• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. URGENSI ASURANSI PERTANIAN BAGI PT SAUNG

6.2. Urgensi Asuransi Pertanian Bagi Petani Sebagai Mitra

Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani menghadapi berbagai macam risiko. Hal ini mengakibatkan kebutuhan terhadap asuransi pertanian

53 sebagai suatu mekanisme perlindungan usaha atau pembagian risiko menjadi besar dan penting. Analisis pentingnya asuransi pertanian dilakukan dengan melihat persepsi responden pada perubahan produktivitas hasil panennya. Penilaian persepsi dilakukan melalui identifikasi tingkat kepahaman responden pada faktor penyebab perubahan produktivitas, dampak perubahan produktivitas, dan upaya adaptasi yang dilakukan akibat perubahan produktivitas tersebut. Faktor penyebab perubahan produktivitas yang dibahas adalah perubahan pergeseran musim dan serangan hama penyakit, sedangkan dampak perubahan produktivitas yang dibahas adalah perubahan jumlah output.

Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden mengetahui perubahan produktivitas, bahkan seluruh responden juga menyatakan pernah mengalami perubahan produktivitas. Kondisi ini mencerminkan kesadaran responden akan risiko usahatani yang dihadapinya. Jumlah responden yang memiliki pengetahuan dan pengalaman pada perubahan produktivitas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Responden yang Memiliki Pengetahuan dan Pengalaman pada Perubahan Produktivitas Selama Dua Musim Tanam

Persepsi Respon (%)

Pengetahuan pada perubahan produktivitas Tahu 100

Tidak tahu 0

Pengalaman perubahan produktivitas Pernah 100

Tidak pernah 0

Sumber: Data primer (diolah) 2012

Perubahan produktivitas adalah kondisi saat produksi naik atau turun, baik dalam skala kecil ataupun besar. Perubahan produktivitas yang terjadi pada sebagian besar responden adalah penurunan produksi, hanya 10% responden yang mengalami peningkatan produksi. Peningkatan produksi yang terjadi pada responden antara 20%-60% dari hasil produksi sebelumnya.

54 Penurunan produksi dalam skala besar biasa dikenal oleh responden sebagai gagal panen. Gagal panen yang pernah dialami responden antara 75%-96% dari hasil produksi sebelumnya. Adapun rata-rata penurunan produksi dari keseluruhan responden adalah 50% dari hasil produksi sebelumnya. Persentase penurunan produksi hasil panen edamame dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Penurunan Produksi (PP) Edamame yang Pernah Dialami

Responden Selama Dua Musim Tanam

Penurunan Produksi Jumlah Responden (Orang) (%)

PP < = 25% 3 11

25% < PP < = 50% 8 30

50% < PP < = 75% 10 37

PP > 75% 6 22

Jumlah 27 100

Sumber: Data primer (diolah) 2012

Tabel 11 memperlihatkan bahwa terdapat 22% responden yang mengalami gagal panen. Selain itu, sebagian besar responden, yaitu sejumlah 37%, mengalami penurunan produksi sebesar 50%-74%. Dari Tabel 11 dapat diketahui pula bahwa penurunan produksi yang cukup besar, yaitu > = 50%, menimpa lebih dari setengah responden, yaitu 59% responden.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa produktivitas rata-rata edamame yang ditanam responden pada musim tanam satu adalah 3 420 kg/ha dengan jumlah penggunaan benih rata-rata sebanyak 50.6 kg/ha. Dari hasil tersebut diketahui bahwa 1 kg benih edamame yang ditanam hanya mampu menghasilkan 67.6 kg edamame segar. Produktivitas rata-rata tersebut turun pada musim tanam dua menjadi 1 710 kg/ha. Tabulasi perhitungan produktivitas rata- rata edamame yang ditanam responden selama dua musim tanam dapat dilihat pada Lampiran 3.

55 Produktivitas rata-rata edamame yang ditanam responden menunjukan hasil yang belum maksimal. Samsu (2001) menjelaskan kebutuhan benih edamame per hektar 60 kg–75 kg tergantung dari jarak tanam yang dipergunakan. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 25 cm x 25 cm. Dari 1 kg benih tersebut, dapat dihasilkan 80 kg–100 kg edamame segar9. Hal ini berarti produktivitas ideal yang dapat dicapai untuk kacang edamame adalah 4 800 kg/ha–7 500 kg/ha. Jumlah tersebut masih jauh dari produktivitas yang dihasilkan responden. Kondisi ini mengindikasikan adanya risiko produksi pada daerah penelitian.

Faktor penyebab perubahan produktivitas yang dirasakan responden berbeda-beda. Responden mengaku kenaikan produksi umumnya terjadi ketika perawatan tanaman baik dan cuaca selama musim tanam mendukung, sedangkan penurunan produksi lebih banyak terjadi karena faktor kondisi alam yang tidak mendukung selama penanaman, seperti pergeseran perubahan musim dan serangan hama penyakit.

Faktor penyebab penurunan produktivitas yang dipilih mayoritas responden adalah pergeseran perubahan musim. Hal itu dinyatakan oleh 85.19% responden yang diwawancarai. Dari jumlah tersebut, 37.04% adalah gabungan responden yang memilih perubahan pergeseran musim dan serangan hama penyakit sebagai faktor penurunan produktivitas.

Pergeseran perubahan musim dan pola tanam merupakan dampak dari peningkatan kejadian iklim ekstrim yang ditandai dengan perubahan pola curah hujan. Curah hujan yang rendah pada musim kemarau menyebabkan tanaman edamame sulit berproduksi, karena kebutuhan air untuk pertumbuhannya yang

9

56 tidak terpenuhi10. Namun, pola curah hujan yang semakin meningkat pada musim tanam satu hingga musim tanam dua justru mengakibatkan tanaman edamame sulit mendapat sinar matahari dan rusak, sehingga terjadi penurunan produksi edamame, bahkan sejumlah kasus mengalami kegagalan panen.

Perubahan pergeseran musim juga ditandai dengan fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang kian meningkat yang kemudian menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman11. Persentase faktor penyebab penurunan produktivitas yang dialami responden dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Faktor Penyebab Penurunan Produktivitas yang Dialami Responden Selama Dua Musim Tanam

No. Faktor Penyebab Perubahan Produktivitas

Jumlah Responden (Orang)

(%)

1. Perubahan pergeseran musim 13 48.15

2. Serangan hama penyakit 2 7.41

3. Perubahan pergeseran musim dan

serangan hama penyakit 10 37.04

4. Kualitas tanah yang kurang baik 2 7.41

Jumlah 27 100.00

Sumber: Data primer (diolah) 2012

Penurunan produktivitas yang terjadi, mendorong responden untuk melakukan tindakan adaptasi. Tindakan yang mereka ambil merupakan bentuk penyesuaian pada faktor penyebab perubahan produktivitas yang mereka alami. Tindakan adaptasi yang dilakukan responden adalah mengganti waktu tanam; mengganti jenis komoditas yang ditanam; mengganti waktu tanam dan jenis komoditas yang ditanam; mengganti waktu tanam dan mengajukan kredit

10

Hasil wawancara dengan PPL PT. Saung Mirwan, Ardhita Zulhis P., 14 Juli 2012. 11

Agustin. 2011. Dampak Perubahan Iklim terhadap Serangan OPT Tanaman Perkebunan. http://agustin.mhs.upnyk.ac.id/2011/11/05/dampak-perubahan-iklim-terhadap-serangan-

57 pinjaman modal; menambah pupuk; menambah pupuk dan obat; meningkatkan perawatan tanaman; meninggikan parit saat curah hujan tinggi; dan mengurangi tanaman pada saat musim hujan untuk menekan jumlah tanaman yang rusak.

Tindakan mengganti waktu tanam dilakukan oleh responden ketika cuaca dianggap tidak mendukung untuk melakukan penanaman. Salah satunya saat curah hujan tinggi yang menyebabkan risiko penurunan produksi meningkat, sehingga responden lebih memilih untuk mengundur waktu tanam edamame. Tindakan lain yang dilakukan ketika terjadi kondisi cuaca yang tidak mendukung adalah mengganti jenis komoditas yang ditanam. Komoditas yang umumnya ditanam responden pada saat sedikit air adalah umbi-umbian, seperti ubi dan talas, sedangkan komoditas yang biasa ditanam responden saat curah hujan tinggi adalah caysin.

Tindakan menambah pupuk dan obat umumnya dilakukan saat musim hujan, termasuk periode tanam setelah musim tanam dua, karena musim hujan menyebabkan pupuk dan obat yang diberikan ke tanaman tidak bertahan lama akibat terbawa air hujan. Selain itu, terdapat juga responden yang meningkatkan perawatan tanaman pada periode tanam setelah musim tanam dua, berupa penambahan frekuensi penyiangan dan penyulaman tanaman, serta pembersihan tanaman dari organisme pengganggu saat musim kemarau. Hal tersebut dilakukan guna meminimalkan risiko penurunan hasil panen.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden, yaitu sejumlah 37.04% memilih mengganti jenis komoditas yang ditanam sebagai tindakan adaptasi. Hal ini dianggap paling efektif dalam menekan kerugian akibat pergeseran perubahan iklim, karena responden masih dapat memanfaatkan lahan

58 untuk menanam komoditas lain dan menghasilkan sejumlah penerimaan, walau tidak sebesar penerimaan ketika menanam edamame.

Dari responden yang mengalami penurunan produktivitas, terdapat 10% responden yang tidak melakukan tindakan adaptasi. Hal tersebut dikarenakan sikap ketidakpedulian responden pada penurunan produktivitas yang terjadi. Jumlah responden dari setiap tindakan adaptasi selama dua musim tanam dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Tindakan Adaptasi Akibat Penurunan Produktivitas yang Dilakukan Responden Selama Dua Musim Tanam

No. Tindakan Adaptasi Jumlah Responden

(Orang)

(%)

1. Mengganti waktu tanam 1 3.70

2. Mengganti jenis komoditas yang ditanam 10 37.04

3. Mengganti waktu tanam dan jenis

komoditas yang ditanam

1 3.70

4. Mengganti waktu tanam dan mengajukan

kredit pinjaman modal

1 3.70

5. Menambah pupuk 1 3.70

6. Menambah pupuk dan obat 2 7.41

7. Meningkatkan perawatan tanaman 5 18.52

8. Meninggikan parit saat curah hujan tinggi 2 7.41

9. Mengurangi tanaman saat musim hujan 1 3.70

10. Tidak melakukan tindakan adaptasi 3 11.11

Jumlah 27 100.00

Sumber: Data primer (diolah) 2012

Tindakan adaptasi yang dilakukan oleh responden belum mampu mengurangi risiko pada usahatani edamame. Hal ini terbukti dari banyaknya responden yang mengalami penurunan produksi, yaitu sebesar 90% responden. Tindakan adaptasi konvensional saja tidak akan mampu menekan risiko usahatani secara signifikan. Perlu upaya sistematis dan melembaga untuk mengalihkan ataupun membagi risiko usahatani yang timbul, terutama akibat perubahan pergeseran musim.

BAB VII. MODEL ASURANSI PERTANIAN PUSAT STUDI EKONOMI

Dokumen terkait