• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Sosial Budaya

Dalam dokumen Buku 8 Fungsi Keluarga (Halaman 24-38)

Bab II : DELAPAN FUNGSI KELUARGA

B. Fungsi Sosial Budaya

Fungsi sosial budaya mempunyai makna bahwa keluarga adalah wahana pertama dan utama dalam pembinaan dan penanaman nilai-nilai luhur budaya yang selama ini menjadi panutan dalam tata kehidupan. Dengan penerapan fungsi sosial budaya dalam keluarga, nilai luhur yang selama ini sudah menjadi panutan dalam kehidupan bangsa tetap dapat dipertahankan dan dipelihara.

Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat telah mengalami banyak perubahan, dimana nilai-nilai sosial dan budaya yang dianut sudah semakin bebas, dan menyebabkan kurang dipegangnya lagi aturan-aturan dalam masyarakat. Penanaman nilai-nilai sosial budaya juga dimulai dari keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama sekali dikenal oleh anak.

Di dalam keluarga inilah pertama sekali mulai terbentuknya penanaman nilai sosial budaya yang diajarkan melalui contoh perilaku orangtuanya. Adanya interaksi di dalam lingkungan keluarga antara satu anggota dengan anggota lainnya akan menyadarkan anak bahwa mereka berfungsi sebagai individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial ia belajar menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama, yaitu saling tolong menolong dan mempelajari adat istiadat yang berlaku disekitarnya. Melalui orangtualah anak belajar untuk menjalankan peran yang nantinya diharapkan di masyarakat.

2. Nilai-nilai dalam Fungsi Sosial Budaya

Nilai-nilai dalam fungsi sosial budaya yang dapat ditanamkan didalam lingkungan keluarga antara lain : a. Toleransi dan saling menghargai

Toleransi bisa diartikan sebagai sikap menghargai pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian kita sendiri. Sikap toleransi ini bisa ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil, karena pada usia anak mereka masih lebih bersifat egosentris, dimana anak menganggap bahwa dirinya adalah segalanya, yang membuat mereka sulit berbagi atau belum bersedia bermain dengan orang lain. Mereka juga sangat sensitif akan sesuatu yang berbeda yang ada di sekitarnya dan sering kali berhubungan dengan kemampuan orangtua dengan

cara:

1) Memberikan perhatian penuh secara tulus dan ikhlas terhadap kesulitan dan permasalahan yang dihadapi anak remaja

2) Tidak bersikap kasar, dan mengingatkan anak bahwa sikap kasar tidak boleh dilakukan oleh siapa saja dan kepada siapapun.

B. Fungsi Sosial Budaya 1. Pengertian

Fungsi sosial budaya mempunyai makna bahwa keluarga adalah wahana pertama dan utama dalam pembinaan dan penanaman nilai-nilai luhur budaya yang selama ini menjadi panutan dalam tata kehidupan. Dengan penerapan fungsi sosial budaya dalam keluarga, nilai luhur yang selama ini sudah menjadi panutan dalam kehidupan bangsa tetap dapat dipertahankan dan dipelihara.

Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat telah mengalami banyak perubahan, dimana nilai-nilai sosial dan budaya yang dianut sudah semakin bebas, dan menyebabkan kurang dipegangnya lagi aturan-aturan dalam masyarakat. Penanaman nilai-nilai sosial budaya juga dimulai dari keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama sekali dikenal oleh anak.

mereka menolak dengan tegas perbedaan tersebut. Hal inilah yang membuat mereka seolah kejam dan tidak punya toleransi.

Disinilah peran penting orangtua dalam menanamkan nilai toleransi kepada anaknya. Terutama, menstimulasi anak agar dia siap menerima keberadaan orang lain. Secara bersamaan, juga menanamkan karakter toleran terhadap orang lain yang berbeda dari dirinya. Orangtua harus mulai memperkenalkan toleransi dan perbedaan bukanlah sesuatu yang menakutkan, buruk atau harus dihindari pada mereka. Dan jangan lupa, kita sebagai orangtua harus menjaga sikap di hadapan mereka dengan tidak melontarkan kata-kata atau tindakan yang menolak perbedaan. Kadang kala, disadari atau tidak, kita melontarkan kata-kata yang tidak enak didengar mengenai perbedaan yang ada di sekitar kita seperti perbedaan suku, agama atau adat istiadat, bahkan bersikap sinis pada perbedaan tersebut. Sungguh, semua tindakan kita akan direkam tanpa sensor oleh anak. Jika kita tidak menjaga sikap dan tidak memberi bimbingan lebih lanjut, mereka akan kehilangan sikap toleransi pada sesamanya.

b. Gotong Royong

Gotong royong adalah melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama yang dilandasi dengan kesukarelaan dan kekeluargaan. Membangkitkan jiwa

gotong royong dalam kehidupan keluarga berkaitan dengan kesediaan orang tua dan anak-anak untuk saling menolong dan tanpa pamrih dalam melakukan pekerjaan.

Selain dapat menciptakan hubungan sesama yang positif, tolong menolong juga memberikan pengaruh positif bagi orang yang melakukannya. Orang yang suka menolong, akan membuat jiwanya lebih positif, jiwanya lebih besar, dan seringkali lebih bahagia. Itulah kenapa kita semua perlu menanamkan jiwa yang suka menolong pada anak-anak kita. Cara yang paling sederhana dan punya efek yang luar biasa adalah dengan memperagakan aktivitas kita yang suka menolong orang lain juga.

c. Sopan Santun

Semua orangtua tentu berharap anak mereka bersikap sopan dan santun. Namun, budi pekerti atau tata krama yang baik tidak bisa muncul begitu saja. Anak perlu mendapat pengajaran bagaimana bersikap sopan dan santun. Memang, tidak mudah menerapkan sopan santun pada anak. Tetapi jika orangtua berhasil mengajarkan sopan santun pada anaknya, si kecil akan tumbuh menjadi seseorang yang berperilaku baik di sepanjang hidupnya. Meskipun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan di luar rumah juga memiliki peran yang sangat besar pada pembentukan perilaku yang sopan dan santun ini.

mereka menolak dengan tegas perbedaan tersebut. Hal inilah yang membuat mereka seolah kejam dan tidak punya toleransi.

Disinilah peran penting orangtua dalam menanamkan nilai toleransi kepada anaknya. Terutama, menstimulasi anak agar dia siap menerima keberadaan orang lain. Secara bersamaan, juga menanamkan karakter toleran terhadap orang lain yang berbeda dari dirinya. Orangtua harus mulai memperkenalkan toleransi dan perbedaan bukanlah sesuatu yang menakutkan, buruk atau harus dihindari pada mereka. Dan jangan lupa, kita sebagai orangtua harus menjaga sikap di hadapan mereka dengan tidak melontarkan kata-kata atau tindakan yang menolak perbedaan. Kadang kala, disadari atau tidak, kita melontarkan kata-kata yang tidak enak didengar mengenai perbedaan yang ada di sekitar kita seperti perbedaan suku, agama atau adat istiadat, bahkan bersikap sinis pada perbedaan tersebut. Sungguh, semua tindakan kita akan direkam tanpa sensor oleh anak. Jika kita tidak menjaga sikap dan tidak memberi bimbingan lebih lanjut, mereka akan kehilangan sikap toleransi pada sesamanya.

b. Gotong Royong

Gotong royong adalah melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama yang dilandasi dengan kesukarelaan dan kekeluargaan. Membangkitkan jiwa

Sopan santun ini dipelajari anak melalui teladan atau contoh dari orangtuanya, dimana diantara ayah dan ibu atau keluarga yg ikut tinggal dalam rumah belajar untuk saling menghormati dan bersikap lemah lembut satu dengan yang lain.

d. Kebersamaan dan kerukunan

Keluarga adalah tempat dimana seseorang dapat merasakan kebahagian atau kesedihan dalam dunia ini. Dalam keluarga kita tumbuh dan belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Dengan keluarga pula kita berbagi suka duka kehidupan dan bahu membahu menghadapi berbagai masalah yang terjadi.

Orangtua seharusnya mengajarkan kebersamaan kepada anak bukan malahan sibuk dengan bisnis dan menitipkan anak kepada kakek atau nenek atau bahkan pembantu. Kebersamaan sangatlah penting dan tidak bernilai harganya. Kebersamaan orangtua dan anak tidak akan tergantikan dengan kebersamaan lainnya. Tidak ada yang lebih indah lagi selain melihat kekompakan ayah, ibu dan anak-anak. Orangtua harus selalu menanamkannya sedari anak kecil.

e. Kepedulian

Peduli artinya menanggapi perasaan dan pengalaman orang lain. Ciri-ciri kepedulian sosial budaya yaitu upaya menghargai dan menghormati adat istiadat setempat. Setiap orang lahir disertai

sifat/watak/karakter dan kepribadian yang berbeda. Begitupun dalam hidup di masyarakat akan diwarnai oleh sosial, budaya dan adat yang berbeda setiap anggota keluarga semestinya mempunyai sikap kepedulian terhadap masalah sosial, budaya dan adat yang berbeda dimana saja berada.

Sikap peduli dapat diawali oleh orangtua dalam keluarga terhadap anak-anaknya dengan memelihara, menghargai dan menghormati adat istiadat, sifat dan watak seseorang. Kepedulian diantara sesama anggota keluarga atau masyarakat akan membangkitkan rasa kekeluargaan serta kesetiakawanan. Menumbuhkan sikap peduli dalam kehidupan keluarga, melalui fungsi sosial budaya, berkenaan dengan bimbingan orangtua terhadap anak-anaknya untuk melestarikan adat istiadat dan menghargai serta menghormati sosial budaya orang lain.

f. Cinta Tanah Air atau Nasionalisme

Rasa cinta tanah air atau nasionalisme dapat dicirikan dengan kemampuan seseorang untuk menghargai nilai–nilai sejarah kepahlawanan, mencintai produk sendiri, menyadari adanya pengaruh global terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Saat ini jiwa kebangsaan kita dirasakan bukan mulai pudar lagi tapi justru semakin pudar setelah arus globalisasi informasi dan teknologi semakin kuat merasuk ke dalam keluarga. Hal ini sebagai Sopan santun ini dipelajari anak melalui teladan atau

contoh dari orangtuanya, dimana diantara ayah dan ibu atau keluarga yg ikut tinggal dalam rumah belajar untuk saling menghormati dan bersikap lemah lembut satu dengan yang lain.

d. Kebersamaan dan kerukunan

Keluarga adalah tempat dimana seseorang dapat merasakan kebahagian atau kesedihan dalam dunia ini. Dalam keluarga kita tumbuh dan belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Dengan keluarga pula kita berbagi suka duka kehidupan dan bahu membahu menghadapi berbagai masalah yang terjadi.

Orangtua seharusnya mengajarkan kebersamaan kepada anak bukan malahan sibuk dengan bisnis dan menitipkan anak kepada kakek atau nenek atau bahkan pembantu. Kebersamaan sangatlah penting dan tidak bernilai harganya. Kebersamaan orangtua dan anak tidak akan tergantikan dengan kebersamaan lainnya. Tidak ada yang lebih indah lagi selain melihat kekompakan ayah, ibu dan anak-anak. Orangtua harus selalu menanamkannya sedari anak kecil.

e. Kepedulian

Peduli artinya menanggapi perasaan dan pengalaman orang lain. Ciri-ciri kepedulian sosial budaya yaitu upaya menghargai dan menghormati adat istiadat setempat. Setiap orang lahir disertai

tantangan kita selaku orangtua untuk menanamkan kembali jiwa kebangsaan ini terhadap anak-anak. Menanamkan jiwa kebangsaan dalam kehidupan keluarg, melalui Fungsi Sosial Budaya, berhubungan dengan kemampuan orangtua dan anak-anak untuk menghargai nilai-nilai sejarah kepahlawanan, menyintai produksi dalam negeri dan menyadari adanya pengaruh globalisasi terhadap kehidupan.

3. Penerapan Fungsi Sosial Budaya dalam Keluarga

Penerapan nilai-nilai dalam fungsi sosial budaya yang dapat ditanamkan didalam lingkungan keluarga antara lain :

a. Toleransi dan saling menghargai

Cara-cara menanamkan toleransi yang bisa dilakukan adalah :

1) Orangtua dapat mengajarkan toleransi dengan memberikan contoh-contoh dengan cara mereka sendiri. Membicarakan tentang toleransi dan sikap menghargai akan membantu anak memahami nilai apa yang ingin Anda tanamkan pada diri mereka.

2) Hati-hati jika membicarakan kebiasaan orang-orang yang berbeda dengan orang-orangtua. Meskipun hanya candaan, ini akan terserap pada pikiran anak dan dapat mempengaruhi sikapnya.

3) Carilah komunitas yang beragam. Berilah kesempatan anak untuk bermain dan beraktivitas dengan orang lain yang berbeda dengan diri mereka. Misalnya ketika memilih sekolah, tempat berlibur, atau penitipan anak, carilah tempat yang populasinya beragam.

4) Ketika mengetahui anak menolak pertemanan dengan berdasarkan alasan perbedaan warna kulit, tidak cantik/tampan, agama, status sosial, atau bahkan karena ada kekurangan (tuna daksa atau tuna grahita) pada teman barunya, maka segeralah untuk memberi pemahaman yang lebih lanjut.

b. Gotong Royong

Cara menanamkan nilai-nilai gotong royong antara lain :

1) Interaksi ibu dan ayah dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari dapat dijadikan sebagai teladan bagi anak-anaknya, misalnya ketika sang ibu menyediakan minum untuk ayahnya sedangkan sang ayah membantu ibu memperbaiki kompor yang rusak. Anak-anak akan mencontoh sikap saling menolong tersebut ketika mereka sedang berinteraksi dengan anak-anak lain atau interaksi kakak-beradik.

2) Mendukung inisiatif anggota keluarga termasuk anak untuk menolong orang lain. Misalnya tantangan kita selaku orangtua untuk menanamkan

kembali jiwa kebangsaan ini terhadap anak-anak. Menanamkan jiwa kebangsaan dalam kehidupan keluarg, melalui Fungsi Sosial Budaya, berhubungan dengan kemampuan orangtua dan anak-anak untuk menghargai nilai-nilai sejarah kepahlawanan, menyintai produksi dalam negeri dan menyadari adanya pengaruh globalisasi terhadap kehidupan.

3. Penerapan Fungsi Sosial Budaya dalam Keluarga

Penerapan nilai-nilai dalam fungsi sosial budaya yang dapat ditanamkan didalam lingkungan keluarga antara lain :

a. Toleransi dan saling menghargai

Cara-cara menanamkan toleransi yang bisa dilakukan adalah :

1) Orangtua dapat mengajarkan toleransi dengan memberikan contoh-contoh dengan cara mereka sendiri. Membicarakan tentang toleransi dan sikap menghargai akan membantu anak memahami nilai apa yang ingin Anda tanamkan pada diri mereka.

2) Hati-hati jika membicarakan kebiasaan orang-orang yang berbeda dengan orang-orangtua. Meskipun hanya candaan, ini akan terserap pada pikiran anak dan dapat mempengaruhi sikapnya.

mendukung inisiatifnya untuk terlibat dalam kegiatan sekolah yang tujuannya untuk tolong-menolong atau tolong-menolong orang lain yang sedang terkena musibah.

3) Memberikan contoh menolong orang yang sedang kesusahan, seperti membagi makanan, menyisihkan sebagian harta yang kita punya untuk orang yang kurang mampu, meringankan kesulitan keluarga atau orang lain, dan masih banyak lagi.

c. Sopan Santun

Cara-cara menanamkan sopan santun dalam keluarga:

1) Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari Anak adalah peniru paling ulung. Bahkan, saat masih belum dapat berbicara pun, anak sudah bisa menirukan perbuatan yang kita lakukan. Meskipun dalam "bahasa dan bentuk" yang lain. Sangatlah tepat ungkapan “anak-anak mendengar tidak dengan telinga, melainkan dengan matanya” Itu artinya, orangtua harus menjadi contoh nyata bagaimana bersikap sopan dan santun.

2) Ajarkan 3 kata penting

"Terima kasih", "Tolong", dan "Maaf" adalah 3 kata penting yang sebaiknya diajarkan sejak anak lahir. Ucapkanlah kata "Tolong" jika ingin

meminta bantuan kepada siapa saja. Ucapkan "Terima kasih" bila si anak melakukan sesuatu untuk orangtua, dan jangan segan berkata "Maaf" jika orangtua berbuat salah. Dengan demikian anak akan mengetahui bahwa dirinya dihargai dan ia pun akan terbiasa menghargai orang lain. 3) Latihan sambil bermain

Mungkin orangtua sudah berusaha mengajarkan sopan santun pada anak. Tapi bisa saja ketika anak berhadapan dengan orang lain ia melakukan perbuatan yang kurang santun. Jangan menyerah. Cobalah melatih sikap sopan santun dengan mengajak anak bermain peran. Coba minta anak menjadi tamu dan orangtua tuan rumahnya. Lakukan juga peran sebaliknya. Berperanlah sebagai tuan rumah yang sopan dan minta si Nk berperan sebagai tamu yang sopan. Biasanya, saat berperan anak akan menjadi "aktor" yang baik sehingga ia akan melakukan skenario yang sudah disepakati. Saat anak bersikap santun dalam peran yang dimainkannya pujilah perbuatannya. Tunjukkan bahwa orangtua sangat menghargai sikap positif ini. 4) Harus konsisten

Anak sering lupa bagaimana bersikap baik, sehingga sangat wajar bila ia tiba-tiba melakukan tindakan kurang sopan. Jangan langsung mendukung inisiatifnya untuk terlibat dalam

kegiatan sekolah yang tujuannya untuk tolong-menolong atau tolong-menolong orang lain yang sedang terkena musibah.

3) Memberikan contoh menolong orang yang sedang kesusahan, seperti membagi makanan, menyisihkan sebagian harta yang kita punya untuk orang yang kurang mampu, meringankan kesulitan keluarga atau orang lain, dan masih banyak lagi.

c. Sopan Santun

Cara-cara menanamkan sopan santun dalam keluarga:

1) Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari Anak adalah peniru paling ulung. Bahkan, saat masih belum dapat berbicara pun, anak sudah bisa menirukan perbuatan yang kita lakukan. Meskipun dalam "bahasa dan bentuk" yang lain. Sangatlah tepat ungkapan “anak-anak mendengar tidak dengan telinga, melainkan dengan matanya” Itu artinya, orangtua harus menjadi contoh nyata bagaimana bersikap sopan dan santun.

2) Ajarkan 3 kata penting

"Terima kasih", "Tolong", dan "Maaf" adalah 3 kata penting yang sebaiknya diajarkan sejak anak lahir. Ucapkanlah kata "Tolong" jika ingin

memarahinya. Tapi ingatkan dia bahwa tindakan tersebut tidak sopan. Beri peringatan dengan cara yang menyenangkan. Misalnya, "Wah, karena terlalu haus, jagoan Bunda lupa bilang terima kasih ya..."

Untuk membentuk sikap yang sopan dan santun orangtua harus konsisten dan jangan bersikap permisif atau memaklumi dengan alasan apapun. Bila anak melakukan tindakan yang tidak sopan, ingatkan lagi, lagi dan lagi.

5) Jangan dijadikan lelucon

Sikap yang kurang sopan bukan lelucon atau bahan guyonan. Jangan menertawakan anak saat ia melakukan tindakan yang tidak santun. Bila orangtua atau anggota lain melakukannya, anak akan berpikir perbuatannya lucu, wajar dan benar. Ini akan membuat anak semakin sulit memahami makna sopan santun, apalagi mempraktekkannya.

6) Tunjukkan perhatian

Anak sering melakukan tindakan yang tidak santun hanya untuk menarik perhatian orangtuanya. Karena itu, sebaiknya sesibuk apapun orangtua di meja makan, bersama tamu atau dengan pekerjaan, berikan perhatian pada anak. Berikan pujian jika anak menunjukkan perilaku yang sopan dan santun.

d. Kebersamaan dan kerukunan

Cara menanamkan nilai-nilai kebersamaan antara lain:

1) Pertama, bisa dimulai dari dalam rumah. Orangtua harus menerapkan waktu makan bersama dengan anak setiap pagi dan malam hari. Dari sini anak anda akan selalu merasakan indahnya waktu makan bersama ayah dan ibunya.

2) Biasakan selalu mempunyai waktu luang pada saat anak belajar. Ayah dan ibu bisa bersama-sama membantu dan menunggui anak ketika anak sedang belajar. Anak akan merasakan kebahagiaan karena orangtua selalu mendukungnya,

3) Sebagai orangtua bisa membiasakan komunikasi dengan anak. Komunikasi bisa menjalin kebersamaan. Biasakan untuk mengobrol setiap sore atau setelah anak pulang sekolah tentang semua kegiatannya disekolah.

4) Biasakan anak menonton televisi bersama orangtuanya diruang keluarga. Jangan meletakkan televisi dikamar tidur mereka karena akan membuat mereka lebih senang berdiam dikamar.

5) Lakukan kegiatan-kegiatan didalam rumah bersama misalnya membetulkan mobil digarasi memarahinya. Tapi ingatkan dia bahwa tindakan

tersebut tidak sopan. Beri peringatan dengan cara yang menyenangkan. Misalnya, "Wah, karena terlalu haus, jagoan Bunda lupa bilang terima kasih ya..."

Untuk membentuk sikap yang sopan dan santun orangtua harus konsisten dan jangan bersikap permisif atau memaklumi dengan alasan apapun. Bila anak melakukan tindakan yang tidak sopan, ingatkan lagi, lagi dan lagi.

5) Jangan dijadikan lelucon

Sikap yang kurang sopan bukan lelucon atau bahan guyonan. Jangan menertawakan anak saat ia melakukan tindakan yang tidak santun. Bila orangtua atau anggota lain melakukannya, anak akan berpikir perbuatannya lucu, wajar dan benar. Ini akan membuat anak semakin sulit memahami makna sopan santun, apalagi mempraktekkannya.

6) Tunjukkan perhatian

Anak sering melakukan tindakan yang tidak santun hanya untuk menarik perhatian orangtuanya. Karena itu, sebaiknya sesibuk apapun orangtua di meja makan, bersama tamu atau dengan pekerjaan, berikan perhatian pada anak. Berikan pujian jika anak menunjukkan perilaku yang sopan dan santun.

bersama anak atau memasak didapur dengan bantuan anak. Ini akan membuat kebersamaan semakin terjalin.

6) Orangtua bisa merencanakan berlibur bersama. Liburan adalah saat-saat yang penting untuk menjalin kebersamaan dengan anak anda.

7) Orangtua bisa mengajak anak untuk melakukan beberapa aktifitas olahraga setiap minggu bersama misalnya bermain basket, bersepeda, atau aktifitas lain. Kegiatan tersebut akan diingat oleh anak sampai anak dewasa.

e. Kepedulian

Cara menanamkan nilai-nilai kepedulian antara lain : 1) Menerapkan sikap peduli terhadap anak-anak

dimulai oleh orangtua, bisa dengan cara penteladanan. Orangtua, apakah ayah atau ibu mungkin berbeda hobi, berlainan sifat dan watak. Adanya perbedaan kita harus saling menghargai dan menghormati.

2) Mungkin kita mempunyai dua orang anak, yang satu hobi nyanyi pop indonesia, dan satunya lagi nyanyi pop jawa. Keduanya tiba-tiba saling mengejek disebabkan perbedaan hobi. Kita dapat membicarakan masalah itu dengan melibatkan kedua anak-anak kita, agar mengerti perbedaan hobi dan menghargai keberadaannya.

3) Bisa juga kita mengajak anak-anak ketempat rekreasi cagar budaya, tempat kesenian atau seni patung, misalnya di Taman Mini Indonesia Indah atau tempat lainnya yang dekat. Di tempat itu orangtua dapat menunjukkan berbagai kesenian, adat dan budaya yang beragam yang saling berdampingan.

f. Kebangsaan

Cara-cara menanamkan nilai-nilai kebangsaan antara lain:

1) Tanamkan sikap “Aku Bangga Jadi Orang Indonesia”.

2) Mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar dirumah, selain juga bahasa asing lainnya. 3) Membeli dan menggunakan produk dalam

negeri, kalau ada buatan masyarakat sekitar. 4) Menceritakan kepahlawanan atau cerita rakyat

daerah.

5) Mengikuti atau menghadiri upaya bendera peringatan hari kemerdekaan 17 Agustusan atau hari-hari besar nasional lainnya.

6) Mengenalkan dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, seperti Garuda Pancasila, Padamu Negeri, Halo-halo Bandung dan sebagainya. 7) Mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau

mengikuti upacara ziarah ke makam pahlawan. bersama anak atau memasak didapur dengan

bantuan anak. Ini akan membuat kebersamaan semakin terjalin.

6) Orangtua bisa merencanakan berlibur bersama. Liburan adalah saat-saat yang penting untuk menjalin kebersamaan dengan anak anda.

Dalam dokumen Buku 8 Fungsi Keluarga (Halaman 24-38)

Dokumen terkait