• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori

2.1.11. Teori S-O-R

Pada awalnya teori ini berasal dari psikologi, karena adanya kesamaan objek material dari psikologi sama, maka teori ini menjadikan kajian teori ilmu komunikasi yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen opini, sikap, perilaku, afektif, konasi dan kognitif (Effendy,1993:254).

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang dan gambar kepada komunikan. Organism berarti komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang

maupun gambar, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat megharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi (Effendy,2003:254). Akibat atau pengaruh yang terjdi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan. Unsur – unsur dalam model ini adalah (Effendy,2003:254) :

a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.

b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

c. Efek (Respon), merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan.

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah jika stimulus yang menerpa benar – benar melebihi semula.

Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organism berupa perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan dan unsur respon berupa efek. Maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan teori dalam penelitian.

Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut:

Organism : a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Respon: a. Kognitif b. Afektif c. Konatif Stimulus

Menurut gambar dari model diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan pada proses penerimaan. Setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy,2003:256).

2.2 Kerangka Berpikir

Berdasar pada landasan teori yang telah diuraikan oleh peneliti, maka peneliti ingin meneliti Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Pencoblosan Ulang Pilwali Surabaya, karena stimuli yang ada dalam pesan akan diterima bila ada perhatian, pengertian dan penerimaan dari khalayak yang menjadi objek dalam hal ini. Selanjutnya setelah menerima pesan atau stimulus berikutnya akan terjadi perubahan sikap oleh masyarakat tersebut dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya.

Pilwali Surabaya diselenggarakan pada 2 Juni 2010. Setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) merekapitulasi surat suara, pada 8 Juni 2010 KPU menetapkan pasangan Tri Rismaharini dan Bambang Dwi Hartono sebagai walikota dan wakil walikota terpilih. Namun pihak Arif Afandi-Adies Kadir (Cacak) tidak puas dengan hasil tersebut. Pihak Cacak menuding terjadi kecurangan dalam pelaksanaan pilwali kali ini. Pihak cacak melayangkan

gugatannya ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk diproses. Akhirnya pada 30 Juni 2010, MK mengeluarkan putusan bahwa akan diadakan pencoblosan ulang di 5 kecamatan dan 2 kelurahan di Surabaya. Keputusan MK tersebut mejadi polemik di masyarakat. Ada yang pro mendukung putusan MK dan tidak sedikit yang kontra menentang putusan tersebut. Dikhawatirkan dengan minimnya partisipasi masyarakat, angka golput rawan naik.

Melihat fenomena tersebut, Jawa Pos berupaya menampung berbagai reaksi dari masyarakat berkaitan dengan keputusan MK tersebut melalui kolom interaktif pilwali. Reaksi dari masyarakat ada yang pro, mendukung keputusan MK untuk dijalankan dengan sebaik – baiknya dalam rangka pembelajaran demokrasi dan pembuktian tuduhan kecurangan – kecurangan. Maupun yang kontra, menganggap MK tidak adil dalam mengeluarkan keputusan, putusan dianggap memihak salah satu pasangan tertentu, menghujat dan memberi dukungan pada pasangan – pasangan yang sedang bersengketa.

Pemberitaan mengenai perkembangan pencoblosan ulang pilwali Surabaya tersebut ditulis secara lengkap dan kontinu setiap harinya di Jawa Pos agar masyarakat dapat mengikuti perkembangan beritanya. Mulai dari pencoblosan pada 2 Juni, rekapitulasi hasil, penetapan pemenang pilwali oleh KPU, Cacak melayangkan gugatan ke MK, keluarnya putusan MK yang mengharuskan coblosan ulang di 5 kecamatan dan 2 kelurahan, kontroversi putusan MK dilihat dari sudut pandang kedua belah pihak (pihak CaCak dan Ridho), kontroversi penetapan penyelenggraan pencoblosan ulang antara KPU dengan anggota dewan, reaksi dari masyarakat yang wilayahnya terkena pencoblosan ulang dan

adanya kolom interaktif pilwali untuk menampung opini masyarakat terkait dengan keputusan MK tersebut.

Peneliti menggunakan teori S-O-R. Stimulus merupakan rangsangan yang dalam hal ini adalah berita mengenai “pencoblosan ulang pilwali Surabaya” di surat kabar Jawa Pos. Organism yaitu khalayak sasaran yang dituju dalam penelitian ini, yaitu masyarakat Surabaya sebagai komunikannya. Respon yaitu reaksi atau tanggapan dalam hal ini adalah sikap pembaca berita “pencoblosan ulang pilwali Surabaya” di surat kabar.

Stimulus : Berita mengenai “pencoblosan ulang pilwali Surabaya” di surat kabar Organism : Masyarakat Surabaya a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Respon (Sikap Masyarakat Surabaya): a. Kognitif b. Afektif c. Konatif

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir (Sumber: Effendy,2003:255 )

Gambar kerangka berpikir diatas memberikan penjelasan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa isi pesan yang berisi tentang pemberitaan “pencolosan ulang pilwali Surabaya” di surat kabar mungkin diterima atau terjadi penolakan, kemudian komunikan (Masyarakat Surabaya) membaca berita tersebut melalui proses perhatian,

pengertian, penerimaan, yang selanjutnya akan menimbulkan efek kognitif (tingkat pengetahuan) menjadi tahu tentang pemberitaan “pencoblosan ulang pilwali Surabaya” di surat kabar, efek afektif (perasaan senang atau tidak senang ataupun kecewa serta jengkel) terhadap pemberitaan tersebut dan efek konatif yang berkaitan dengan sikap terhadap pemberitaan “pencoblosan ulang pilwali Surabaya”.

Dokumen terkait