• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Dermatitis

2.4.1.2 Fungsi Kulit

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai berikut (Wasitaatmadja, 2007) : a) Fungsi Proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanis, misalnya tekanan dan gesekan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam dan alkali kuat lainnya; gangguan yang bersifat panas dan gangguan infeksi dari luar.

Hal tersebut dimungkinkan karena adanya bantalan lemak dan tebalnya lapisan kulit. Melanosit berperan dalam melindungi kulit dari terhadap pajanan sinar matahari.

b) Fungsi Pengatur Suhu

Kulit melakukan pengaturan suhu dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik.

c) Fungsi Penyerapan

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak. Kemampuan penyerapan kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban dan metabolisme.

d) Fungsi Persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan Krause yang terletak di dermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis.

e) Fungsi Ekskresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh. Produk kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6,5.

f) Fungsi Pembentukan Pigmentasi

Sel pembentuk pigmen terletak di lapisan basal. Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit dan karoten.

g) Fungsi Pembentukan Vitamin D

Pembentukan vit. D dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari.

2.4.2 Definisi Dermatitis

Dermatitis merupakan penyakit inflamasi superfisial kulit baik karena faktor endogen maupun eksogen. Secara morfologis, perubahan dermatitis akut atau kronik adalah spesifik dan dapat dikenali (Harnowo, 2001).

Jenis dermatitis berdasarkan penyebab, antara lain (Harnowo, 2001) : A. Faktor Eksogen 1) Dermatitis kontak 2) Dermatitis fotokontak B. Faktor Endogen 1) Dermatitis atopik 2) Dermatitis numuler 3) Dermatitis seborea 4) Dermatitis stasis 2.4.2.1 Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak merupakan inflamasi yang diakibatkan oleh kontak kulit dengan bahan eksternal baik alergen kimiawi atau iritan mekanis (Harnowo, 2001). Menurut Djuanda (2007) terdapat dua macam dermatitis kontak, yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik, keduanya dapat bersifat akut maupun kronis.

Menetapkan penyebab dermatitis kontak tidak selalu mudah dikarenakan banyak sekali kemungkinan yang ada. Selain itu banyak yang tidak tahu atau menyadari seluruh zat-zat kimia yang bersentuhan dengan kulit mereka. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergik terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi (Djuanda, 2007).

2.4.2.1.1 Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak iritan adalah peradangan pada kulit karena berkontak dengan bahan iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup. Sedang iritan adalah substansi yang pada kebanyakan orang dapat mengakibatkan kerusakan sel bila dioleskan untuk waktu tertentu dengan konsentrasi tertentu (Harnowo, 2001). Menurut Djuanda (2007) dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan usia, ras dan jenis kelamin. Kelainan kulit yang terjadi ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang), gesekan, trauma fisis, suhu dan kelembaban lingkungan kerja serta adanya faktor individu berupa ketebalan kulit, usia, ras dan jenis kelamin.

Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Gejala klinis pada kelainan kulit yang terjadi sangat beragam, bergantung pada sifat iritan. Iritan kuat memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis. Berdasarkan penyebab dan pengaruhnya dermatitis kontak iritan dapat dibagi menjadi 3 macam, antara lain (Djuanda, 2007) :

a. Dermatitis Akut

Luka bakar oleh bahan kimia juga termasuk dermatitis kontak iritan akut. Penyebab dermatitis iritan akut adalah iritan kuat, misalnya larutan asam kuat dan basa kuat. Biasanya reaksi kelainan terjadi langsung setelah kontak. Intensitas reaksi sebanding dengan konsentrasi dan lama kontak dengan iritan, terbatas pada tempat kontak. Kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, eritema edema, bula, mungkin juga nekrosis. Pinggir kelainan kulit berbatas tegas, dan pada umumnya asimetris.

b. Dermatitis Akut Lambat

Gambaran klinis dan gejala sama dengan dermatitis kontak iritan akut tetapi baru muncul 8-24 jam atau lebih setelah kontak. Bahan iritan yang dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan akut lambat, misalnya podofilin, antralin, etilen oksida, dan asam hidrofluorat.

c. Dermatitis Kontak Iritan Kumulatif

Jenis dermatitis kontak ini paling sering terjadi, disebut juga dermatitis iritan kronis. Penyebabnya ialah kontak berulang-ulang dengan iritan lemah (faktor fisis maupun bahan kimia, misalnya deterjen, sabun dan pelarut). Dermatitis kontak iritan kumulatif mungkin terjadi karena kerjasama berbagai faktor. Kelainan baru nyata setelah kontak berminggu-minggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun.

Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal dan likenifikasi. Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak. Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit kering sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian. Dermatitis kontak iritan kumulatif

sering berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu lebih banyak ditemukan di tangan dibandingkan dengan di bagian lain tubuh.

Tabel 2.2

Iritan yang Sering Menimbulkan Dermatitis Kontak Iritan

No. Bahan Iritan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Asam kuat (hidroklorida, hidroflorida, asam nitrat, asam sulfat)

Basa kuat (kalsium hidroksida, natrium hidroksida, kalium hidroksida) Detergen Resin epoksi Etilen oksida Fiberglass Minyak (lubrikan) Pelarut-pelarut organik Agen oksidator Serpihan kayu

Sumber : Keefner, K.P. 2004 dalam Agung S 2008. Dermatitis Kontak Swamedikasi

2.4.2.1.2 Dermatitis Kontak Alergi

Terjadi pada orang-orang yang telah mengalami sensitisasi dengan bahan-bahan alergen atau suatu peradangan kulit yang terjadi karena proses imunologik yaitu hipersensitivitas tipe lambat (Djuanda, 2007). Syarat-syarat dari alergen pada dermatitis kontak :

1. Asing bagi tubuh

2. Harus dapat berdifusi melalui kulit (epidermis).

3. Harus dapat mengikat diri dengan protein/asam-sama amino kuat sehingga membentuk kompleks antigen.

Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergi lebih sedikit karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka (hipersensitif). Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung

pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti edema dan papulovesikel. Sedangkan dermatitis kontak alergi kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan batasnya tidak jelas karena dapat meluas ke tempat lain (Djuanda, 2007).

Tabel 2.3

Alergen yang Sering Menimbulkan Dermatitis Kontak Alergi

Alergen Uji Patch Positif Sumber Antigen

Benzokain Garam kromium Lanolin Latex Bacitracin Kobal klorida Formaldehid Tiomersal Pewangi Balsam peru Neomisin sulfat Nikel sulfat Tanaman 2 2,8 3,3 7,3 8,7 9 9,3 10,9 11,7 11,9 13,1 14,2 Tidak ditentukan

Penggunaan anastetik tipe-kain, baik pada penggunaan topikal maupun oral

Plat elektronik kalium dikromat, semen, detergen, pewarna

Lotion, pelembab, kosmetik, sabun Sarung tangan karet, vial, syringes Pengobatan topikal maupun injeksi Semen, plat logam, pewarna cat Germisida, plastik, pakaian, perekat Pengawet dalam sediaan obat, kosmetik Produk rumah tangga, kosmetik, asam sinamat, geraniol

Sirup untuk obat batuk, penyedap

Pengobatan, salep antibiotik, aminoglikosida

Aksesoris pada celana jeans, pewarna, perabot rumah tangga, koin

Spesies toxicodendron (racun ivy, oak, sumac), primrose, tulip

Sumber : Keefner, K.P 2004 dalam Agung S 2008. Dermatitis Kontak Swamedikasi

Secara umum, tingkat keparahan dermatitis kontak alergi dapat dibagi menjadi tiga (Agung S, 2008) :

a) Dermatitis ringan

Dermatitis ringan secara karakteristik ditandai oleh adanya daerah gatal dan eritema yang terlokalisasi, kemudian diikuti terbentuknya vesikel dan bulla yang biasanya letaknya membentuk pola linier. Bengkak pada kelopak mata juga sering

terjadi, namun tidak berhubungan dengan bengkak di daerah terpapar, melainkan akibat terkena tangan yang terkontaminasi urosiol. Secara klinis, pasien mengalami reaksi di daerah bawah tubuh dan lengan yang kurang terlindungi.

b) Dermatitis sedang

Selain rasa gatal, eritema, papul dan vesikel pada dermatitis ringan, gejala dan tanda dermatitis sedang juga meliputi bulla dan bengkak eritematous dari bagian tubuh.

c) Dermatitis berat

Dermatitis berat ditandai dengan adanya respon yang meluas ke daerah tubuh dan edema pada ekstremitas dan wajah. Rasa gatal dan iritasi yang berlebihan, pembentukan vesikel, blister dan bulla juga dapat terjadi. Selain itu, aktivitas harian pasien dapat terganggu, sehingga kadangkala membutuhkan terapi yang segera, khususnya dermatitis yang telah mempengaruhi sebagian besar wajah, mata ataupun genital. Komplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi ialah eosinofilia, serima multiform, sindrom pernafasan akut, gangguan ginjal, dishidrosis dan uretritis.

2.4.2.2 Dermatitis Fotokontak

Dermatitis ini merupakan reaksi iritasi/alergi yang terjadi pada daerah yang terpajan sinar matahari. Gejala yang mungkin dialami ialah rasa gatal dan perih (Harnowo, 2001).

Dokumen terkait