• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

5.4 Hasil Penelitian

5.4.1 Gambaran Input Sistem Informasi Gizi

Gambaran input sistem informasi gizi terdiri dari Sumber daya sistem informasi gizi, indikator, sumber data. Adapun hasil penelitian komponen input dari sistem informasi gizi adalah sebagai berikut:

5.4.1.1 Gambaran Sumber Daya Sistem Informasi

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada saat penelitian, sumber daya yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Tangerang dalam pelaksanaan sistem informasi gizi yaitu dapat dinilai melalui skoring berikut:

Tabel 5.3 Penilaian Sumber daya : Kebijakan dan Koordinasi

NO . ITEM Sangat memada i Memada i Ada Tetapi Kurang Memada i Tidak adekuat sama sekali Sko re 3 2 1 0

1. Dinas Kesehatan Kota Tangerang memiliki Regulasi (peraturan) yang up-to-date berisi kerangka kerja untuk sistem

informasi gizi

0

2. Ada kegiatan rutin untuk pemantauan kinerja sistem informasi gizi dari berbagai subsistem, mulai dari Dinas kesehatan sampai ke Puskesmas

2

3. Terdapat kebijakan resmi

untuk melakukan

pertemuan ditingkat daerah dan kecamatan untuk

meninjau pelaksanaan

sistem informasi gizi

0

Informasi yang berasal dari hasil wawancara dengan informan A, bahwa terkait dengan pelaksanan sistem informasi gizi, Dinas Kesehatan Kota Tangerang belum memiliki regulasi atau peraturan yang berisi kerangka kerja untuk sistem informasi gizi. Dalam melaksanakan sistem informasi gizi tersebut Dinas Kesehatan Kota Tangerang memiliki sebuah kebijakan yang terdapat dalam Rencana Strategi (Renstra). Kebijakan yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang mengenai program perbaikan gizi masyarakat di wilayah Kota Tangerang, yaitu Meningkatkan kesadaran gizi keluarga, khususnya pada ibu hamil, bayi, balita, dan usia produktif. Dari kebijakan tersebut program perbaikan gizi masyarakat dibuat dan dilaksanakan. Dari hasil program perbaikan gizi masyarakat akan didapatkan informasi mengenai status perkembangan gizi masyarakat di wilayah Kota Tangerang, yang nantinya akan dilaporkan melalui website sistem informasi gizi.

Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa regulasi berupa kerangka kerja di Dinas Kesehatan Kota Tangerang belum ada, walaupun demikian untuk mendapatkan informasi mengenai status gizi balita, pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang memiliki kebijakan yang mengacu terhadap pembuatan program perbaikan gizi masyarakat di wilayah Kota Tangerang. Dengan demikian poin untuk regulasi Dinas

Kesehatan Kota Tangerang yang berisi kerangka kerja untuk sistem informasi gizi mendapatkan nilai poin sebesar nol (0) yang artinya tidak adekuat.

Untuk kegiatan koordinasi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang, pihak seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang rutin mengadakan rapat bulanan yang dilakukan di kantor gizi Dinas kesehatan Kota Tangerang, yang dihadiri oleh seluruh petugas Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang, selain itu bentuk koordinasi lainnya adalah supervisi dimana pemantauan dilakukan oleh seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang berupa kunjungan ke Puskesmas yang ada di wilayah Kota Tangerang. Berikut kutipan penjelasan dari informan A selaku Kepala seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang :

„‟...untuk pemantauan ada dua bentuk yang dilakukan, pertama rapat yang dilakukan rutin setiap bulan di kantor Binkesmas, kedua Supervisi oleh seksi gizi berupa kunjungan ke Puskesmas.....”

Begitu pula hasil wawancara dengan pihak Tenaga Pelaksana Gizi di Puskesmas Baja selaku informan C mengenai kegiatan pemantauan pelaporan sistem informasi gizi, berikut kutipan penjelasan dari informan C :“...untuk koordinasi biasanya kami rapat setiap bulan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang, selain itu ada pula pemantauan supervisi dari

Dinkes setahun sekali yang terjadwal, biasanya jadwal puskesmas baja itu bulan maret....”.

Adanya kegiatan pertemuan atau koordinasi yang rutin setiap bulan dari pihak seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang dengan Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas menjadikan poin sumber daya berupa adanya kegiatan pemantauan yang rutin menjadi dua (2) yang artinya sudah memadai.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai kebijakan resmi pertemuan tingkat daerah dan kecamatan belum ada. Dari hasil wawancara dengan informan B selaku staf seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang yang mengatakan bahwa dalam pelaksanaan sistem informasi gizi hanya berkoordinasi dengan tenaga pelaksana gizi di Puskesmas, berikut kutipan imforman B: “....tidak ada kebijakan pertemuan dengan pihak kecamatan, selama ini kita hanya berkoordinasi dengan TPG dari Puskesmas saja...”

Dengan demikian menjadikan poin sumber daya berupa terdapatnya kebijakan resmi untuk melakukan pertemuan dengan daerah dan Kecamatan untuk meninjau pelaksanaan sistem informasi gizi menjadi nol (0) yang artinya tidak adekuat. Berdasarkan informasi dan penjelasan di atas, poin kebijakan dan koordinasi mengenai pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang dapat dinilai

dengan hasil skoring rata-rata nol koma enam (0,6) yang berarti kurang memadai.

Tabel 5.4 Sumber daya : Dana dan Tenaga Pelaksana

No. Item Sangat

memadai Memada i Ada Tetapi Kurang Memadai Tidak adekua t sama sekali Skor e 3 2 1 0

1. Ada sebuah unit fungsional, yang bertanggung jawab untuk administrasi sistem infornasi gizi, manajemen, analisis, diseminasi dan penggunaan informasi di tingkat daerah

2

2. Ada aktivitas kapasitas tenaga di tingkat Kota dan Puskesmas

2

3. Terdapat anggaran khusus dalam anggaran daerah yang diperuntukan untuk

pelaksanaan sistem informasi gizi

2

Total 2

Unit fungsional merupakan satu unit yang berfungsi dan bertanggung jawab dalam menjalankan pelaksanaan sistem informasi gizi. Dari hasil wawancara dengan informan A, yang menjadi sebuah unit fungsional, yang bertanggung jawab untuk administrasi sistem infornasi gizi, manajemen, analisis, diseminasi dan penggunaan informasi di tingkat Kota yaitu bagian Seksi Peningkatan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Dalam Seksi Peningkatan Gizi Masyarakat tersebut terdapat tenaga pelaksana yang bertanggung jawab

dalam pelaksanaan sistem informasi gizi yaitu Staf Seksi gizi Dinas Kesehatan kota Tangerang, berikut kutipan informan A :

“...Ada yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelaporan

sistem informasi gizi yaitu mba dyan dan mba ii selaku staf gizi ...”.

Adanya unit yang bertanggung jawab dalam sistem informasi gizi ini menjadikan skor untuk poin sumber daya berupa adanya unit fungsional administrasi sistem informasi gizi sebesar dua (2) yang artinya sudah memadai.

Pada tabel 5.4 dapat diketahui skor penilainan mengenai sumber daya dana dan tenaga pelaksana tentang adanya aktivitas kapasitas tenaga di tingkat Kota dan Puskesmas mendapatkan poin sebesar dua (2) yang artinya sudah memadai. Hal ini berdasarkan dari hasil wawancara dengan informan B selaku staf gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Dalam meningkatkan kapasitas tenaga di tingkat Kota dan Puskesmas terdapat penambahan materi dalam setiap rapat bulanan yang dihadiri oleh tenaga pelaksana gizi Puskesmas, dimana tenaga pelaksana gizi tersebut sebagian besar berlatar pendidikan D3 gizi dan S1 kesmas. Penambahan materi tersebut berupa materi pendalaman mengenai definisi operasional mengenai indikator sistem informasi gizi. Penambahan materi tersebut bertujuan untuk menambah pengetahuan TPG dalam membuat laporan, sehingga data yang dilaporkan dapat sesuai dengan yang diminta

oleh Kemenkes, selain itu agenda rapat bulanan yang dilakukan adalah adanya pembahasan program gizi yang akan dilaksanaan, serta adanya evaluasi program gizi yang sudah berjalan.

Poin mengenai terdapatnya anggaran khusus untuk pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang yaitu sebesar dua (2) yang berarti sudah memadai. Dari hasil wawancara dengan informan A selaku Kepala seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang menyatakan bahwa ada anggaran yang diperuntukan untuk menunjang pelaksanaan sistem informasi gizi, berikut merupakan kutipan hasil wawancara dengan informan A:“...iya ada anggaran untuk pembuatan format-format awal seperti SIP (Sistem Informasi Posyandu), format ini kami yang buat lalu distribusikan ke Puskesmas, dari Puskesmas akan di sebarkan ke Posyandu-Posyandu...”

Adanya unit fungsional, aktivasi kapasitas tenaga, dan adanya anggaran untuk pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang menjadikan poin sumber daya dana dan tenaga pelaksana mengenai pelaksanaan sistem informasi gizi dapat dinilai dengan hasil skoring rata-rata dua (2) yang berarti sudah memadai.

Tabel 5.5 Sumber daya : Sarana

No. Item Sangat

mema dai Memadai Ada Tetapi Kuran g Mema dai Tidak adekuat sama sekali Skore 3 2 1 0

1. Formulir, kertas, alat tulis, dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan untuk mencatat kinerja pembinaan gizi masyarakat dan

informasi yang tersedia

2

2. Formulir, kertas, alat tulis, dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan untuk melaporkan kinerja pembinaan gizi masyarakat dan informasi yang tersedia

2

3. Terdapat komputer di tingkat Dinas Kesehatan Kota dan Puskesmas untuk pelaksanaan Sistem

Informasi Gizi

2

4. Terdapat Peralatan ICT ( Telpon, Koneksi internet dan e-mail) di Dinas Kesehatan Kota dan Puskesmas untuk pelaksanaan Sistem Informasi Gizi

2

5. Dukungan untuk

pemeliharaan peralatan ICT tersedian di tingkat Dinas Kesehatan Kota dan Puskesmas

2

Total Rata-rata 2

Berdasarkan hasil observasi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Puskesmas, dan Posyandu, masing-masing mempunyai formulir sebagai sarana dalam pencatatan dan pelaporan. Formulir yang terdapat di Posyandu yang digunakan

untuk mencatat yaitu kartu status gizi dan buku SIP (Sistem Informasi Gizi), sedangkan fomulir yang digunakan kader Posyandu untuk pelaporan kepada Puskesmas yaitu formulir format 1 (F1). Formulir yang digunakan Puskesmas untuk pelaporan ke tingkat Dinas Kesehatan Kota Tangerang yaitu formulir LB3 gizi, dan Format Sigizi. Formulir yang terdapat di Dinas Kesehatan Kota Tangerang berupa format Sigizi tingkat Kota yang nantinya akan dilaporkan melalui website sistem informasi gizi . Bentuk formulir pada masing-masing instansi dapat dilihat pada lampiran. Adanya formulir dalam pencatatan dan pelaporan menjadikan skor untuk poin sarana berupa formulir dinilai dengan skor dua (2) yaitu sudah memadai.

Dari hasil wawancara dengan informan D dan hasil observasi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang dan Puskesmas, sarana seperti komputer sudah tersedia, berikut kutipan dari informan D sebagai Tenaga Pelaksana Gizi di Puskesmas Cibodasari dan iforman B selaku staf gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang:

Informan D :“...untuk sarana seperti komputer sudah ada, tinggal menjalankannya saja...”

Informan B : “ ...Sarana untuk komputer ada dan sudah tersedia dengan baik...”

Dari hasil kutipan informan di atas, dapat diketahui bahwa sarana komputer sebagai pendukung pelaporan sistem

informasi gizi di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Tangerang sudah tersedia. Begitu pula dengan hasil observasi di Puskesmas Cibodasari, sarana komputer terletak di ruang gizi dan digunakan khusus tenaga gizi Puskesmas dalam melaksanakan sistem informasi gizi. Begitupula hasil observasi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang terdapat 3 unit sarana komputer dimana 2 unit komputer terletak di ruang depan kantor Binkesmas dan 1 unit komputer terletak di ruang kepala seksi gizi. 2 unit komputer tersebut biasa digunakan untuk menginput data yang berasal dari 32 Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Menurut staf gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang untuk sarana komputer sudah cukup memadai dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian nilai poin untuk sarana komputer di tingkat Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Tangerang mendapatkan poin sebesar dua (2) yang artinya sudah memadai.

Untuk perlengkapan ICT sudah tersedia dengan baik, begitu pula dengan pemeliharaan ICT sudah tersedia dengan baik. Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinkes Kota Tangerang Tahun 2012 presentase untuk pengadaan perlengkapan ICT yang terealisasi mencapai presentase 96,21%, dengan demikian menunjukan pengadaaan perlengkapan sarana berupa ICT sudah cukup memadai di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Untuk pemeliharaan peralatan ICT berdasarkan LAKIP Dinkes Kota Tangerang Tahun 2012 terealisasi mencapai presentase 91,78%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pengadaan sarana dan prasarana serta pemeliharaan sarana dalam pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang sudah sangat baik, sehingga mendapatkan poin sebesar dua (2) yang berarti sudah memadai.

Dari hasil pemaparan poin-poin di atas sehingga didapatkan skoring untuk sumber daya sarana mengenai sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang mendapatkan nilai rata-rata sebesar dua (2) yang artinya sudah memadai.

5.4.1.2Gambaran Indikator Sistem Informasi Gizi

Berdasarkan hasil telaah dokumen, observasi serta wawancara dengan informan penelitian didapatkan informasi mengenai indikator yang terdapat dalam sistem informasi gizi dimana skoring penilaian terhadap indikator tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel. 5.6 Indikator Sistem Informasi Gizi

No. Item Sangat

mema dai Mema dai Ada Tetapi Kurang Memadai Tidak adekua t sama sekali Skore 3 2 1 0

1. Indikator inti minimun Nasional telah diidentifikasi untuk tingkat daerah, meliputi semua kategori indikator kinerja pembinaan gizi

2

2. Indikator yang terdapat dalam Sistem Informasi Gizi mengacu pada MDG’s

2

3. Pelaporan indikator terjadi secara teratur

1

Total 1,6

Dari hasil observasi peneliti, indikator yang terdapat dalam laporan yang disusun oleh staf gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang yaitu jumlah balita yang mendapatkan vitamin A, jumlah bayi 0-6 bulan yang mendapatkan Asi Ekslusif, jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe, jumlah rumah tangga yang mendapatkan garam beriodium, SKDN, jumlah balita BGM, jumlah balita yang ditimbang bulan ini tetapi tidak ditimbang bulan lalu (O), jumlah balita yang turun berat badannya pada bulan ini (T), jumlah balita yang turun berat badannya dua bulan berturut-turut pada bulan ini (2T), jumlah balita yang baru pertama kali hadir di Posyandu pada bulan ini (B), jumlah kasus gizi buruk bulan lalu, dan jumlah kasus gizi buruk baru bulan ini. Indikator-indikator tersebut sudah merupakan indikator minimum nasional, maka mendapatkan poin dua (2) yang berarti sudah memadai.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, indikator-indikator yang dilaporkan oleh petugas staf gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang sudah mengacu pada MDG’s, sehingga mendapatkan poin dua (2) yang artinya sudah memadai. Hal ini dapat dilihat dari indikator jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe yang berhubungan dengan indikator MDG’s mengenai meningkatkan kesehatan ibu, begitu juga dengan indikator SKDN, BGM, 2T, dan kejadian gizi buruk berhubungan dengan indikator MDG’s berupa menurunkan angka kematian bayi.

Untuk poin pelaporan mendapatkan nilai sebesar satu (1) yang artinya kurang memadai, hal ini berdasarkan dari hasil wawancara dengan informan C yaitu Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas mengenai laporan yang terlambat dari pihak Kader Posyandu. Berikut kutipan wawancara dengan informan C : “...Kendalanya ya itu, masih ada kader posyandu yang melaporkannya lewat dari tanggal 20, jadi harus ditelfon dulu...”

Berdasarkan kutipan di atas, keterlambatan pelaporan indikator terjadi pada tingkat bawah, dimana masih terdapat pihak kader Posyandu yang melaporkan indikator melebihi batas waktu yang telah ditentukan oleh pihak tenaga pelaksana gizi Puskesmas. Sehingga dapat menjadi salah satu penghambat dalam kelancaran pelaporan sistem informasi gizi yang berjalan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Berdasarkan

informasi yang didapatkan dari pihak kader, penyebab keterlambatan dikarenakan tidak semua kader posyandu terampil dalam membuat laporan, hal ini dikarenakan jarang adanya pertukaran tugas, masing-masing kader hanya mengerti pada tugas yang dipegangnya saja.

Dengan demikian poin rata-rata indikator sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang mendapatkan nilai poin sebesar satu koma enam (1,6) yang artinya ada tetapi kurang memadai.

5.4.1.3Gambaran Sumber Data Sistem Informasi Gizi

Menurut teori HMN (WHO,2008) Sumber data dibagi menjadi dua kategori utama yaitu data berbasis populasi (sensus, pencatatan sipil, dan survey populasi) dan data berbasis lembaga (catatan individu, catatan layanan dan catatan sumber daya). Sumber data Dinas Kesehatan kota Tangerang merupakan data berbasis lembaga. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang sumber data berasal dari sistem informasi Posyandu yang merupakan input bagian dari kegiatan surveilans gizi. Untuk mengisi format sistem informasi Posyandu ini didapatkan dari hasil kegiatan Posyandu yang dilakukan setiap bulan. Kegiatan Posyandu terdiri dari penimbangan balita, pelayanan imunisasi, serta terdapat pelayanan KB. Dengan demikian data yang berasal dari

Posyandu dapat merupakan catatan layanan yang termasuk data berbasis lembaga.

Untuk lebih jelas mengenai penilaian sumber data Dinas Kesehatan Kota Tangerang dapat dilihat pada tabel. 5.7 dimana skoring penilaian terhadap sumber data tersebut dapat diuraikan sebagai beriku

Tabel. 5.7 Sumber data : Surveilans Gizi

No. Item Sang

at mem adai Memad ai Ada Tetapi Kurang Memadai Tidak adekuat sama sekali Skore 3 2 1 0

1. Terdapat surveilans yang representatif dalam mengukur persentase penduduk yang relevan mengenai pelayanan kesehatan ibu dan anak ( KB, antenatal care, persalinan, imunisasi)

3

2. Terdapat surveilans yang representatif dalam perkiraaan mengenai kematian balita

0

3. Terdapat pengelompokan data berupa usia dan seks

3

4. Ada pertemuan dan rencana tahunan untuk

mengkordinasikan waktu, variabel yang diukur dari daerah

2

Dari tabel 5.7 di atas dapat diketahui bahwa poin untuk terdapatnya surveilans yang representatif dalam mengukur persentase penduduk yang relevan mengenai pelayanan kesehatan ibu dan anak ( KB, antenatal care, persalinan, imunisasi) mendapakan poin sebesar tiga (3) yang artinya sangat memadai. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan oleh peneliti di Posyandu Mekar Melati Kecamatan Cibodas, dalam kegiatan Posyandu tersebut terdapat pelayanan kesehatan ibu dan anak, seperti pemberian tablet Fe untuk ibu hamil, pelayanan KB, penimbangan bulanan untuk mengetahui status gizi balita, serta terdapat pelayanan imunisasi. Kegiatan pelayanan ibu dan anak tersebut rutin dilakukan di Posyandu setiap bulan, yang dibantu dari tenaga Puskesmas, Bidan desa, serta kader Posyandu. Dengan demikian adanya pelayanan ibu dan anak yang rutin dan teratur setiap bulannya merupakan surveilans yang representatif dalam mengukur persentase penduduk yang relevan mengenai pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan E yaitu selaku kader Posyandu, mengatakan bahwa tidak terdapat data kejadian kematian balita yang dilaporkan setiap bulan, kader Posyandu hanya melaporkan hasil kegiatan Posyandu, salah satunya yaitu penimbangan balita yang dilakukan rutin setiap bulan, seperti data SKDN, jumlah balita BGM, jumlah balita yang ditimbang bulan ini tetapi tidak ditimbang bulan lalu (O),

jumlah balita yang turun berat badannya pada bulan ini (T), jumlah balita yang turun berat badannya dua bulan berturut-turut pada bulan ini (2T), jumlah balita yang baru pertama kali hadir di Posyandu pada bulan ini (B), jumlah kasus gizi buruk bulan lalu, dan jumlah kasus gizi buruk baru bulan ini. Dengan demikian poin nilai untuk surveilans yang representatif dalam perkiraaan mengenai kematian balita mendapatkan sebesar nol (0) yang artinya tidak memadai.

Dalam surveilans gizi ini juga terdapat pengelompokan usia balita dan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Untuk usia balita dibagi menjadi 4 kelompok usia yaitu 0-5 bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan, dan 24-59 bulan seperti yang terdapat pada format sistem informasi Posyandu (SIP). Oleh karena itu, untuk poin adanya pengelompokan data, mendapatkan nilai sebesar tiga (3) yang artinya sangat memadai.

Poin nilai untuk adanya pertemuan dan rencana tahunan untuk mengkordinasikan waktu, variabel yang diukur dari daerah mendapatkan poin nilai sebesar dua (2) yang artinya sudah memadai, seperti yang sudah diterangkan pada sumber daya koordinasi bahwa pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang selalu mengadakan rapat bulanan yang dihadiri oleh pihak TPG (Tenaga Pelaksana Gizi) Puskesmas dalam rapat koordinasi tersebutlah membahas mengenai rencana tahunan untuk mengkordinasikan waktu, variabel yang diukur.

Dengan demikian hasil poin rata-rata untuk sumber data yaitu dua (2) yang artinya sumber data mengenai sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang sudah memadai.

Dokumen terkait