• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

6.4 Gambaran Input Sistem Informasi Gizi

Pada sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang yang menjadi komponen input sistem informasi gizi adalah sumber daya, indikator, dan sumber data. Berikut di bawah ini merupakan gambaran dari masing-masing komponen input sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

6.4.1 Sumber Daya Sistem Informasi Gizi

Sumber daya sistem informasi gizi merupakan komponen input sistem informasi gizi yang terdiri dari tenaga pelaksana, dana, sarana pendukung, kegiatan koordinasi serta kebijakan mengenai sistem informasi gizi. Dari hasil penilaian dengan menggunakan tools HMN, untuk sumber daya sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota

Tangerang masih kurang memadai. Penyebab kurang memadai sumber daya sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang adalah lemahnya sumber daya kebijakan dan koordinasi. Belum adanya kebijakan resmi untuk melakukan pertemuan ditingkat daerah dan kecamatan dalam meninjau pelaksanaan sistem informasi gizi, membuat staf gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang hanya berkoordinasi dengan tenaga pelaksana gizi dari Puskesmas. Berikut ini merupakan kutipan informan B selaku staf gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang;

“....tidak ada kebijakan pertemuan dengan pihak kecamatan, selama ini kita hanya berkoordinasi dengan TPG dari Puskesmas saja...”

Koordinasi yang dilakukan oleh seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang, yaitu mengadakan kegiatan rapat bulanan yang dihadiri oleh seluruh tenaga pelaksana gizi Puskesmas yang ada di wilayah Kota Tangerang. Rapat bulanan tersebut, rutin diadakan setiap sebulan sekali di kantor seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Dalam rapat rutin bulanan tersebut, seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang selalu menjelaskan definisi operasional mengenai indikator sistem informasi gizi dengan tujuan menambah pengetahuan TPG dalam membuat laporan, sehingga data yang dilaporkan dapat sesuai dengan yang diminta oleh Kemenkes. Hal ini merupakan salah satu bentuk upaya kegiatan kapasitasi tenaga pelaksana sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Selain itu dalam berkordinasi dengan tenaga gizi Puskesmas, seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang melakukan kegiatan supervisi

berupa kunjungan ke Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

Koordinasi yang dilakukan oleh seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang dengan pihak tenaga pelaksana gizi dari Puskesmas sudah cukup baik, namun tetap dibutuhkan koordinasi dengan pihak lainya baik ditingkat kecamatan maupun ditingkat daerah, dengan demikian dibutuhkannya kebijakan resmi untuk melakukan pertemuan ditingkat daerah dan kecamatan dalam meninjau pelaksanaan sistem informasi gizi, sehingga dapat memperkuat penyebaran dan penggunaan hasil produk informasi dalam konteks hukum. Dimana memungkinkan mekanisme yang akan didirikan untuk memastikan ketersediaan data, pertukaran data, serta meningkatkan kepercayaan terhadap integritas hasil produk informasi di kalangan masyarakat.

Penyebab lainnya sumber daya sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang kurang memadai adalah lemahnya regulasi yang berisi kerangka kerja untuk sistem informasi gizi. Regulasi tersebut hanya berupa kebijakan yang terdapat dalam Rencana Strategi (Renstra) Dinas Kesehatan Kota Tangerang, yaitu Meningkatkan kesadaran gizi keluarga, khususnya pada ibu hamil, bayi, balita, dan usia produktif, dari kebijakan tersebut dibuat program perbaikan gizi masyarakat oleh seksi gizi. Dari hasil program perbaikan gizi masyarakat, akan didapatkan informasi mengenai status perkembangan gizi masyarakat di wilayah Kota Tangerang, informasi tersebut yang nantinya akan dilaporkan melalui website sistem informasi gizi. Walaupun secara tidak langsung sudah

terdapat kebijakan mengenai sistem informasi gizi, namun kebijakan tersebut lebih mengacu terhadap progam-program perbaikan gizi dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat di wilayah Kota Tangerang.

Menurut teori HMN, regulasi mengenai sistem informasi gizi diperlukan agar memungkinkan mekanisme yang akan dibentuk untuk memastikan ketersediaan data, pertukaran data, kualitas dan penyebaran data. Perundang-undangan dan regulasi yang sangat signifikan dalam kaitannya dengan kemampuan sistem informasi kesehatan untuk memanfaatkan data dari kedua sektor baik swasta maupun pelayanan kesehatan umum, serta sektor non kesehatan. Peraturan ini juga penting dalam pelaksanaan sistem informasi gizi yaitu sebagai aturan yang dapat mewajibkan pelaksanaan sistem informasi gizi ditingkat daerah sehingga kegiatan pelaporan kinerja pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi dapat lebih baik lagi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang, bahwa sudah ada unit fungsional yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang yaitu bagian seksi gizi. Dari 6 orang seksi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2 orang staf gizi yang bertugas melaksanakan pelaporan sistem informasi gizi melalui website dan bertanggung jawab terhadap kelancaran jalannya pelaporan tersebut. Untuk menunjang kelancaran pelaporan sistem informasi gizi dibutuhkan pengalokasian dana yang memadai, sehingga kegiatan pelaporan kinerja pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi tersebut dapat

terlaksana dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara, sudah ada anggaran yang direncanakan untuk menunjang pelaksanaan sistem informasi gizi. Salah satunya yaitu anggaran pengadaan sarana seperti formulir, kertas, alat tulis, dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan untuk mencatat dan melaporkan kinerja pembinaan gizi masyarakat agar informasi tersedia dengan baik. Formulir yang terdapat di Posyandu seperti format 1 (F1), buku Sistem Informasi Posyandu, dan Kartu Status Gizi. Formulir yang terdapat di Puskesmas seperti LB3 gizi, dan Format Sigizi. Formulir yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Tangerang berupa format Sigizi tingkat Kota.

Selain itu, sudah terdapat sarana komputer di tingkat Dinas Kesehatan Kota dan Puskesmas untuk pelaksanaan sistem informasi gizi. Pada kantor Binkesmas Dinas Kesehatan Kota Tangerang, terdapat 3 unit sarana komputer dimana 2 unit komputer terletak di ruang depan kantor Binkesmas dan 1 unit komputer terletak di ruang kepala seksi gizi. Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinkes Kota Tangerang Tahun 2012 presentase untuk pengadaan perlengkapan ICT terealisasi mencapai presentase 96,21%, dengan demikian menunjukan pengadaaan perlengkapan sarana berupa ICT sudah cukup memadai di Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Begitu juga untuk pemeliharaan peralatan ICT berdasarkan LAKIP Dinkes Kota Tangerang Tahun 2012 terealisasi mencapai presentase 91,78%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pengadaan sarana dan prasarana serta pemeliharaan

sarana dalam pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang sudah sangat baik.

6.4.2 Gambaran Indikator Sistem Informasi Gizi

Dari hasil wawancara dan observasi peneliti, indikator sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang masih kurang memadai. Penyebab kurang memadainya indikator sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang adalah pelaporan indikator yang tidak teratur. Hal ini berdasarkan dari hasil wawancara dengan informan C yaitu Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas. Berikut kutipan wawancara dengan informan C:

“...Kendalanya ya itu, masih ada kader posyandu yang melaporkannya lewat dari tanggal 20, jadi harus ditelfon dulu...”

Berdasarkan kutipan di atas, keterlambatan pelaporan indikator terjadi pada tingkat bawah, dimana masih terdapat pihak kader Posyandu yang melaporkan indikator melebihi batas waktu yang telah ditentukan oleh pihak tenaga pelaksana gizi Puskesmas. Sehingga dapat menjadi salah satu penghambat dalam kelancaran pelaporan sistem informasi gizi yang berjalan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pihak kader, penyebab keterlambatan dikarenakan tidak semua kader posyandu terampil dalam membuat laporan, hal ini dikarenakan jarang adanya pertukaran tugas, masing-masing kader hanya mengerti pada tugas yang dipegangnya saja.

Selain itu data yang dilaporkan terlalu banyak, kebanyakan kader merupakan ibu rumah tangga, beberapa kader yang menunda atau tidak segera membuat laporan lebih sering mengutamakan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dibandingkan membuat laporan, kader Posyandu juga merupakan tenaga sosial atau sekedar sukarelawan, dan bukan merupakan pegawai tetap ataupun tenaga honor. Sebaiknya pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang mengadakan pelatihan kader Posyandu bersama TPG dari Puskesmas, dengan adanya pelatihan tersebut diharapkan kader Posyad semakin terampil dalam membuat laporan. Sedangkan untuk masalah kader yang suka menuda pembuatan laporan, Petugas TPG Puskesmas sebaiknya melakukan kunjungan dan membimbing kader-kader dalam membuat laporan sehingga data yang dihasilkan dapat berkualitas dan tepat waktu.

Menurut teori HMN, indikator dalam suatu sistem informasi

kesehatan harus mengacu pada indikator MDG’s. Salah satu indikator

MDG’s adalah menurunkan angka kematian balita. Indikator-indikator

yang dilaporkan oleh petugas staf gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang yang berhubungan dengan indikator MDG’s berupa menurunkan angka kematian bayi adalah cakupan penimbangan Posyandu seperti SKDN, BGM, 2T, dan kejadian gizi buruk. Selain itu indikator MDG’s lainnya adalah meningkatkan kesehatan ibu. Indikator sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang yang berhubungan dengan meningkatkan kesehatan ibu adalah indikator jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe.

Indikator kesehatan juga harus valid, dapat dipercaya, spesifik, sensitive dan layak/terjangkau dalam pengukuran, serta mengacu pada indikator minimum nasional. Indikator yang terdapat dalam laporan yang disusun oleh staf gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang yaitu jumlah balita yang mendapatkan vitamin A, jumlah bayi 0-6 bulan yang mendapatkan Asi Ekslusif, jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe, jumlah rumah tangga yang mendapatkan garam beriodium, SKDN, jumlah balita BGM, jumlah balita yang ditimbang bulan ini tetapi tidak ditimbang bulan lalu (O), jumlah balita yang turun berat badannya pada bulan ini (T), jumlah balita yang turun berat badannya dua bulan berturut-turut pada bulan ini (2T), jumlah balita yang baru pertama kali hadir di Posyandu pada bulan ini (B), jumlah kasus gizi buruk bulan lalu, dan jumlah kasus gizi buruk baru bulan ini. Indikator-indikator tersebut sudah merupakan indikator minimum nasional.

6.4.3 Gambaran Sumber Data Sistem Informasi Gizi

Berdasarkan hasil skoring dengan tools HMN, sumber data sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang sudah cukup memadai. Dari hasil wawancara dengan informan A selaku Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang, sumber data berasal dari sistem informasi Posyandu yang merupakan input bagian dari kegiatan surveilans gizi. Untuk mengisi format sistem informasi Posyandu ini didapatkan dari hasil kegiatan Posyandu yang dilakukan setiap bulan. Adapun kegiatan

Posyandu, salah satunya yaitu penimbangan balita yang dilakukan rutin setiap bulan, seperti data SKDN, jumlah balita BGM, jumlah balita yang ditimbang bulan ini tetapi tidak ditimbang bulan lalu (O), jumlah balita yang turun berat badannya pada bulan ini (T), jumlah balita yang turun berat badannya dua bulan berturut-turut pada bulan ini (2T), jumlah balita yang baru pertama kali hadir di Posyandu pada bulan ini (B), jumlah kasus gizi buruk bulan lalu, dan jumlah kasus gizi buruk baru bulan ini.

Dokumen terkait