• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN

Elektronifikasi Demi Transaksi Keuangan yang Lebih Efisien

BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN

Indikasi perbaikan ekonomi Sumatera Utara belum tercermin pada kondisi ketenagakerjaaan

dan kesejahteraan masyarakat. Ekspektasi ketersediaan lapangan kerja pada triwulan laporan masih

menurun. Namun demikian, perbaikan ekonomi tersebut terlihat pada ekspektasi ketersediaan lapangan kerja yang membaik pada periode mendatang. Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat juga belum mengindikasikan perbaikan. Nilai Tukar Petani (NTP) masih tertekan sehingga menahan perbaikan daya beli masyarakat. Kemiskinan meningkat terutama di masyarakat pedesaan. Kondisi tersebut tercermin pada Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan yang memburuk.

5.1 Ketenagakerjaan

Kondisi perekonomian yang mengindikasikan adanya perbaikan belum tercermin pada membaiknya ketersediaan lapangan kerja. Survei

Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sumut memperlihatkan pesimisme ketersediaan lapangan usaha. Kondisi tersebut tercermin dari Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini yang kembali menurun (Grafik 5.1).

Namun demikian, ekspektasi ketersediaan lapangan kerja menunjukkan perbaikan yang siginifikan meski masih pada level pesimis. Hal ini diperkirakan sejalan dengan indikasi perbaikan ekonomi yang masih berlangsung. Ekspektasi tersebut diperkirakan akan terus membaik seiring dengan semakin kuatnya perbaikan ekonomi Sumatera Utara. Kondisi tersebut diharapkan tercermin pada Keadaan Ketenagakerjaan yang akan dipublikasikan oleh BPS pada Februari 2016. Dapat ditambahkan bahwa jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2015 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Sumut

Grafik 5.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Sementara itu, Indikator Jumlah Karyawan Total berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sumut pada triwulan IV 2015 menunjukkan sedikit penurunan dan diekspektasikan semakin membaik pada periode selanjutnya. Penurunan jumlah karyawan total dari sisi pelaku usaha terjadi sebagai salah satu bentuk efisiensi biaya operasional akibat kondisi ekonomi yang belum pulih sepenuhnya. Sebagai provinsi yang banyak mengandalkan ekspor komoditas, kondisi ekonomi yang belum pulih terkait dengan masih

rendahnya harga komoditas internasional serta permintaan yang relatif menurun. Kategori dengan penurunan jumlah tenaga kerja terdalam adalah kategori pertanian dan industri pengolahan.

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, KPw BI Sumut

Grafik 5.2 Indikator Jumlah Karyawan Total

Belum kuatnya sinyal perbaikan harga komoditas serta permintaan tidak menyurutkan perbaikan persepsi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja di periode mendatang, meski masih berada dalam level pesimis. Hal serupa juga terjadi dari sudut pandang pelaku usaha yang turut berkeyakinan bahwa akan terdapat kenaikan jumlah karyawan pada periode mendatang. Berlanjutnya realisasi mega proyek infrastruktur pemerintah serta indikasi penguatan perekonomian domestik menjadi pemicu meningkatnya keyakinan konsumen maupun pelaku usaha akan kondisi ketenagakerjaan.

5.2 Kesejahteraan

5.2.1 Tingkat Penghasilan Masyarakat

Seiring dengan kondisi nasional, jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mencapai 1,5 juta jiwa atau 10,8% dari total penduduk. Jumlah ini meningkat secara signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2014 yang hanya mencapai 1,4 juta jiwa atau 9,9% dari total penduduk.

Dalam waktu 6 bulan, jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengalami peningkatan 44.000 jiwa penduduk miskin. Peningkatan jumlah penduduk miskin ini terjadi terkait menurunnya tingkat pendapatan meski daya beli relatif terjaga.

71.11 92.72 60 70 80 90 100 110 120

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 2015 2016 Ekspektasi -3.28 -3.17 -16 -14 -12 -10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

*Nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Sumber: BPS

Grafik 5.3 Penduduk Miskin di Sumatera Utara Secara spasial, Sumut masuk ke dalam 5 besar

provinsi dengan penambahan persentase

penduduk miskin terbesar di Indonesia, bersama

dengan Provinsi Riau, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Secara nasional, Sumatera Utara masih menduduki peringkat 17 nasional berasarkan urutan jumlah persentase penduduk miskin terbesar. Tingkat kemiskinan yang semakin melebar ini tidak lepas dari karakteristik Sumatera Utara yang memang sangat menggantungkan aktivitas ekonominya pada perkebunan. Tahun 2015 memang memberikan pukulan yang cukup berat akibat perkembangan harga dan permintaan yang kurang menggembirakan seperti yang telah dijelaskan pada bab 1.

Sumber: BPS

Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi se-Sumatera dan DKI Jakarta

Peningkatan persentase dan jumlah penduduk

miskin diiringi oleh peningkatan Indeks

Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2). Hal ini

mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

penduduk miskin di Sumatera Utara semakin miskin.

Sumber: BPS

Grafik 5.5 Indeks Kedalaman & Keparahan Kemiskinan di Sumatera Utara

Sumber: BPS

Grafik 5.6 Penduduk Miskin di Desa dan Kota di Sumut Selama periode September 2014 s.d. September 2015, persentase kemiskinan meningkat tajam di pedesaan. Penduduk miskin di daerah perdesaan

di Sumatera Utara bertambah 87.280 orang menjadi 11,06% dari total penduduk desa. Sementara itu, penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah 60.290 orang menjadi 10,51% dari total penduduk kota (Grafik 5.8). Secara historis, persentase penduduk miskin di desa memang selalu lebih tinggi dibandingkan di kota. Meskipun telah mengalami penurunan yang signifikan sejak beberapa tahun terakhir, namun tingkat kemiskinan di desa kembali meningkat signifikan pada September 2015.

Meningkatnya kemiskinan di pedesaan diduga karena daya beli masyarakat desa yang masih terbatas. Hal tersebut tercermin dari Nilai Tukar

Petani yang masih berada di bawah 10020, jauh lebih rendah bila dibandingkan tahun 2014 (Grafik 1.42 1.38 1.42 1.36 1.51 10.83 10.41 10.39 9.85 10.79 9.0 9.5 10.0 10.5 11.0 11.5 12.0 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6

Sep Sep Sep Sep Sep

2011 2012 2013 2014 2015

% Juta Pend.

Penduduk Miskin % Penduduk Miskin (kanan)

16.98 9.85 6.89 7.99 6.40 8.39 13.62 4.97 17.09 14.21 4.09 10.96 17.11 10.79 6.71 8.82 5.78 9.12 13.77 4.83 17.16 13.53 3.61 11.13 3 5 7 9 11 13 15 17 19 Ac e h Su m u t Su m b ar Riau Kep ri Jamb i Su m se l Bab e l Be n gku lu Lam p u n g DK I J ak ar ta %

% Penduduk Miskin (Sep-14) % Penduduk Miskin (Sep-15)

Nasional 1.81 1.82 1.72 1.71 1.89 0.48 0.5 0.458 0.45 0.521 0.50 1.00 1.50 2.00

Sep Sep Sep Sep Sep

2011 2012 2013 2014 2015

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

10.1 10.28 10.45 9.81 10.51 11.53 10.53 10.33 9.89 11.06 9.0 9.5 10.0 10.5 11.0 11.5 12.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6

Sep Sep Sep Sep Sep

2011 2012 2013 2014 2015

%

Juta Pend. Penduduk Miskin Kota Penduduk Miskin Desa

5.9). Hal ini terjadi baik untuk tanaman pangan, perkebunan, maupun hortikultura. Hal tersebut terutama dipengaruhi normalisasi harga komoditas yang berjalan lambat.

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 5.7 Nilai Tukar Petani

Meningkatnya tingkat kemiskinan ini juga

tercermin dari penurunan ekspektasi

penghasilan masyarakat hingga akhir 2015. Hal

ini tercermin dari Indeks Penghasilan Konsumen yang menurun dari 117,0 menjadi 97,3. Ekspektasi ke depan diperkirakan meningkat tercermin dari naiknya indeks tersebut di angka 135,6 (grafik 5.8). Kenaikan ekspektasi penghasilan tersebut diduga dipengaruhi akan membaiknya daya beli masyarakat akibat terjaganya ekspektasi terkait tidak adanya kenaikan harga BBM bersubsidi. Selain itu, ekspektasi akan mulai membaiknya perekonomian turut meningkatnya persepsi masyarakat akan pendapatan triwulan mendatang.

Upah Minimum Provinsi (UMP) Provinsi Sumatera Utara yang meningkat 11,5% dibandingkan tahun 2015 atau menjadi Rp1.811.875 berdasarkan berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 188.44/544/KPTS/2015 per 9 November 2015 turut mendorong peningkatan ekspektasi pendapatan ini.

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Sumut

Grafik 5.8 Indeks Penghasilan Konsumen 92 94 96 98 100 102 104 106

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 Indeks NTP NT Perkebunan NT Tan.Pangan NT Hortikultura Garis Batas 90 100 110 120 130 140 150

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Ekspektasi

Pesimis Optimis

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN

Dokumen terkait