• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Gambaran Kasus Mengenai Masalah – masalah DRPs

dengan efek samping seminimal mungkin. Pengobatan secara tepat merupakan cara untuk mencapai efek terapeutik yang diinginkan meliputi ketepatan indikasi, ketepatan dosis, ketepatan cara pemakaian obat dan ketaatan pasien.

Evaluasi penatalaksanaan pengobatan DBD pada anak lebih difokuskan pada masalah penggunaan obat yang dirumuskan berdasarkan DRPs (Drug Related Problems). Identifikasi Drug Related Problems dilakukan dengan mengevaluasi permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan obat pada pasien anak DBD.

Evaluasi mengenai penatalaksanaan pengobatan DBD pada pasien anak dari 44 kasus, terdapat 21 kasus yang tidak mengalami kejadian Drug Related Problems, sedangkan 23 kasus mengalami kejadian Drug Related Problems sebanyak 1 atau lebih kejadian DRPs yang terjadi pada setiap pasien. Dari 23 kasus ditemukan 5 kasus DRPs yang terkait dengan penatalaksanaan pengobatan DBD pada pasien anak yaitu tidak perlu obat, butuh obat, obat tidak efektif, dosis kurang dan dosis berlebih.

Analisis mengenai DRPs pada tiap – tiap kasus DBD anak akan dijabarkan dalam tabel – tabel berikut ini :

Tabel XIV. Analisis DRPs kasus 1 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Kasus 1 Subyektif :

No. RM : 07-32-17 Umur : 10 tahun Jenis Kelamin : Laki - laki Tanggal Masuk : 16-03-2009 Tanggal Keluar : 18-03-2009 Lama Perawatan : 3 hari Riwayat Penyakit : - Riwayat Pengobatan Terdahulu : - Riwayat Alergi : -

Anamnesis : panas selama 1 minggu, mual, muntah, pusing, bibir kering, lemas

Lanjutan Tabel XIV. Analisis DRPs kasus 1 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Obyektif: Keadaan Umum: BB : 27 kg Suhu : 36,50C Pemeriksaan Laboratorium : 1. Hematologi

Pemeriksaan Hasil Nilai

Normal 16 / 03 / 09 18 / 03 / 09

Hemoglobin 10,8 g% - Laki – laki : 14-18g%

Perempuan : 12-16g% Lekosit 10.800/mm3 - 4.800 - 10.800 /mm3

Hematokrit 33 % - Laki – laki : 40 -48 %

Perempuan : 35 – 43% Trombosit 76.000/mm3 102.000/mm3 150.000 – 450.000/mm3

2. Pemeriksaan Anti Dengue

Pemeriksaan Hasil Nilai

Normal 16 / 03 / 09

Ig – G + (positif) - (Negatif)

Ig – M + (positif) - (Negatif)

Nama Obat Frekuensi Cara Pemberian Diberikan tanggal Ringer dekstrosa 15 – 20

tetes/menit

Infus Intravena 16 – 17/03/09

cefotaxime 3 x 500 mg Injeksi 16 – 17/03/09

cefixime 2 x 1 kapsul Oral 18 /03/09

Assement :

a) Pemberian infus Ringer dekstrosa sudah tepat, karena dari anamnesis yang ada pasien mengalami dehidrasi karena pasien mengalami muntah, bibir pasien kering dan pasien nampak lemah.

b)Berdasarkan Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorrhagic Fever in Small Hospital, Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment,

Prevention and Control dan Pocket Book of Hospital Care for

Children,Guidelines for the Management of Common Illness with Limited Resources, dalam penatalaksanaan pengobatan DBD tidak membutuhkan terapi antibiotik. Namun, hasil wawancara dengan dokter yang menangani pasien DBD ini menyatakan bahwa pemberian antibiotik ini bertujuan untuk pencegahan terhadap bakteri – bakteri baik Gram positif maupun negatif yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi lainnya.

Lanjutan Tabel XIV. Analisis DRPs kasus 1 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Jika dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien yang tidak menunjukkan adanya penurunan lekosit (menandakan adanya infeksi), maka sebaiknya antibiotik tidak diberikan dalam pengobatan DBD untuk pasien ini, sehingga dalam pengobatan DBD dengan menggunakan antibiotik pada pasien ini kurang tepat (Unnecessary Drug Therapy). Planning :

a) Memonitoring tanda vital pada pasien meliputi suhu tubuh dan kadar trombosit

b) Menambah asupan nutrisi untuk meningkatkan kadar trombosit, contoh jus buah

c) Tidak memberikan antibiotik pada pasien, karena dari hasil pemeriksaan laboratorium dan fisik pasien tidak nampak jika terjadi infeksi

Tabel XV. Analisis DRPs Kasus 2 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Kasus 2 Subyektif :

No. RM : 03-88-42 Umur : 10 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Masuk : 02 – 02 – 09 Tanggal Keluar : 04 – 02 – 09 Lama Perawatan : 3 hari

Riwayat Penyakit : - Riwayat Pengobatan Terdahulu : - Riwayat Alergi : -

Anamnesis : panas naik turun selama 5 hari, mual, muntah, nafsu makan menurun, lemas

Diagnosa : DBD Obyektif: Keadaan Umum: BB : 41 kg Suhu : 36,50C Pemeriksaan Laboratorium : Hematologi

Pemeriksaan Hasil Nilai

Normal 02/02/09 03/02/09 04/02/09

Hemoglobin 11,5g % 11g% 10,7g% Laki – laki : 14-18g% Perempuan : 12-16g% Lekosit 1.600/mm3 1.500/mm3 2.300/mm3 4.800 -

10.800 /mm3

Hematokrit 34 % 33% 32% Laki – laki :

40 -48 % Perempuan : 35 – 43% Trombosit 65.000/mm3 57.000/mm3 165.000/mm3 150.000 –

Lanjutan Tabel XV. Analisis DRPs Kasus 2 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Nama Obat Frekuensi Cara Pemberian Diberikan tanggal Ringer laktat 20 tetes/menit Infus Intravena 02-04/02/09

amoxicillin 3x 250 mg Injeksi 02-04/02/09

Imboost Force ® 1x 1 sendok teh Oral 03/02/09 Assement :

a) Pemberian infus Ringer laktat sudah tepat, karena dari anamnesis yang ada pasien mengalami dehidrasi ditandai gejala mual dan muntah sampai pasien nampak lemah

b) Berdasarkan Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorrhagic Fever in Small Hospital, Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention and Control dan Pocket Book of Hospital Care for Children,Guidelines for the Management of Common Illness with Limited Resources, dalam penatalaksanaan pengobatan DBD tidak membutuhkan terapi antibiotik. Namun, hasil wawancara dengan dokter yang menangani pasien DBD ini menyatakan bahwa pemberian antibiotik ini bertujuan untuk pencegahan terhadap bakteri – bakteri baik Gram positif maupun negatif yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi lainnya.

Dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien menunjukkan adanya penurunan lekosit (menandakan adanya infeksi), sehingga pemberian antibiotik disini sudah tepat untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder selama pasien menjalani perawatan yang dapat memperparah kondisi pasien.

c) Berdasarkan ISO tahun 2009, interval pemberian Imboost Force® kurang tepat (dosage too low) yaitu tiap 24 jam (1 x sehari), seharusnya diberikan tiap 8 jam sekali (3 x sehari).

Planning :

a) Memonitoring tanda vital pada pasien meliputi suhu tubuh dan kadar trombosit

b) Menambah asupan nutrisi untuk meningkatkan kadar trombosit, contoh jus buah

c) Memonitoring penggunaan antibiotik amoxicillin agar digunakan sampai habis

d) Memperbaiki interval pemberian Imboot Force® menjadi 3 x sehari atau diberikan tiap 8 jam sekali

Tabel XVI. Analisis DRPs Kasus 3 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Kasus 3 Subyektif :

No. RM : 07-55-13 Umur : 9 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Masuk : 16 – 06 – 09 Tanggal Keluar : 19 – 06 – 09 Lama Perawatan : 4 hari

Riwayat Penyakit : - Riwayat Pengobatan Terdahulu : - Riwayat Alergi : -

Anamnesis : panas ± 4 hari, mual, muntah, nafsu makan menurun, lemah Diagnosa : DBD Obyektif: Keadaan Umum: BB : 19,5 kg Suhu : 38,40C Pemeriksaan Laboratorium : Hematologi

Pemeriksaan Hasil Nilai

Normal 17/06/09 18/06/09 19/06/09

Hemoglobin 10,7g% 11,1g% - Laki – laki :

14-18g% Perempuan : 12-16g% Lekosit 2.100/mm3 2.700/mm3 - 4.800 -

10.800 /mm3

Hematokrit 31% 33% - Laki – laki :

40 -48 % Perempuan : 35 – 43% Trombosit 101.000/mm3 77.000/mm3 160.000/mm3 150.000 –

Lanjutan Tabel XVI. Analisis DRPs Kasus 3 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Nama Obat Frekuensi Cara

Pemberian

Diberikan tanggal Ringer laktat 25 tetes/menit Infus Intravena 16-19/06/09

amoxicillin 3x 250 mg Injeksi 16-19/06/09

cefixime 2 x 1 kapsul Oral 17&19/06/09

paracetamol 4x1/2 sendok teh Oral 17/06/09 oksomemazina 3x 1 sendok teh Oral 18/06/09 nystatin 4 x 1 ml Oral 19/06/09

Dansera® 3x 1 pulveres Oral 19/06/09

vit B complex 3x 1 pulveres Oral 19/06/09

Sanprima® 3x 1 pulveres Oral 19/06/09

ambroxol HCl 3x 1 pulveres Oral 19/06/09

Alegi® 3x 1 pulveres Oral 19/06/09

Assement :

a) Berdasarkan Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorrhagic Fever in Small Hospital, Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention and Control dan Pocket Book of Hospital Care for Children,Guidelines for the Management of Common Illness with Limited Resources, dalam penatalaksanaan pengobatan DBD tidak membutuhkan terapi antibiotik. Namun, hasil wawancara dengan dokter yang menangani pasien DBD ini menyatakan bahwa pemberian antibiotik ini bertujuan untuk pencegahan terhadap bakteri – bakteri baik Gram positif maupun negatif yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi lainnya.

Dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien menunjukkan adanya penurunan lekosit (menandakan adanya infeksi), sehingga pemberian antibiotik disini sudah tepat untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder selama pasien menjalani perawatan yang dapat memperparah kondisi pasien. Namun, pemberian 2 macam antibiotik dalam waktu yang bersamaan yaitu amoxicillin dan cefixime kurang tepat (Unnecesary Drug Therapy), seharusnya diberikan salah satu dari kedua antibiotik tersebut saja, karena sebenarnya dalam pengobatan DBD, antibotik hanya digunakan untuk mencegah infeksi sekunder yang dapat memperparah kondisi pasien.

b) Berdasarkan IONI tahun 2003, pemberian nystatin kurang tepat(Unnecesary Drug Therapy), karena nystatin berguna untuk mengobati infeksi jamur, sedangkan pada DBD tidak terdapat gejala adanya infeksi yang disebabkan oleh jamur. Sehingga pemberian nystatin dianggap tidak tepat dalam pengobatan DBD ini.

c) Berdasarkan Handbook of Pediartic Drug Therapy tahun 2000, dosis pemberian paracetamol kurang tepat(Dosage Too Low) yaitu ½ sendok teh, seharusnya 2 – 4 sendok the

Lanjutan Tabel XVI. Analisis DRPs kasus 3 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Planning :

a) Memonitoring tanda vital pada pasien meliputi suhu tubuh dan kadar trombosit

b) Menambah asupan nutrisi untuk meningkatkan kadar trombosit, contoh jus buah

c) Memilih salah satu antibiotik yang akan digunakan dalam pengobatan, baik amoxicillin maupun cefixime.

d) Meningkatkan dosis pemberian paracetamol dari 4 x ½ sendok teh menjadi 4x 2 sendok teh dan apabila demam telah turun segera hentikan penggunaan paracetamol

Tabel XVII. Analisis DRPs Kasus 4 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Kasus 4 Subyektif :

No. RM : 07-55-33 Umur : 7 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Masuk : 17 – 06 – 09 Tanggal Keluar : 20 – 06 – 09 Lama Perawatan : 4 hari

Riwayat Penyakit : - Riwayat Pengobatan Terdahulu : - Riwayat Alergi : -

Anamnesis : panas ± 4 hari, mual, pusing, bibir kering, nafsu makan menurun Diagnosa : DBD Obyektif: Keadaan Umum: BB : 25 kg Suhu : 400C Pemeriksaan Laboratorium : Hematologi

Pemeriksaan Hasil Nilai

Normal 18/06/09 19/06/09

Hemoglobin 9,4g% 9,6g% Laki – laki :

14-18g%

Perempuan : 12-16g%

Lekosit 1.800/mm3 1.400/mm3 4.800 - 10.800 /mm3

Hematokrit 29% 28% Laki – laki : 40

-48 %

Perempuan : 35 – 43%

Trombosit 79.000/mm3 121.000/mm3 150.000 – 450.000/mm3

Lanjutan Tabel XVII. Analisis DRPs Kasus 4 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Nama Obat Frekuensi Cara Pemberian Diberikan Tanggal Ringer laktat 20 tetes/menit Infus Intravena 17-19/06/09

cefotaxime 3 x 500 mg Injeksi 17-19/06/09

paracetamol 3 x 2 sendok teh Oral 18/06/09

Microlac Suppo® 1 tube/rektal Rektal 19/06/09 Imboost Force® 1 x 1 sendok teh Oral 20/06/09 Assement :

a) Pemberian infus Ringer laktat sudah tepat, karena dari anamnesis yang ada pasien mengalami dehidrasi ditandai gejala mual dan bibir pasien yang nampak kering

b) Berdasarkan Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorrhagic Fever in Small Hospital, Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention and Control dan Pocket Book of Hospital Care for Children,Guidelines for the Management of Common Illness with Limited Resources, dalam penatalaksanaan pengobatan DBD tidak membutuhkan terapi antibiotik. Namun, hasil wawancara dengan dokter yang menangani pasien DBD ini menyatakan bahwa pemberian antibiotik ini bertujuan untuk pencegahan terhadap bakteri – bakteri baik Gram positif maupun negatif yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi lainnya.

Dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien menunjukkan adanya penurunan lekosit (menandakan adanya infeksi), sehingga pemberian antibiotik disini sudah tepat untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder selama pasien menjalani perawatan yang dapat memperparah kondisi pasien, namun berdasarkan Handbook of Pediartic Drug Therapy tahun 2000, interval pemberian antibiotik cefotaxime kurang tepat (dosage too low) yaitu 3 x 500 mg, seharusnya cefotaxime diberikan dengan interval 4 – 6 x per hari dengan dosis terbagi 1250 mg – 4500 mg.

c) Berdasarkan ISO tahun 2009, interval pemberian Imboost Force® kurang tepat (dosage too low) yaitu tiap 24 jam (1 x sehari), seharusnya diberikan tiap 8 jam sekali (3 x sehari).

Planning :

a) Memonitoring tanda vital pada pasien meliputi suhu tubuh dan kadar trombosit

b) Menambah asupan nutrisi untuk meningkatkan kadar trombosit, contoh jus buah

c) Meningkatkan interval pemberian antibiotik cefotaxime menjadi 4 x sehari dengan dosis 500 mg, sehingga diharapkan dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder secara optimal.

d) Memperbaiki interval pemberian Imboot Force® menjadi 3 x sehari atau diberikan tiap 8 jam sekali

Tabel XVIII. Analisis DRPs Kasus 5 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Kasus 5 Subyektif :

No. RM : 07-58-40 Umur : 8 tahun Jenis Kelamin : Laki - laki Tanggal Masuk : 29 – 06 – 09 Tanggal Keluar : 02 – 07 – 09 Lama Perawatan : 4 hari

Riwayat Penyakit : - Riwayat Pengobatan Terdahulu : - Riwayat Alergi : -

Anamnesis : panas ± 3 hari, mual, muntah, pusing, batuk, perut sakit Diagnosa : DBD Obyektif: Keadaan Umum: BB : 27 kg Suhu : 39,50C Pemeriksaan Laboratorium : Hematologi

Pemeriksaan Hasil Nilai

Normal 30/06/09 01/07/09 02/07/09

Hemoglobin 12,4g% 11,5g% 12g% Laki – laki : 14-18g% Perempuan : 12-16g% Lekosit 3.700/mm3 5.200/mm3 5.300/mm3 4.800 -

10.800 /mm3

Hematokrit 37% 35% 36% Laki – laki :

40 -48 % Perempuan : 35 – 43% Trombosit 55.000/mm3 74.000/mm3 104.000/mm3 150.000 –

Lanjutan Tabel XVIII. Analisis DRPs Kasus 5 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Nama Obat Frekuensi Cara Pemberian Diberikan Tanggal Ringer laktat 15 tetes/menit Infus Intravena 29/06/09 –

02/07/09

cefotaxime 3x 500 mg Injeksi 29/06/09 –

01/07/09

paracetamol 4 x 2 sendok teh Oral 29/06/09

amoxicillin 500 mg

3 x 1 pulveres Oral 29/06/09 & 02/07/09 paracetamol 3 x 1 pulveres Oral 29/06/09 &

02/07/09

ctm 4 mg 3 x 1 pulveres Oral 29/06/09 &

02/07/09 phenobarbital 30

mg

3 x 1 pulveres Oral 29/06/09 & 02/07/09

vit B complek 3 x 1 pulveres Oral 29/06/09

thiamfenikol 3 x 1 sendok teh Oral 02/07/09

Imboost Force® 3 x 1 sendok teh Oral 02/07/09

Lameson® 4 mg 3 x 1 pulveres Oral 02/07/09

Assement :

a) Pemberian infus Ringer laktat sudah tepat, karena dari anamnesis yang ada pasien mengalami mual dan muntah sehingga perlu diberikan cairan untuk mengatasi terjadinya dehidrasi pada pasien

b) Berdasarkan Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorrhagic Fever in Small Hospital, Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention and Control dan Pocket Book of Hospital Care for Children,Guidelines for the Management of Common Illness with Limited Resources, dalam penatalaksanaan pengobatan DBD tidak membutuhkan terapi antibiotik. Namun, hasil wawancara dengan dokter yang menangani pasien DBD ini menyatakan bahwa pemberian antibiotik ini bertujuan untuk pencegahan terhadap bakteri – bakteri baik Gram positif maupun negatif yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi lainnya.

Jika dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien yang tidak menunjukkan adanya penurunan lekosit (menandakan adanya infeksi), maka sebaiknya antibiotik tidak diberikan dalam pengobatan DBD untuk pasien ini, sehingga dalam pengobatan DBD dengan menggunakan antibiotik pada pasien ini kurang tepat (Unnecessary Drug Therapy).

Lanjutan Tabel XVIII. Analisis DRPs Kasus 5 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

c) Berdasarkan Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorrhagic Fever in Small Hospital, Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention and Control dan Pocket Book of Hospital Care for Children,Guidelines for the Management of Common Illness with Limited Resources, pemberian paracetamol pada tanggal 29/06/09 sudah tepat, karena pasien mengalami demam (suhu tubuh 39,50C) sehingga dengan pemberian paracetamol dapat menurunkan suhu tubuh pasien hingga dibawah 390C.

d) Pemberian campuran obat dalam pulveres pada tanggal 29/06/09 dan 02/07/09 kurang tepat (Inneffective Drug),karena dalam pulveres tersebut dicampur antara pemberian antibiotik dan paracetamol, dimana antibiotik harus digunakan sampai habis dan paracetamol hanya digunakan bila suhu tubuh meningkat.

e) Pemberian paracetamol dalam bentuk sirup dan pulveres pada tanggal 29/06/09 dalam waktu yang bersamaan kurang tepat (Inneffective Drug) atau dengan kata lain polifarmasi sehingga pemberian paracetamol dalam bentuk sediaan yang berbeda dikatakan tidak tepat atau kurang efektif bagi pasien.

Planning :

a) Memonitoring tanda vital pada pasien meliputi suhu tubuh dan kadar trombosit

b) Menambah asupan nutrisi untuk meningkatkan kadar trombosit, contoh jus buah

c) Memperbaiki pemberian campuran pulveres pada tanggal 29/06/09 dengan tidak mencampurkan paracetamol dalam pulveres karena paracetamol juga telah diberikan dalam bentuk sediaan sirup dengan dosis yang telah sesuai sehingga dapat menghindari terjadinya polifarmasi.

d) Memperbaiki pemberian campuran pulveres pada tanggal 02/07/09 dengan tidak mencampurkan paracetamol dan antibiotik, lebih baik paracetamol diberikan sendiri sehingga ketika suhu tubuh kembali normal (dibawah 390C) penggunaan paracetamol dapat segera dihentikan.

Tabel XIX. Analisis DRPs Kasus 6 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009 Kasus 6 Subyektif : No. RM : 07-58-96 Umur : 6 tahun Jenis Kelamin : Laki - laki Tanggal Masuk : 02 – 07 – 09 Tanggal Keluar : 05 – 07 – 09 Lama Perawatan : 4 hari

Riwayat Penyakit : - Riwayat Pengobatan Terdahulu : - Riwayat Alergi : -

Anamnesis : panas naik turun sejak 5 hari yang lalu, mual, muntah, nafsu makan menurun, rewel, ruam merah pada tubuh Diagnosa : DBD Obyektif: Keadaan Umum: BB : 16 kg Suhu : 36,50C Pemeriksaan Laboratorium : 1. Hematologi

Pemeriksaan Hasil Nilai

Normal 01/07/09 02/07/09 03/07/09 04/07/09

Hemoglobin 11,9g% 10,6g% 10,1g% 10,4g% Laki – laki : 14-18g% Perempuan : 12-16g% Lekosit 2.800/mm3 2.900/mm3 2.000/mm3 3.500/mm3 4.800 - 10.800 /mm3

Hematokrit 36% 31% 30% 31% Laki – laki :

40 -48 % Perempuan : 35 – 43% Trombosit 128.000/ mm3 91.000/ mm3 89.000/ mm3 159.000/ mm3 150.000-450.000/ mm3

Lanjutan Tabel XIX. Analisis DRPs Kasus 6 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

2. Pemeriksaan Anti Dengue

Pemeriksaan Hasil Nilai

Normal 01/07/09

Ig – G + (positif) - (Negatif)

Ig – M + (positif) - (Negatif)

Nama Obat Frekuensi Cara Pemberian Diberikan Tanggal Ringer laktat 10 tetes/menit Infus Intravena 02-04/07/09 sukralfat 100 ml 3 x 1 sendok teh Oral 02/07/09 Curvit Cl

emulsion® 175ml

2 x 1 sendok makan Oral 02/07/09

Imboost Force® 3 x 1 sendok teh Oral 02/07/09

paracetamol 3 x 2 sendok teh Oral 02/07/09

phenobarbital 30 mg

3 x 1 pulveres Oral 02/07/09

ctm 4 mg 3 x 1 pulveres Oral 02/07/09

pizotifen 3 x 1 pulveres Oral 02/07/09

amoxicillin 250 mg

3 x 1 pulveres Oral 02/07/09

Assement :

a) Pemberian sukralfat kurang tepat (Unnecessary Drug Theraphy), karena tidak terdapat gejala yang menunjukkan pasien mengalami gangguan lambung seperti kembung, nyeri pada ulu hati, dan tukak lambung sehingga obat yang diberikan tidak tepat indikasi

b)Pemberian pizotifen dalam kasus ini kurang tepat (Unnecessary Drug Tehrapy), karena pada pasien tidak terdapat gejala migren, sedangkan pasien hanya mengalami pusing yang dapat diatasi dengan pemberian paracetamol. Namun diketahui bahwa efek samping dari pemberian pizotifen dapat meningkatkan nafsu makan, sehingga pemberian obat ini hanya dimanfaatkan untuk meningkatkan nafsu makan pada pasien.

c) Berdasarkan Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorrhagic Fever in Small Hospital, Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention and Control dan Pocket Book of Hospital Care for Children,Guidelines for the Management of Common Illness with Limited Resources, dalam penatalaksanaan pengobatan DBD tidak membutuhkan terapi antibiotik. Namun, hasil wawancara dengan dokter yang menangani pasien DBD ini menyatakan bahwa pemberian antibiotik ini bertujuan untuk pencegahan terhadap bakteri – bakteri baik Gram positif maupun negatif yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi lainnya.

Lanjutan Tabel XIX. Analisis DRPs kasus 6 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien menunjukkan adanya penurunan lekosit (menandakan adanya infeksi), sehingga pemberian antibiotik disini sudah tepat untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder selama pasien menjalani perawatan yang dapat memperparah kondisi pasien.

Planning :

a) Memonitoring tanda vital pada pasien meliputi suhu tubuh dan kadar trombosit b)Menambah asupan nutrisi untuk meningkatkan kadar trombosit, contoh jus buah c) Tidak memberikan sukralfat kepada pasien karena tidak terdapat gejala yang

menunjukkan adanya gangguan lambung

d)Tidak memberikan pizotifen kepada pasien,karena telah diberikan Curvit Cl emulsion® yang telah berguna untuk meningkatkan nafsu makan pada pasien e) Memonitoring penggunaan antibiotik amoxicillin agar digunakan sampai habis

Tabel XX. Analisis DRPs Kasus 11 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Kasus 11 Subyektif :

No. RM : 06-07-99 Umur : 7 tahun Jenis Kelamin : Laki - laki Tanggal Masuk : 28 – 10 – 09 Tanggal Keluar : 31 – 10 – 09 Lama Perawatan : 4 hari

Riwayat Penyakit : - Riwayat Pengobatan Terdahulu : - Riwayat Alergi : -

Anamnesis : panas tinggi selama 5 hari, pilek, mual, muntah, nafsu makan menurun

Diagnosa : DBD Obyektif: Keadaan Umum: BB : 20 kg Suhu : 38,40C Pemeriksaan Laboratorium : Hematologi

Pemeriksaan Hasil Nilai

Normal 29/10/09 30/10/09 31/10/09

Hemoglobin 11,3g% 10,1g% 9,4g% Laki – laki : 14-18g% Perempuan : 12-16g%

Lekosit 4.100/mm3 - - 4.800 -

10.800 /mm3

Hematokrit 34% 30% 28% Laki – laki :

40 -48 % Perempuan : 35 – 43% Trombosit 54.000/mm3 53.000/mm3 56.000/mm3 150.000 –

Lanjutan Tabel XX. Analisis DRPs Kasus 11 pada Pasien Anak DBD di RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Nama Obat Frekuensi Cara Pemberian Diberikan Tanggal Ringer laktat 15 tetes/menit Infus Intravena 28-31/10/09

cefotaxime 2 x 250 mg Injeksi 28-31/10/09

cefadroxil 250 mg 2 x 1 kapsul Oral 29&31/10/09

Paracetamol 3 x ½ tablet Oral 29/10/09

Imboost Force® 3 x 1 sendok teh Oral 29/10/09 Microlac Suppo® 1 tube/rektal Rectal 31/10/09 Assement :

a) Pemberian infus Ringer laktat sudah tepat, karena dari anamnesis yang ada pasien mengalami mual dan muntah sehinggga perlu diberikan cairan elektrolit untuk mempertahankan atau mengembalikan volume dan komposisi normal cairan tubuh

b)Berdasarkan Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorrhagic Fever in Small Hospital, Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment,

Prevention and Control dan Pocket Book of Hospital Care for

Children,Guidelines for the Management of Common Illness with Limited Resources, dalam penatalaksanaan pengobatan DBD tidak membutuhkan terapi antibiotik. Namun, hasil wawancara dengan dokter yang menangani pasien DBD ini menyatakan bahwa pemberian antibiotik ini bertujuan untuk pencegahan terhadap bakteri – bakteri baik Gram positif maupun negatif yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi lainnya.

Dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien menunjukkan adanya penurunan lekosit (menandakan adanya infeksi), sehingga pemberian antibiotik disini sudah tepat untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder selama pasien menjalani perawatan yang dapat memperparah kondisi pasien, namun pemberian 2 macam antibiotik dalam waktu yang bersamaan yaitu cefotaxime dan cefradroxil kurang tepat (Unnecesary Drug Therapy), seharusnya diberikan salah satu dari kedua antibiotik tersebut saja, karena sebenarnya dalam pengobatan DBD antibotik hanya digunakan untuk mencegah infeksi sekunder yang dapat memperparah kondisi pasien selama menjalani perawatan. Planning :

a) Memonitoring tanda vital pada pasien meliputi suhu tubuh dan kadar trombosit

b) Menambah asupan nutrisi untuk meningkatkan kadar trombosit, contoh jus buah

c) Memilih salah satu antibiotik yang akan digunakan dalam pengobatan, baik cefotaxime maupun cefadroxil. Untuk memberikan rasa nyaman pada pasien lebih baik diberikan cefadroxil yang digunakan secara per oral dibandingkan penggunaan cefotaxime yang diberikan secara intravena. Cefadroxil dapat diberikan dengan dosis 500 mg tiap 12 jam.

Tabel XXI . Analisis DRPs Kasus 12 pada Pasien Anak DBD RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

Kasus 12 Subyektif :

No. RM : 06-91-11 Umur : 8 tahun Jenis Kelamin : Laki - laki Tanggal Masuk : 01 – 11 – 09 Tanggal Keluar : 04 – 11 – 09 Lama Perawatan : 4 hari Riwayat Penyakit : - Riwayat Pengobatan Terdahulu : - Riwayat Alergi : -

Anamnesis : panas sejak 4 hari yang lalu, mual, muntah, lemas Diagnosa : DBD Obyektif: Keadaan Umum: BB : 23 kg Suhu : 39,50C Pemeriksaan Laboratorium : 1. Hematologi

Pemeriksaan Hasil Nilai

Normal 02/11/09 03/11/09

Hemoglobin 9,9g% 10,3g% Laki – laki : 14-18g%

Perempuan : 12-16g%

Lekosit 1.900/mm3 2.600/mm3 4.800 - 10.800 /mm3

Hematokrit 30% 31% Laki – laki : 40

-48 %

Perempuan : 35 – 43%

Trombosit 113.000/mm3 167.000/mm3 150.000 – 450.000/mm3

Lanjutan Tabel XXI . Analisis DRPs Kasus 12 pada Pasien Anak DBD RSU Budi Rahayu Pekalongan Periode 2009

2. Pemeriksaan Anti Dengue

Pemeriksaan Hasil Nilai

Normal 02/11/09

Ig – G + (positif) - (Negatif)

Ig – M + (positif) - (Negatif)

Nama Obat Frekuensi Cara Pemberian Diberikan

Dokumen terkait