• Tidak ada hasil yang ditemukan

Elektronifikasi Demi Transaksi Keuangan yang Lebih Efisien

BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH

4.1 Gambaran Umum

Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2013, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah dan disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dalam penyusunannya, keterkaitan antara kebijakan perencanaan dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah, serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam perencanaan dan penganggaran negara tentunya perlu diperhatikan.

Pada triwulan IV-2015, terdapat perubahan anggaran pendapatan dan belanja Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara, dengan koreksi menurun baik pada anggaran pendapatan maupun anggaran belanja. Dengan adanya perubahan APBD tersebut, anggaran belanja Provinsi Sumatera Utara terealisasi Rp7,9 triliun atau 94,1%, lebih baik dari pencapaian tahun 2014 yang sebesar 91,2%. Anggaran belanja APBD 17 dari 33 Kabupaten/Kota19 di Sumatera Utara terealisasi 95,7% dari pagunya, dengan Kabupaten Langkat sebagai Kabupaten dengan realisasi belanja tertinggi sebesar 117,7% dan Kabupaten Nias Barat terendah sebesar 65,5%. Sementara itu, sejalan dengan akselerasi pertumbuhan konsumsi Pemerintah Pusat, terdapat juga lonjakan realisasi anggaran belanja APBN, yang mencapai 90,7% sampai dengan triwulan ini.

Walaupun menunjukkan perbaikan, pencapaian realisasi belanja baik Pemprov, Pemerintah Kabupaten/Kota (Pemkab/Pemko), maupun Pemerintah Pusat (anggaran APBN) di Sumatera Utara masih belum optimal akibat kendala-kendala realisasi anggaran di awal 2015 (perubahan nomenklatur kementerian) maupun di akhir tahun (perubahan APBD).

4.2 Anggaran Pendapatan dan Realisasi

Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

Pada triwulan IV 2015, terdapat perubahan APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. P-APBD pendapatan Pemprov Sumatera Utara turun Rp222,5 miliar menjadi sebesar Rp8,45 triliun atau lebih

rendah 2,6% dari rencana semula yang sebesar Rp8,67 triliun. Anggaran pendapatan P-APBD 2015 juga lebih rendah -0,4% (yoy) dari APBD 2014 yang mencapai Rp8,48 triliun. Penurunan PAD bersumber dari koreksi pendapatan pajak daerah sebesar -7,8% dan retribusi daerah -63%. Dengan perubahan tersebut, pangsa pendapatan Pemprov Sumatera Utara berubah dari semula Pendapatan Asli Daerah (PAD) 60,6% dan Pendapatan Transfer 39%, menjadi masing-masing 54,7% dan 44,9%. Sementara komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah masih tetap pangsanya 0,4% dari total pendapatan.

Sumber: Biro Keuangan Provsu

Grafik 4.1 Anggaran Pendapatan Pemprov Sumut

Sejalan dengan penurunan pendapatan dimaksud, P-APBD anggaran belanja Pemprov Sumatera Utara juga menurun sebesar Rp237 miliar menjadi Rp8,44 triliun atau lebih rendah 1% dari anggaran semula yang sebesar Rp8,67 triliun, bahkan juga lebih rendah -1% (yoy) dari APBD 2014 yang sebesar Rp8,52 triliun. Koreksi penurunan anggaran belanja terbesar terdapat pada anggaran belanja modal yang terkoreksi -27,6% dan belanja barang dan jasa terkoreksi -8,7%. Sementara anggaran belanja yang meningkat adalah belanja pegawai dan belanja bansos dan hibah, masing-masing naik 5% dan 52% dari anggaran semula. Dengan koreksi ke bawah tersebut, pangsa komponen belanja pegawai menjadi 15,7%, belanja hibah dan bansos 25,2%, belanja barang dan jasa 13,8%, dan belanja modal 12,1% dari total anggaran belanja.

Dari P-APBD tersebut, sampai dengan akhir tahun 2015, realisasi belanja Pemprov Sumatera Utara mencapai 94,1% atau Rp7,9 triliun. Realisasi

tersebut lebih tinggi dibanding realisasi tahun 2014 yang mencapai Rp7,7 triliun atau 91,2% dari anggaran. 5 ,2 5 8 3 ,3 7 9 38 8,6 7 5 4 ,6 2 4 3 ,7 9 4 35 8,4 5 2 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000

PAD Transfer Lain-lain

Pendapatan yang sah

Total APBD

Sumber: Biro Keuangan Provsu

Grafik 4.2 Anggaran Belanja Pemprov Sumut

Realisasi belanja pada tahun 2015 meliputi belanja tidak langsung sebesar Rp5,88 triliun atau 69,7% dari anggaran, sementara belanja langsung sebesar Rp2,05 triliun atau 24,4% dari anggaran. Realisasi belanja langsung yang di dalamnya terdapat belanja modal, hanya 86,9% dari pagunya yang sebesar Rp2,36 triliun. Tidak optimalnya realisasi belanja modal diperkirakan dipengaruhi oleh lambatnya persetujuan P-APBD yang baru terlaksana pada akhir tahun. Penurunan anggaran belanja modal dan realisasi yang di bawah pagunya, berdampak pada melambatnya kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan laporan sehingga berbeda dengan polanya, bahkan dengan angka pertumbuhan yang jauh di bawah rata-rata historisnya. Ke depan, realisasi belanja modal perlu dicermati agar lebih optimal, karena belanja modal yang efektif dapat memberikan

multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi

Sumatera Utara yang lebih tinggi.

4.3 Realisasi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Kabupaten/Kota di

Sumatera Utara Tahun 2015

Realisasi pendapatan pemerintah daerah (Pemda) 17 dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara hingga triwulan IV 2015 mencapai Rp16,6 triliun atau 96,1% dari anggaran pendapatan 2015. Realisasi tersebut secara nominal lebih tinggi dari capaian 2014 yang tercatat sebesar Rp16,2 triliun. Namun secara prosentase, realisasi pendapatan ke 17 kabupaten/kota tersebut masih lebih rendah dari capaian 2014 yang mencapai 108% dari target anggaran pendapatan (Tabel 4.1).

Peningkatan pendapatan secara nominal terjadi pada komponen PAD dan Transfer, sementara komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah menurun. Meningkatnya PAD didorong oleh peningkatan pajak daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hal ini menunjukkan perbaikan rasio kemandirian fiskal Pemda 17 Kabupaten/Kota tersebut, dari 3,3% tahun 2014 menjadi 3,9%, meskipun masih rendah. Rasio kemandirian fiskal merupakan rasio antara Pendapatan Asli Daerah dibandingkan dengan Total Pendapatan. Rendahnya rasio kemandirian fiskal ini mencerminkan masih besarnya ketergantungan Pemda Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terhadap dana transfer dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi. Rasio kemandirian fiskal tertinggi dicatat oleh Kabupaten Deli Serdang sebesar 28,5%, sedangkan terendah adalah Kabupaten Labuhan Batu Utara sebesar 3,6%. Tingginya rasio kemandirian Kabupaten Deli Serdang disebabkan oleh tingginya pendapatan Kabupaten Deli Serdang yang bersumber dari pajak industri pengolahan yang banyak terdapat di wilayah tersebut, salah satunya adalah Kawasan Industri KIM Star di Tanjung Morawa.

6,0 77 2,3 66 8,4 43 5,8 88 2,0 56 7,9 44 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000

Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Total P-APBD 2015

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah 17 dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah Komposisi realisasi pendapatan tahun 2015 masih tidak berubah banyak dari periode yang sama tahun lalu, yaitu 81% ditopang oleh Transfer terutama

berupa dana perimbangan; 8,8% didapat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta sisanya (10,2%) berupa Lain-lain Pendapatan yang Sah (Grafik 4.4).

Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemda Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Realisasi PAD 17 dari 33 Pemkab/Pemko di Sumatera Utara pada tahun 2015 mencapai Rp1,4 triliun atau hanya 89% dari targetnya. Realisasi PAD

tertinggi dicapai oleh Pemda Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 137% dari target (Rp98 miliar dari target Rp71 miliar), sementara terendah dicapai Pemda Kabupaten Asahan sebesar 46% dari targetnya (Rp33 miliar dari target Rp71 miliar).

Beberapa kabupaten yang mencatatkan pencapaian di atas 100% dari target PAD-nya adalah Kabupaten Labuhan Batu Utara (114%), Kabupaten Langkat (110%), Tapanuli Selatan (114%), Tapanuli Utara (137%), Padang Sidempuan (121%) dan Tanjung Balai (104%).

Pencapaian realisasi PAD tersebut tidak lepas dari realisasi penerimaan pajak. Secara nominal, realisasi pajak 17 dari 33 Pemda Kabupaten/Kota di Sumatera Utara cenderung naik. Hingga triwulan IV

2015, penerimaan pajak terealisasi Rp640 miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp537 miliar. Penerimaan pajak tersebut hanya mencapai 85% dari yang ditargetkan pada tahun 2015, namun lebih tinggi dari capaian 2014 yang hanya tercapai 80% dari target penerimaan pajak.

Realisasi penerimaan pajak tertinggi secara nominal diraih oleh Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp368 miliar (80% dari target sebesar Rp463 miliar). Namun secara prosentase, penerimaan pajak tertinggi dicatat oleh Pemda Kabupaten Tapanuli Selatan dengan pencapaian 198% dari target (Rp48,2 miliar dari Rp24,3 miliar yang ditargetkan). Sementara penerimaan terendah baik secara nominal maupun dari targetnya dicapai oleh Kabupaten Nias Barat

Pendapatan PAD Pajak

Daerah Pendapatan PAD

Pajak

daerah Pendapatan PAD

Penerimaan pajak

1 Kab. Asahan 1.341 71 31 1.244 33 5,69 92,8% 46% 18% 2 Kab. Batu Bara 864 43 22 858 37 27,98 99,3% 86% 129% 3 Kab. Deli Serdang 2.209 631 463 3.255 523 368,96 147,3% 83% 80% 4 Kab. Humbang Hasundutan 747 28 4 745 26 2,52 99,8% 95% 64% 5 Kab. Labuhanbatu Utara 855 30 15 795 35 15,62 93,0% 114% 105% 6 Kab. Langkat 2.020 111 42 1.578 122 42,29 78,1% 110% 100% 7 Kab. Mandailing Natal 1.200 66 19 1.118 48 12,79 93,2% 73% 66% 8 Kab. Nias 511 63 4 561 49 1,39 109,8% 77% 33% 9 Kab. Nias Barat 247 20 8 441 4 1,00 178,3% 22% 13% 10 Kab. Tapanuli Selatan 1.074 98 24 1.023 112 48,24 95,3% 114% 198% 11 Kab. Tapanuli Utara 1.074 71 8 1.093 98 9,39 101,8% 137% 115% 12 Kab. Toba Samosir 854 34 12 789 25 6,70 92,3% 73% 57% 13 Kota Binjai 844 89 28 904 78 30,88 107,1% 88% 111% 14 Kota Padang Sidempuan 773 56 12 758 68 11,47 98,1% 121% 99% 15 Kota Pematang Siantar 887 121 34 940 91 26,10 106,0% 76% 77% 16 Kota Tanjung Balai 503 51 9 580 53 9,26 115,4% 104% 108% 17 Kota Tebing Tinggi 629 67 16 622 60 20,64 98,9% 90% 126%

Total 16.631 1.651 750,71 17.303 1.464 640,93 104,0% 89% 85%

APBD 2015 (Rp miliar) Realisasi 2015 (Rp miliar)

No. Kabupaten/Kota % Realisasi 8.3% 79.8% 11.9% 8.8% 81.0% 10.2% PAD Transfer Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 2015

yang hanya memperoleh Rp 1 miliar (13% dari target sebesar Rp7,59 miliar).

Tabel 4.2 Realisasi Belanja Pemerintah Daerah 17 dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

Dari sisi belanja daerah, 17 dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara telah membelanjakan Rp17,1 triliun atau 95,7% dari anggaran belanja 2015. Sebagaimana pendapatannya, realisasi belanja tersebut secara nominal juga lebih tinggi dari tahun 2014 yang tercatat sebesar Rp15,2 triliun. Namun secara prosentase masih di bawah realisasi 2014 yang mencapai 97,1% dari plafon. Rendahnya prosentase realisasi belanja 2015 tidak terlepas dari kondisi politik terkait pelaksanaan Pilkada serentak dan terlambatnya persetujuan P-APBD 2015. Komponen belanja yang terbesar adalah belanja pegawai yang mencapai Rp9 triliun (52,7% dari anggaran), belanja modal sebesar Rp3,6 triliun (21,5% dari anggaran), dan belanja barang dan jasa sebesar Rp2,8 triliun (16,8% dari anggaran).

Sejalan dengan penerimaan pajaknya, secara nominal Kabupaten Deli Serdang memiliki realisasi anggaran

belanja tertinggi hingga akhir tahun 2015 sebesar Rp2,66 triliun (81,8% dari pagu). Sementara itu, dengan adanya dukungan penerimaan pajak yang melampaui target, realisasi belanja terbesar secara pagu dicatat oleh Kabupaten Langkat dengan nilai sebesar Rp1,9 triliun (117,7% dari pagu). Realisasi anggaran yang konsisten tinggi baik dari pendapatan pajak maupun belanja menunjukkan kedisiplinan Pemkab Langkat dalam menjalankan fungsi dan tugasnya.

Dokumen terkait