• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PERBANDINGAN FUNGSI SOSIAL MINUMAN BERALKOHOL

3.2 Fungsi Sosial Minuman Beralkohol Dalam Masyarakat Jepang

Fungsi sake bagi masyrakat Jepang berhubungan dengan bagaimana sake ini mempunyai sarana bersosial dengan kelompok sosial dalam masyarakat . (Sunarto, 2000:141) menjabarkan mengenai kelompok sosial yaitu sebagai berikut:

1. Robet.K.Merton mendefenisikan bahwa kelompok sosial ialah adanya seejumlah orang yang mempunyai rasa solidartas atas dasar nilai bersama yang dimiliki serta adanya rasa kewajiban moral untuk menjalankan perana yang diharapkan, namun diantara para pendukung tersebut tidak terdapat interaksi.

2. Ferdinad Tonies dalam bukunya “berinchaft and berselchft” mengemukakan bahwa kelompok sosial adalah sekempulan orang yang hadir bersama tetapi pada dasarnya terpisah kendatipun terdapat faktor pemersatu .

3. Charles Horton Choky seoraang sosiolog Amerika menyatakan bahwa kelompok sosial ditandai oleh pergaulan dan kerjasama tatap muka bersahabat yang menghasilkan interaksi harmonis dalam satu kesatuan sehinga banyak hal dari seorang menjadi hidup dan tercapainya tujuan bersama kelompok.

4. Robet Bierstelt mengemukakan bahwa kelompok sosial merupakan kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis hubungan antara sesama anggota tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi.

5. W.G. Sumner mendefenisikan bahwa kelompok sosial terdapat kelompok dalam dan kelompok luar. Hubungan sesama anggota kelompok dalam terwujud atas dasar solidaritas, kesetiaan, pengorbanan kedalam dan permusuhan keluar.

Berdasarkan tinjauan mengenai defenisi bahwa kelompok sosial tidak terikat dalam ikatan organisasi .Pendapat ini mempunyai kelemahan bila digunakan untuk

mendeskripsikan kehidupan masyarakat Jepang. Pola kehidupan di Jepang di dominasi oleh keterikatan dengan organisasi di perusahaan-perusahaan sehingga membentuk budaya hidup berkeelompok. Dari sisi sejarah , budaya ini berakar dari sisitem keluarga tradisional Jepang yang dikenal dengan sistem Ie Hubungan dengan sistem Ie didasarkan pada tanggung jawab dan kesetiaan terhadap usaha keluarga yang anggotanya mencakup majikan dan para pekerja. Kondisi ini menyebabkan konsep hubungan dalam sisitem Ie

cenderung menyerupai suatu ikatan oganisasi.

Dalam pendapat Charles Morton Cooley disebutkan bahwa pergaulan dan kerjasama tatap muka bersahabat akan menghasilkan interaksi harmonis dalam kelompok. Bagi orang Jepang tatap muka bersahabat sangat penting untuk menjaga harmonisasi kelompok. Namun pada dasarnya sikap tersebut hanya menghasilkan harmonisasi semu. Oleh karena itu diperlukan suatu sarana agar tercipta suatu harmonisasi yang nyata yang berasal dari hati nuraani seluruh anggota kelompok.. Sarana yang digunakan berfungsi sebagai simbol yang dapat menjalin kedekatan dalam interaksi antar angagota kelompok .

Interaksi yang membutuhkan sarana sebagai symbol dikenal dengan istilah

interaksionisme simbolik. Simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau makna nya tergantung mereka yang mempergunakannya. Makna atau nilai tersebut tidak ditentukan oleh sifat-sifat dalam bentuk fisiknya. Misalnya makna warna merah dapat diartikan berhenti pada lampu lalu lintas dapat juga berarti komunis (kelompok merah). Pada dasarnya interaksionisme simbolik mempunyai tiga pokok pikiran (Blumer dalam Sunarto, 2000:50) yaitu:

1) Manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyai sesuatu tersebut baginya .

2) Makna yang dipunyai tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya.

3) Makna diperlukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya .

Minum sake dalam kehidupan sosial di Jepang dapat diartikan sebagai usaha untuk menjalin kerjasama yang bersahabat atau upaya menciptakan hubungan yang akrab. Bangsa Jepang terkenal dengan kedisiplinan dalam menjaga sikap demi terciptanya suatu hubungan akibatnya sulit terjadi komunikasi secara terbuka antara sesama kelompok, karena itu minum sake bersama merupakan isyarat untuk memudahkan interaksi dan memudahkan komunikasi secara terbuka antara anggota dalam kelompok sosial di Jepang. Fungsi sosial minuman beralkohol antara lain sebagai berikut:

1 Minuman kehormatan

Masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang bersifat vertikal, artinya berdasarkan hubungan atas-bawah, sekaligus bersifat patriakal. Sistem ini tidaklah terkait dengan kelas-kelas dalam masyarakat, melainkan lebih pada penekanan terhadap kesenioran. Hubungan kesenioran bisa diartikan sebagai hubungan antara atasan- bawahan, antara siswa kelas yang lebih atas dan siswa kelas yang bawah di sekolah, atau bisa juga hubungan antara orang tua-anak.

masyarakat Jepang karena Jepang belum sampai satu setengah abad terlepas dari sistem feodal masa lampaunya.

Dapat dikatakan bahwa dalam kenyataan kehidupan Jepang, kesadaran tentang kesenioran ini sangat berperan dalam masyarakat Jepang, terutama dalam menjaga berlangsungnya tatanan sosial secara baik. Untuk itu, ada aturan-aturan moral yang menjaga kelancaran dan kelanggengan hubungan demikian. Mereka yang secara sosial lebih tinggi kedudukannya merasa terpanggil atau bahkan berkewajiban untuk melindungi atau mengurus orang-orang yang berkedudukan di bawahnya, baik untuk urusan sosial maupun pribadi. Di lain pihak, orang-orang yang kedudukannya lebih rendah merasa patut membalas kebaikan tersebut dengan menyatakan hormat, kesetiaan. Perasaan demikian disebut on (rasa utang budi). Orang-orang yang tidak mempedulikan

on kurang disukai dalam masyarakat karena dianggap kurang bermoral.

Hal yang menonjol dalam dari bangsa Jepang adalah peranan kelompok dalam kehidupan bermasyarakat, dalam bermasyarakat peranan individu diakui dan dihargai tapi senantiasa dalam lingkup dan kepantingan kelompok. Hubungan antara anggota kelompok adalah berdasarkan senioritas. Hubungan antara kohai (junior) dan sempai

(senior) amatlah penting. Menjaga suasana hubungan itu dianggap sangat penting dari pada suatu prinsip yang harus di pertahankan. Dengan menjaga sesuatu yang baik tidak akan timbul banyak perdebatan dalam kelompok. Karena itu di dalam kelompok anggota kelompok berusaha untuk tidak menunjukkan empat emosi yaitu, kesenangan kesedihan, marah dan gembira, semuanya itu menuntut pengendaalian diri yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan frustasi dan stress yang biasanya tidak sedemikian besarnya dalam kehidupan masyarakat lainnya, dengan keadaan tersebut dapat dimengerti mengapa orang

Jepang banyak membutuhkan minuman beralkohol.

Pada dasarnya dalam suatu perayaan seperti perpisahan ,penyambutan karyawan baru, dam lain sebagainya dirayakan dengan minum sake secara bersama sama, selama berlangsungnya acara seseorang sebaiknya tidak menuangkan sake kedalam cangkirnya sendiri, bagi orang Jepang itu di anggap sebagai bentuk ketidak sopanan terhadap orang lain , menurut etika yang berlaku dalam semua acara” minum”, menuang sake tiadak boleh dilakukan sendiri, tetapi dilakukan oleh orang lain. Menuangkan sake ke cangkir seseorang merupakan suatu bentuk penghormatan(Rowland, 1992:37). Salah satu tatanan dalam masyarakat yang vertikal adalah hubungan sempai-kohai. Seorang senior biasanya dipanggil sempai oleh para junior dan senior memanggil para junior dengan namanya saja. Akan tetapi, kaitan sempai-kohai ini hanya terbatas di kalangan siswa atau mahasiswa serta sesama karyawan perusahaan (dalam arti siapa yang lebih dulu masuk perusahaan yang berasangkutan.), tapi tidak bisa diterapkan dalam hubungan antara atasan-bawahan, kakak-adik, orangtua-anak ataupun suami-istri. Seorang sempai pada umumnya bersikap sebagai pengayom. Dalam acara minum sake juga hal ini tetap berlaku. Pada dasarnya kohai akan menuangkan sake kepada sempai pada saat acara berlangsung yaitu acara penyambutan karyawan baru maupun mahasiswa baru, hal ini akan dianggap suatu kehormatan bila menuangkan sake kepada sempai. Begitupun sebaliknya ketika sempai menyuguhkan sake atau bir kepada kohai maka kohai akan segan untuk menolak meminumnya,. bila kohai menolak untuk terus minum bir ataupun sake, suasana santai yang tercipta bisa rusak dan kohai merasa bertanggung jawab akan kerusakan suasana itu.

Keributan karena mabuk masih ditambah kegaduhan tape karaoke yang disetel sangat keras adalah hal yang biasa. Di tengah musik yang gaduh akan menambah heboh suasana. Anak-anak muda berjingkrak-jingkrak menari, sementara kelompok usia baya cukup menyanyikan lagu lagu tradisional jepang dan menari sambil minum sake.

2 Minuman Persahabatan

Minum sake dalam kehidupan saosial di Jepang dapat di artikan sebagai usaha untuk menjalin kerjasama yang bersahabat atau upaya menciptakan hubuangan yang akrab.minum sake sake dalam menjalin persahabatan akan tampak dalam beberapa acara di jepang seperti acara nomikai, bonenkai pesta hanami dan lain sebagaimya , nomikai

adalah acara minum sake yang diadakan secara berkelompok dan telah menjadi suatu fenomena kehidupan masyarakat Jepang, nomikai merupakan kebiasaan yang diperbuat oleh komuinitas dari berbagai kalangan, mulai dari kalangan karyawan hingga kalangan pelajar, acra ini biasanya diadakan di restoran atau izakaya (kedai sake).

Di kalangan karyawan perusahaan, nomikai diadakan menurut departemen- departamen tersendiri. Nomikai yang diadakan oleh departemen keuangan, dihadiri oleh karyawan departemen keuangan. Dan begitupun sebaliknya, nomikai yang diadakan oleh departemen lain dihadiri oleh departemen lain pula. Dalam dunia perkantoran nomikai

dianggap sebagai salah satu aspek penting karena dapat meningkatkan hubungan yang akrab dengan relasi di kantor. Karena itu, ketika suatu departemen mengadakan nomikai, seluruh karyaawan diharapkan dapat hadir dalam acara tersebut .

Saat nomikai banyak orang yang minum sampai mabuk, dalam kondis ini kerap kali terjadi ungkapan emosional yang jujur dan terus terang yang hampir mustahil terjadi

dalm kehidupan sehari-hari. Orang-orang Jepang sangat toleran terhadap orang mabuk, orang yang mabuk boleh mengatakan apapun yang mereka inginkan, diamana hal itu tidak akan termaafkan bila diucapkan selagi sadar (Itasaka, 1987:47). Karena itu bagi orang Jepang nomikai adalah salah satu acara yang bermanfat untuk menjaga hubungan dan keakraban dalam sebuah komunitas kelompok.

Bonenkai adalah pesta diakhir tahun, pesta selalu identik dengan minum sake, pada dasarnya bonenkai adalah minuman yang hampir sama dengan nomikai, bedanya adalah nomikai diadakan untuk merayakan event-event tertentu seperti ulang tahun perusahaan, sedangkan bonenkai diadakan khusus diakhir tahun untuk melupakan hal-hal yang tidak baik di tahun yang lalu, pada acara ini orang Jepang minum sake secara bersama-sama, orang Jepang tidak terbiasa minum sake seorang diri, karena minum sake seorang diri dianggap sesuatu hal yang memalukan . Ketika minum sake secara bersama sama inilah akan tampak kekompakan orang Jepang karena antar atasan dan bawanhan junior dan senior semuanya sama ketika acara minum sake.

Pada saat hanami para pengunjung menggelar tikar di bawah pohon sakura dan menghabiskan waktu dengan asyiknya sambil menikmati makanan dan minuman. Mulai dari rekan- rekan sekerja, teman-teman sampai keluarga, kumpulan seperti ini dapat ditemukan di taman-taman, di tepi sungai dan tempat lainnya.

Bekal yang dihidangkan pada saat hanami disebut hanami bento , terdiri dari nasi putih yang dibentuk seperti bunga sakura, telur dadar manis, sayur rebus dan lain lain.

Hanami bento yang berwarna-warni ini banyak dijual di toko-toko. Teh sakura, yang dibuat dari asinan bunga sakura yang disedu air panas, adalah minuman khas musim semi. Selain itu banyak pula kue-kue yang menggunakan bunga sakura sebagai pemanis

makanan dan sake yang dihidangkan pada saat-saat seperti ini.

Musim semi, juga adalah saatnya di mana para karyawan kantor baru mulai bekerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa tugas mereka yang pertama ialah mencari tempat hanami yang strategis di bawah bunga sakura yang indah. Kalau ada pengunjung yang mengenakan setelan jas yang rapi dan duduk di bawah pohon sakura sejak siang hari, pastilah mereka para karyawan baru. Pada malam hari, para karyawan baru inilah yang menuangkan minuman keras ala Jepang 、sake, untuk rekan-rekan senior yang baru

bergabung dan mereka jugalah yang berusaha memeriahkan suasana.

Pada jaman dahulu kala, pohon sakura dikeramatkan karena dianggap sebagai tempat turunnya dewa gunung. Sake yang diminum pada saat hanami mula-mula adalah sajian untuk para dewa yang kemudian diminum bersama sebagai suatu ritual yang menggambarkan kebersamaan para dewa dan peserta hanami. Dengan makan dan minum di bawah pohon keramat ini, diharapkan setiap orang diberkati dengan kesehatan dan rejeki yang cukup sepanjang tahun. Dan kalau bunga sakura bertahan cukup lama sebelum rontok dan jatuh ke tanah, ini pertanda bahwa panen musim gugur yang datang akan berhasil.

Hanami pada musim semi membawa angin segar tidak hanya untuk orang Jepang saja tapi juga untuk para turis mancanegara. Selain itu, di Jepang juga ada musim panas, musim gugur dan musim dingin, masing-masing dengan keunikannya tersendiri.

3.2 1. Fungsi Sake dalam Upacara Adat

Di Jepang sake di gunakan dalam berbagai perayaan dan rituan-ritual. Sake dipercaya mewarisi kesakralan padi sehingga mempunyai hubungan langsung dengan

para dewa, kepercayaan ini berasal dari mitos bahwa padi dianugrahkan kepada rakyat Jepang oleh dewi nenekmoyang bangsa Jepang Amaeterasu omikami. Karena itu sake selalu digunakan dalam setiap upacara-upacara adapt yang ada di Jepang, dimana penggunaannya tidak dapat digantikan oleh minuman lain, berikut akan di jelaskan fungsi sake pada upacara tahunan dan daur hidup.

1 Fungsi Sake Dalam Upacara Tahunan

Di Jepang sake juga di pakai dalam upacara tahunan , misalnya dalam acara

shogatsu.dan boenkai.Shogatsu adalah acara yang terpenting bagi masyarakat Jepang Shougatsu secara literatur dapat diartikan sebagai bulan januari, dan tahun baru itu sendiri disebut gantan atau ganjitsu. Secara umum tahun baru di Jepang dirayakan selam 3 hari berturut-turut. Orang Jepang berfikir, tahun baru begitu penting karena januari adalah awal bulan dari suatu tahun. mereka beranggapan jika setiap tahun mempunyai keberuntungan sendiri-sendiri. Suatu tahun baru diawali dengan dengan semangat penuh harapan dan kegembiraan. Selama tahun baru masyarakat Jepang berusaha untuk berperilaku yang baik, tidak terlibat dalam suatu hal-hal yang buruk seperti berkelahi atau mengggunjing orang lain. Mereka juga percaya keseriusan mereka dalam peringatan tahun baru itu akan menentukan masa depan mereka nantinya.

Selama perayaan tahun baru, masyarakat Jepang tidak disibukkan dengan memasak, mencuci dan membersihkan rumah, hal ini sangat menguntungkan bagi ibu rumah tangga. Mereka juga menyantap apa yang dinamakan osechi ryori, hidangan dalam osechi ryori umumnya terdiri dari sup yang berisi kue-kue, beras dan sake khusus yang disebut toso, sebuah hidangan khusus tahun baru yang telah mereka persiapkan pada akhir Desember menjelang perayaan tahun baru tersebut orang Jeapang biasanya tak

lupa untuk saling mengunjungi sanak famili, teman dan kenalan..

Toso merupakan sake yang mengandung, rempah-rempah yang sangat baik untuk kesehatan. Selama masa tahun baru orang-orang cenderung banyak makan dan minum sehingga sistem pencernaan jadi terganggu, selain itu cuaca yag dingin membawa dampak yang tidak baik untuk kesehatan . Minum toso dapat mencegah dan mengobati berbagai penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan dan saluran pernafasan, pada masyarakat Jepang terdapat kepercayaan bahwa dengan minum toso pada tahun baru mereka akan diberkati umur panjang dan akan terhindar dari berbagai penyakit selama setahun ke depan.

Masyarakat Jepang juga mempunyai tradisi mengadakan pesta di akhir tahun yang dikenal dengan bonenkai,pesta selalu identik dengan minum sake, karena “Minum” merupakan cara orang Jepang melupakan semua kesedihan dan kenangan buruk, misalnya perrtengkaran dan perusuhan yang terjadi antara sesama teman. Bonenkai

diadakan dengan harapan agar segala yang tidak baik dapat dilupakan sehingga dapat menghadapi tahun baru dengan hal-hal yang baik dan jiwa yang baru.

2 Fungsi Sake Dalam Upacara Daur Hidup

Daur hidup adalah sesuatu yang berhubungan dengan kelahiran sampai kepada kematian, di Jepang upacara daur hidup selalu di rayakan misalnya pada acara san-san kudo dan yukan.

San-san kudo adalah suatua acara ritual yang dilakukan oleh pasangan pengantin dalam upacara pernikahan Shinto.san-san kudo berarti tiga-tiga sembilan kali, bagi orang jepang angka 3 dan 9 adalah angka ganjil yang dapat membawa keberuntungan.

Mangkuk yang digunakan untuk minum sake dalam san-san kudo disebut sakazuki

disusun tiga tingkat mulai dari yang terbesar sampai ukuran yang terkecil, sakazuki yang paling kecil terletak paling atas melambangkan surga, sakazuki yang ditengah berukuran sedang melambangkan bumidan sakzuki paling besar disusun paling bawah dan melambangkan manusia. San-san kudo dibimbing oleh seorang pendeta yang menuangkan sake kedalam sakazuki “surga” dengan tiga kali tuang yang kemudian diberikan kepada pengantin wanita yang diminum dalam tiga kali sesapan, selanjutnya pendeta menggilirkannya kepada pengantin pria, hal ini terus dilakukan secara berrgiliran , hingga keseluruahnyya pengantin mencapai sembilan kali sesapan. Ritual san-san kudo

adalah simbol komunikiasi dengan dewa yang menandakan pernikahan kedua pengantin tealah direstui oleh dewa dan disahkan sebagai suami-istri. Oleh karena itu ritual ini merupakan bagian terpenting dalam upacara prnikahan tradisional Jepang.

Setiap orang tidak terlepas dari perbuatan dosa selama ia menjalani kehidupannya di dunia ini. Karena itu tubuh dan jiwa orang yang baru meninggal berada dalam keadaan tercemar akibat perbuatan dosa yang dilakukan semasa hidupnya. Bagi orang Jepang kematian adalah sesuatu kejadian yang bersifat cemar, yang disucikan melalui suatu pemandian khusus. Yukan adalah pemandian khusus jenazah untuk membersihkan jiwa dan raga oranng yang meninggal dari pencemaran kematian. Brayant(2003:256) dalam bukunya “ Handbook of death and dying” mengatakan bahwa menyiram sake pada ritual

yukan berfungsi membersihkan cemar kematian akibat dosa-dosa yang dilakukan seseorang selama masa hidup agar dia diterima oleh dewa pada kehidupan setelah kematian.

keseluruh tubuh jenazah, setelah itu mayat di bersihkan secara keseluruhan dengan menggunakan air hangat, dewasa ini dikota-kotabesar yukan dikembangkan dengan konsep modern, mayat dimandikan layaknya orang hidup dengan mempergunakan shampo dan sabun sehingga memberikan kesan bersih pada mayat yang sudah dimandikan, kendati demikian pelaksanaan yukan dapat berbeda-beda, tergantung kebiasaan yang dilakukan oleh masing-masing daerah..

Roh orang yang baru meninggal akan jatuh kedalam dunia kesusahan , persembahan sesajian yang terdiri dari makanan dan minuman yang digemarinya sewaktu dia hidup dapat membantunya keluar dari dunia tersebut. Tanpa sesajian dari keluarga, maka roh tersebut akan tetap berada di alam kesusahan dan menjadi roh gentayangan, roh keluarga yang tetap berada di alam kesusahan akan mempengaruhi kesejahteraan anggota keluarga yang masih hidup, hal ini memperlihatkan saling ketergantungan antara orang yang sudah meninggal dengan keluarga yang masih hidup, orang yang sudah meninggal membutuhkan sesajian dari keluarganya agar rohnya dapat meninggalkan dunia kesusahan dan berubah menjadi dewa leluhur, dan keluarga yang masih hidup membutuhkan perlindungan dari leluhur agar seluruh keluarga dapat terhindar dari marabahaya, tempat untuk meletakkan persembahan untuk leluhur disebut dengan

butsudan , pada butsudan selalu diletakkan sesajian yang berupa kue-kue dan minuman dalam kehidupan sehari-hari orang jepang seperti sake dan teh., butsudan adalah altar budha sebagai tempat memuja dan menyembahyangi roh leluhur serta anggota keluarga yang sudah meninggal.

Sedangkan kamidana adalah altar pemujaan Shinto, kamidana digunakan untuk memuja dewa-dewa dalam kepercayaan Shinto, persembahan sesajian berupa kue dan

sake, diletakkan pada altar sebagai upaya menyenangkan dewasehingga memberikan kesejahteraan dan keberhasialan pada seluruh anggota keluarga. Persembahan sake dalam sesajian baik pada butsudan maupun kamidana adalah sebagai minuman yang disakralkan dan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan upacara-upacara yang ada di Jepang

3.2.2 Izakaya

Bagi masyarakat Jepang, meneguk minuman beralkohol sudah menjadi budaya keseharian mereka. Sake, Shochu, Hopposhu, bir, dan anggur biasa untuk dikonsumsi semua kalangan. Mereka biasa minum di rumah, di bar, dan juga di warung minum khas Jepang yang disebut Izakaya. Izakaya berasal dari kata sakaya atau sake shop, di depannya mendapat tambahan huruf I hingga memiliki arti toko sake dan para pelanggan bisa minum-minum di sana. Fungsinya mirip seperti warung kopi Indonesia, perbedaanya adalah yang dijual adalah minuman beralkohol. Dalam bahasa sehari-hari Izakaya disebut

Akachōchin atau lentera merah hal ini disebabkan zaman dulu, banyak Izakaya memajang lentera merah di bagian depan kedainya, tapi sekarang sudah jarang. Izakaya kini lebih banyak berbentuk bar atau restoran tak resmi yang menyediakan sake serta beragam menu kecil seperti robata, sashimi, tempura dan yakitori atau segala jenis hidangan padanan minuman beralkohol. Izakaya termasuk warung populer di kalangan masyarakat Jepang, baik di kota-kota besar maupun daerah. Masyarakat kosmopolitan seperti di Tokyo sangat senang untuk mengunjungi Izakaya setelah menjalani hari sibuk. Bagi mereka Izakaya berfungsi ganda yaitu sebagai tempat minum sekaligus tempat bersantai, karena itulah Izakaya ramai dikunjungi setelah jam kantor. Para pengunjungnya pada umumnya adalah kalangan oranng tua dan pelajar 17 tahun keatas. Seiring kebutuhan

Dokumen terkait