45 – 60 : Artinya bahwa responden merasa kecewa dengan diadakannya pencoblosan ulang, tetapi mereka tetap mendukung diselenggarakannya pencoblosan ulang, peduli dan ikut berpartisipasi (menggunakan hak pilihnya) dalam pencoblosan ulang pemilihan walikota (pilwali) Surabaya.

Dokumen terkait