• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

6.4 Gambaran dan Risiko Riwayat Keluarga Mendrita DM terhadap

Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014

Riwayat keluarga menderita DM menjadi faktor risiko seseorang untuk terkena Diabetes Mellitus tipe 2. Seorang anak merupakan keturunan pertama dari orang tua yang DM (Ayah, ibu, termasuk saudara laki-laki dan saudara perempuan) (Kemenkes RI, 2008). Penelitian ini menemukan bahwa wanita yang memiliki riwayat keluarga menderita DM berisiko 4,784 kali menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2014 (95% CI 2,693-8,500). Hasil penelitian ini telah memenuhi kriteria kausalitas Hill dengan menunjukkan kekuatan hubungan secara statistik.

Hubungan antara riwayat keluarga menderita DM dengan kejadian Diabetes Mllitus tipe 2 dalam penelitian ini juga tampak jelas pada proporsi masing-masing kelompok kasus dan kontrol. Sebanyak 54,5% dari kelompok kasus memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dua kali lebih besar dari proporsi kelompok kontrol yang memiliki riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus tipe 2 yakni hanya sebanyak 20%. Sesuai dengan

83

postulat kejadian penyakit kronis Dr. Robert Koch, bahwa riwayat keluarga menderita DM yang dianggap sebagai faktor risiko kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 lebih banyak ditemukan pada kelompok penderita penyakit tersebut.

Menurut WHO, faktor genetik dianggap terlibat dalam fungsi pankreas

sel β, metabolisme aksi insulin atau glukosa, atau kondisi metabolik lainnya yang meningkatkan risiko Diabetes Mellitus tipe 2 (misalnya, asupan energi / pengeluaran, metabolisme lipid). Risiko seorang anak mendapat DM tipe 2 adalah 15% bila salah seorang tuanya menderita DM dan kemungkinan 75% bilamana kedua-duanya menderita DM. Selain itu apabila seseorang menderita DM maka saudara kandungnya mempunyai risiko DM sebanyak 10% (Kemenkes RI, 2008). Oleh sebab itu, riwayat keluarga menderita DM menjadi faktor risiko bagi seseorang untuk menderita Diabetes Mellitus tipe 2.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Zahtamal (2007) dimana ditemukan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM berisiko 3,75 kali untuk terkena Diabetes Mellitus tipe 2. Penelitian tersebut juga menggunakan disain case control study. Zahtamal mengasumsikan bahwa sekitar 73% kasus DM dapat dicegah dengan memperhatikan faktor risiko adanya riwayat keluarga menderita DM. Penelitian dengan disain studi case control yang dilakukan oleh Roro (2011) di Kota Padang Panjang juga menemukan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM berisiko 27,429 kali untuk terkena Diabetes Mellitus tipe 2.

84

Penelitian yang dilakukan oleh Radio (2011) yang dilakukan di Denpasar juga memperkuat bukti hubungan riwayat keluarga menderita DM dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2. Bahkan pada penelitian tersebut diperoleh nilai OR sebesar 42,25 (95% CI 9,53-187,22). Ketiga penelitian tersebut selain mendukung hasil penelitian di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan ini, juga memenuhi krtieria konsistensi hasil penelitian dalam melihat sebuah hubungan penyakit dengan paparannya. Dengan disain studi kasus kontrol (dari tiga penelitian) mampu menunjukkan bahwa seseorang akan memiliki risiko untuk menderita Diabetes Mellitus tipe 2 jika memiliki orang tua atau saudara kandung dengan riwayat Diabetes Mellitus.

Berdasarkan status keluarga yang menderita DM, pada penelitian ini yang paling banyak ditemukan adalah riwayat dari ayah, ibu, dan saudara kandung. Riwayat dari ayah lebih banyak ditemukan dibandingkan dari ibu. Padahal menurut teori, risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM, karena penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu (Trisnawati & Soedijono, 2013).

Terdapat teori genetika yang menyatakan bahwa terdapat tiga tipe penduduk yaitu normal tidak Diabetes, pembawa sifat tanpa tanda klinik (carier) dan penderita Diabetes atau calon penderita. Bila satu kakek-nenek menderita Diabetes Mellitus tipe 2, sedang orang tuanya tidak menderita maka risiko anak menderita Diabetes Mellitus tipe 2 sebesar 14%. Bila salah satu orang tua menderita Diabetes melitus tipe 2 sedang tidak ada keluarga dekat lain menderita maka risiko anak menderita Diabetes melitus tipe 2 sebesar

85

22%. Bila satu orang tua dan satu kakek-nenek atau keluarga dekat yang lain menderita Diabetes melitus tipe 2 maka risiko anak menderita Diabetes melitus tipe 2 sebesar 60% (Ranakusuma, 1997 dalam Kaban dkk, 2007). Maka kontribusi riwayat genetik, tidak hanya dominan dari Ibu melainkan banyak faktor kompleks yang cukup berperan termasuk faktor lain selain riwayat keluarga.

Meskipun riwayat keluarga menderita DM merupakan faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2 yang tidak bisa dimodifikasi, bukan berarti tidak dapat dilakukan upaya pencegahan. Justru dengan mengetahui riwayat keluarga, bisa membuat seseorang menjadi lebih berhati-hati untuk mengatur gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit Diabetes Mellitus tipe 2. Dengan melindungi diri dari penyakit tersebut, bukan hanya menyelamatkan diri sendiri, tetapi juga menjaga keturunan kita dari risiko terkena Diabetes Mellitus tipe 2. Oleh karena itu, disarankan kepada masyarakat khususnya bagi yang memiliki riwayat keluarga menderita DM untuk senantiasa melakukan deteksi dini penyakit Diabetes Mellitus, agar segera bisa dilakukan upaya pencegahan sedini mungkin.

6.5 Gambaran dan Risiko Riwayat Hipertensi terhadap Kejadian Diabetes

Mellitus Tipe 2 pada Wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014

Selain menjadi faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2, hipertensi juga merupakan kondisi umum yang biasanya berdampingan dengan DM, memperburuk komplikasi DM, termasuk morbiditas dan mortalitas

86

kardiovaskular (Mangesha, 2007). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang tingginya tergantung usia individu yang terkena. Pada orang dewasa dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh (Kemenkes RI, 2013).

Pada penelitian ini, diketahui bahwa riwayat hipertensi tidak berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Dengan nilai OR sebesar 1,288 (95% CI 0,764-2,170) riwayat hipertensi dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 tidak memiliki hubungan yag signifikan. Sebagaimana krtiteria kausalitas Hill yang menyatakan hasil uji statistik adalah salah satu bukti kekutan hubungan sebuah efek terhadap paparannya.

Gambaran riwayat hipertensi pada kelompok penderita dan bukan penderita masih bisa dibandingkan, meskipun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa riwayat hipertensi tidak berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada wanita di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Sebanyak 42,9% dari kelompok yang menderita Diabetes Mellitus tipe 2 memiliki riwayat hipertensi saat sebelum menderita sakit. Sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki riwayat hipertensi lebih sedikit yakni sebanyak 36,8%. Sebagaimana konsep postulat kejadian penyakit kronis oleh Dr.Robert Koch, masih ada kemungkinan hipertensi yang dianggap menjadi faktor risiko

87

Diabetes Mellitus tipe 2 menjadi lebih sering terjadi pada orang yang menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dibandingkan pada orang yang tanpa penyakit tersebut.

Hipertensi pada kedua kelompok kasus dan kontrol cukup banyak yakni hampir setengah dari wanita yang menjadi responden memiliki riwayat hipertensi. Sebagaimana hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia pada perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Berdasarkan wawancara, prevalensi hipertensi pada perempuan di Indonesia sebanyak 12,2% sedangkan pada laki-laki sebanyak 6,5%. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran adalah pada wanita sebanyak 28,8% sedangkan pada laki-laki sebanyak 22,8%. Jumlah tersebut menjadi salah satu penanda bahwa kelompok wanita harus lebih berhati-hati terhadap risiko hipertensi yang bisa berkembang menjadi penyakit kronis.

Menurut konsep kausalitas Hill sebuah hubungan kausalitas juga harus bersifat temporal. Dimana paparan mendahului efek atau penyakit. Seringkali gejala hipertensi muncul di saat yang bersamaan saat seseorang menderita Diabetes Mellitus tipe 2. Sehingga untuk melihat hipertensi sebagai faktor risiko Diabetes Mellitus tipe 2, harus dipastikan bahwa seseorang pernah memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum menderita penyakit Diabetes Mellitus tipe 2. Pada penelitian ini, riwayat hipertensi diketahui berdasarkan pengakuan dan ingatan responden. Selain itu, cukup tingginya distribusi riwayat hipertensi dari kelompok kontrol juga bisa berpengaruh terhadap hasil penelitian ini. Hal tersebut kemungkinan bisa disebabkan oleh karakteristik

88

kelompok kontrol yang diambil masih merupakan pasien rawat jalan yang berobat ke puskesmas dengan penyakit selain Diabetes Mellitus.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ma J (2001) dimana ditemukan bahwa orang yang memiliki riwayat hipertensi berisiko 4.833 kali menderita Diabetes Mellitus tipe 2 (95% CI: 1.966-11.703). Penelitian tersebut menggunakan disain yang sama dengan penelitian ini. Perbedaan ini kemungkinan terjadi akibat bias ingatan dalam penelitian ini. Penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian kohort yang dilakukan David dkk (2007) pada wanita sehat, yang membuktikan bahwa wanita yang memiliki tekanan darah tinggi juga berisiko tinggi untuk terkena Dabetes Mellitus tipe 2 dalam kurun waktu 10 tahun.

Penelitian ini didukung oleh penelitian serupa yang dilakukan oleh Radio (2011, OR 2,00 95% CI 0,70-5,67) dan Sri Trisnawati (2013). Kedua penelitian tersebut yang juga menggunakan disain studi case control tidak menemukan risiko riwayat hipertensi terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe 2. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wiardani (2010) orang yang memiliki riwayat hipertensi berisiko 2,3 kali menderita Diabetes Mellitus tipe 2 (95% CI 1,0-5,6). Namun ternyata pada penelitian Wiardani, riwayat hipertensi diketahui berdasarkan pengukuran tekanan darah tinggi bersamaan dengan pengukuran kadar gula darah. Sehingga pada penelitian Wiardani tersebut belum dapat dipastikan apakah hipertensi mendahului penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 atau justru menjadi penyakit penyerta.

89

Pengaruh hipertensi terhadap kejadian Diabetes Melitus disebabkan oleh penebalan pembuluh darah arteri yang menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal ini akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam darah menjadi terganggu (Trisnawati, 2013). Hipertensi juga berkaitan erat dengan obesitas dan pola hidup tidak sehat. Penting untuk diingat bahwa hipertensi juga sering ditemukan pada pasien dengan penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus sebagai penyakit penyerta. Sehingga akan sulit menentukan apakah hipertensi pada individu tertentu benar-benar menyebabkan terjadinya Diabetes Mellitus. Terjadinya suatu penyakit tidak hanya ditentukan oleh unsur penyebab semata, tetapi yang utama adalah bagaimana rantai penyebab dan hubungan sebab akibat dipengaruhi oleh berbagai faktor maupun unsur lainnya (Timmreck, 2001).

Masih perlu dilakukan penelitian riwayat hipertensi sebagai faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe 2, untuk memenuhi kriteria konsistensi hubungan keduanya. Sedangkan bagi puskesmas disarankan untuk meningkatkan promosi kesehatan dan program skrining untuk mencegah kasus hipertensi pada semua kelompok masyarakat.

90

Dokumen terkait