• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nugget

Nugget adalah makanan yang pertama kali dikenalkan di Amerika Serikat sebagai makanan yang praktis dan cepat saji sesuai dengan aktivitas masyarakat yang padat (Nurzainah dan Namida, 2005). Nugget merupakan produk olahan dari daging giling, diberi penambahan bumbu, dicetak kemudian dilumuri dengan tepung roti pada bagian permukaannya dan digoreng (Syamsir, 2008).

Bahan utama pembuatan nugget biasanya berasal dari bahan pangan hewani yaitu daging ayam, daging sapi, dan ikan. Selain terbuat dari daging dan ikan, nugget juga dapat dibuat dari sayuran. Pengolahan sayur menjadi olahan lain dapat menjadi upaya meningkatkan minat konsumen khususnya anak-anak yang tidak menyukai sayur dan menambah nilai gizi produk karena terdapat kandungan vitamin, mineral, dan serat (Alamsyah, 2007).

Karakteristik produk nugget yang dihasilkan ditentukan oleh bahan dasar dan bahan pengisi yang digunakan. Bahan pengisi yang baik mengandung karbohidrat dan bahan pengikat dapat menyatukan semua bahan serta membentuk tekstur, salah satu bahan pengisi dan pengikat yang biasa digunakan pada produk olahan pangan yaitu tepung terigu dan tepung susu (Priwnindo, 2009).

Tepung terigu terbuat dari gandum yang diperoleh secara import karena peningkatan konsumsinya sepanjang tahun. Gandum sebagai bahan baku dalam pembuatan berbagai produk dapat menyebabkan masalah ketahanan pangan dan beresiko bagi penderita alergi gluten. Salah satu cara untuk mengurangi kebutuhan gandum pada pembuatan nugget adalah dengan substitusi tepung

6

tapioka dan jenis tepung lain, misalnya talas (Rizki, 2014). Persyaratan mutu

nugget menurut SNI 01-6683-2002 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persyaratan mutu nugget menurut SNI 01-6683-2002

Kriteria uji Satuan Persyaratan

Keadaan

Aroma - Normal, sesuai label

Rasa - Normal, sesuai label

Tekstur - Normal, sesuai label

Benda asing - Tidak boleh

Air %, b/b Maks. 60

Protein %, b/b Min. 12

Lemak %, b/b Maks. 20

Karbohidrat %, b/b Maks. 25

Kalsium (Ca) mg/100g Maks. 30

Bahan tambahan makanan

Pengawet -

Sesuai dengan SNI 01-0222-1995

Pewarna -

Cemaran logam berat

Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0

Tembaga mg/kg Maks. 20,0

Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0

Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0

Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,03

Cemaram Arsen (As) mg/kg Maks. 1,0

Cemaran Mikroba

Angka lempeng total Koloni/g Maks. 5x104

Coliform APM/g Maks. 10

E. Coli APM/g <3

Salmonella /25g Negatif

Staphylococcus Koloni/g Maks. 1x102

Sumber : (Badan Standarisasi Nasional, 2002). Keterangan: APM (Angka Lempeng Total).

Tepung Kedelai Germinasi

Kedelai termasuk salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang mengandung protein tinggi yang hampir sama baiknya dengan protein hewani. Manfaat mengkonsumsi kedelai bagi tubuh yaitu membantu melancarkan

7

pencernaan karena kandungan seratnya (Femina, 2008). Selain mengandung protein dan serat, jenis kacang-kacangan ini juga mengandung vitamin dan mineral (Dostalova, 2009). Komposisi kimia kedelai ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi kimia kedelai kering / 100 g

Komposisi Jumlah Kalori (kkal) 331,0 Protein (g) 34,9 Lemak (g) 18,1 Karbohidrat (g) 34,8 Kalsium (mg) 227,0 Fosfor (mg) 585,0 Besi (mg) 8,0 Vitamin A (SI) 110,0 Vitamin B1 (mg) 1,1 Air (g) 7,5 (Sumber : Koswara, 1992).

Kandungan gizi yang cukup tinggi pada kedelai tidak dapat dicerna dengan baik oleh tubuh menyebabkan pemanfaatannya belum optimal (Hutapea, 2007). Salah satu upaya meningkatkan daya cerna kedelai dapat dilakukan dengan menumbuhkan biji kedelai menjadi kecambah (Ikrawan, 2005). Pengecambahan atau germinasi merupakan salah satu proses yang dapat menguraikan senyawa-senyawa kompleks menjadi lebih sederhana dan mudah dicerna (Winarno, 2007).

Proses pengolahan kedelai hasil germinasi mampu menurunkan senyawa-senyawa antigizi dan membentuk komponen fitokimia (Marto, 2011). Bentuk olahan kedelai antara lain tempe, tahu, susu, soyghurt, tauco, kecap, pakan ternak, dan tepung kedelai (Cahyadi, 2007).

Tepung kedelai germinasi dihasilkan dengan cara penggilingan biji yang telah dikecambahkan selama 24 jam, dikeringkan, digiling hingga diperoleh tepung kedelai yang halus melalui proses pengayakan (Ngantung, 2003).

8

Hasil tepung kecambah yang dibuat langsung dari kecambah kering kurang maksimal. Untuk mendapatkan karakteristik tepung kecambah yang lebih baik diperlukan adanya perlakuan blansing (Aminah dan Nurhidajah, 2010 dalam Aminah dan Harsoelistyorini, 2012)

Blansing yang dilakukan pada setiap bahan tidak sama tergantung pada karakteristik bahan. Metode blansing yang biasa digunakan adalah blansing dengan uap panas (steam blanching) dan dengan air panas (hot water blanching) (Ahmadi, 2009 dalam Aminah dan Harsoelistyorini, 2012). Umumnya blansing membutuhkan suhu 75-95 oC selama 1-10 menit (Anggraini, 2005 dalam Aminah dan Harsoelistyorini, 2012). Komposisi kimia pada tepung kedelai dengan perlakuan blansing ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi kimia tepung kedelai

(Sumber: Widodo, 2001).

Tapioka

Tapioka adalah pati alami dari ubi kayu yang diperoleh melalui proses

penggilingan umbi, pemisahan, pengendapan, dan pengeringan (Hee-Young An, 2005). Tapioka befungsi sebagai penstabil, meningkatkan berat

produk, mampu memperkecil penyusutan, dan mengikat air. Kemampuan dalam

Komposisi Kandungan Air (% bb) 4,873 Protein (%) 34,390 N terlarut (%) 4,607 N amino (%) 0,056 Lemak (%) 25,530 Gula Reduksi (%) 0,123 Abu (%) 3,720

9

mengikat air dan membentuk tekstur pada tapioka dipengaruhi kadar pati yang tinggi terdiri dari amilosa dan amilopektin (Aristawati, dkk., 2013).

Perbandingan amilopektin (82,13%) dengan amilosa (17,41%) pada tapioka dapat berperan dalam membantu pembentukkan tekstur produk. Kandungan gizi yang dimiliki tapioka terdiri dari karbohidrat 86,9%, protein 0,5%, lemak 0,3%, dan air 11,54%, dengan ukuran pati 17 µm. (Helmi, 2001). Komposisi kimia tapioka dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi kimia tapioka dalam 100 g

Kandungan Gizi Jumlah

Serat (%) 0,20 Air (g) 12,00 Karbohidrat (g) 86,90 Protein (g) 0,50 Lemak (g) Energi (kkal) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B1 (mg) 0,30 362,00 0,50 0,30 0,00 0,07 Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1996).

Peran tapioka sebagai pengisi mampu mengikat air karena memiliki gugus hidroksil dalam molekul pati yang besar sehingga semakin banyak air yang terserap maka kadar air akan meningkat (Aristawati, dkk., 2013). Pembuatan

nugget ayam memanfaatkan penambahan tapioka sebagai filler, untuk menghasilkan sifat fisik maupun kimia produk yang baik. Persentase penambahan tapioka yang paling baik pada nugget ayam adalah 10% dari berat daging (Wibowo, 2001 dalam Gumilar, dkk., 2011).

10

Daging Ayam

Daging ayam adalah salah satu jenis daging yang sering dimanfaatkan untuk pengolahan pangan, khususnya bagi masyarakat Indonesia. Ciri khas dari daging ayam yaitu memiliki warna daging keputih-putihan atau merah pucat, serat daging halus dan panjang, serta diantara serat-serat daging tidak terdapat lemak. Daging ayam selain memiliki harga yang terjangkau, juga memiliki manfaat yang baik untuk dikonsumsi (Rosyidi, dkk., 2009).

Mengkonsumsi daging ayam dapat membantu memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak karena pada daging ayam terdapat kandungan asam amino lengkap yang dibutuhkan tubuh. Komponen kimia lain yang menjadi penyusun dari daging ayam terdiri dari kadar air, protein, lemak, mineral, dan juga terdapat kalori (Rosyidi, dkk., 2009). Komposisi kimia daging ayam ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi kimia daging ayam dalam 100 g bahan

Komponen Jumlah Kalori (kal) 30,20 Protein (g) 18,20 Lemak (g) 25,00 Karbohidrat (g) 0,00 Kalsium (mg) 14,00 Fosfor (mg) 200,00 Besi (mg) 1,50 Vitamin A (SI) 810,00 Vitamin B1 (mg) 0,08 Vitamin C (mg) 0,00 Air (g) 55,90

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1996).

Klasifikasi daging ayam (Gallus domesticus) terdiri dari daging ayam ras (daging ayam negeri), daging ayam kampung, dan daging ayam hutan. Ayam kampung mempunyai daging yang lebih enak jika dibandingkan dengan jenis lainnya. Namun dagingnya jarang dimanfaatkan dalam pengolahan pangan

11

selain dalam acara atau upacara tradisional karena harganya yang relatif lebih mahal (Rasyaf, 2000).

Pengolahan ayam dalam bahan pangan lebih sering menggunakan jenis daging ras atau ayam potong. Harga dari daging ayam potong jauh lebih murah jika dibandingkan dengan ayam kampung. Selain itu produksi telur lebih banyak, kandungan lemak pada daging yang masih muda sedikit dan memiliki tekstur empuk sehingga sering dijadikan sebagai olahan daging, ayam panggang, dan ayam goreng atau grill (Rasyaf, 2000).

Rebung

Rebung merupakan tunas bambu muda yang muncul dari dalam tanah berasal dari akar rimpang maupun buku-buku bambu. Bagian permukaan dari rebung terselubungi oleh pelepah buluh dengan tinggi tertentu dan pada beberapa jenis bambu pelepah tersebut dapat gugur (Nofriati dan Ratima, 2001).

Pelepah rebung dapat mempertahankan kesegaran dan melindungi dari kerusakan mulai dari proses pemanenan hingga transportasi berlangsung. Selama penyimpanan dapat terjadi kerusakan berupa perubahan warna dan bau. Perubahan warna dari putih menjadi kecoklatan terjadi akibat pengirisan yang menyebabkan kerusakan protoplasma sel sehingga fenolase kontak dengan udara dan terjadi pencoklatan enzimatis (Diah, dkk., 2014).

Upaya mencegah terjadinya pencoklatan dapat dilakukan dengan melakukan perendaman dalam natrium metabisulfit. Selain berperan sebagai pencegah pencoklatan enzimatis dan non enzimatis natrium metabisulfit dapat juga digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri, kapang serta

12

perkembangan khamir (Desrosier, 2008). Batas maksimum penggunaan natrium metabisulfit pada bahan makanan antara 200-3000 ppm (Barnet, 1985).

Indonesia memiliki lebih dari 76 jenis bambu, namun tidak semua jenis bambu dapat konsumsi. Bambu yang rebungnya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran antara lain bambu betung (Dendrocalamus asper), bambu Taiwan (D. latiflorus), bambu peting (Gigantochloa levis), bambu ater (G. atter), bambu

ampel (Bambusa vulgaris), dan beberapa jenis lainnya (Sutiyono dan Mawazin, 2009).

Komposisi kimia dari rebung terdiri dari protein 2,6%, lemak 0,3%, karbohidrat 5,2%, dan air 91% (Purnamasari, 1996). Pada rebung juga terdapat kandungan serat sebesar 2,56%, lebih tinggi jika dbandingkan dengan sayuran jenis tropis lainnya, misalnya kedelai (1,27%), pecay (1,58%), ketimun (0,61%), dan sawi (1,01%). Serat pada rebung terdiri dari lignin, pektin, dan glukan yang mampu mengikat zat organik seperti asam empedu serta kolesterol (Nainggolan dan Adimunca, 2005 dalam Soesanto dan Ariyadi, 2011).

Kandungan asam juga menjadi salah satu komponen yang terdapat pada rebung. Asam organik rebung yang bersifat toksik adalah asam sianida, namun memiliki peran sebagai penghambat kerusakan mikrobiologi sehingga dapat mempertahankan umur simpan rebung (Diah, 1992). Senyawa toksik pada rebung tersebut dapat dihilangkan melalui proses pemanasan dalam air yang telah diberi tambahan garam selama 10-15 menit (Choudhury, dkk., 2012). Kandungan nutrisi dari rebung dapat dilihat pada Tabel 6.

13

Tabel 6. Komposisi rebung mentah per 100 g

Komposisi Jumlah Protein (g) 2,60 Kalori (cal) 27,00 Lemak (g) 0,30 Karbohidrat (g) 5,20 Air (g) 91,00 Fosfor (mg) 59,00 Kalsium (mg) 13,00 Besi (mg) 0,50 Abu (mg) 533,00 Kalium (mg) 20,15 Vitamin A (SI) 0,15 Thiamin (mg) 0,70 Riboflavin (mg) 0,60 Vitamin B1 (mg) 0,15 Vitamin C (mg) 4,00 (Nugroho, 2013).

Bentuk olahan rebung dapat berupa sayuran, keripik rebung, tepung dan cuka (Widiarti, 2011). Mengkonsumsi rebung memiliki khasiat dalam menyembuhkan stroke, mengurangi resiko kanker, berkhasiat dalam menangkal radikal bebas maupun senyawa berbahaya yang memicu timbulnya berbagai penyakit serta menjadi sumber makanan yang baik bagi orang yang sedang berdiet karena kandungan serat yang dimilikinya (Krisdianto, dkk., 2000).

Bahan-Bahan Yang Ditambahkan Dalam Pembuatan Nugget Roti

Roti merupakan bahan tambahan dalam pembuatan nugget yang berfungsi membentuk adonan padat, tekstur kenyal, dan tidak pecah saat dilakukan pemotongan. Penambahan roti dilakukan dengan cara dipotong-potong atau disuir halus kemudian dicampurkan kedalam adonan. Nilai gizi nugget yang dihasilkan

14

dapat meningkat karena pada roti terdapat kandungan zat gizi yang baik seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan lemak (Dien, 2012).

Kandungan gizi penyusun roti diperoleh dari bahan-bahan pembuatannya yang terdiri dari tepung terigu, air, dan ragi yang dicampurkan dan difermentasi kemudian dipanggang dalam oven (Yahyono, 1999). Protein pada roti cukup tinggi berasal dari tepung terigu yaitu sekitar 12-13%. Selain digunakan sebagai bahan tambahan, makanan berbahan baku terigu ini juga dapat dikonsumsi langsung bersama selai (Astawan, 2008).

Gum Arab

Gum arab adalah bahan pengental yang dihasilkan dari proses pengekstraksian tanaman akasia. Zat ini memiliki sifat yang baik dalam mengikat air pada bahan pangan (DeMan, 1997). Kelebihan lain yang dimiliki adalah tahan panas namun harus dalam suhu proses pemanasan yang terkendali, sehingga

banyak dimanfaatkan dalam industri pengolahan pangan (Gaonkar, 1995 dalam Safitri 2012).

Pemanfaatkan gum arab dalam industri pangan berguna sebagai pengental, pengemulsi, penghambat pengkristalan, dan dapat mengikat komponen-komponen penyusun bahan, misalnya serat (DeMan, 1997). Industri pangan banyak menggunakan gum arab sebagai pengikat aroma, penstabil, dan pengemulsi dalam pembuatan es krim karena mampu memperbaiki kekentalan dan tekstur pada makanan (Tranggono, dkk., 1990).

15

Carboxy Methyl Cellulose (CMC)

CMC (carboxy Methyl Cellulose) adalah bentuk penstabil yang memiliki sifat biodegradable, berbentuk butiran atau bubuk yang dapat larut dalam air. Namun dalam larutan organik kemampuan melarutkannya tidak berfungsi, bersifat transparan, tidak bereaksi dengan senyawa organik, tidak berbau, tidak beracun, memiliki pH 2,0 – 10 bersifat stabil (Deviwings, 2008).

Sifat dari CMC sebagai penstabil yang sering dimanfaatkan dalam bahan makanan yaitu kemampuannya dalam mencegah proses retrogradasi selama pengolahan dan mampu memperbaiki tekstur dari produk yang diinginkan. Adapun jenis CMC yang paling sering dimanfaatkan dalam pengolahan bahan pangan adalah gum selulosa yang merupakan bentuk murni dari garam carboxy methyl cellulose (Winarno, 2007).

Susu skim

Susu skim berguna sebagai bahan pengikat yang mampu membentuk tekstur produk dalam pengolahan pangan. Penambahan susu skim mampu meningkatkan mutu nugget dan bersifat sebagai emulsifier. Kadar lemak yang rendah pada susu skim memiliki pengaruh yang kecil terhadap produk nugget. Selain itu penambahan susu skim juga mampu meningkatkan nilai WHC dari daging dan nilai organoleptik panelis (Widjanarko, dkk., 2011).

Air

Air adalah jenis pelarut yang dapat melarutkan semua bahan secara merata, seperti protein yang mampu larut dalam air dan garam yang ada

16

didalamnya. Penambahan air yang berlebihan dapat mengakibatkan tekstur adonan menjadi cair dan susah untuk dibentuk. Biasanya air yang ditambahkan kedalam adonan terdapat dalam jumlah yang relatif lebih sedikit karena hanya bertindak sebagai pengkalis adonan (Warintek, 2010).

Bumbu-bumbu

Penambahan bumbu-bumbu dalam pengolahan bahan pangan hampir sama fungsinya dengan penambahan gula dan garam, namun dengan adanya bumbu tersebut mampu meningkatkan aroma yang mempengaruhi penilaian organoleptik (Tarwotjo, 1998). Bumbu-bumbu yang digunakan dalam pembuatan nugget antara lain, bawang merah, bawang putih, dan merica (Alamsyah, 2007).

Bawang merah berguna sebagai bumbu untuk menghasilkan aroma sedap yang akan dicampur dengan bawang putih (Wirakusumah, 2000). Bawang putih (Allium sativum L.) adalah bumbu yang juga memiliki aroma kuat dan mampu meningkatkan cita rasa produk. Penambahan bawang putih dan bawang merah dapat bertindak sebagai pengawet alami bahan makanan karena bersifat

fungistatik dan fungisidal (Palungkun dan Budiarti, 1992).

Bahan lain yang mampu menjadi pengawet dan memberi cita rasa pada bahan makanan adalah merica. Peran merica yang ditambahkan kedalam bahan pangan adalah menghasilkan rasa pedas. Aroma dan rasa pedas merica berasal dari zat piperin dan piperanin, serta chavicia sebagai persenyawaan dari piperin dengan alkaloida (Rismunandar, 1993).

Cita rasa bahan pangan selain diperoleh melalui penambahan bumbu-bumbu juga ditentukan oleh penambahan garam. Konsentrasi garam yang lebih kecil dari 0,35% dalam makanan akan menghasilkan penilaian organoleptik yang

17

kurang disukai karena makanan tersebut akan terasa hambar. Karakteristik garam (NaCl) adalah memiliki warna yang putih seperti gula, berbentuk kristal padat, sebagai bahan pengawet alami, dan bertindak sebagai penyedap rasa makanan (Winarno, 2007).

Bahan Pelapis

Bahan pelapis yang befungsi untuk melapisi bagian permukaan nugget

menjadi lebih menarik terdiri dari dua bahan yaitu putih telur dan tepung panir atau tepung roti. Putih telur merupakan 60% dari keseluruhan bagian yang terdapat pada telur (Syarief dan Irawati, 2008). Berat rata-rata putih telur adalah 33 gram, yang tersusun dari albumin dan sedikit lemak (Hadiwiyoto, 1983).

Tepung roti disebut juga sebagai remah roti atau tepung panir. Pemanfaatan tepung jenis ini biasanya hanya dijadikan sebagai pelapis permukaan pada produk yang berbahan dasar daging yang kemudian dibekukan. Pelapisan bagian permukaan produk dengan tepung panir membuat tampilan lebih bagus dan mampu meningkatkan daya tarik konsumen (Matz, 1992).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan beragam budaya dan memiliki berbagai macam kuliner yang mampu meningkatkan selera makan. Produk makanan yang sering dijadikan sebagai cemilan dan juga dapat disajikan bersama dengan nasi antara lain kerupuk, sosis, bakso, nugget, dan abon. Salah satu bentuk makanan olahan yang populer karena disukai hampir semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa adalah nugget.

Nugget merupakan makanan yang terbuat dari daging giling, memiliki cita rasa gurih, dan tekstur kenyal. Bahan baku yang biasa digunakan untuk pembuatannya adalah daging, namun saat ini telah banyak juga dikembangkan variasi nugget yang ditambahkan sayuran. Jenis daging yang sering digunakan adalah daging sapi, ayam, udang, atau ikan. Produk nugget yang populer di kalangan masyarakat dan sangat mudah ditemukan di pasar terbuat dari daging ayam.

Produk nugget daging ayam memiliki rasa lezat, namun mengandung lemak yang relatif tinggi dan serat yang rendah. Kandungan tersebut beresiko menyebabkan berat badan berlebih, gangguan pencernaan, serta penyakit degeneratif, sehingga diperlukan usaha penanganan dalam meningkatkan mutu dari nugget dan menjadikannya semakin bermanfaat untuk dikonsumsi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menambahkan bahan yang mengandung serat seperti kedelai, tapioka, dan rebung.

2

Bahan pengisi dalam pembuatan nugget biasanya menggunakan tepung terigu yang terbuat dari gandum. Hampir semua produk pangan menggunakan tepung terigu, sehingga untuk memenuhi ketersediaannya dilakukan proses import gandum. Pemanfaatan gandum beresiko bagi penderita alergi gluten, sehingga diperlukan upaya diversifikasi pangan untuk menggantikan sebagian gandum dengan substitusi tapioka, tepung kedelai germinasi, dan bubur rebung.

Tapioka merupakan pati ubi kayu yang mudah ditemui di pasaran dan harganya relatif murah. Kandungan amilopektin yang lebih tinggi dibandingkan dengan amilosa menjadikan tapioka sebagai bahan pengisi untuk menghasilkan tekstur kenyal. Kandungan gizi yang dimiliki tapioka terdiri dari karbohidrat, lemak, serat, dan protein.

Bahan pangan nabati lain yang mengandung protein dapat ditemukan pada kacang kedelai. Proses perkecambahan kedelai atau germinasi dilakukan untuk menyederhanakan senyawa-senyawa kompleks menjadi lebih sederhana dan menyempurnakan pencernaan di dalam tubuh. Pengolahan kedelai germinasi menjadi tepung merupakan cara meningkatkan masa simpan dan pengembangannya menjadi berbagai produk yang berkualitas tinggi.

Rebung adalah tunas bambu muda dengan tekstur renyah dan rasa yang manis. Pemanfaatan rebung belum banyak dilakukan selain sebagai sayuran dan dibuat menjadi keripik. Kandungan serat yang terdapat pada rebung cukup tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan. Penambahan bubur rebung dalam pembuatan nugget dapat menjadi alternatif sumber serat dan menambah nilai gizi. Kombinasi dari tapioka, tepung kedelai germinasi, dan bubur rebung diharapkan mampu memperkaya kandungan gizi nugget dan menghasilkan produk

3

nugget berkualitas. Produk nugget yang dihasilkan juga memiliki potensi sebagai pangan fungsional karena mengandung protein dan serat yang baik untuk kesehatan. Berdasarkan hal-hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Perbandingan Tepung Kedelai Germinasi

dengan Tapioka dan Perbandingan Daging Ayam dengan Bubur Rebung Terhadap Mutu Nugget Rebung”.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi terbaik perbandingan tepung kedelai germinasi dengan tapioka dan perbandingan daging ayam dengan bubur rebung untuk menghasilkan nugget dengan mutu dan penilaian organoleptik yang baik dari konsumen.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data dalam penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat dalam pembuatan nugget rebung berserat dan memiliki nutrisi yang baik bagi kesehatan, serta sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

4

Hipotesis Penelitian

Perbandingan tepung kedelai germinasi dengan tapioka dan perbandingan daging ayam dengan bubur rebung serta interaksi antara keduanya berpengaruh terhadap mutu nugget yang dihasilkan.

ABSTRAK

MAISYARAH PARINDURI. Pengaruh Perbandingan Tepung Kedelai Germinasi Dengan Tapioka dan Perbandingan Daging Ayam Dengan Bubur Rebung Terhadap Mutu Nugget Rebung dibimbing oleh HERLA RUSMARILIN DAN LASMA NORA LIMBONG.

Nugget merupakan makanan cemilan yang disajikan bersama dengan nasi, umumnya dibuat dari bahan pangan hewani kaya protein seperti daging ayam. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu perbandingantepung kedelai germinasi dengan tapioka (T): (20%:80%, 40%:60%, 60%:40%, 80%:20%) dan perbandingan dagingayam dengan bubur rebung (R): (56g:56g, 62g:50 g, 70g:42g, 80g:32g). Parameter yang dianalisa meliputi kadar air(%), kadar abu (%), kadar lemak (%), kadar protein (%), kadar serat kasar (%), uji organoleptik aroma, tekstur, rasa, dan hedonik warna.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi kedua perlakuan memberikanpengaruhyang berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar air (%), uji organoleptik hedonik aroma, dan hedonik tekstur. Peningkatan konsentrasi tepung kedelai germinasi dapat meningkatkan kadar abu (%), kadar lemak(%), kadar protein(%) dan kadar serat kasar (%) tetapi menurunkan kadar air (%), dan penilaian terhadap uji organoleptik. Penurunan konsentrasi bubur rebung dapat menurunkan kadar air (%), kadar abu (%),kadar serat kasar (%), dan uji organoleptik tekstur, tetapi meningkatkan kadar lemak (%) dankadar protein (%). Perbandingan tepung kedelai germinasi dengan tapioka 60%:40% dan perbandingan daging ayam dengan bubur rebung 70g:42g menghasilkan nugget rebung terbaik.

Kata Kunci: Tepung kedelai germinasi, tapioka, dagingayam, bubur rebung, nugget rebung.

ABSTRACT

MAISYARAH PARINDURI. The Effect of Ratio of Germinatic Soybean Flour with Tapioca and Ratio of Chicken with Puree of Bambooshoot on the Quality of Bambooshoot Nugget, supervised by HERLA RUSMARILIN and LASMA NORA LIMBONG.

Nugget isa snack served with the rice that made from animal material rich for protein such as chicken. This research was conducted using completely randomized design with two factors,i.eratio of germinatic soybean flour with tapioca(T): (20%:80%, 40%:60%, 60%:40%, 80%:20%) and ratio of chicken with puree of bambooshoot (R): (56g:56g, 62g:50g, 70g:42g, 80g:32g). Parameters analyzed were moisture content, ash content, fat content, protein content, crude fiber content, organoleptic value of flavor, texture, taste, and color.

The results showed that the interaction between ratio ofgerminatic soybean flour with tapioca and ratio of chicken and puree of bambooshoot had a significant effect (P<0,05) on moisture content,organoleptic value of flavor, and texture. The increasing concentration of germinatic soybean flourincreased the ash content (%), fat content (%), protein content (%), and crude fiber content (%) but decreased the moisture content (%) and organoleptic values. The decreasing concentration of puree bambooshoot decreased the moisture content (%), ash content (%),crude fiber content (%), and organoleptic value of texture, but increasedthe fat content (%) and protein content (%). The ratio of germinatic soybean flour with tapioca of 60%:40% and ratio of chicken with puree of bamboo shoot of 70g:42g produced the best bamboo shoot nugget. Keywords: Germinatic soybean flour, tapioca, chicken, puree of bambooshoot, bambooshoot nugget.

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG KEDELAI GERMINASI DENGAN

Dokumen terkait