• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

6.5 Gambaran Proses Sistem Informasi Gizi

Gambaran proses sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang adalah manajemen data sistem informasi gizi.

6.5.1 Manajemen Data Sistem Informasi Gizi

Manajemen sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang belum memadai. Manajemen data ini mencakup kegiatan dari pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data dimana alur pengumpulan data dapat dilihat dalam bagan di bawah ini:

Bagan 6.1 Alur Pengumpulan Data

Berdasarkan bagan di atas, pengumpulan data berawal dari Posyandu. Pada tingkat Posyandu pengumpulan data berasal dari kegiatan Posyandu seperti penimbangan, pemberian imunisasi, serta pelayanan KB. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan informan A yaitu Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang, pada tingkat Posyandu, kader Posyandu hanya melakukan record yaitu mencatat data hasil kegiatan Posyandu. Data yang dicatat oleh kader yaitu data SKDN, jumlah balita BGM, jumlah balita yang ditimbang bulan ini tetapi tidak ditimbang bulan lalu (O), jumlah balita yang turun berat badannya pada bulan ini (T), jumlah balita yang turun berat badannya dua bulan berturut-turut pada bulan ini (2T), jumlah balita yang baru pertama kali hadir di Posyandu pada bulan ini (B), jumlah kasus gizi buruk bulan lalu, dan jumlah kasus gizi buruk baru bulan ini. Selain itu data yang dicatat oleh kader Posyandu

Kementerian Kesehatan

Dinas Kesehatan Kota

Puskesmas

juga meliputi jumlah balita yang mendapatkan vitamin A, jumlah bayi 0-6 bulan yang mendapatkan Asi Ekslusif, jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe, jumlah rumah tangga yang mendapatkan garam beriodium. Kader Posyandu mencatat data tersebut ke dalam buku sistem informasi Posyandu (SIP), sedangkan untuk pelaporan data tersebut, kader melaporkan ke tingkat Puskesmas dalam bentuk format 1 (F1).

Pada tingkat Puskesmas dilakukan pengolahan data, dimana data F1 dari berbagai Posyandu akan direkap menjadi format 2 (F2), LB3 gizi dan Format SIG. data akan dianalisis untuk mengetahui cakupan indikator pembinaan gizi di wilayah kerja Puskesmas. Indikator tersebut adalah SKDN, jumlah balita BGM, jumlah balita yang ditimbang bulan ini tetapi tidak ditimbang bulan lalu (O), jumlah balita yang turun berat badannya pada bulan ini (T), jumlah balita yang turun berat badannya dua bulan berturut-turut pada bulan ini (2T), jumlah balita yang baru pertama kali hadir di Posyandu pada bulan ini (B), jumlah kasus gizi buruk bulan lalu, dan jumlah kasus gizi buruk baru bulan ini, jumlah balita yang mendapatkan vitamin A, jumlah bayi 0-6 bulan yang mendapatkan Asi Ekslusif, jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe, jumlah rumah tangga yang mendapatkan garam beriodium. Dari hasil analisis bila ditemukan anak atau balita yang turun berat badannya dua bulan berturut-turut pada bulan ini (2T) maka akan dilakukan upaya penyuluhan kepada orang tua balita dan merujuknya ke Puskesmas. Sedangkan apabila ditemukan jumlah BGM baru maka dilakukan upaya konfirmasi BGM dengan BB/TB dan tanda klinis gizi buruk oleh Tenaga Pelaksana Gizi di

Puskesmas, jika positif gizi buruk maka akan dilakukan tatalaksana gizi buruk.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan informan A selaku Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang, untuk unit sistem informasi gizi di tingkat Kota sudah mengmpulkan data yang terintegrasi yang berisi data dari seluruh puskesmas dan sumber data, namun pelaporan belum dapat diakses kepada khalayak berbagai pengguna. Menurut Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang pelaporan belum dapat diakses kepada khalayak berbagai pengguna dikarenakan dikhawatirkan data tersebut disalahgunakan untuk kepentingan politik dan tidak dapat dipertaggung jawabkan. Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab lemahnya manajemen data di Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang terdapat gudang data dimana data dari seluruh puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang disimpan dalam lemari besar yang tersusun rapi sesuai dengan tahunnya. Data yang berasal dari tingkat sumber data yang paling awal berasal dari Posyandu dan disimpan dalam bentuk hardcopy. Data yang berasal dari seluruh populasi seperti puskesmas yang ada di Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang disimpan dengan baik dalam bentuk softcopy dan hardcopy. Selain itu untuk memudahkan penggabungan database yang berasal dari seluruh puskesmas, pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang memiliki kode unik. Selain itu terdapat pula password dalam melakukan pelaporan melalui website sistem informasi gizi, sehingga untuk data cakupan yang dilaporkan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena hanya tenaga pelaksana saja yang mengetahui password tersebut.

Berdasarkan hasil skoring HMN tool, manajemen data di Dinas Kesehatan Kota Tangerang mengenai sistem informasi gizi kurang memadai. Dari hasil observasi dan wawancara dengan informan A selaku Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang, untuk unit sistem informasi gizi di tingkat Kota sudah menjalankan data yang terintegrasi yang berisi data dari seluruh populasi dan sumber data, dan terdapat gudang data yang setara dengan Nasional, yaitu data yang berasal dari puskesmas yang ada di Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang disimpan dengan baik dalam bentuk softcopy dan hardcopy, namun pelaporan belum dapat diakses kepada khalayak berbagai pengguna. Menurut Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang pelaporan belum dapat diakses kepada khalayak berbagai pengguna dikarenakan dikhawatirkan data tersebut disalahgunakan untuk kepentingan politik dan tidak dapat dipertaggung jawabkan. Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab lemahnya manajemen data di Dinas Kesehatan Kota Tangerang .

6.6 Gambaran Output Sistem Informasi gizi 6.6.1 Produk Sistem Informasi Gizi

Produk sistem informasi dalam sistem informasi gizi dinilai berdasarkan kekonsistenan cakupan data, karakteristik cakupan data yang dapat representatif. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai

produk dari hasil sistem informasi gizi yang terdapat dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang, dapat dinilai dengan melakukan skoring menggunakan tools HMN dimana hasil skoring menunjukan bahwa produk yang terdapat dalam sistem informasi gizi masih belum memadai.

Sesuai dengan teori HMN yaitu dalam produk data mencakup penilaian kualitas data dimana dalam produk data terdiri dari karakteristik usia dan cakupan data tersebut cukup representatif, dalam produk sistem informasi gizi terdapat data yang terdiri dari beberapa karakteristik usia bayi yang dibagi dalam empat kelompok dengan interval 0-5 bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan dan 24-59 bulan. Selain itu produk dari sistem informasi gizi ini cukup representatif dimana produk tersebut terdiri dari data cakupan penimbangan posyandu (SKDN), cakupan balita gizi buruk ditangani/dirawat, cakupan ibu hamil mendapat Fe 90 tablet, data cakupan pemberian vitamin A, dan data cakupan ASI ekslusif. Walaupun produk informasi ini sudah cukup representatif namun untuk estimasi data produk informasi ini hanya dipisahkan secara demografis yaitu berdasarkan usia, belum ada berdasarkan status sosial ekonomi misalnya, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, serta berdasarkan wilayah misalnya, urban/rural, utama geografis atau wilayah administratif.

Penyebab kurang memadai produk sistem informasi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang salah satunya yaitu keterlambatan pelaporan sistem informasi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Berikut kutipan penjelasan dari informan B selaku staf gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang:

“...sebenarnya biasanya rutin setiap bulan, tapi pada waktu bulan agustus ada kendala sigizi maintanice/perbaikan, saya kira tidak bisa kirim data,ternyata saya salah buka home page akhirnya saya baru melaporkan bulan agustus sampai desember 2013 secara bersamaan...” Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa pelaporan produk sistem informasi gizi biasa dilakukan setiap bulan, namun dikarenakan pelaporan bulan agustus hingga desember dilakukan secara bersamaan, maka membuat poin penilaian menjadi kecil. Penyebab keterlambatan laporan tersebut adalah kurangnya komunikasi dari pihak staf seksi gizi Dinkes Kota Tangerang ke tingkat Kemenkes dalam mengkonfirmasi masalah teknis yang terjadi. Dengan lemahnya kordinasi dan komunikasi dengan pihak Kemenkes membuat kurangnya informasi yang didapatkan terkait tentang sistem informasi gizi yang berasal dari pihak Kemenkes.

Dokumen terkait