Temuan 5: Adanya Proses Pembelajaran Sosial Melalui Latar Belakang Keluarga ‘ Broken Home ’
1. Gambaran Kekerasan dalam Relasi Pacaran Dinda-Rendi a) Identifikasi Jenis Kekerasan
Dinda telah menjalani relasi pacaran dengan Rendi selama kurang lebih 5 tahun. Dinda dan Rendi berkenalan di kampus. Mereka belajar di satu fakultas yang sama, namun selisih 2 angkatan. Dinda 2 angkatan lebih awal dibandingkan Rendi. Namun jika dilihat dari usia, Dinda 3 tahun lebih tua daripada Rendi. Pada awalnya, Dinda tidak tertarik kepada Rendi secara fisik. Mereka saling mengenal sebagai teman main sehingga terbiasa menghabiskan waktu luang bersama. Rendi yang juga berasal dari kota yang sama dengannya juga membuatnya merasa cocok untuk berteman dengannya. Kedekatan mereka di awal juga dikarenakan teman-teman Rendi meminta Dinda untuk memantau dan memberikan nasihat tentang perkuliahan Rendi yang seringkali absen hingga melebihi batas.
Dinda memutuskan untuk menjalin hubungan pacaran karena beberapa alasan, yakni adanya rasa nyaman dan terbiasa melakukan kegiatan bersama-sama dan adanya rasa kasihan dengan Rendi karena Rendi terlihat lemah dan tidak dapat meng- handle dirinya sendiri. Tidak ada komitmen berpacaran yang disepakati oleh Dinda dan Rendi. Keduanya terbiasa bersama- sama hingga muncul rasa memiliki dan mengikat satu dengan lain. Namun seiring berjalannya relasi pacaran diantara mereka, Dinda menemukan bahwa Rendi seringkali berselingkuh. Rendi berselingkuh dengan mantannya dan seorang perempuan lain dalam teman perkumpulan-nya.
“Ooo.. ya ada. Emm.. Dia suka selingkuh. Kalo menyakiti hati, itu, dia suka selingkuh. Terus, ada hal yang, ada hal yang waktu pas dia awal ngajak pacaran juga, saya ngomong sama dia, emm
“Bener apa enggak?” Karena ketika kita pacaran dan kita temenan itu akan beda. Ketika, ketika saya sudah, ketika dia jadi pacar saya akan beda ketika saya jadi temennya dia. Kalo saya jadi temennya dia, lu mau ngapain juga gua ga akan peduli, nah tapi kalo udah jadi pacar, saya, saya ngomong pasti akan ada hal- hal, kebutuhan-kebutuhan yang lebih. Dia bilang, yaudah gak papa, gini-gini, bla-bla-blablabla.. Tapi ternyata, emm.. Dia mungkin nyakitin-nya lebih ke, sebenernya nyakitinnya tuh bukan dia yang nyakitin sih, lingkungannya dia sih, yang mulai agak aneh”.
Dinda membangun keyakinan dan membuat rasionalisasi bahwa Rendi menjadi individu yang seperti itu karena teman- teman yang ada di lingkungannya. Bagi Dinda, teman-teman Rendi membawa pengaruh yang buruk bagi perilaku Rendi. Selain itu, Dinda menganggap bahwa dalam setiap perselingkuhan yang terjadi antara Rendi dan perempuan- perempuan yang lain, kesalahan dilimpahkan pada sang selingkuhan yang terus mengajak Rendi bertemu berulang kali. Dinda menganggap bahwa Sinta, mantan Rendi, adalah kunci permasalahan dari perilaku Rendi yang sering bolos kuliah dan berselingkuh dari dirinya. Selama lima tahun berpacaran dengan Rendi, Dinda mengaku bahwa dirinya sudah 4 kali diselingkuhi oleh Rendi. Sepengetahuan Dinda, 2 kali Rendi selingkuh dengan Sinta dan 2 kali lainnya Rendi selingkuh dengan Becca, teman perempuan sekumpulannya.
“Bolaaaak-balikkk. Ada kali empat kali saya diginiin… Yang
ketauan itu juga kan… Diem-diem dia ke Jogja lah nyamper si Sinta, lha itu kan temen-temennya pada bilang sama gue.. Terus, nemu si Becca pagi-pagi dikosannya baru bangun tidur masih pake tanktop-an gitu… Ngapain lagi coba..”
Menurut penuturan Dinda, Rendi berselingkuh setiap kali ia mengalami konflik dan bertengkar hebat dengan Dinda. Dapat dilihat, Rendi cenderung melarikan diri dari masalah yang
sedang dihadapi. Adanya ketidaksiapan dan ketidakmatangan dari Rendi untuk menjalani sebuah komitmen berpacaran. Selain kekerasan emosional yang dialami oleh Dinda, Rendi juga seringkali menyakiti Dinda dengan kata-kata yang kasar seperti ‘anjing’, ‘babi’, ‘bego’. Namun, Dinda merasa bahwa itu adalah hal yang biasa dilakukan kepada teman-temannya juga. Jadi, Dinda tidak terlalu memasukkannya ke dalam hati.
“Yah.. Apa.. Kapan sih? ‘Bego’ itu sih mah biasa, Teh! Sepergaulannya emang kalo ngomong begitu modelnya. Ke saya juga gitu.. Cuma saya sih biasa aja ya.. Eh tergantung deh.. Kalo
lagi badmood biasa jadi saya ributin”
Rendi cenderung menyakiti Dinda ketika Dinda dianggap mengangkat isu tertentu yang membuat mereka bertengkar. Perilaku selingkuh berulang kali yang dilakukan Rendi bertujuan untuk membuat Dinda jera dan tidak mencari malasah dengannya. Dinda pun cenderung menyalahkan dirinya setiap kali Rendi menyakiti dirinya. Ia berpikir bahwa Rendi melakukan kekerasan tersebut karena ada yang salah dengan perilaku Dinda. Oleh sebab itu, Dinda selalu memaafkan dan memaklumi perilaku Rendi yang menyakiti dirinya.
“Menurutnya kalo pas kita lagi berantem, dia bakal langsung cari cewek laen, biar saya sadar biar saya kapok gitu biasanya… Bilangnya dia, itu pelajaran karena gue cari masalah mulu sama
dia…”
“Hal yang saya pikir adalah.. Mungkin ada kelakuan saya yang salah yang saya gak tau. Walaupun saya gak tau itu apa”.
Selain itu, Rendi juga menunjukkan perilaku agresinya ketika sedang bertengkar dengan Dinda melalui perusakan barang-barang yang ada disekitarnya, misalnya membanting hand phone, memukul pintu. Kekerasan tersebut dilakukan Rendi dalam keadaan mabuk karena Rendi seringkali minum alkohol bersama teman-temannya sehingga Rendi selalu meminta Dinda untuk memakluminya jika ia menyakiti Dinda saat ia sedang
dalam keadaan mabuk. Oleh karena Dinda pun terkadang juga ikut dalam acara minum bersama dengan teman-teman Rendi, maka Dinda pun mencoba mengerti bahwa efek yang muncul pada masing-masing orang yang berada di bawah pengaruh alkohol berbeda satu dengan lainnya. Karena itu, Dinda selalu memaafkan Rendi dan terus menjalani relasi tersebut.
“Dia alesannya gini pasti… ‘Ya kan gua lagi mabok.. Orang
mabok lo reken.. Mana juga gua sadar, Din! Maklumin aja sih
lo kaya nggak pernah mabok aja..’ Ya gitu.. Selalu gitu excuse- nya dia.. Saya juga mau complainjuga nggak nyampe mulu”
Relasi Dinda dan Rendi yang telah berlangsung selama 5 tahun tidak seutuhnya langgeng. Keduanya seringkali menghadapi situasi ‘putus nyambung’ dalam menjalani relasi mereka. Dinda beberapa kali memutuskan Rendi karena Rendi telah berselingkuh darinya. Namun, ketika Dinda mengetahui bahwa Rendi telah berhubungan intim (sexual intercourse) dengan Sinta maupun Becca, Dinda terus mengurungkan niat untuk meninggalkan Rendi. Hal ini disebabkan karena Dinda merasa cemburu, marah, dan tidak terima Rendi melakukan hubungan intim dengan perempuan lain ketika Dinda telah memberikan keperawanannya untuk Rendi di tahun-tahun pertama mereka berpacaran. Tidak ada perubahan yang signifikan ketika awal-awal melakukan hubungan intim. Dinda tidak merasa mengalami ketergantungan untuk melakukan hubungan intim pada awal masa pacaran. Perubahan baik dari segi emosional dan sikap terhadap Rendi baru muncul setelah tahun ketiga pacaran, tepatnya setelah pacar didapati selingkuh dari dirinya. Dinda baru merasakan bahwa hubungan intim telah berubah menjadi suatu kebutuhan biologis baginya ketika ia sempat putus dari Rendi. Dinda menyadari bahwa yang dapat melengkapi kebutuhan biologis tersebut hanya Rendi, sehingga ia terus kembali padanya.
“Waktu pas di awal sih, enggak ya, maksudnya masih yang.. Masih yang biasa aja, dan saya, saya juga tidak merasa saya ketergantungan dia karena emm, sexual intercouse-nya itu. Pas
di awal malah enggak”
“Setelah, emm, setelah tiga tahun pacaran, malah setelah dia selingkuhin gitu malah baru itu..”
“He’eh. Karena.. Sexual intercouse saya sama dia. Jadi pas begitu saya putus sama dia kan saya udah nggak, kan saya udah gak melakukan sexual intercouse lagi, dan disana saya baru tau ternyata, setelah kamu pernah mengalami itu, itu akan menjadi suatu kebutuhan. Dan saya gak mudah untuk ngelakuin itu sama orang. Jadi saya jadi merasa saya butuh dia ya karena itu.”
Sexual intercourse terus dilakukan oleh Dinda dan Rendi meskipun Dinda mengetahui bahwa Rendi juga melakukan hal serupa dengan beberapa perempuan lain. Namun, Dinda lebih tidak menghiraukan itu selama Rendi juga memenuhi kebutuhan biologisnya tersebut. Dinda merasa bahwa ia perlu ‘melayani’ kebutuhan biologis Rendi lebih dari sebelumnya agar Rendi tidak ‘bermain’ lagi dengan perempuan lain. Namun, hal itu tidak membuat Rendi berhenti mengkhianati Dinda. Kini, Dinda sedang hamil 7 bulan dan Rendi tidak dapat diketahui keberadaannya. Pernah ada niat baik untuk menikahi Dinda di awal kehamilan sekitar usia kandungan Dinda 3 bulan, namun sang pacar berubah pikiran. Sang pacar sempat memintanya untuk menggugurkan kandungan, namun Dinda menolak. Sang pacar memberikan syarat untuk menikah ialah Dinda harus pindah agama, Dinda pun menolak dan memilih untuk menjadi single mother. Melalui klasifikasi yang dikemukakan oleh Murray (2007) terkait jenis kekerasan, dapat diidentifikasi jenis kekerasan yang dialami Dinda ialah sebagai berikut:
Kekerasan Verbal Name Calling (‘bego’, ‘anjing’, ‘babi’)
Blaming (melimpahkan kesalahan, menuduh) Making threats (mengancam akan ‘balikan’ dengan mantan)
Breaking items (melempar hand phone, memukul atau membanting pintu, melempar botol)
Kekerasan Emosional Diselingkuhi berulang kali, dibohongi.
Kekerasan Seksual Meninggalkan Dinda dalam keadaan hamil, permintaan untuk menggugurkan kandungan.
Tabel 4.6 Identifikasi Kekerasan Relasi Dinda-Rendi
b) Jerat Lingkaran Kekerasan dalam Relasi Pacaran Dinda- Rendi
Selama lima tahun Dinda berada dalam lingkaran kekerasan yang terus berputar seperti siklus yang rutin, namun Dinda tidak menyadarinya. Menurut Dinda, konflik seperti yang dialami Dinda akan terjadi pada semua pasangan. Meskipun demikian, pertimbangan untuk meneruskan atau mengakhiri hubungan tersebut juga tidak jarang terlintas dalam pikiran Dinda. Dinda berpikir untuk mengakhiri hubungannya dengan Rendi setiap kali Rendi berselingkuh dari dirinya. Perselingkuhan berulang sebenarnya bukanlah hal yang dapat ditolerir oleh Dinda, namun rasa cinta Dinda kepada Rendi lebih besar sehingga Dinda memutuskan untuk terus memaafkan Rendi. Sekitar 4 atau 5 kali Dinda memutuskan Rendi karena tidak kuat tersakiti oleh ketidaksetiaan Rendi, namun Rendi terus kembali padanya dengan berbagai alasan. Mengacu pada lingkaran kekerasan Walker (1979), kekerasan yang dialami Dinda dalam relasinya dengan Rendi dapat digambarkan sebagai berikut:
POWER & CONTROL
DENIAL