• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TOPOGRAFI, DEMOGRAFI

3.5 Fungsi

3.5.1 Fungsi ritual Penjemputan oleh Lengser

Fungsi ritual ini dibagi menjadi tiga yaitu fungsi dalam bidang

pendidikan/pedagogis. Fungsi dalam bidang religi, dan fungsi dalam bidang sosial.

a. Fungsi Pendidikan

Dalam bidang pendidikan ritual ini bisa dijadikan bahan penelitian

untuk tugas-tugas dalam bidang kebudayaan.

b. Fungsi Religiositas

Dalam bidang religi, ritual ini merupakan perwujudan doa yang ingin

diberikan oleh orang tua kepada pasangan pengantin. Doa akan membuat

pasangan pengantin merasa lebih bisa untuk menghadapi kehidupan yang

belum pernah mereka lakukan.

c. Fungsi Sosial

Dalam bidang sosial, masyarakat akan mengetahui bahwa masih ada

budaya dalam pernikahan adat Sunda dan hal ini bisa terus dilanjutkan

3.5.2 Fungsi Acara Ngabageakeun (penyambutan) a. Fungsi Pendidikan/Pedagogis Ngabageakeun

Acara ngabageakeun (penyambutan) secara pedagogis mengandung

makna pemahaman acara ngabageakeun secara menyeluruh yang terdiri

dari penjemputan pengantin wanita dari kamar oleh orangtua, lalu duduk

di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang

berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Hal ini menyimbolkan

bahwa orangtua memberi doa restu atas pernikahan anak-anaknya.

b. Fungsi Religi Ngabageakeun

Fungsi acara ngabageakeun (penyambutan) secara religius ialah (1)suka

cita orang tua atas anaknya karena telah melepas masa lajang, (2)orang tua

melepaskan anaknya yang akan menikah dan memulai hidup baru. Ini

merupakan simbol lepasnya orang tua dari tanggung jawab kepada Tuhan

karena telah berhasil mendidik anaknya dengan baik.

c. Fungsi Sosial Ngabageakeun

Fungsi sosial acara ngabageakeun (penyambutan) adalah (1) terjalinnya

hubungan yang erat antarkeluarga dari kedua mempelai, dan merupakan

(2) nilai bakti dan tanggung jawab antara anak dan orang tua serta di

3.5.3 Fungsi acara pemberian wejangan

a. Fungsi Pedagogis Pemberian Wejangan

Pemberian wejangan dalam upacara pernikahan secara pedagogis

mengandung makna orangtua akan selalu mendidik anaknya hingga sang

anak akan memulai kehidupannya sendiri.

b. Fungsi Religi Pemberian Wejangan

Fungsi religius dari pemberian wejangan ialah ayah (orang tua)

memberikan nasihat-nasihat kepada anak supaya bisa membentuk

keluarga baru yang rukun dan dapat menyelesaikan masalah-masalah

sesuai dengan ajaran agama.

c. Fungsi Sosial Pemberian Wejangan

Fungsi sosial pemberian wejangan adalah pendewasaan diri pengantin

wanita supaya bisa membentuk keluarga baru sekaligus ini juga

merupakan simbol bimbingan terakhir dari orang tua mereka.

3.5.4 Fungsi acara saweran

a. Fungsi pendidikan yang ada dalam acara ini menjelaskan bahwa sebuah

doa, nasihat bisa ditembangkan agar lebih menarik dan bisa menjadi

sebuah karya seni yang indah.

b. Dalam religi, berfungsi sebagai permohonan kepada Tuhan untuk

langgeng sampai mencapai usia senja.

c. Fungsi sosial agar orang-orang di sekitar mengetahui tata cara pernikahan

dan turut memberikan doa restu kepada pasangan pengantin yang baru saja

menikah.

3.5.5.Fungsi acara nincag endog

a. Fungsi pedagogis nincak endog yaitu bagi remaja putri secara khusus harus

menjaga mahkota kewanitaannya agar kelak bila suatu saat melangsungkan

pernikahaan dapat memperoleh kebahagiaan lahir batin karena dilakukan

dengan sukacita.

b. Fungsi religi nincak endog yaitu kesucian seorang wanita akan lebih

berharga apabila diberikan kepada suami yang telah sah baik secara hukum

maupun agama. Dalam adat sunda seorang calon mempelai pria menjunjung

tinggi keperawanan calon istrinya yang dilambangkan dengn telur dalam

upacara nincak endog.

c. Fungsi sosial nincak endog khususnya menginjak telur dan mencuci kaki

pengantin pria sementara ibu jari pengantin pria menempel pada dahi

pengantin pria merupakan perlambang kesetiaan dan kepatuhan seorang

istri, juga melambangkan relasi personal saling menghargai dan

3.5.6 Fungsi acara ngaleupaskeun japati

a. Fungsi Pendidikan Ngaleupaskeun Japati

Fungsi pendidikan ngaleupaskeun japati (melepas merpati)adalah sebagai

pengajaran supaya untuk mempercayai, hidup rukun, setia. Seperti merpati

yang di lepaskann pada waktu ritual selalu terbang bersama-sama.

b. Fungsi Religi Ngaleupaskeun Japati

Fungsi religi ngaleupaskeun japati (melepas merpati) adalah doa yang

dipanjatkan sebelum merpati dilepaskan diiringi dengan doa yang khusuk

atau doa permohonan.

c. Fungsi Sosial Ngaleupaskeun Japati

Fungsi sosial ngaleupaskeun japati (melepas merpati) adalah agar

masyarakat mengetahui bahwa pada hari itu tengah diadakan ritual

pernikahan yang di dalamnya memiliki nilai kesucian yang tinggi dengan

kebiasaan-kebiasaan yang positif yang dilambangkan burung merpati yang

warnanya putih bersih

3.5.7 Fungsi acara Buka Pintu

a. Fungsi Pedagogis Buka Pintu

Fungsi pedagogis buka pintu ialah agar kita bisa mengajarkan kepada

sembarangan membuka pintu karena kita tidak tahu yang datang akan

bermaksud baik atau buruk.

b. Fungsi Religi Buka Pintu

Secara religius, buka pintu berfungsi agar kita selalu terbiasa

mengucapkan salam saat bertamu maupun saat menerima tamu, seperti

mengatakan asalamualaikum bagi umat Muslim.

c. Fungsi Sosial Buka Pintu

Fungsi sosial buka pintu mengajarkan kita untuk saling bertegur sapa, agar

terjalin kerjasama, keharmonisan, dan saling menghormati. Dalam acara

buka pintu, seorang pria mengetuk pintu tiga kali mempunyai tujuan agar

mengetahui itu yang di dalam rumah benar-benar istrinya.

3.5.8 Fungsi acara sungkem

a. Fungsi Pedagogis Sungkem

Fungsi sungkem dalam pendidikan mempunyai arti bersujud kepada orang

tua merupakan salah satu cara menunjukkan bakti atau terima kasih,

permintaan maaf dan mohon doa restu seorang anak kepada kedua orang

tuanya.

b. Fungsi Religi Sungkem

Secara religius fungsi sungkem yaitu (1) bagi orang tua; orang tua akan

selalu bahagia dalam kehidupannya yang baru. (2) bagi anak; anak

meminta doa restu dan mengucapkan syukur kepada orang tua karena

telah membesarkan mereka dengan baik dan meminta restu supaya

pernikahan mereka selalu dalam lindungan Tuhan.

c. Fungsi Sosial Sungkem

Fungsi sosial sungkem adalah rasa hormat kepada orang tua kita dan bisa

dilakukan kapan saja saat kita meminta restu tidak hanya kepada orang tua

yang telah melahirkan kita tetapi juga bisa kita lakukan terhadap

orang-orang yang kita hormati dan kita sayangi.

3.5.9 Fungsi acara Meuleum Harupat

a. Fungsi Pendidikan Meuleum Harupat

Fungsi pendidikan dalam ritual meuleum harupat ialah mengeliminasi

sifat-sifat pemarah dan tak terpuji yang dilambangkan dengan lidi yang

terbakar demi rumah tangga yang rukun selalu. Setelah api padam,

harupat dipatahkan lalu dibuang dan kendi dipecahkan oleh pengantin

berdua. Hal ini berarti, masalah yang telah selesai harus segera

dilupakan/dihilangkan, jangan diungkit lagi di kemudian hari.

b. Fungsi Religi Meuleum Harupat

Fungsi religius ritual meuleum harupat yaitu menjaga keluarga atau

pertengkaran. Semua masalah akan bias diselesaikan terlebih bila kita

berserah kepada Tuhan.

c. Fungsi Sosial Meuleum Harupat

Fungsi sosial dalam melaksanakan meuleum harupat yaitu jalinan relasi

inter-personal dalam keluarga yang saling memahami dan ada yang

mengalah agar masalah tidak berkembang semakin besar. Akan lebih baik

lagi jika kita juga bisa melakukannya di dalam lingkungan masyarakat.

3.5.10 Fungsi acara huap lingkung

a. Fungsi Pedagogis Huap Lingkung

Fungsi huap lingkung bagi pendidikan adalah pada saat kita kecil hingga

dewasa kita masih bergantung kepada orang tua, tetapi setelah menikah

kita harus bias hidup mandiri dan tidak merepotkan orang tua kita lagi.

b. Fungsi Religi Huap Lingkung

Secara religius, huap lingkung adalah meminta restu kepada orang tua

ataupun mertua atas nama Tuhan, untuk membina keluarga baru yang

penuh dengan kasih sayang, mandiri, dan sejahtera. Bagi orang tua ini

berarti melepaskan anak-anaknya untuk memulai hidup baru atau

c. Fungsi Sosial Huap Lingkung

Fungsi sosial dari huap lingkung adalah pelepasan tanggung jawab orang

tua kepada anaknya. Setelah menikah kita harus bisa hidup mandiri dan

tidak bergantung kepada orang tua.

3.5.11 Fungsi acara pabetot-betot bakakak

a. Fungsi Pendidikan Pabetot-Betot Bakakak

Fungsi pendidikan dari ritual pabetot-betot bakakak sebagai simbol

bahwa rejeki, meski yang mendapatkan adalah salah satu mempelai, harus

bisa dinikmati bersama. Kita harus bersikap adil dalam membagi rejeki.

Jangan sampai kita memperdebatkan masalah rejeki.

b. Fungsi Religi Pabetot-Betot Bakakak

Fungsi ritual pabetot-betot bakakak secara religius mengandung makna

segala rejeki yang dihasilkan tidak lepas dari perlindungan dan berasal

dari Tuhan. Ini merupakan pemberian yang harus disyukuri serta

dinikmati bersama-sama.

c. Fungsi Sosial Pabetot-Betot Bakakak

Fungsi sosial ritual pabetot-betot bakakak, yaitu di dalam berkeluarga

kedua mempelai harus saling berbagi rejeki. Apa yang telah hasilkan harus

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan uraian di depan, penulis menyimpulkan beberapa

hal sebagai berikut:

Pertama, persiapan ritual sawer dalam pernikahan adat Sunda di Kecamatan

Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, antara lain: persiapan waktu, persiapan

tempat, persiapan benda yang akan digunakan dalam ritual sawer dan persiapan

penyelenggara atau orang-orang yang terlibat dalam ritual sawer. Waktu ritual sawer

akan dilakukan setelah akad nikah dilaksanakan sehingga persiapannya merupakan

bagian dari persiapan acara pernikahan itu sendiri. Waktunya biasanya akan

diperbincangkan beberapa bulan sebelumnya terlebih dahulu oleh kedua belah pihak

orang tua dari pengantin. Tempat diadakannya ritual sawer biasanya tergantung

dimana akad nikah dan pesta akan dilakukan. Apabila akad nikah dan pesta dilakukan

di rumah maka ritual sawer juga akan dilakukan di rumah. Demikian juga bila akad

nikah dan pesta diadakan di gedung maka ritual sawer pun diadakan di gedung.

Karena hal itu maka biasanya persiapan tempat akan dilakukan sekaligus dengan

persiapan-persiapan akad nikah dan pesta. Persiapan benda-benda yang akan

bokor yang berisikan benda-benda yang akan disawerkan kepada pasangan

mempelai. Benda-benda yang akan disawerkan berupa biji-bijian (kacang tanah,

jagung), beras, kunyit yang diiris-iris, uang logam, permen dan perlengkapan makan

sirih (daun sirih, kapur sirih, jambe, tembakau). Orang yang menyawer biasanya

adalah orang yang dituakan dan dianggap bisa memberikan contoh yang baik kepada

masyarakat. Persiapan yang akan dilakukan penyawer adalah berdoa secara pribadi

kepada Tuhan, memohon izin untuk melakukan ritual sawer agar berjalan lancar.

Pasangan pengantin yang akan disawer karena sebelumnya sudah melakukan acara

siraman dan ijab Kabul di Masjid atau pemberkatan di Gereja maka tidak

memerlukan persiapan-persiapan khusus.

Kedua, pelaksanaan ritual saweran. Pelaksanaan ritual sawer dimulai dengan

penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita (lengser). Kemudian

acara ngabageakeun (penyambutan), lalu pemberian wejangan dari ayah pengantin

wanita atau keluarga yang dituakan. Setelah itu ritual saweran, dan dilanjutkan

dengan Nincak endog. Kemudian acara Ngaleupaskeun Japati, kemudian Buka

pintu, setelah itu acara Meuleum Harupat, Huap Lingkung, dan Pabetot-betot

bakakak.

Ketiga, makna proses ritual sawer dalam pernikahan adat Sunda di

Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Makna penjemputan oleh

Lengser adalah menjelaskan bahwa dalam sebuah rumah tangga yang baru saja

menyambut kedatangan anaknya beserta menantunya karena seorang menantu akan

dianggap sebagai anak kandung oleh orang tuanya. Makna dalam acara pemberian

wejangan adalah mengetahui hubungan antara anak dan orang tua haruslah baik

jangan sampai ada perselisihan, itu di wujudkan dengan nasehat-nasehat orang tua

kepada anaknya. Makna dalam acara saweran adalah memberikan nasihat dan doa

kepada pasangan pengantin agar bisa menjadi keluarga baru yang baik, selalu

berkecukupan, dan selalu dalam lindungan Tuhan. Makna dalam acara nincak endog

adalah sebagai awal kehidupan. Dari telurlah nantinya muncul daging, darah, dan

nyawa. Secara luas telur melambangkan kesuburan atau lambang keperawanan

seorang wanita. Makna dalam acara ngaleupaskeun japati adalah orang tua juga akan

melepaskan anak mereka untuk memulai kehidupan mereka sendiri agar mandiri,

sekaligus juga ingin mengabarkan kepada masyarakat bahwa mereka melepaskan

anak mereka kepada masyarakat. Makna dalam acara buka pintu adalah dalam suatu

keluarga selalu waspada apabila menerima tamu selalu bertanya terlebih dahulu agar

kita mengetahui yang datang orang yang kita kenal atau tidak, orang baik atau orang

jahat. Makna dalam acara sungkem adalah salah satu cara berterima kasih, meminta

maaf, dan meminta berkat atau restu. Makna dalam acara meuleum harupat adalah

sifat-sifat pemarah dan tak terpuji yang dilambangkan dengan lidi yang terbakar,

harus segera disiram dengan air atau dihilangkan bila ingin rumah tangganya rukun

selalu. Makna dalam acara huap lingkung adalah suapan kasih sayang dari kedua

betot bakakak adalah upaya kerja sama dalam mengatur keluarga; dalam mengatur

rejeki kedua mempelai diharapkan agar kelak dapat saling berbagi. Tidak menjadi

masalah siapa yang menghasilkan lebih banyak. Rejeki tetap dinikmati bersama.

Keempat, fungsi ritual sawer dalam pernikahan adat Sunda di Kecamatan

Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Fungsi dibagi menjadi tiga, yaitu: fungsi

pendidikan; fungsi yang berhubungan dengan dunia pendidikan tentang ritual sawer,

fungsi religi; fungsi yang mengandung nilai-nilai keagamaan dan norma-norma

agama, dan yang terakhir adalah fungsi sosial; fungsi yang berhubungan dengan

masyarakat umum.

4.2 Saran

Banyak hal yang masih bisa digali dari ritual pernikahan adat Sunda di Daerah

Sukabumi Jawa Barat, salah satunya adalah acara sebelum ritual pernikahan

dilaksanakan yaitu rangkaian acara neundeun omong. Karena hal itu penulis berharap

agar peneliti-peneliti selanjutnya dapat lebih mendalam melakukan penelitian tentang

ritual sawer dalam pernikahan adat Sunda di Kecamatan Cicurug, Kabupaten

Daftar Pustaka

Agoes, Artati. 2003. Perkawinan Adat Sunda. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi III. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1979. Metodologi Research. Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Kecamatan, Staf. 2007. Buku Penelitian Statistik. Kecamatan Cicurug.

Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Koentjaraningrat. 1964. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Penerbitan Universitas Djakarta

Kuntowijoyo, Dr. 1987. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Mengenai tata letak geografis kota Sukabumi. Didownload dari:

http://www.sukabumikota.go.id/geografi.asp.

Moeliono, M. Anton dkk. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Muchtar, R.H. Uton dan Ki Umbara. 1987. Modana. Bandung: PT. Mangle Panglipur.

Nugroho, Joko. 2007. Proses dan Fungsi Ritual Tirakatan di Petilasan Sri Aji Jayabaya Desa Menang Kota Kediri Propinsi Jawa Timur Sebuah Kajian

Folklor. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,

Universitas Sanata Dharma

Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Santosa, F.X, dkk. 2004. Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Saputra, Fransiskus Dasa. 2008. Reyog Ponorogo Kajian Genealogis dan Proses

Ritual. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,

Universitas Sanata Dharma

Soelaeman, Ir. M. Munandar. 1992. Ilmu Budaya Dasar: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Eresco.

Taum, Yoseph Yapi. 2002. Hakikat dan Metodologi Penelitian Sastra Lisan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Sanata Dharma.

Topografi dan Demografi Kota Sukabumi. Didownload dari:

http://www.sukabumikota.go.id/geografi.asp.

Lampiran 1

DAFTAR PERTANYAAN

Nama Nara Sumber : Jenis Kelamin :

Usia :

Tempat Tinggal : Pekerjaan :

1. Daftar Pertanyaan untuk Penyawer

a. Bagaimana cara mempersiapkan ritual Sawer dalam upacara pernikahan di daerah Sukabumi Jawa Barat?

b. Apa yang anda lakukan sebelum, saat, dan sesudah melakukan ritual Sawer?

c. Apa makna yang terkandung dalam ritual Sawer? d. Apa saja yang disawerkan kepada pasangan pengantin?

e. Adakah makna, maksud dan fungsi dari barang-barang yang disawerkan? f. Apakah ada sesaji yang disertakan dalam ritual Sawer?

g. Adakah doa-doa khusus untuk ritual Sawer dan sesajinya? h. Apa saja doa-doa yang terkandung didalamnya?

i. Apakah ritual Sawer memang harus dilakukan dalam upacara pernikahan di daerah Sukabumi Jawa Barat?

j. Apakah tujuan dari diadakannya ritual Sawer?

k. Apakah dalam ritual Sawer terdapat hal-hal yang gaib? l.. Adakah mitos dalam ritual Sawer?

2. Daftar Pertanyaan untuk pasangan pengantin yang disawer

a. Apa saja persiapan yang dilakukan saat akan disawer? b. Apa yang anda lakukan sebelum, saat, dan setelah disawer? c. Apakah ada doa-doa khusus sebelum disawer?

d. Apa yang anda rasakan setelah merasakan disawer? e. Menurut anda apa fungsi ritual Sawer itu?

f. Perlukah ritual Sawer itu diadakan? g. Adakah mitos dalam ritual Sawer?

3. Daftar Pertanyaan untuk para Tamu

a. Apa yang anda ketahui tentang ritual Sawer dalam upacara pernikahan? b. Menurut Anda perlukah adanya ritual Sawer diadakan?

c. Adakah yang anda lakukan setelah melihat ritual Sawer? d. Apa kesan anda saat anda menyaksikan ritual Sawer? e. Menurut anda adakah mitos dalam ritual Sawer? .

Lampiran 2

DAFTAR NARA SUMBER

Nama Nara Sumber : Ibu Entin Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 55 thn Tempat Tinggal : Desa Cicurug Pekerjaan : Ustadjah Peran dalam ritual : Penyawer

Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Nama Nara Sumber : Bpk Lili Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 60 thn Tempat Tinggal : Desa Benda

Pekerjaan : Pengelola Restoran Peran dalam ritual : Penyawer

Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Nama Nara Sumber : Bpk. Achmad Djuarsah Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 60 thn Tempat Tinggal : Desa Caringin

Pekerjaan : Pegawai Dinas P dan K Peran dalam ritual : Penyawer

Nama Nara Sumber : Bpk. Sahli Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 65 thn Tempat Tinggal : Desa Cicurug Pekerjaan : Pensiunan PNS Peran dalam ritual : Orang tua pengantin

Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Nama Nara Sumber : Bpk. Anwar Tasman Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 62 thn Tempat Tinggal : Desa Cicurug Pekerjaan : Pedagang

Peran dalam ritual : Masyarakat umum / penonton ritual sawer Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Nama Nara Sumber : Ibu Sukendar Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 60 thn Tempat Tinggal : Desa Cicurug Pekerjaan : Pensiunan PNS Peran dalam ritual : Orang tua pengantin

Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Nama Nara Sumber : Teh Elin Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 28 thn Tempat Tinggal : Desa Parungkuda

Peran dalam ritual : Pengantin

Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Nama Nara Sumber : Teh Nira Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 33 thn Tempat Tinggal : Desa Kaum

Pekerjaan : Karyawan Indomaret Peran dalam ritual : Pengantin

Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Nama Nara Sumber : Bpk. Dedi Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 43 thn Tempat Tinggal : Desa Cicurug Pekerjaan : Guru SD

Peran dalam ritual : Masyarakat umum / penonton ritual sawer Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Nama Nara Sumber : Bpk. Solihin A.T. Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 50 thn Tempat Tinggal : Desa Cimalati Pekerjaan : Guru SLTP

Peran dalam ritual : Masyarakat umum / penonton ritual sawer Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Usia : 50 thn Tempat Tinggal : Desa Cicurug Pekerjaan : Perias Pengantin

Peran dalam ritual : Masyarakat umum / penonton ritual sawer Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Nama Nara Sumber : Hjh. Eneng Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 40 thn Tempat Tinggal : Desa Cicurug Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Peran dalam ritual : Masyarakat umum / penonton ritual sawer Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Nama Nara Sumber : Bpk. Udin Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 65 thn Tempat Tinggal : Desa Cicurug

Pekerjaan : Ketua RT 02 Desa Cicurug

Peran dalam ritual : Masyarakat umum / penonton ritual sawer Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Nama Nara Sumber : Ibu Entin Fatimah Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 54 thn Tempat Tinggal : Desa Cimalati Pekerjaan : Kepala Sekolah SD

Nama Nara Sumber : Hj. Anin Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 70 thn Tempat Tinggal : Desa Cicurug Pekerjaan : Pedagang

Peran dalam ritual : Masyarakat umum / penonton ritual sawer Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Nama Nara Sumber : Ibu Hjh. Watini Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 66 thn Tempat Tinggal : Kebon jati Pekerjaan : Juru masak

Peran dalam ritual : Masyarakat umum / penonton ritual sawer Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Nama Nara Sumber : Bpk. Dindin Sunardi Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 56 thn Tempat Tinggal : Desa Cicurug Pekerjaan : Ustad

Peran dalam ritual : Masyarakat umum / penonton ritual sawer Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Nama Nara Sumber : Ibu Anastasia Artanti Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 48 thn Tempat Tinggal : Desa Cicurug

Peran dalam ritual : Masyarakat umum / penonton ritual sawer Nama Pewawancara : Bernadette Andreyanti Febriana

Lampiran 3

FOTO ACARA PENJEMPUTAN LENGSER

LENGSER SEDANG MENEMBANGKAN KIDUNG SESAAT SEBELUM MENJEMPUT PENGANTIN

Lampiran 4

FOTO ACARA NGABAGEAKEUN (PENJEMPUTAN)

PENGANTIN PRIA DISAMBUT OLEH KELUARGA PENGANTIN WANITA

Lampiran 5

FOTO ACARA PEMBERIAN WEJANGAN

PEMBERIAN WEJANGAN OLEH PENYAWER

Dokumen terkait