• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Profil Kecamatan Cisarua

5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis

Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06°42’LS dan 106°56’ BB. Kecamatan Cisarua merupakan salah satu organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Bogor. Secara administratif Kecamatan Cisarua terdiri dari Sembilan desa dan satu kelurahan, 32 dusun, 73 RW, dan 260 RT, dengan luas wilayah 6.373,62 Ha. Batas wilayah kerja Kecamatan Cisarua yaitu sebelah utara Kecamatan Megamendung, sebelah selatan adalah Kabupaten Cianjur, sebelah barat Kecamatan Megamendung, dan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur untuk sebelah timur.

Berdasarkan karakteristik wilayah, Kecamatan Cisarua termasuk ke dalam kawasan Bogor – Puncak – Cianjur (Bopuncar) yang dilalui Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Huku yang merupakan wilayah khusus dalam penanganan dan dalam pengembangannya Kecamatan Cisarua merupakan wilayah pertanian, perkebunan, pariwisata, dan daerah penyangga kawasan hutan lindung.

5.1.2. Keadaan Alam

Kecamatan Cisarua memiliki ketinggian dari permukaan laut (dpl) antara 650 M-1400 M dpl, dengan curah hujan rata-rata 3178 mm/thn dan suhu udara antara 17,580C-23,91°C. Bentuk wilayah Kecamatan Cisarua terdiri dari perbukitan sampai bergunung 25 persen, berombak sampai berbukit 40 persen, dan datar sampai berombak 35 persen.

Dengan alam yang berbukit sampai bergunung dengan suhu yang sejuk, wilayah Kecamatan Cisarua cocok untuk dikembangkan tanaman jenis hortikultura seperti buah-buahan, sayuran, dan tanaman keras lain yang tumbuh dengan baik di dataran tinggi.

5.2. Profil Desa Tugu Selatan

5.2.1. Letak dan Keadaan Geografis

Berdasarkan kondisi geografisnya, Desa Tugu Selatan terletak pada 1025 m-1052 m dari ketinggian permukaan laut. Desa Tugu Selatan merupakan salah

satu desa yang berada pada Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Berdasarkan letak geografisnya, Desa Tugu Selatan berbatasan dengan Desa Tugu Utara di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cilota, Kecamatan Pacet, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibeureum. Luas wilayah Desa Tugu selatan adalah 1.712,435 ha/m2. Orbitasi/jarak tempuh menuju ibukota provinsi kurang lebih 90,3 km atau sekitar empat jam, sedangkan jarak dengan ibukota kabupaten kurang lebih 45 km, dan jarak dengan ibukota kecamatan kurang lebih 6 km. 5.2.2. Keadaan Alam

Desa Tugu Selatan memiliki curah hujan 33 mm dengan tingkat suhu rata- rata harian yaitu 200C-240C. Wilayah Desa Tugu selatan adalah 100% berupa daerah perbukitan, sedangkan berdasarkan topografinya, Desa Tugu Selatan memiliki kedalaman solum tanah antara 50 cm-99 cm.

Berdasarkan sumber daya air yang dimiliki, Desa Tugu Selatan mempunyai potensi air irigasi dari mata air yang debitnya mencapai 5 m3/dtk. Air minum di Desa Tugu Selatan diperoleh dari lima mata air, 6 sumur gali, dan 22 sumur pompa. Sumber mata air Desa Tugu Selatan meliputi mata air Ciburial, Cikamasa, Cisampay, Cikamsey, dan Pariuk.

5.2.3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Desa Tugu Selatan memiliki jumlah penduduk sebanyak 15.082 orang, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 4.192 KK. Penduduk Desa Tugu Selatan terdiri dari 7.770 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 7.312 jiwa berjenis kelamin perempuan.

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Tugu Selatan adalah sebagai karyawan. Selain itu, penduduk Desa Tugu Selatan bermata pencaharian sebagai pengusaha kecil dan menengah, buruh tani, pegawai negeri sipil, dan sebagainya. Data mengenai jenis mata pencaharian penduduk Desa Tugu Selatan ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Mata Pencaharian Penduduk Desa Tugu Selatan Tahun 2010

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)

1 Buruh Tani 465

2 Pegawai Negeri Sipil 372

3 Pengrajin Industri Rumah Tangga 75

4 Pedagang Keliling 129

5 Peternak 48

6 Montir 12

7 Bidan Swasta 2

8 Perawat Swasta 1

9 Pembantu Rumah Tangga 127

10 Polisi 23

11 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 240

12 Pengusaha Kecil dan Menengah 1133

13 Dukun 7

13 Karyawan Perusahaan 1792

Sumber : Pemerintah Desa Tugu Selatan (2010)

Penduduk Desa Tugu Selatan berdasarkan tingkat pendidikannya terdapat 279 orang lulusan SD, 675 orang lulusan SMP, 160 orang lulusan SMA, 22 orang lulusan DI-D3, dan 25 orang lulusan SI. Fasilitas pendidikan formal yang dimilki Desa Tugu Selatan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Fasilitas Pendidikan di Desa Tugu Selatan Tahun 2010

No. Jenis Lembaga Pendidikan Jumlah (unit)

1 TK 3

2 SD 5

3 SMP 1

4 SMA -

5 Lembaga Pendidikan agama 14

6 Lembaga Pendidikan lain 2

Total 25

5.3. Gambaran Umum Usaha Jamur Tiram Putih

Pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan menjadikan usaha pembuatan log jamur tiram putih atau budidaya jamur tiram putih sebagai mata pencaharian yang dapat menghasilkan pendapatan cukup memuaskan, dibandingkan usaha lain seperti dagang dan usahatani lainnya. Selain sebagai pemilik jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan, pelaku usaha ada yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan karyawan swasta. Potensi budidaya jamur di Desa Tugu Selatan sampai tahun 2010 memiliki produktivitas sebesar 2 ton/ha dengan total luas areal lahan 0,45 Ha menyebar di wilayah Desa Tugu Selatan. Jamur tiram putih dapat dipanen sekitar 30 hari setelah masa inkubasi. Total produksi satu log jamur tiram putih sebesar 0,5 kg jamur segar yang dipanen secara bertahap hingga lima kali dengan waktu antar panen sekitar 12 hari sampai 14 hari.

Kegiatan usaha jamur tiram putih ini mulai memasyarakat di Desa Tugu Selatan karena selain keuntungan yang ditawarkan dari hasil usaha cukup memuaskan, cara pembudidayaannya relatif tidak terlalu sulit terutama dalam hal pengalokasian waktu. Faktor alam juga sangat mendukung usaha tersebut. Suhu rata-rata di Desa Tugu Selatan sebesar 200C-240C dan curah hujan rata-rata 33 mm/hari. Hal tersebut menyebabkan kelembaban di Desa Tugu Selatan cukup tinggi dan mendukung perkembangan jamur tiram putih.

Salah satu faktor yang penting dalam budidaya jamur tiram putih adalah kumbung jamur. Kumbung jamur tiram putih dibuat dengan ukuran tertentu, disesuaikan dengan kapasitas dan produksi yang akan dihasilkan. Kumbung yang dimiliki petani jamur tiram putih di lokasi penelitian terbuat dari bilik bambu dengan rak dan tingkat tiap rak yang bermacam-macam tergantung dari luas dan tinggi bangunan kumbung. Selain bangunan kumbung perlu rumah persiapan yang digunakan dalam proses pembuatan log, inokulasi, dan penyimpanan bahan serta alat.

Terdapat tiga pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan yang diteliti dimana setiap pelaku usaha memiliki fokus kegiatan usaha yang berbeda. Kegiatan usaha jamur tiram putih yang pertama berfokus pada pembuatan log jamur tiram putih untuk dijual kepada pembudidaya di daerah Cibedug, Cipanas,

dan Cianjur. Pembuatan log jamur tiram putih pada usaha ini menggunakan oven yang dipanaskan dengan kayu bakar sebagai alat untuk mensterilisasi log jamur. Usaha jamur tiram putih yang kedua berfokus pada budidaya jamur tiram putih. Log jamur tiram putih pada usaha ini diperoleh dari pelaku usaha lain di sekitar Cisarua yang bertindak sebagai inti dan usaha ini sebagai plasma. Kegiatan budidaya atau pola produksi dari usaha ini dikontrol secara teratur oleh inti agar hasil panen yang diperoleh optimal dan memiliki kualitas yang baik. Adanya hubungan inti plasma dalam usaha ini menyebabkan pola produksi telah terkonsep dengan baik, meskipun usaha ini baru dijalankan. Usaha jamur tiram putih yang ketiga memproduksi log secara pribadi untuk dibudidaya. Berbeda halnya dengan usaha pertama yang menggunakan oven sebagai alat sterilisasi, usaha ini menggunakan drum yang dipanaskan dengan menggunakan bahan bakar gas untuk proses sterilisasi dalam pembuatan log jamur tiram putih.

Pada ketiga kegiatan usaha jamur tiram putih tersebut terdapat kumbung jamur yang memiliki fungsi yang berbeda. Pada kegiatan usaha jamur tiram putih yang pertama, kumbung jamur berfungsi sebagai tempat inkubasi baglog jamur tiram putih sebelum dijual kepada pembudidaya. Penempatan baglog tersebut tidak berlangsung sampai baglog jamur siap untuk dibudidaya, melainkan hanya selama beberapa hari untuk memastikan bahwa baglog jamur tidak gagal atau telah terdapat miselium yang merambat. Pada kegiatan usaha jamur tiram putih yang kedua, kumbung jamur berfungsi sebagai tempat budidaya baglog jamur sampai baglog tersebut sudah tidak produktif. Pada kegiatan usaha jamur tiram putih yang ketiga, kumbung jamur berfungsi sebagai tempat inkubasi baglog

jamur tiram putih sekaligus sebagai tempat budidaya baglog jamur. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi biaya pembuatan kumbung, efisiensi lahan, dan efisiensi waktu kegiatan budidaya karena tidak perlu memindahkan baglog jamur yang telah siap dibudidaya dari kumbung inkubasi ke kumbung pemeliharaan.