• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.2. Gambaran Kemitraan PT Saung Mirwan

Kemitraan adalah salah satu divisi di dalam struktur organisasai PT. Saung Mirwan yang mempunyai fungsi untuk menghasilkan produk-produk sayuran diluar produksi internal yang dihasilkan divisi produksi8. Sistem kemitraan pada PT. Saung Mirwan terbentuk atas dasar kesadaran manajemen perusahaan akan terbatasnya luas lahan dan jumlah penanaman. Sistem kemitraan dilakukan guna mencapai target permintaan produk dan kontinuitas produksi yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

Pimpinan PT. Saung Mirwan berpendapat bahwa pola kemitraan terdapat

8

Saung Mirwan. 2006. Sistem Kemitraan pada PT. Saung Mirwan. http://www.saungmirwan.com/ zen/index.php?option=com_content&task=blogsection&id=7&Itemid=38 diakses pada 25 Juni 2012.

40 misi membangun keseimbangan ekosistem lingkungan dan mewujudkan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan PT. Saung Mirwan. Implikasi dari manfaat sistem kemitraan ialah tersosialisaikannya pengetahuan bertani yang baik kepada petani mitra perusahaan dan adanya keterkaitan dan hubungan yang tidak terpisahkan antara usaha yang dilakukan PT. Saung Mirwan dengan pengembangan masyarakat, khususnya bidang ekonomi kerakyatan.

Konsep kemitraan yang dibangun PT. Saung Mirwan mensyaratkan hubungan saling percaya, saling memiliki, saling melindungi, dan saling menguntungkan. Indikasi dari konsep tersebut ialah adanya kesejajaran dan sikap saling membantu antara pihak yang bermitra, serta komitmen untuk memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing. Kemitraan PT. Saung Mirwan diawali pada tahun 1992 dengan mengajak lima orang petani tradisional di sekitar PT. Saung Mirwan untuk menanam beberapa jenis komoditas di lahan terbuka. Sambutan para petani terhadap pola kemitraan ini sangat baik, sehingga dibentuklah mitra tani.

Mitra tani adalah suatu konsep kemitraan dengan metode inti plasma. Pada konsep kemitraan ini, PT. Saung Mirwan berkedudukan sebagai inti dan para petani mitra sebagai plasma. Kewajiban-kewajiban yang disyaratkan dalam konsep ini:

1. Kewajiban inti:

a. Menyediakan kebutuhan sarana produksi dengan sistem peminjaman; b. Menentukan jenis komoditas yang akan ditanam oleh plasma;

41 d. Memberikan teknologi tentang teknis budidaya dan pengendalian hama

penyakit;

e. Membeli semua hasil produksi dari plasma yang memenuhi standar mutu yang ditentukan oleh inti;

f. Memberikan penyuluhan dan bimbingan, serta pengawasan terhadap plasma dilapangan.

2. Kewajiban plasma:

a. Mengikuti dan melaksanakan program kerja dan teknis budidaya yang diberikan oleh inti;

b. Menjual hasil produksinya kepada inti dengan harga yang telah ditentukan; c. Menyelesaikan pinjaman saprotan dengan jangka waktu maksimal tiga

bulan dari pengambilan sarana produksi.

5.2.1. Teknis Pelaksanaan Kemitraan PT. Saung Mirwan

Pola kemitraan yang dijalankan PT. Saung Mirwan mengalami beberapa kali perubahan sejak pertama kali dibangun. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penyesuaian dengan kondisi perusahaan dan perkembangan dunia agribisnis. Jumlah petani mitra PT. Saung Mirwan pada awal pelaksanaan program kemitraan adalah 600–700 orang yang tersebar di daerah Bogor, Garut, dan Bandung. Pola kemitraan saat itu adalah dengan menetapkan petani binaan sebagai mitra tani tetap perusahaan. Namun, seiring berjalannya waktu terdapat kendala, seperti hasil produksi petani mitra yang tidak sesuai harapan, cuaca buruk dan serangan hama penyakit di tempat petani mitra, turunnya permintaan produk, terbatasnya modal perusahaan, dll. Keadaan tersebut memaksa PT. Saung Mirwan merubah

42 pola kemitraan yang dilaksanakan dengan tetap menekankan konsep kemitraan inti plasma.

Pola kemitraan yang dijalankan PT. Saung Mirwan saat ini adalah dengan menerapkan sistem kontrak pada mitra tani. Petani yang ingin menjadi mitra tani PT. Saung Mirwan dapat mengajukan permintaan dengan menghubungi Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) yang berada di bawah divisi kemitraan. Petani dapat pula datang langsung ke perusahaan. Kemudian akan dilakukan survey lokasi lahan tanam. Jika disetujui, petani diminta menyerahkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan mengisi formulir data diri. Setelah itu petani harus menandatangi surat perjanjian yang terkandung aspek-aspek perjanjian. Contoh surat perjanjian disajikan pada Lampiran 2. Surat perjanjian tersebut merupakan bukti kesanggupan kedua belah pihak untuk mematuhi aturan yang telah disepakati bersama.

Pola kemitraan dengan sistem kontrak yang dilaksanakan PT. Saung Mirwan bisa juga disebut sebagai pola kemitraan Kerja Sama Operasional (KOA). Zein (2011) menjelaskan pola KOA menempatkan petani mitra sebagai penyedia lahan pertanian, sarana produksi, dan tenaga kerja, sedangakan PT. Saung Mirwan berperan sebagai pemberi bantuan kepada petani mitranya. Bantuan yang diberikan PT. Saung Mirwan berupa benih tanaman, penyuluhan dan bimbingan teknis, serta jaminan pasar dan harga.

Risiko yang sering dihadapi petani mitra ketika melakukan kontrak kemitraan adalah risiko penurunan produksi, gagal panen, dan pengembalian hasil panen. Faktor penyebab risiko tersebut bermacam-macam, antara lain faktor hama dan penyakit, faktor cuaca, produkstivitas yang tidak optimal, serta hasil produksi

43 yang tidak sesuai standar. Kondisi ini menyebabkan petani mitra harus menanggung risiko kerugian, terlebih ketika gagal panen. Perusahaan tidak dapat membantu banyak jika risiko tersebut terjadi, sebab perusahaan juga memiliki risiko usaha yang harus ditanggungnya.

Sistem pembayaran perusahaan yang membayar hasil panen maksimal empat minggu setelah penerimaan menambah beban pembiayaan petani. Pendapatan petani tersebut juga harus dipotong dengan biaya bibit komoditas yang diambil dari perusahaan. Akibatnya beberapa petani mitra bahkan sampai tidak dapat berproduksi untuk musim selanjutnya. Petani mitra harus mengumpulkan modal kembali dengan menunggu pembayaran hasil panen, meminjam modal, ataupun alih profesi sementara, misalnya dengan menjadi buruh atau pedagang. Namun demikian, perolehan modal seperti itu menimbukan dampak lain, seperti timbulnya hutang atau kurangnya modal yang terkumpul, sehingga petani mitra harus mengurangi skala produksi.

Petani yang bermitra dengan PT. Saung Mirwan semenjak diterapkannya pola kemitraan baru, berjumlah kurang lebih 90–200 orang setiap musim tanam untuk komoditas yang berbeda-beda. Kebanyakan dari petani mitra tersebut adalah petani mitra lama yang berdomisili di wilayah Bogor dan Garut. Petani mitra yang sudah mendaftar pada musim tanam tertentu dapat melanjutkan kerja sama untuk musim tanam selanjutnya dengan cara memperpanjang program kemitraan. Perpanjangan program dilakukan dengan memberi laporan atau mengajukan izin perpanjangan ke pihak perusahaan. Izin perpanjangan tersebut dapat diterima atau ditolak oleh perusahaan, tergantung pada permintaan produk yang datang ke perusahaan. Bagi petani yang tidak ingin melanjutkan kerjasama

44 tidak perlu melakukan perpanjangan izin. Namun demikian, hal tersebut tidak menutup kesempatan bagi petani tersebut untuk kembali bermitra dengan perusahaan pada masa yang akan datang.

Dokumen terkait