BUKU PEGANGAN KADER BKR
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA
Buku Pegangan Kader BKR
Tentang Delapan Fungsi Keluarga
Diterbitkan oleh :
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hak Cipta @2013
Direktorat Bina Ketahanan Remaja Cetakan Pertama
Disusun oleh :
Indra Wirdhana, SH, MM Drs. M. Edi Muin, M.Si
Witri Windrawati, SE Andi Hendardi, SH Alifah Nuranti, S.Psi, MPH Didik Trihantoro, S.Si, MAPS Antonius Angkawijaya, S.Psi, MM
Ade Isyanah, S.Pd, MSR Dra. Robertha Suparyati, MM
Khaeri Marifah, S.Psi Irmiyanti Kusumastuti, SE, MA
Retnoningsih Suharno, S.Pd Soetriningsih, S.Sos, M.Si Ahmad Zuhdi, S.Sos, MPH
Drs. Eddy Setiadi Priyo Susilo, Amd
ISBN 978-602-8068-70-3
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA
Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma – Jakarta Timur Telp/fax : (021) 8009029, 8008548
KATA SAMBUTAN
Dalam
rangka
mewujudkan
misi
Pembangunan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, yakni
mewujudkan
pembangunan
yang
berwawasan
kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera, maka salah satu strateginya adalah meningkatkan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pembinaan
keluarga. Dalam UU No 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
yang mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Oleh
karena itu keluarga dituntut untuk aktif dan berperan dalam
mengawal proses perkembangan dan pertumbuhan
anaknya.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka penanaman nilai-nilai
moral dalam keluarga melalui penanaman delapan fungsi
keluarga sangatlah penting. Sosok orang tua sebagai
penanggung jawab utama dalam menanamkan nilai-nilai
yang paling mendasar sebelum anak masuk pada fase
perkembangan
dan
pertumbuhan
serta
komunitas
berikutnya, sehingga perlu disusun buku
Pegangan Kader BKR tentang Delapan Fungsi Keluarga.
Buku Pegangan Kader BKR
Tentang Delapan Fungsi Keluarga
Diterbitkan oleh :
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hak Cipta @2013
Direktorat Bina Ketahanan Remaja Cetakan Pertama
Disusun oleh :
Indra Wirdhana, SH, MM Drs. M. Edi Muin, M.Si
Witri Windrawati, SE Andi Hendardi, SH Alifah Nuranti, S.Psi, MPH Didik Trihantoro, S.Si, MAPS Antonius Angkawijaya, S.Psi, MM
Ade Isyanah, S.Pd, MSR Dra. Robertha Suparyati, MM
Khaeri Marifah, S.Psi Irmiyanti Kusumastuti, SE, MA
Retnoningsih Suharno, S.Pd Soetriningsih, S.Sos, M.Si Ahmad Zuhdi, S.Sos, MPH
Drs. Eddy Setiadi Priyo Susilo, Amd
ISBN 978-602-8068-70-3
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA
Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma – Jakarta Timur Telp/fax : (021) 8009029, 8008548
Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam membina remaja,
melalui penanaman dan penerapan nilai-nilai dalam delapan
fungsi keluarga. Akhirnya kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan buku ini, kami
ucapkan
terima
kasih.
Semoga
Tuhan
senantiasa
melimpahkan Taufik dan rahmatnya kepada kita semua.
Amin.
Jakarta, Maret 2013
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga
KATA PENGANTAR
Berbagai upaya telah dilakukan untuk merespon masalah
remaja, salah satunya melalui program Generasi Berencana
(GenRe). Pendekatan program GenRe adalah melalui
kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR). Kegiatan Bina
Keluarga Remaja (BKR) bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan orangtua atau keluarga lain
dalam pembinaan tumbuh kembang remaja. Dengan adanya
kegiatan BKR, orangtua diharapkan memiliki pengetahuan
dan dapat menyampaikan pengetahuan yang mereka miliki
serta menanamkan nilai-nilai dalam delapan fungsi keluarga.
Pentingnya peran dan fungsi keluarga, menjadikan keluarga
sebagai lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat
anak belajar dan berperan sebagai makhluk sosial. Sekaitan
hal tersebut di atas, maka disusunlah buku Pegangan Kader
BKR tentang Delapan Fungsi Keluarga.
Buku ini ditujukan kepada para kader BKR dan orangtua
sebagai bahan bacaan dalam memperkaya pengetahuan dan
informasi tentang Delapan Fungsi Keluarga. Fungsi-fungsi
yang ada pada Delapan Fungsi Keluarga menjadi prasayarat ,
acuan dan pola hidup setiap keluarga dalam rangka
terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas. BKKBN
membagi fungsi keluarga, menjadi 8 fungsi yaitu fungsi
Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam membina remaja,
melalui penanaman dan penerapan nilai-nilai dalam delapan
fungsi keluarga. Akhirnya kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan buku ini, kami
ucapkan
terima
kasih.
Semoga
Tuhan
senantiasa
melimpahkan Taufik dan rahmatnya kepada kita semua.
Amin.
Jakarta, Maret 2013
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga
agama, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi,
sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan
lingkungan.
Akhirnya kepada semua pihak yang turut berpartisipasi
dalam penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi - tingginya.
Jakarta, Maret 2013
Direktur Bina Ketahanan Remaja
DAFTAR ISI
Kata Sambutan ...
iii
Kata Pengantar ...
v
Daftar Isi ...
vii
Bab I : PENDAHULUAN ...
1
A. Pengertian Keluarga ...
1
B. Tugas Utama Keluarga . ...
2
C. Fungsi Keluarga...
3
Bab II : DELAPAN FUNGSI KELUARGA ...
5
A.
Fungsi Agama ... 5
B.
Fungsi Sosial Budaya ... 14
C.
Fungsi Cinta Kasih ... 28
D.
Fungsi Perlindungan . ... 53
E.
Fungsi Reproduksi ... 63
F.
Fungsi Sosialisasi Pendidikan ... 69
G.
Fungsi Ekonomi ... 78
H.
Fungsi Lingkungan ... 82
Bab III : PENUTUP ...
89
Daftar Pustaka ...
91
agama, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi,
sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan
lingkungan.
Akhirnya kepada semua pihak yang turut berpartisipasi
dalam penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi - tingginya.
Jakarta, Maret 2013
Direktur Bina Ketahanan Remaja
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar dan berperan sebagai makhluk sosial. Keluarga juga merupakan satu-satunya lembaga sosial yang diberikan tanggung jawab untuk mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Pada saat sebuah lembaga mulai membentuk kepribadian seseorang dalam hal-hal penting, keluarganya tentu lebih banyak berperan dalam persoalan perubahan itu, dengan mengajarkan berbagai kemampuan dan menjalankan banyak fungsi-fungsi sosialnya (Sayyid: 2007).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Duval, 1972 dalam Setiadi 2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan
perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain. Indonesia telah merumuskan pengertian keluarga seperti yang dicantumkan dalam UU No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
B. Tugas Utama Keluarga
Tugas utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anggota keluarganya. Yang mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, membimbing perkembangan kepribadian anak-anaknya dan memenuhi emosional anggota keluarganya.
Keluarga sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tugas atau fungsi agar sistem tersebut berjalan. Tugas tersebut berkaitan dengan pencapaian tujuan, integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan atau pemeliharaan keluarga.
Resolusi Majelis Umum PBB menguraikan fungsi-fungsi utama keluarga adalah : “Keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera” (Megawangi, 1994). Agar fungsi keluarga berada
pada kondisi optimal, perlu peningkatan fungsionalisasi dan struktur yang jelas, yaitu suatu rangkaian peran dimana sistem sosial dibangun.
C. Fungsi Keluarga
Keluarga Sejahtera merupakan dambaan dan harapan dari setiap keluarga. Untuk mencapai kondisi tersebut bukan suatu yang tidak mungkin terjadi, apabila setiap keluarga menerapkan fungsi-fungsi yang seharusnya berjalan di dalam kehidupan keluarga. Fungsi yang dimaksud tersebut dikenal sebagai “ Delapan Fungsi Keluarga.”
Delapan fungsi keluarga adalah fungsi-fungsi yang menjadi prasayarat , acuan dan pola hidup setiap keluarga dalam rangka terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas. BKKBN membagi fungsi keluarga, menjadi 8 fungsi yaitu fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan.
perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain. Indonesia telah merumuskan pengertian keluarga seperti yang dicantumkan dalam UU No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
B. Tugas Utama Keluarga
Tugas utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anggota keluarganya. Yang mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, membimbing perkembangan kepribadian anak-anaknya dan memenuhi emosional anggota keluarganya.
Keluarga sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tugas atau fungsi agar sistem tersebut berjalan. Tugas tersebut berkaitan dengan pencapaian tujuan, integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan atau pemeliharaan keluarga.
Resolusi Majelis Umum PBB menguraikan fungsi-fungsi utama keluarga adalah : “Keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera” (Megawangi, 1994). Agar fungsi keluarga berada
BAB II
DELAPAN FUNGSI KELUARGA
Setiap fungsi dalam delapan fungsi keluarga mempunyai makna masing-masing dan mempunyai peran penting dalam kehidupan keluarga. Delapan fungsi keluarga ini diharapkan bukan hanya sebagai simbol belaka, tetapi dapat menjadikan pijakan dan tuntunan keluarga dalam menjalani roda kehidupannya. Adapun pembahasan mengenai masing-masing fungsi keluarga dalam delapan fungsi keluarga, adalah sebagai berikut :
A. Fungsi Agama
1. Pengertian Fungsi Agama
Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang remaja mengenal agama. Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga remaja menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa. Setiap manusia mempunyai kewajiban yang berbeda. Kewajiban tersebut disesuaikan berdasarkan umur dan profesinya. Karena itu penting bagi masing-masing individu untuk mengetahui dan sadar dengan tanggung jawab yang dipikulnya, termasuk dengan pengetahuan akan eksistensinya sebagai manusia yang dicipta oleh yang Maha Pencipta.
Manusia pada hakekatnya diciptakan tak lain adalah untuk menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena itu sangat pantaslah sekiranya setiap langkah yang akan dituju oleh setiap manusia hanyalah mengharap atas ridho dari Allah SWT. Dalam hidup perjalanan setiap manusia sesungguhnya tak lepas dari sekedar menjalani sebuah skenario yang telah digariskan oleh yang Maha mengatur, sehingga masing-masing orang satu sama lain baik rezeki, musibah dan takdir pasti tidak akan sama, karena disitulah letak kerahasiaan dari Sang Pencipta.
2. Nilai-Nilai dalam Fungsi Agama
Dalam fungsi agama, terdapat 12 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Dua belas nilai dasar tersebut diantaranya:
a. Iman, yang dimaksud dengan iman yaitu mempercayai akan adanya Allah SWT, Tuhan YME, mengamalkan segala ajaranNya.
b. Taqwa, yang dimaksud dengan taqwa adalah mengamalkan segala sesuatu yang diperintahkan dan menghindari segala yang dilarang Allah SWT.
c. Kejujuran, yang dimaksud dengan kejujuran yaitu menyampaikan apa adanya.
d. Tenggang rasa ditandai dengan adanya kesadaran bahwa setiap orang berbeda dalam sifat dan karakternya.
e. Rajin, maksudnya menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
f. Kesalehan, maksudnya adalah memiliki nilai moral yang tinggi dengan melakukan sesuatu yang benar secara konsisten.
g. Ketaatan, maksudnya dengan segera dan senang hati melaksremajaan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
h. Suka membantu, memiliki kebiasaan menolong dan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan. i. Disiplin, maksudnya menepati waktu, mematuhi
aturan yang telah disepakati.
j. Sopan santun, maksudnya adalah seseorang yang berperilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai agama.
k. Sabar dan Ikhlas, maksudnya kemampuan seseorang untuk menahan diri dalam menginginkan sesuatu serta dalam menghadapi suatu kesulitan.
l. Kasih sayang, merupakan ungkapan perasaan dengan penuh perhatian, kesadaran dan kecintaan terhadap seseorang.
3. Penerapan Fungsi Agama dalam Keluarga
a. Iman
Menanamkan keimanan kepada remaja berhubungan dengan kemampuan orangtua dalam memberikan Manusia pada hakekatnya diciptakan tak lain adalah untuk
menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena itu sangat pantaslah sekiranya setiap langkah yang akan dituju oleh setiap manusia hanyalah mengharap atas ridho dari Allah SWT. Dalam hidup perjalanan setiap manusia sesungguhnya tak lepas dari sekedar menjalani sebuah skenario yang telah digariskan oleh yang Maha mengatur, sehingga masing-masing orang satu sama lain baik rezeki, musibah dan takdir pasti tidak akan sama, karena disitulah letak kerahasiaan dari Sang Pencipta.
2. Nilai-Nilai dalam Fungsi Agama
Dalam fungsi agama, terdapat 12 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Dua belas nilai dasar tersebut diantaranya:
a. Iman, yang dimaksud dengan iman yaitu mempercayai akan adanya Allah SWT, Tuhan YME, mengamalkan segala ajaranNya.
b. Taqwa, yang dimaksud dengan taqwa adalah mengamalkan segala sesuatu yang diperintahkan dan menghindari segala yang dilarang Allah SWT.
c. Kejujuran, yang dimaksud dengan kejujuran yaitu menyampaikan apa adanya.
d. Tenggang rasa ditandai dengan adanya kesadaran bahwa setiap orang berbeda dalam sifat dan karakternya.
nilai-nilai keagamaan agar dapat menjalankan ajaran agamanya. Misalnya:
1) Membiasakan menjalankan ibadah secara bersama dengan keluarga, baik di rumah maupun di tempat ibadah.
2) Bersyukur atas anugerah Tuhan YME. 3) Sabar ketika mendapat musibah.
4) Memberikan bahan bacaan dan pengetahuan tentang keagamaan
b. Taqwa
Ketaqwaan adalah buah dari keimanan yang harus tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari, baik dirumah maupun di masyarakat. Orangtua sebaiknya menunjukkan prilaku ketaqwaan kepada anak. Misalnya, dengan menjalankan ibadah shalat, puasa. c. Kejujuran
Kejujuran perlu ditanamkan oleh orangtua terhadap anak remajanya, baik dalam keluarga maupun dimasyarakat. Hilangnya kejujuran akan menimbulkan saling curiga sehingga akan membuat hidup tidak tentram. Menanamkan kejujuran dalam kehidupan keluarga, berkaitan dengan kemampuan orangtua dan remaja untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi dan mendorong orang lain untuk berbuat hal serupa. Orangtua dapat menanamkan kejujuran pada remajanya dengan cara :
1) Berlaku jujur dalam setiap ucapan dan tindakannya. 2) Berbuat jujur terhadap siapapun.
3) Mengemukakan manfaat berlaku jujur.
4) Memberi contoh atau teladan orang yang selalu berlaku jujur.
5) Memperhatikan raut muka ketika berbicara dengan remajanya untuk menunjukkan rasa percaya orangtua kepada anaknya.
d. Tenggang rasa
Sikap tenggang rasa dapat tercermin dari kerukunan hidup beragama, yakni dengan saling menghormati dan memahami perasaan orang lain. Orangtua dapat menerapkan nilai moral tenggang rasa dalam fungsi agama dicerminkan melalui saling menghargai dan menghormati agama atau kepercayaan orang lain dalam menjalankan ibadahnya. Misalnya pada saat bulan Ramadhan, tidak makan atau minum dihadapan orang menjalankan ibadah puasa, menjaga kerukunan antar umat beragama, bersikap sopan dan berbudi luhur terhadap pemeluk agama lain.
e. Rajin
Ciri orang yang rajin adalah selalu melaksanakan tugas dengan baik dan benar, menyediakan waktu untuk menyelesaikan tugas, dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan. Kewajiban orang tua untuk senantiasa memotivasi remaja rajin menjalankan kewajiban dan nilai-nilai keagamaan agar dapat menjalankan ajaran
agamanya. Misalnya:
1) Membiasakan menjalankan ibadah secara bersama dengan keluarga, baik di rumah maupun di tempat ibadah.
2) Bersyukur atas anugerah Tuhan YME. 3) Sabar ketika mendapat musibah.
4) Memberikan bahan bacaan dan pengetahuan tentang keagamaan
b. Taqwa
Ketaqwaan adalah buah dari keimanan yang harus tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari, baik dirumah maupun di masyarakat. Orangtua sebaiknya menunjukkan prilaku ketaqwaan kepada anak. Misalnya, dengan menjalankan ibadah shalat, puasa. c. Kejujuran
Kejujuran perlu ditanamkan oleh orangtua terhadap anak remajanya, baik dalam keluarga maupun dimasyarakat. Hilangnya kejujuran akan menimbulkan saling curiga sehingga akan membuat hidup tidak tentram. Menanamkan kejujuran dalam kehidupan keluarga, berkaitan dengan kemampuan orangtua dan remaja untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi dan mendorong orang lain untuk berbuat hal serupa. Orangtua dapat menanamkan kejujuran pada remajanya dengan cara :
tanggung jawabnya, misalnya dalam melaksanakan ibadah pengajian atau kebaktian.
f. Kesalehan
Dalam Fungsi Agama, kesalehan merupakan nilai moral tertinggi yang dimiliki seseorang. Dengan demikian, orang tua perlu memperhatikan dan menanamkannya nilai-nilai agama kepada remaja. Menanamkan kesalehan dalam kehidupan berkeluarga melalui fungsi agama dapat dilakukan dengan menjaga diri dari prilaku yang tidak baik. Cara penerapan yang dilakukan orangtua adalah dengan memberikan teladan dan mengingatkan:
a. Menjalankan ibadah dan berbuat baik kepada sesama
b. Menjauhi hal yang dilarang agama seperti tidak menyakiti hati orang lain, tidak berburuk sangka, dan tidak iri terhadap keberhasilan orang lain. g. Ketaatan
Taat adalah melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan ikhlas. Ketaatan merupakan sikap terpuji dan pencerminan dari orang yang mempunyai moral dan akhlak yang mulia. Sebaiknya orangtua menanamkan sifat ketaatan ini sejak dini, dan dimulai dari keluarga. Ketaatan dalam kehidupan keluarga, tercermin dalam menjalankan kewajiban agama, mengikuti aturan, melaksanakan pekerjaan dengan tanggung jawab dan ikhlas.
Dalam menerapkan ketaatan kepada remaja, orangtua perlu memperhatikan:
1) Menjalankan ibadah sebagai pelaksanaan kewajibannya kepada Tuhan YME;
2) Mempunyai kesadaran sendiri untuk menyelesaian dengan segera tugas-tugas rumah maupun sekolah.
h. Suka membantu
Membantu atau menolong orang lain yang dilandasi dengan keikhlasan merupakan perbuatan yang sangat disukai oleh Tuhan YME. Menanamkan perilaku suka menolong dalam kehidupan keluarga melalui fungsi agama, berhubungan dengan kamauan orangtua dan remaja untuk selalu siap mengulurkan tangan membantu orang lain tanpa pamrih.
Untuk menanamkan perilaku suka menolong , dapat dilakukan orangtua dengan memberikan contoh/teladan. Misalnya, dengan membantu kesulitan atau permasalahan yang dihadapi tetangga, teman, atau anggota keluarga lain. Ajaklah remaja untuk senantiasa ringan tangan jika ada teman atau anggota keluarga lain membutuhkan bantuan.
i. Disiplin
Disiplin adalah mematuhi aturan agama yang berlaku dan harus tertanam dalam pribadi setiap orang. Setiap anggota keluarga sebaiknya menjadi orang yang disiplin. Penerapan perilaku disiplin beragama tanggung jawabnya, misalnya dalam melaksanakan
ibadah pengajian atau kebaktian. f. Kesalehan
Dalam Fungsi Agama, kesalehan merupakan nilai moral tertinggi yang dimiliki seseorang. Dengan demikian, orang tua perlu memperhatikan dan menanamkannya nilai-nilai agama kepada remaja. Menanamkan kesalehan dalam kehidupan berkeluarga melalui fungsi agama dapat dilakukan dengan menjaga diri dari prilaku yang tidak baik. Cara penerapan yang dilakukan orangtua adalah dengan memberikan teladan dan mengingatkan:
a. Menjalankan ibadah dan berbuat baik kepada sesama
b. Menjauhi hal yang dilarang agama seperti tidak menyakiti hati orang lain, tidak berburuk sangka, dan tidak iri terhadap keberhasilan orang lain. g. Ketaatan
Taat adalah melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan ikhlas. Ketaatan merupakan sikap terpuji dan pencerminan dari orang yang mempunyai moral dan akhlak yang mulia. Sebaiknya orangtua menanamkan sifat ketaatan ini sejak dini, dan dimulai dari keluarga. Ketaatan dalam kehidupan keluarga, tercermin dalam menjalankan kewajiban agama, mengikuti aturan, melaksanakan pekerjaan dengan tanggung jawab dan ikhlas.
berhubungan dengan ketepatan dan keteraturan dalam memanfaatkan waktu, dan tidak melanggar aturan. Perilaku tersebut terlihat dari contoh berikut. 1) Melaksanakan ibadah tepat waktu
2) Selalu menepati janji
3) Mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan j. Sopan santun
Sikap sopan santun sebaiknya diajarkan oleh orangtua kepada remaja mulai dari kebiasaan di rumah. Sikap sopan anak bagaimanapun adalah cerminan orang tua. Sopan satun merupakan kepentingan bersama agar setiap orang dapat hidup berdampingan dan bermasayarakat. Sopan santun juga merefleksikan kepribadian yang penuh cinta dan tenggang rasa, contoh norma sopan santun
1) hormat menghormati
2) ajarkan bertutur kata sopan sejak dini
3) mengucapkan salam ketika bertemu dan saat berpamitan
k. Sabar dan Ikhlas
Sabar adalah kuatan jiwa dalam menahan diri yang didalamnya meliputi ketabahan, keuletan, ketahanan menghadapi tantangan, ancaman dan hambatan untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Sikap sabar
ini mesti ditanamkan oleh orangtua kepada remaja dan dimulai dari rumah.
Penanaman sikap sabar dalam kehidupan keluarga, berkenaan dengan kemampuan orangtua dan remaja dalam menahan diri/bersikap tenang ketika menginginkan sesuatu dan ketika menghadapi kesulitan, tidak cepat puas dan tidak mudah marah. Contoh perilaku sabar:
1) Mampu menguasai nafsu amarah dalam diri 2) Tidak tergesa-gesa dalam menjalankan ibadah 3) Sabar dalam mewujudkan keinginan
4) Sabar dalam pergaulan l. Kasih sayang
Kasih sayang adalah bentuk ungkapan perasaan (dengan sepenuh perhatian), kesadaran, dan kecintaan terhadap seseorang. Semua agama mengajarkan kepada umatnya supaya memounyai rasa kasih sayang terhadap semua orang. Pepatah agama mengatakan: “kasihilah orang lain seperti kamu mengasihi dirimu sendiri”. Ungkapan itu memberi arti bahwa rasa kasih sayang merupakan kebutuhan setiap orang.
Setiap orang memerlukan kasih sayang dari orang lain. Mereka memerlukan kasih sayang dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dengan tulus dan ikhlas. Menanamkan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, berhubungan dengan ketepatan dan keteraturan
dalam memanfaatkan waktu, dan tidak melanggar aturan. Perilaku tersebut terlihat dari contoh berikut. 1) Melaksanakan ibadah tepat waktu
2) Selalu menepati janji
3) Mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan j. Sopan santun
Sikap sopan santun sebaiknya diajarkan oleh orangtua kepada remaja mulai dari kebiasaan di rumah. Sikap sopan anak bagaimanapun adalah cerminan orang tua. Sopan satun merupakan kepentingan bersama agar setiap orang dapat hidup berdampingan dan bermasayarakat. Sopan santun juga merefleksikan kepribadian yang penuh cinta dan tenggang rasa, contoh norma sopan santun
1) hormat menghormati
2) ajarkan bertutur kata sopan sejak dini
3) mengucapkan salam ketika bertemu dan saat berpamitan
k. Sabar dan Ikhlas
Sabar adalah kuatan jiwa dalam menahan diri yang didalamnya meliputi ketabahan, keuletan, ketahanan menghadapi tantangan, ancaman dan hambatan untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Sikap sabar
berhubungan dengan kemampuan orangtua dengan cara:
1) Memberikan perhatian penuh secara tulus dan ikhlas terhadap kesulitan dan permasalahan yang dihadapi anak remaja
2) Tidak bersikap kasar, dan mengingatkan anak bahwa sikap kasar tidak boleh dilakukan oleh siapa saja dan kepada siapapun.
B. Fungsi Sosial Budaya 1. Pengertian
Fungsi sosial budaya mempunyai makna bahwa keluarga adalah wahana pertama dan utama dalam pembinaan dan penanaman nilai-nilai luhur budaya yang selama ini menjadi panutan dalam tata kehidupan. Dengan penerapan fungsi sosial budaya dalam keluarga, nilai luhur yang selama ini sudah menjadi panutan dalam kehidupan bangsa tetap dapat dipertahankan dan dipelihara.
Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat telah mengalami banyak perubahan, dimana nilai-nilai sosial dan budaya yang dianut sudah semakin bebas, dan menyebabkan kurang dipegangnya lagi aturan-aturan dalam masyarakat. Penanaman nilai-nilai sosial budaya juga dimulai dari keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama sekali dikenal oleh anak.
Di dalam keluarga inilah pertama sekali mulai terbentuknya penanaman nilai sosial budaya yang diajarkan melalui contoh perilaku orangtuanya. Adanya interaksi di dalam lingkungan keluarga antara satu anggota dengan anggota lainnya akan menyadarkan anak bahwa mereka berfungsi sebagai individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial ia belajar menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama, yaitu saling tolong menolong dan mempelajari adat istiadat yang berlaku disekitarnya. Melalui orangtualah anak belajar untuk menjalankan peran yang nantinya diharapkan di masyarakat.
2. Nilai-nilai dalam Fungsi Sosial Budaya
Nilai-nilai dalam fungsi sosial budaya yang dapat ditanamkan didalam lingkungan keluarga antara lain : a. Toleransi dan saling menghargai
Toleransi bisa diartikan sebagai sikap menghargai pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian kita sendiri. Sikap toleransi ini bisa ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil, karena pada usia anak mereka masih lebih bersifat egosentris, dimana anak menganggap bahwa dirinya adalah segalanya, yang membuat mereka sulit berbagi atau belum bersedia bermain dengan orang lain. Mereka juga sangat sensitif akan sesuatu yang berbeda yang ada di sekitarnya dan sering kali berhubungan dengan kemampuan orangtua dengan
cara:
1) Memberikan perhatian penuh secara tulus dan ikhlas terhadap kesulitan dan permasalahan yang dihadapi anak remaja
2) Tidak bersikap kasar, dan mengingatkan anak bahwa sikap kasar tidak boleh dilakukan oleh siapa saja dan kepada siapapun.
B. Fungsi Sosial Budaya 1. Pengertian
Fungsi sosial budaya mempunyai makna bahwa keluarga adalah wahana pertama dan utama dalam pembinaan dan penanaman nilai-nilai luhur budaya yang selama ini menjadi panutan dalam tata kehidupan. Dengan penerapan fungsi sosial budaya dalam keluarga, nilai luhur yang selama ini sudah menjadi panutan dalam kehidupan bangsa tetap dapat dipertahankan dan dipelihara.
Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat telah mengalami banyak perubahan, dimana nilai-nilai sosial dan budaya yang dianut sudah semakin bebas, dan menyebabkan kurang dipegangnya lagi aturan-aturan dalam masyarakat. Penanaman nilai-nilai sosial budaya juga dimulai dari keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama sekali dikenal oleh anak.
mereka menolak dengan tegas perbedaan tersebut. Hal inilah yang membuat mereka seolah kejam dan tidak punya toleransi.
Disinilah peran penting orangtua dalam menanamkan nilai toleransi kepada anaknya. Terutama, menstimulasi anak agar dia siap menerima keberadaan orang lain. Secara bersamaan, juga menanamkan karakter toleran terhadap orang lain yang berbeda dari dirinya. Orangtua harus mulai memperkenalkan toleransi dan perbedaan bukanlah sesuatu yang menakutkan, buruk atau harus dihindari pada mereka. Dan jangan lupa, kita sebagai orangtua harus menjaga sikap di hadapan mereka dengan tidak melontarkan kata-kata atau tindakan yang menolak perbedaan. Kadang kala, disadari atau tidak, kita melontarkan kata-kata yang tidak enak didengar mengenai perbedaan yang ada di sekitar kita seperti perbedaan suku, agama atau adat istiadat, bahkan bersikap sinis pada perbedaan tersebut. Sungguh, semua tindakan kita akan direkam tanpa sensor oleh anak. Jika kita tidak menjaga sikap dan tidak memberi bimbingan lebih lanjut, mereka akan kehilangan sikap toleransi pada sesamanya.
b. Gotong Royong
Gotong royong adalah melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama yang dilandasi dengan kesukarelaan dan kekeluargaan. Membangkitkan jiwa
gotong royong dalam kehidupan keluarga berkaitan dengan kesediaan orang tua dan anak-anak untuk saling menolong dan tanpa pamrih dalam melakukan pekerjaan.
Selain dapat menciptakan hubungan sesama yang positif, tolong menolong juga memberikan pengaruh positif bagi orang yang melakukannya. Orang yang suka menolong, akan membuat jiwanya lebih positif, jiwanya lebih besar, dan seringkali lebih bahagia. Itulah kenapa kita semua perlu menanamkan jiwa yang suka menolong pada anak-anak kita. Cara yang paling sederhana dan punya efek yang luar biasa adalah dengan memperagakan aktivitas kita yang suka menolong orang lain juga.
c. Sopan Santun
Semua orangtua tentu berharap anak mereka bersikap sopan dan santun. Namun, budi pekerti atau tata krama yang baik tidak bisa muncul begitu saja. Anak perlu mendapat pengajaran bagaimana bersikap sopan dan santun. Memang, tidak mudah menerapkan sopan santun pada anak. Tetapi jika orangtua berhasil mengajarkan sopan santun pada anaknya, si kecil akan tumbuh menjadi seseorang yang berperilaku baik di sepanjang hidupnya. Meskipun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan di luar rumah juga memiliki peran yang sangat besar pada pembentukan perilaku yang sopan dan santun ini.
mereka menolak dengan tegas perbedaan tersebut. Hal inilah yang membuat mereka seolah kejam dan tidak punya toleransi.
Disinilah peran penting orangtua dalam menanamkan nilai toleransi kepada anaknya. Terutama, menstimulasi anak agar dia siap menerima keberadaan orang lain. Secara bersamaan, juga menanamkan karakter toleran terhadap orang lain yang berbeda dari dirinya. Orangtua harus mulai memperkenalkan toleransi dan perbedaan bukanlah sesuatu yang menakutkan, buruk atau harus dihindari pada mereka. Dan jangan lupa, kita sebagai orangtua harus menjaga sikap di hadapan mereka dengan tidak melontarkan kata-kata atau tindakan yang menolak perbedaan. Kadang kala, disadari atau tidak, kita melontarkan kata-kata yang tidak enak didengar mengenai perbedaan yang ada di sekitar kita seperti perbedaan suku, agama atau adat istiadat, bahkan bersikap sinis pada perbedaan tersebut. Sungguh, semua tindakan kita akan direkam tanpa sensor oleh anak. Jika kita tidak menjaga sikap dan tidak memberi bimbingan lebih lanjut, mereka akan kehilangan sikap toleransi pada sesamanya.
b. Gotong Royong
Gotong royong adalah melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama yang dilandasi dengan kesukarelaan dan kekeluargaan. Membangkitkan jiwa
Sopan santun ini dipelajari anak melalui teladan atau contoh dari orangtuanya, dimana diantara ayah dan ibu atau keluarga yg ikut tinggal dalam rumah belajar untuk saling menghormati dan bersikap lemah lembut satu dengan yang lain.
d. Kebersamaan dan kerukunan
Keluarga adalah tempat dimana seseorang dapat merasakan kebahagian atau kesedihan dalam dunia ini. Dalam keluarga kita tumbuh dan belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Dengan keluarga pula kita berbagi suka duka kehidupan dan bahu membahu menghadapi berbagai masalah yang terjadi.
Orangtua seharusnya mengajarkan kebersamaan kepada anak bukan malahan sibuk dengan bisnis dan menitipkan anak kepada kakek atau nenek atau bahkan pembantu. Kebersamaan sangatlah penting dan tidak bernilai harganya. Kebersamaan orangtua dan anak tidak akan tergantikan dengan kebersamaan lainnya. Tidak ada yang lebih indah lagi selain melihat kekompakan ayah, ibu dan anak-anak. Orangtua harus selalu menanamkannya sedari anak kecil.
e. Kepedulian
Peduli artinya menanggapi perasaan dan pengalaman orang lain. Ciri-ciri kepedulian sosial budaya yaitu upaya menghargai dan menghormati adat istiadat setempat. Setiap orang lahir disertai
sifat/watak/karakter dan kepribadian yang berbeda. Begitupun dalam hidup di masyarakat akan diwarnai oleh sosial, budaya dan adat yang berbeda setiap anggota keluarga semestinya mempunyai sikap kepedulian terhadap masalah sosial, budaya dan adat yang berbeda dimana saja berada.
Sikap peduli dapat diawali oleh orangtua dalam keluarga terhadap anak-anaknya dengan memelihara, menghargai dan menghormati adat istiadat, sifat dan watak seseorang. Kepedulian diantara sesama anggota keluarga atau masyarakat akan membangkitkan rasa kekeluargaan serta kesetiakawanan. Menumbuhkan sikap peduli dalam kehidupan keluarga, melalui fungsi sosial budaya, berkenaan dengan bimbingan orangtua terhadap anak-anaknya untuk melestarikan adat istiadat dan menghargai serta menghormati sosial budaya orang lain.
f. Cinta Tanah Air atau Nasionalisme
Rasa cinta tanah air atau nasionalisme dapat dicirikan dengan kemampuan seseorang untuk menghargai nilai–nilai sejarah kepahlawanan, mencintai produk sendiri, menyadari adanya pengaruh global terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Saat ini jiwa kebangsaan kita dirasakan bukan mulai pudar lagi tapi justru semakin pudar setelah arus globalisasi informasi dan teknologi semakin kuat merasuk ke dalam keluarga. Hal ini sebagai Sopan santun ini dipelajari anak melalui teladan atau
contoh dari orangtuanya, dimana diantara ayah dan ibu atau keluarga yg ikut tinggal dalam rumah belajar untuk saling menghormati dan bersikap lemah lembut satu dengan yang lain.
d. Kebersamaan dan kerukunan
Keluarga adalah tempat dimana seseorang dapat merasakan kebahagian atau kesedihan dalam dunia ini. Dalam keluarga kita tumbuh dan belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Dengan keluarga pula kita berbagi suka duka kehidupan dan bahu membahu menghadapi berbagai masalah yang terjadi.
Orangtua seharusnya mengajarkan kebersamaan kepada anak bukan malahan sibuk dengan bisnis dan menitipkan anak kepada kakek atau nenek atau bahkan pembantu. Kebersamaan sangatlah penting dan tidak bernilai harganya. Kebersamaan orangtua dan anak tidak akan tergantikan dengan kebersamaan lainnya. Tidak ada yang lebih indah lagi selain melihat kekompakan ayah, ibu dan anak-anak. Orangtua harus selalu menanamkannya sedari anak kecil.
e. Kepedulian
Peduli artinya menanggapi perasaan dan pengalaman orang lain. Ciri-ciri kepedulian sosial budaya yaitu upaya menghargai dan menghormati adat istiadat setempat. Setiap orang lahir disertai
tantangan kita selaku orangtua untuk menanamkan kembali jiwa kebangsaan ini terhadap anak-anak. Menanamkan jiwa kebangsaan dalam kehidupan keluarg, melalui Fungsi Sosial Budaya, berhubungan dengan kemampuan orangtua dan anak-anak untuk menghargai nilai-nilai sejarah kepahlawanan, menyintai produksi dalam negeri dan menyadari adanya pengaruh globalisasi terhadap kehidupan.
3. Penerapan Fungsi Sosial Budaya dalam Keluarga
Penerapan nilai-nilai dalam fungsi sosial budaya yang dapat ditanamkan didalam lingkungan keluarga antara lain :
a. Toleransi dan saling menghargai
Cara-cara menanamkan toleransi yang bisa dilakukan adalah :
1) Orangtua dapat mengajarkan toleransi dengan memberikan contoh-contoh dengan cara mereka sendiri. Membicarakan tentang toleransi dan sikap menghargai akan membantu anak memahami nilai apa yang ingin Anda tanamkan pada diri mereka.
2) Hati-hati jika membicarakan kebiasaan orang-orang yang berbeda dengan orang-orangtua. Meskipun hanya candaan, ini akan terserap pada pikiran anak dan dapat mempengaruhi sikapnya.
3) Carilah komunitas yang beragam. Berilah kesempatan anak untuk bermain dan beraktivitas dengan orang lain yang berbeda dengan diri mereka. Misalnya ketika memilih sekolah, tempat berlibur, atau penitipan anak, carilah tempat yang populasinya beragam.
4) Ketika mengetahui anak menolak pertemanan dengan berdasarkan alasan perbedaan warna kulit, tidak cantik/tampan, agama, status sosial, atau bahkan karena ada kekurangan (tuna daksa atau tuna grahita) pada teman barunya, maka segeralah untuk memberi pemahaman yang lebih lanjut.
b. Gotong Royong
Cara menanamkan nilai-nilai gotong royong antara lain :
1) Interaksi ibu dan ayah dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari dapat dijadikan sebagai teladan bagi anak-anaknya, misalnya ketika sang ibu menyediakan minum untuk ayahnya sedangkan sang ayah membantu ibu memperbaiki kompor yang rusak. Anak-anak akan mencontoh sikap saling menolong tersebut ketika mereka sedang berinteraksi dengan anak-anak lain atau interaksi kakak-beradik.
2) Mendukung inisiatif anggota keluarga termasuk anak untuk menolong orang lain. Misalnya tantangan kita selaku orangtua untuk menanamkan
kembali jiwa kebangsaan ini terhadap anak-anak. Menanamkan jiwa kebangsaan dalam kehidupan keluarg, melalui Fungsi Sosial Budaya, berhubungan dengan kemampuan orangtua dan anak-anak untuk menghargai nilai-nilai sejarah kepahlawanan, menyintai produksi dalam negeri dan menyadari adanya pengaruh globalisasi terhadap kehidupan.
3. Penerapan Fungsi Sosial Budaya dalam Keluarga
Penerapan nilai-nilai dalam fungsi sosial budaya yang dapat ditanamkan didalam lingkungan keluarga antara lain :
a. Toleransi dan saling menghargai
Cara-cara menanamkan toleransi yang bisa dilakukan adalah :
1) Orangtua dapat mengajarkan toleransi dengan memberikan contoh-contoh dengan cara mereka sendiri. Membicarakan tentang toleransi dan sikap menghargai akan membantu anak memahami nilai apa yang ingin Anda tanamkan pada diri mereka.
2) Hati-hati jika membicarakan kebiasaan orang-orang yang berbeda dengan orang-orangtua. Meskipun hanya candaan, ini akan terserap pada pikiran anak dan dapat mempengaruhi sikapnya.
mendukung inisiatifnya untuk terlibat dalam kegiatan sekolah yang tujuannya untuk tolong-menolong atau tolong-menolong orang lain yang sedang terkena musibah.
3) Memberikan contoh menolong orang yang sedang kesusahan, seperti membagi makanan, menyisihkan sebagian harta yang kita punya untuk orang yang kurang mampu, meringankan kesulitan keluarga atau orang lain, dan masih banyak lagi.
c. Sopan Santun
Cara-cara menanamkan sopan santun dalam keluarga:
1) Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari Anak adalah peniru paling ulung. Bahkan, saat masih belum dapat berbicara pun, anak sudah bisa menirukan perbuatan yang kita lakukan. Meskipun dalam "bahasa dan bentuk" yang lain. Sangatlah tepat ungkapan “anak-anak mendengar tidak dengan telinga, melainkan dengan matanya” Itu artinya, orangtua harus menjadi contoh nyata bagaimana bersikap sopan dan santun.
2) Ajarkan 3 kata penting
"Terima kasih", "Tolong", dan "Maaf" adalah 3 kata penting yang sebaiknya diajarkan sejak anak lahir. Ucapkanlah kata "Tolong" jika ingin
meminta bantuan kepada siapa saja. Ucapkan "Terima kasih" bila si anak melakukan sesuatu untuk orangtua, dan jangan segan berkata "Maaf" jika orangtua berbuat salah. Dengan demikian anak akan mengetahui bahwa dirinya dihargai dan ia pun akan terbiasa menghargai orang lain. 3) Latihan sambil bermain
Mungkin orangtua sudah berusaha mengajarkan sopan santun pada anak. Tapi bisa saja ketika anak berhadapan dengan orang lain ia melakukan perbuatan yang kurang santun. Jangan menyerah. Cobalah melatih sikap sopan santun dengan mengajak anak bermain peran. Coba minta anak menjadi tamu dan orangtua tuan rumahnya. Lakukan juga peran sebaliknya. Berperanlah sebagai tuan rumah yang sopan dan minta si Nk berperan sebagai tamu yang sopan. Biasanya, saat berperan anak akan menjadi "aktor" yang baik sehingga ia akan melakukan skenario yang sudah disepakati. Saat anak bersikap santun dalam peran yang dimainkannya pujilah perbuatannya. Tunjukkan bahwa orangtua sangat menghargai sikap positif ini. 4) Harus konsisten
Anak sering lupa bagaimana bersikap baik, sehingga sangat wajar bila ia tiba-tiba melakukan tindakan kurang sopan. Jangan langsung mendukung inisiatifnya untuk terlibat dalam
kegiatan sekolah yang tujuannya untuk tolong-menolong atau tolong-menolong orang lain yang sedang terkena musibah.
3) Memberikan contoh menolong orang yang sedang kesusahan, seperti membagi makanan, menyisihkan sebagian harta yang kita punya untuk orang yang kurang mampu, meringankan kesulitan keluarga atau orang lain, dan masih banyak lagi.
c. Sopan Santun
Cara-cara menanamkan sopan santun dalam keluarga:
1) Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari Anak adalah peniru paling ulung. Bahkan, saat masih belum dapat berbicara pun, anak sudah bisa menirukan perbuatan yang kita lakukan. Meskipun dalam "bahasa dan bentuk" yang lain. Sangatlah tepat ungkapan “anak-anak mendengar tidak dengan telinga, melainkan dengan matanya” Itu artinya, orangtua harus menjadi contoh nyata bagaimana bersikap sopan dan santun.
2) Ajarkan 3 kata penting
"Terima kasih", "Tolong", dan "Maaf" adalah 3 kata penting yang sebaiknya diajarkan sejak anak lahir. Ucapkanlah kata "Tolong" jika ingin
memarahinya. Tapi ingatkan dia bahwa tindakan tersebut tidak sopan. Beri peringatan dengan cara yang menyenangkan. Misalnya, "Wah, karena terlalu haus, jagoan Bunda lupa bilang terima kasih ya..."
Untuk membentuk sikap yang sopan dan santun orangtua harus konsisten dan jangan bersikap permisif atau memaklumi dengan alasan apapun. Bila anak melakukan tindakan yang tidak sopan, ingatkan lagi, lagi dan lagi.
5) Jangan dijadikan lelucon
Sikap yang kurang sopan bukan lelucon atau bahan guyonan. Jangan menertawakan anak saat ia melakukan tindakan yang tidak santun. Bila orangtua atau anggota lain melakukannya, anak akan berpikir perbuatannya lucu, wajar dan benar. Ini akan membuat anak semakin sulit memahami makna sopan santun, apalagi mempraktekkannya.
6) Tunjukkan perhatian
Anak sering melakukan tindakan yang tidak santun hanya untuk menarik perhatian orangtuanya. Karena itu, sebaiknya sesibuk apapun orangtua di meja makan, bersama tamu atau dengan pekerjaan, berikan perhatian pada anak. Berikan pujian jika anak menunjukkan perilaku yang sopan dan santun.
d. Kebersamaan dan kerukunan
Cara menanamkan nilai-nilai kebersamaan antara lain:
1) Pertama, bisa dimulai dari dalam rumah. Orangtua harus menerapkan waktu makan bersama dengan anak setiap pagi dan malam hari. Dari sini anak anda akan selalu merasakan indahnya waktu makan bersama ayah dan ibunya.
2) Biasakan selalu mempunyai waktu luang pada saat anak belajar. Ayah dan ibu bisa bersama-sama membantu dan menunggui anak ketika anak sedang belajar. Anak akan merasakan kebahagiaan karena orangtua selalu mendukungnya,
3) Sebagai orangtua bisa membiasakan komunikasi dengan anak. Komunikasi bisa menjalin kebersamaan. Biasakan untuk mengobrol setiap sore atau setelah anak pulang sekolah tentang semua kegiatannya disekolah.
4) Biasakan anak menonton televisi bersama orangtuanya diruang keluarga. Jangan meletakkan televisi dikamar tidur mereka karena akan membuat mereka lebih senang berdiam dikamar.
5) Lakukan kegiatan-kegiatan didalam rumah bersama misalnya membetulkan mobil digarasi memarahinya. Tapi ingatkan dia bahwa tindakan
tersebut tidak sopan. Beri peringatan dengan cara yang menyenangkan. Misalnya, "Wah, karena terlalu haus, jagoan Bunda lupa bilang terima kasih ya..."
Untuk membentuk sikap yang sopan dan santun orangtua harus konsisten dan jangan bersikap permisif atau memaklumi dengan alasan apapun. Bila anak melakukan tindakan yang tidak sopan, ingatkan lagi, lagi dan lagi.
5) Jangan dijadikan lelucon
Sikap yang kurang sopan bukan lelucon atau bahan guyonan. Jangan menertawakan anak saat ia melakukan tindakan yang tidak santun. Bila orangtua atau anggota lain melakukannya, anak akan berpikir perbuatannya lucu, wajar dan benar. Ini akan membuat anak semakin sulit memahami makna sopan santun, apalagi mempraktekkannya.
6) Tunjukkan perhatian
Anak sering melakukan tindakan yang tidak santun hanya untuk menarik perhatian orangtuanya. Karena itu, sebaiknya sesibuk apapun orangtua di meja makan, bersama tamu atau dengan pekerjaan, berikan perhatian pada anak. Berikan pujian jika anak menunjukkan perilaku yang sopan dan santun.
bersama anak atau memasak didapur dengan bantuan anak. Ini akan membuat kebersamaan semakin terjalin.
6) Orangtua bisa merencanakan berlibur bersama. Liburan adalah saat-saat yang penting untuk menjalin kebersamaan dengan anak anda.
7) Orangtua bisa mengajak anak untuk melakukan beberapa aktifitas olahraga setiap minggu bersama misalnya bermain basket, bersepeda, atau aktifitas lain. Kegiatan tersebut akan diingat oleh anak sampai anak dewasa.
e. Kepedulian
Cara menanamkan nilai-nilai kepedulian antara lain : 1) Menerapkan sikap peduli terhadap anak-anak
dimulai oleh orangtua, bisa dengan cara penteladanan. Orangtua, apakah ayah atau ibu mungkin berbeda hobi, berlainan sifat dan watak. Adanya perbedaan kita harus saling menghargai dan menghormati.
2) Mungkin kita mempunyai dua orang anak, yang satu hobi nyanyi pop indonesia, dan satunya lagi nyanyi pop jawa. Keduanya tiba-tiba saling mengejek disebabkan perbedaan hobi. Kita dapat membicarakan masalah itu dengan melibatkan kedua anak-anak kita, agar mengerti perbedaan hobi dan menghargai keberadaannya.
3) Bisa juga kita mengajak anak-anak ketempat rekreasi cagar budaya, tempat kesenian atau seni patung, misalnya di Taman Mini Indonesia Indah atau tempat lainnya yang dekat. Di tempat itu orangtua dapat menunjukkan berbagai kesenian, adat dan budaya yang beragam yang saling berdampingan.
f. Kebangsaan
Cara-cara menanamkan nilai-nilai kebangsaan antara lain:
1) Tanamkan sikap “Aku Bangga Jadi Orang Indonesia”.
2) Mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar dirumah, selain juga bahasa asing lainnya. 3) Membeli dan menggunakan produk dalam
negeri, kalau ada buatan masyarakat sekitar. 4) Menceritakan kepahlawanan atau cerita rakyat
daerah.
5) Mengikuti atau menghadiri upaya bendera peringatan hari kemerdekaan 17 Agustusan atau hari-hari besar nasional lainnya.
6) Mengenalkan dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, seperti Garuda Pancasila, Padamu Negeri, Halo-halo Bandung dan sebagainya. 7) Mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau
mengikuti upacara ziarah ke makam pahlawan. bersama anak atau memasak didapur dengan
bantuan anak. Ini akan membuat kebersamaan semakin terjalin.
6) Orangtua bisa merencanakan berlibur bersama. Liburan adalah saat-saat yang penting untuk menjalin kebersamaan dengan anak anda.
7) Orangtua bisa mengajak anak untuk melakukan beberapa aktifitas olahraga setiap minggu bersama misalnya bermain basket, bersepeda, atau aktifitas lain. Kegiatan tersebut akan diingat oleh anak sampai anak dewasa.
e. Kepedulian
Cara menanamkan nilai-nilai kepedulian antara lain : 1) Menerapkan sikap peduli terhadap anak-anak
dimulai oleh orangtua, bisa dengan cara penteladanan. Orangtua, apakah ayah atau ibu mungkin berbeda hobi, berlainan sifat dan watak. Adanya perbedaan kita harus saling menghargai dan menghormati.
2) Mungkin kita mempunyai dua orang anak, yang satu hobi nyanyi pop indonesia, dan satunya lagi nyanyi pop jawa. Keduanya tiba-tiba saling mengejek disebabkan perbedaan hobi. Kita dapat membicarakan masalah itu dengan melibatkan kedua anak-anak kita, agar mengerti perbedaan hobi dan menghargai keberadaannya.
Menanamkan jiwa kebangsaan juga dilakukan dengan membandingkan sifat, watak, sosial dan budaya bangsa lain yang berbeda. Orangtua dapat menceritakan dari segi keunggulan dan kelemahannya, sehingga dapat menggugah anak-anaknya untuk tetap memiliki jiwa kebangsaan yang baik. Penanaman nilai-nilai kebangsaan sangat penting untuk menghindari konflik antar umat beragama.
C. Fungsi Cinta Kasih
1. Pengertian Fungsi Cinta Kasih
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang. Kasih sayang merupakan komponen dasar yang utama dalam proses pembentukan karakter atau akhlak anak. Dengan cinta dan kasih sayang suasana rumah akan menjadi tempat yang sangat menyenangkan bagi anak dan seluruh penghuninya. Sehingga rumah menjadi tempat tinggal dan berkumpulnya seluruh kegembiraan, kedamaian dan kesopanan. Rumah yang dipenuhi dengan sinar cinta dan kasih sayang akan menjadi tempat kejujuran dan segala sifat kebaikan dan kebahagiaan tinggal. Bahkan ada istilah yang mengatakan bahwa “rumahku istanaku”.
Anak akan belajar mengasihi apabila di rumah kedua orangtuanya hidup dalam suasana penuh cinta kasih sayang. Dengan pelajaran cinta kasih yang diterimanya di
rumah anak akan menjadi anak yang lembut dan penurut. Apabila anak dibesarkan dalam suasana rumah yang penuh dengan kebencian dan kedengkian akan melahirkan watak yang gampang tersinggung dan cepat marah, hidupnya akan selalu dipenuhi oleh rasa dendam yang pada akhirnya akan merugikan anak itu sendiri dimasa dewasanya.
Fungsi cinta kasih mempunyai makna bahwa keluarga harus menjadi tempat untuk menciptakan suasana cinta dan kasih sayang dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Nilai-nilai dasar
Dalam menanamkan nilai-nilai cinta kasih dalam keluarga, maka ada beberapa hal yang harus diajarkan dalam keluarga, antara lain :
a. Empati
Empati adalah merupakan kepekaan seseorang dalam memahami dan mengerti perasaan orang lain. Kita mungkin sering mendengarkan kata-kata “empati” ini diucapkan oleh orang lain, bahkan oleh diri kita sendiri, tetapi apakah kita sendiri sudah pernah menerapkan empati dalam perilaku kita sehari-hari? Apalagi bila kita sedang berhadapan dengan pasangan atau anak-anak kita. Empati erat berhubungan dengan perilaku moral. Empati adalah suatu perasaan yang mendorong seseorang untuk Menanamkan jiwa kebangsaan juga dilakukan
dengan membandingkan sifat, watak, sosial dan budaya bangsa lain yang berbeda. Orangtua dapat menceritakan dari segi keunggulan dan kelemahannya, sehingga dapat menggugah anak-anaknya untuk tetap memiliki jiwa kebangsaan yang baik. Penanaman nilai-nilai kebangsaan sangat penting untuk menghindari konflik antar umat beragama.
C. Fungsi Cinta Kasih
1. Pengertian Fungsi Cinta Kasih
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang. Kasih sayang merupakan komponen dasar yang utama dalam proses pembentukan karakter atau akhlak anak. Dengan cinta dan kasih sayang suasana rumah akan menjadi tempat yang sangat menyenangkan bagi anak dan seluruh penghuninya. Sehingga rumah menjadi tempat tinggal dan berkumpulnya seluruh kegembiraan, kedamaian dan kesopanan. Rumah yang dipenuhi dengan sinar cinta dan kasih sayang akan menjadi tempat kejujuran dan segala sifat kebaikan dan kebahagiaan tinggal. Bahkan ada istilah yang mengatakan bahwa “rumahku istanaku”.
Anak akan belajar mengasihi apabila di rumah kedua orangtuanya hidup dalam suasana penuh cinta kasih sayang. Dengan pelajaran cinta kasih yang diterimanya di
bertindak peduli, meskipun secara rasional tidak diperlukan. Anak yang tidak dapat mengembangkan kemampuan berempati akan menjadi orang yang tak peduli dan tak menyadari akibat perilaku mereka pada orang lain.
Kemampuan berempati tidak didapatkan secara otomatis, tetapi harus dipelajari. Disinilah peran orangtua sangat diharapkan untuk dapat melatih kemampuan emosi anak dan memberikan contoh kepada anak untuk dapat berempati kepada orang lain. Jika orangtua dapat mengembangkan sikap empati anak-anak, maka mereka akan membangun kekuatan batin yang akan melindungi mereka dari pengaruh luar dalam pengambilan keputusan yang tepat.
b. Keakraban
Keakraban dapat diartikan sebagai hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaam dan kedekatan perasaan. Ciri-ciri keakraban ini tidak hanya dilihat dari kebersamaan (kedekatan secara fisik) tetapi dapat dilihat dari adanya saling memberi perhatian, dapat menikmati kebersamaan, mempunyai keperdulian serta memiliki rasa persahabatan (kedekatan secara emosi).
Kepedulian terhadap setiap anggota keluarga menjadi suatu keharusan dalam sebuah keluarga. Seperti apa pun sikap seorang anggota keluarga, ia patut mendapatkan kepedulian dari anggota yang
lain. Karena itu, peranan orangtua sangat penting dalam membangun kepedulian ini. Seorang anak yang sejak kecil diajari untuk peduli terhadap anggota keluarganya akan memberi perhatian yang besar kepada sesamanya.
c. Keadilan
Adil dalam pengertian sederhana adalah menempatkan segala sesuatu sesuai dengan potensi dan kapasitasnya. Dalam keluarga, keadilan harus ada dan ditanamkan sejak usia dini. Kita tidak bisa melakukan sesuatu secara adil tanpa memahami potensi dan kapasitas yang ada pada anak-anak. Perbedaan perlu dipahami untuk membuat perlakuan yang diberikan sesuai dengan kapasitasnya. Orangtua tidak menjadi seorang pemberi dan anak sebagai penerima. Lebih dari itu ada proses saling memahami, sehingga pemberian dan penerimaan adalah bagian dari peran dan fungsi orangtua dan anak yang memiliki hak dan kewajibannya masing-masing, baik yang sudah menjadi norma maupun kesepakatan. Orang adil dapat dicirikan dengan kemampuan seseorang untuk memperlakukan orang lain secara wajar seperti kita ingin diperlakukan oleh orang lain, berpihak pada kebenaran dan tidak pilih kasih terhadap orang lain. d. Pemaaf
Pemaaf adalah dapat menerima kesalahan orang lain tanpa perasaan dendam. Namun mengakui bertindak peduli, meskipun secara rasional tidak
diperlukan. Anak yang tidak dapat mengembangkan kemampuan berempati akan menjadi orang yang tak peduli dan tak menyadari akibat perilaku mereka pada orang lain.
Kemampuan berempati tidak didapatkan secara otomatis, tetapi harus dipelajari. Disinilah peran orangtua sangat diharapkan untuk dapat melatih kemampuan emosi anak dan memberikan contoh kepada anak untuk dapat berempati kepada orang lain. Jika orangtua dapat mengembangkan sikap empati anak-anak, maka mereka akan membangun kekuatan batin yang akan melindungi mereka dari pengaruh luar dalam pengambilan keputusan yang tepat.
b. Keakraban
Keakraban dapat diartikan sebagai hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaam dan kedekatan perasaan. Ciri-ciri keakraban ini tidak hanya dilihat dari kebersamaan (kedekatan secara fisik) tetapi dapat dilihat dari adanya saling memberi perhatian, dapat menikmati kebersamaan, mempunyai keperdulian serta memiliki rasa persahabatan (kedekatan secara emosi).
Kepedulian terhadap setiap anggota keluarga menjadi suatu keharusan dalam sebuah keluarga. Seperti apa pun sikap seorang anggota keluarga, ia patut mendapatkan kepedulian dari anggota yang
kesalahan dan berani meminta maaf lebih utama. Meminta maaf dan memberi maaf adalah sebuah keterampilan sosial dan emosional yang perlu diajarkan sejak dini, karena sangat berperan dalam membentuk kepribadian yang positif. Apabila anak tidak diajarkan sejak dini, maka anak akan menjadi anak yang egois. Jika hal tersebut terjadi pada anak, kelak ia akan menemui kesulitan dalam berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi. Hal ini juga membuat sportivitas anak tidak berkembang. Sportivitas yang rendah akan merugikan anak karena dia akan dicap negatif dan dijauhi teman-temannya. e. Kesetiaan
Setiap anggota keluarga semestinya mempunyai sikap setia terhadap keluarga, teman dan kelompok sesuai dengan kesepakatan bersama tanpa adanya saling mengkhianati. Melalui kesetiaan dapat melahirkan kekuatan untuk menghadapi masalah yang selalu menghadang dihadapan kita. Orang tua bersama anak-anak dan anggota masyarakat lainnya sebaiknya membangun rasa kesetiakawanan. Penumbuhan sikap setia dalam kehidupan keluarga, melalui fungsi cinta kasih, berkenaan dengan bimbingan orangtua dan anak-anak untuk membangun kesetian dalam keluarga, bersama teman anak-anak dan orang lain dalam lingkungan masyarakat.
f. Suka Menolong
Suka menolong adalah kebiasaan untuk menolong dan membantu orang lain. Tolong menolong yang dilandasi cinta kasih merupakan bagian dari kebersamaan yang dapat menjalin kerukunan dan kedamaian. Menumbuhkan sifat suka menolong dalam kehidupan keluarga, berhubungan dengan kemauan orangtua dan anak-anaknya untuk selalu siap mengulurkan tangan dalam membantu orang lain dan selalu mencari kesempatan ingin memberikan sumbangan. Dimulai dengan kebiasaan dalam keluarga, dimana ayah bisa membantu ibu untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah, seperti mengepel rumah, mencuci piring, dan sebagainya.
g. Tanggungjawab
Rasa bertanggung jawab bukan sikap bawaan dari lahir yang sudah ada pada setiap individu, tetapi merupakan sikap yang butuh pembiasaan dan pengajaran. Untuk membuat seseorang anak memiliki sikap bertanggung jawab, perlu peran orang lain untuk membiasakannya bertanggung jawab sedini mungkin mulai dari hal-hal yang kecil. Untuk memulai hal tersebut, anak membutuhkan contoh dan arahan dari lingkungan terdekatnya, terutama orangtua.
kesalahan dan berani meminta maaf lebih utama. Meminta maaf dan memberi maaf adalah sebuah keterampilan sosial dan emosional yang perlu diajarkan sejak dini, karena sangat berperan dalam membentuk kepribadian yang positif. Apabila anak tidak diajarkan sejak dini, maka anak akan menjadi anak yang egois. Jika hal tersebut terjadi pada anak, kelak ia akan menemui kesulitan dalam berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi. Hal ini juga membuat sportivitas anak tidak berkembang. Sportivitas yang rendah akan merugikan anak karena dia akan dicap negatif dan dijauhi teman-temannya. e. Kesetiaan
Setiap anggota keluarga semestinya mempunyai sikap setia terhadap keluarga, teman dan kelompok sesuai dengan kesepakatan bersama tanpa adanya saling mengkhianati. Melalui kesetiaan dapat melahirkan kekuatan untuk menghadapi masalah yang selalu menghadang dihadapan kita. Orang tua bersama anak-anak dan anggota masyarakat lainnya sebaiknya membangun rasa kesetiakawanan. Penumbuhan sikap setia dalam kehidupan keluarga, melalui fungsi cinta kasih, berkenaan dengan bimbingan orangtua dan anak-anak untuk membangun kesetian dalam keluarga, bersama teman anak-anak dan orang lain dalam lingkungan masyarakat.
3. Penerapan Fungsi Cinta Kasih dalam Keluarga
a. Empati
Cara-cara mengajarkan anak-anak untuk melakukan empati :
1) Ajarkan anak-anak untuk mengikuti hati nurani. Jika dalam hati merasa bersalah, berarti itu tidak baik untuk siapa pun. Hal ini membantu mereka menjaga motivasi mereka tulus dan murni. Kita dapat membantu mereka untuk memahami hal ini dengan lebih baik, yaitu dengan membahas tentang apa yang memotivasi kita untuk melakukan sesuatu, bagaimana sebuah tindakan dapat bermanfaat bagi kita maupun orang lain dan tidak merugikan siapapun.
2) Ciptakan hubungan terbuka antara Anda dan anak-anak sehingga mereka tak ragu bercerita tentang pengalaman positif maupun negatif mereka. Tunjukkan perhatian atas cerita mereka dan berikan respon yang menunjukkan bahwa Anda peduli pada mereka. Dari kebiasaan ini, anak akan belajar mendengarkan, peduli, bahkan membantu orang lain.
3) Ajak dan biasakan anak untuk melakukan sesuatu bagi orang lain yang membutuhkan. Memberi sedekah pada fakir miskin, memberikan buku dan mainannya yang tak lagi digunakan ke anak yatim, atau memberi sumbangan pada korban
banjir. Melakukan tindakan menolong mudah dilakukan, baik di sekolah, dalam keluarga atau di masyarakat, namun yang perlu ditekankan adalah agar anak berpikir tentang kemalangan orang-orang yang mereka bantu. Ketika mereka melakukannya, mereka dapat mengerti tentang bagaimana rasanya jika berada dalam posisi tersebut.
4) Sebagai orangtua, kita dapat mencoba untuk mengembangkan empati anak-anak dengan dialog. Beberapa contoh berikut:
a) Ketika anak-anak kita berhadapan dengan orang yang tidak mereka suka atau bertentangan dengan mereka, bantulah mereka untuk mencoba menemukan sesuatu yang baik dari orang tersebut sekecil apapun.
b) Mintalah anak-anak secara mental menempatkan dirinya dalam posisi musuh mereka atau mengajak mereka untuk melihat pengalaman yang telah terjadi sebelumnya dengan posisi yang berbalik. c) Ketika kita marah kepada seseorang, kita
sering salah berasumsi orang itu akan melakukan sesuatu secara sengaja untuk menyakiti kita. Tetapi biasanya apa yang mereka lakukan berbeda dengan apa yang kita pikirkan. Kita dapat membantu
anak-3. Penerapan Fungsi Cinta Kasih dalam Keluarga
a. Empati
Cara-cara mengajarkan anak-anak untuk melakukan empati :
1) Ajarkan anak-anak untuk mengikuti hati nurani. Jika dalam hati merasa bersalah, berarti itu tidak baik untuk siapa pun. Hal ini membantu mereka menjaga motivasi mereka tulus dan murni. Kita dapat membantu mereka untuk memahami hal ini dengan lebih baik, yaitu dengan membahas tentang apa yang memotivasi kita untuk melakukan sesuatu, bagaimana sebuah tindakan dapat bermanfaat bagi kita maupun orang lain dan tidak merugikan siapapun.
2) Ciptakan hubungan terbuka antara Anda dan anak-anak sehingga mereka tak ragu bercerita tentang pengalaman positif maupun negatif mereka. Tunjukkan perhatian atas cerita mereka dan berikan respon yang menunjukkan bahwa Anda peduli pada mereka. Dari kebiasaan ini, anak akan belajar mendengarkan, peduli, bahkan membantu orang lain.
3) Ajak dan biasakan anak untuk melakukan sesuatu bagi orang lain yang membutuhkan. Memberi sedekah pada fakir miskin, memberikan buku dan mainannya yang tak lagi digunakan ke anak yatim, atau memberi sumbangan pada korban
anak kita untuk menemukan niat baik dari orang yang tidak mereka sukai.
d) Ekspresikan empati kita sendiri, misalnya, "Bapak sangat lelah setelah pulang dari bekerja, pasti Bapak akan merasa jauh lebih baik jika ada seseorang yang membawakan minuman dan surat kabar." Setelah itu, kita dapat membantu mereka melihat efek yang kuat dari empati mereka: "Kamu lihat, kan? Bapak senang sekali karena ada seseorang yang meluangkan waktunya untuk membuat Bapak merasa nyaman. Bapak merasa sangat dicintai."
5) Bermain role play juga dapat membantu menyampaikan ‘pesan’ tentang empati pada anak-anak. Jika mereka bercerita atau menghadapi masalah dengan temannya misalnya, bimbing mereka untuk mencari tahu apa yang menjadi penyebab temannya melakukan hal yang tak disukainya.
6) Mengajar Anak Empati Dengan Tidak Mencela Orang Yang Lemah. Entah itu membudaya atau naluri, tapi pada umumnya orang mencela yang lemah. Mungkin orang yang tampak aneh di kerumunan, orangtua yang berjalan pelan, seseorang yang gagap pada waktu wawancara tv, atau seorang teman yang kegemukan.