• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Aspek Non Finansial

6.1.2. Aspek Teknis

6.1.2.4. Tata Letak Usaha

Pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan memiliki tiga lokasi usaha yang berbeda dengan luas lahan pada usaha penjualan baglog jamur tiram putih sebesar 2.000 m2, pada usaha membeli log untuk budidaya jamur tiram putih sebesar 2.000 m2, dan pada usaha membuat log jamur tiram putih untuk dijual dan dibudidaya sebesar 4.000 m2. Tata letak lokasi usaha ini akan disesuaikan dengan skenario yang dilakukan. Lokasi pelaku usaha pada skenario pertama merupakan tempat usaha pembuatan baglog jamur tiram putih yang akan dijual kepada pembudidaya. Pada lokasi tersebut terdapat beberapa bangunan, yaitu ruang produksi yang terdiri dari ruang pengadukan, ruang inokulasi, dan ruang sterilisasi serta kumbung jamur dan ruangan karyawan. Bangunan-bangunan tersebut memiliki ukuran yang berbeda, ruang pengadukan berukuran 6x6 m2, ruang inokulasi berukuran 10x6 m2, ruang sterilisasi berukuran 6x5 m2, kumbung jamur berukuran 17x16 m2, dan ruang karyawan berukuran 5x5 m2 (Lampiran 1).

Lokasi pelaku usaha pada skenario kedua merupakan tempat usaha budidaya jamur tiram putih. Pada lokasi tersebut hanya terdapat beberapa bangunan, yaitu dua kumbung budidaya jamur dan ruangan karyawan. Bangunan- bangunan tersebut memiliki ukuran yang berbeda, kumbung jamur berukuran 16x16 m2 dan ruang karyawan berukuran 5x5 m2 (Lampiran 1). Lokasi pelaku usaha pada skenario ketiga merupakan tempat usaha pembuatan baglog jamur tiram putih yang akan dijual dan dibudidayakan. Tata letak lokasi pada skenario ini pada umumnya merupakan gabungan antara tata letak lokasi usaha skenario pertama dengan tata letak lokasi usaha skenario kedua, namun disesuaikan dengan jumlah produksi yang akan dilakukan. Pada lokasi ini terdapat beberapa bangunan, yaitu ruang produksi yang terdiri dari ruang pengadukan, ruang inokulasi, dan ruang sterilisasi serta kumbung jamur dan ruangan karyawan. Bangunan-bangunan tersebut memiliki ukuran yang berbeda, ruang pengadukan berukuran 8x8 m2, ruang inokulasi berukuran 12x8 m2, ruang sterilisasi berukuran 7x7 m2, tiga kumbung jamur berukuran masing-masing 16x16 m2, dan ruang karyawan berukuran 10x10 m2 (Lampiran 1). Berikut merupakan layout kumbung jamur pelaku usaha di Desa Tugu Selatan baik dari luar maupun dalam kumbung.

Gambar 18. Layout Kumbung Depan Gambar 19. Layout Kumbung Dalam Berdasarkan analisis tersebut dapat dikatakan bahwa secara teknis pengembangan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan layak untuk dijalankan. Pada setiap kriteria dari aspek teknis secara keseluruhan tidak terdapat kendala dan permasalahan yang menghambat jalannya usaha. Pemilihan lokasi usaha, teknologi, proses produksi, dan tata letak usaha mampu menghasilkan produk secara optimal serta mendukung kegiatan pengembangan usaha dalam memperoleh laba.

6.1.3.Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen mengkaji bentuk usaha, pengadaan tenaga kerja, struktur organisasi, dan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. Pada aspek hukum berisi mengenai masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen usaha, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki (Kasmir & Jakfar 2009).

1. Manajemen

Tenaga kerja yang dimiliki pelaku usaha diperoleh melalui proses perekrutan yang sederhana berupa mencari masyarakat sekitar lokasi usaha yang membutuhkan pekerjaan dan memiliki disipilin dalam bekerja. Beberapa pemilik usaha mencari tenaga kerja yang memiliki pengalaman dalam usaha jamur tiram putih, namun pemilik usaha lain tidak mengharuskan calon tenaga kerja memiliki keterampilan atau keahlian khusus dalam budidaya jamur tiram putih. Pemilik usaha tersebut akan melakukan pelatihan kepada calon tenaga kerja sebelum mereka mempraktekannya dalam pekerjaan mereka. Pada usaha jamur tiram putih ini umumnya menggunakan tenaga kerja pria karena diperlukan dalam pekerjaan berat seperti melakukan proses pencampuran dan proses sterilisasi dalam pembuatan media tanam. Namun, terdapat juga tenaga borongan wanita yang bekerja dalam proses loging dan inokulasi. Untuk pengembangan usaha yang akan

dilakukan membutukan tenaga kerja sebanyak 25 orang tenaga kerja tetap dan 21 orang pekerja borongan.

Rata-rata jam kerja buruh tani usaha jamur tiram putih adalah delapan jam per hari yang dimulai dari pukul delapan pagi sampai empat sore. Gaji yang diperoleh pekerja tetap sebesar Rp 750.000/bulan. Besar gaji tersebut berdasarkan rata-rata gaji para tenaga kerja pada bidang yang sama di wilayah sekitar lokasi usaha. Upah yang diterima pekerja borongan sebesar Rp 110/log dimana besar upah tersebut juga didasarkan rata-rata upah para pekerja borongan pada bidang yang sama di wilayah sekitar lokasi usaha. Kegiatan pembuatan media tanam yang meliputi proses pengayakan hingga inokulasi akan dilakukan oleh delapan orang tenaga kerja tetap dan dua puluh satu orang pekerja borongan. Kegiatan pasca pembuatan media tanam yang meliputi inkubasi hingga pasca panen dilakukan oleh empat belas orang tenaga kerja tetap. Setiap lokasi usaha memiliki tenaga kerja yang bertugas sebagai supervisor. Pemilihan supervisor oleh pemilik usaha umumnya orang yang memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai usaha jamur tiram putih dengan baik. Supervisor tidak hanya mengawasi tenaga kerja dalam bekerja, tetapi juga melakukan pembukuan dan membantu proses pembuatan log atau budidaya jamur tiram putih.

Secara normatif suatu usaha yang baik memiliki struktur organisasi yang baku dan deskripsi yang jelas pada setiap jenis pekerjaannya. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung dan memastikan bahwa kegiatan usaha yang dilakukan berlangsung dengan baik dan sesuai dengan pencapaian tujuan usaha. Pada usaha jamur tiram putih ini belum memiliki struktur organisasi yang baku. Struktur organisasi usaha jamur tiram putih umumnya terdiri dari pemilik, supervisor, tenaga kerja tetap, dan pekerja borongan yang berasal dari masyarakat sekitar (Gambar 20). Namun, setiap pekerja telah mengetahui dengan pasti pekerjaan yang harus mereka lakukan dan disiplin dalam bekerja, sehingga kegiatan operasional usaha jamur tiram putih dapat berlangsung dengan baik.

Supervisor telah mampu mengkoordinir semua tenaga kerja dengan baik sesuai dengan pekerjaan mereka masing-masing. Berdasarkan hal tersebut, maka aspek manajemen pengembangan usaha jamur tiram putih layak untuk dijalankan.

Gambar 20. Struktur Organisasi Usaha Jamur Tiram Putih di Desa Tugu Selatan

2. Hukum

Secara normatif suatu usaha yang baik memiliki badan usaha yang legal, sehingga kehadiran usaha tersebut telah memiliki kekuatan hukum dan mempermudah serta memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin kerjasama dengan pihak lain. Namun, pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan belum memiliki badan usaha yang resmi dari pemerintah setempat. Pelaku usaha hanya tergabung dalam Kelompok Tani Jamur Mekar Rasa yang telah memiliki legalitas dari pemerintahan setempat yang ditandai dengan adanya surat keputusan dari Kepala Desa Tugu Selatan. Pada awal dilakukannya kegiatan usaha jamur tiram putih, pelaku usaha telah melakukan lapor izin usaha kepada pemerintah setempat. Perizinan yang telah dimiliki oleh pelaku usaha, yaitu Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Berdasarkan hal tersebut, walaupun usaha jamur tiram putih belum memiliki badan usaha, tetapi usaha tersebut telah memiliki legalitas dari pemerintah setempat untuk melakukan kegiatan operasional sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan aspek hukum pengembangan usaha jamur tiram putih layak untuk dijalankan

6.1.4. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Dalam menyusun studi kelayakan bisnis, salah satu faktor yang perlu dinilai menyangkut aspek sosial. Pada umumnya, aspek sosial dapat dinilai dari segi manfaat yang diberikan suatu usaha terhadap perkembangan perekonomian masyarakat secara keseluruhan seperti terbukanya kesempatan kerja dan bertambahnya sarana serta prasarana daerah sekitar usaha. Ditinjau dari aspek sosial keberadaan pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat memiliki kontribusi dalam

Pemilik

Supervisor

Bagian Pencampuran dan Sterilisasi

Bagian loging dan inokulasi

Bagian Budidaya, Panen, dan Pasca Panen

pemberian kesempatan kerja bagi masyarakat setempat. Selain itu, masyarakat dapat belajar mengenai usaha jamur tiram putih. Masyarakat dapat belajar dengan cara melihat langsung proses produksi yang sedang dilakukan. Hal ini akan menambah pengetahuan dan kemampuan masyarakat sekitar dalam budidaya jamur tiram putih.

Dari segi ekonomi, adanya pelaku usaha dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini terlihat dari asal pekerja tetap dan pekerja borongan yang dimiliki usaha. Pekerja tetap dan pekerja borongan yang dimiliki usaha sebagian besar berasal dari daerah sekitar usaha. Para pekerja borongan merupakan ibu-ibu rumah tangga sekitar yang melakukan kegiatan produksi pada proses loging dan inokulasi dengan upah Rp 110/log, sedangkan pekerja tetap sebagian besar merupakan pekerja pria yang berasal dari daerah sekitar lokasi usaha dengan gaji Rp 750.000/bulan. Dilihat dari aspek budaya keberadaan usaha jamur tiram putih tidak mengganggu atau merusak kebiasaan masyarakat sekitar baik dilihat dari agama, nilai sosial, dan norma sosial masyarakat. Pemilik usaha yang bukan berasal dari daerah setempat dapat berbaur dengan masyarakat sekitar yang asli Sunda. Berdasarkan hal tersebut, aspek sosial, ekonomi, dan budaya pada pengembangan usaha jamur tiram putih layak untuk dijalankan.

6.1.5. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan, terutama dampak dari suatu usaha terhadap kelestarian lingkungan. Dampak lingkungan dengan adanya usaha ini adalah limbah plastik dan limbah log jamur tiram putih yang sudah tidak produktif. Penanggulangan limbah plastik yang dilakukan pelaku usaha yaitu menjual limbah plastik kepada penampung limbah plastik yang berada di sekitar lokasi usaha. Limbah berupa log jamur tiram putih digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman oleh masyarakat sekitar dan pemilik usaha sayuran lainnya di Desa Tugu Selatan. Berdasarkan hal tersebut, pengembangan usaha jamur tiram putih layak untuk dijalankan secara aspek lingkungan karena kegiatan usaha tidak menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan dan mengganggu masyarakat sekitar.