• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah Kelompok Tani

Kelompok Tani Buni Sari merupakan salah satu dari empat kelompok tani yang ada di Desa Caringin Wetan. Masing-masing kelompok tani tersebut melakukan kegiatan usahatani yang berbeda, mulai dari usahatani padi, sayuran sampai dengan budidaya ikan air tawar. Komoditi ikan air tawar yang umumnya diusahakan di Desa Caringin Wetan yaitu ikan mas, ikan koi dan ikan nila. Ketiga komoditi ikan tersebut disahakan oleh keempat kelompok tani di Desa Caringin Wetan. Sebagian besar kelompok tani umumnya mengusahakan nila hitam biasa ataupun nila merah, namun hanya kelompok tani Buni Sari yang mengusahakan pembenihan monoseks nila, yaitu ikan nila GMT (Genetically Male Tilapia). Benih ikan nila GMT tersebut lebih unggul bila dibandingkan dengan ikan nila biasa, dimana semua benihnya merupakan ikan nila jantan yang pertumbuhannya lebih cepat dibanding dengan ikan nila biasa.

Kelompok tani Buni Sari terbentuk sejak tahun 1995, begitu pula dengan usaha budidaya pembenihan ikan nila. Pada awalnya komoditi yang dibudidayakan dalam usaha pembenihan ikan nila di Buni Sari adalah nila hitam biasa dan nila merah, kemudian beralih ke komoditi nila GIFT sampai dengan akhirnya pada tahun 2009 beralih ke komoditi nila GESIT untuk menghasilkan ikan nila GMT. Saat ini kelompok tani Buni Sari memiliki 40 anggota, sedangkan petani yang mengusahakan pembenihan ikan nila GMT sebanyak 17 petani.

Kegiatan Usaha Pembenihan Ikan Nila GMT

Usaha pembenihan nila GMT di Buni Sari termasuk ke dalam kegiatan pembenihan semi intensif, dimana kolam pemijahan dan kolam pendederan tidak dibuat secara khusus. Kolam yang digunakan adalah kolam sawah, dengan menggunakan tanah lempung dan berlumpur. Kolam tersebut dilengkapi dengan pipa paralon untuk mengalirkan air ke kolam dan membuang air sehingga terdapat sirkulasi air di setiap kolam. Lumpur yang terdapat di dalam kolam adalah lumpur yang terbawa dari sungai dan biasanya dibersihkan setiap panen dilakukan. Kegiatan pemanen dilakukan menggunakan sistem panen total dengan menyurutkan air kolam secara perlahan sehingga secara tidak langsung benih ikan akan digiring ke tempat yang lebih rendah (berupa cekungan kolam) sehingga benih ikan akan terkumpul dan dapat dipanen menggunakan waring dan serokan.

Sistem pembenihan di Buni Sari menggunakan sistem pembenihan secara massal, dimana induk ikan nila akan memijah secara alami dengan waktu pemijahan yang tidak bisa dihitung karena induk betina maupun induk jantan berada dalam satu kolam yang sama (tidak dipisahkan). Perbandingan antara induk jantan dengan induk betina di Buni Sari umumnya menggunakan

28

perbandingan 1 : 10. Perbandingan ini merupakan hasil uji coba petani Buni Sari, dimana perbandingan tersebut dianggap memberikan keuntungan yang terbesar bagi petani.

Periode Produksi

Output yang dihasilkan pada kegiatan pembenihan nila GMT di Buni Sari berbeda-beda. Terdapat empat jenis output yang dihasilkan, yaitu output ukuran larva, output ukuran 2-3 cm, output ukuran 3-5 cm dan output ukuran 5-8 cm. Waktu panen untuk setiap output berbeda, panen larva dilakukan setiap 15 hari, kemudian larva tersebut akan ditanam untuk menghasilkan benih nila GMT dengan ukuran yang lebih besar. Setelah larva ditanam, maka 15 hari kemudian dapat dilakukan panen benih nila ukuran 2-3 cm, 30 hari kemudian dapat dipanen benih nila ukuran 3-5 cm, dan 75 hari kemudian dapat dipanen benih nila ukuran 5-8 cm, sehingga untuk menghasilkan output dengan ukuran terbesar yaitu benih nila ukuran 5-8 cm diperlukan total waktu pemeliharaan selama 90 hari.

Berdasarkan hal tersebut, maka satu periode produksi pembenihan nila GMT di Buni Sari adalah 90 hari, sehingga terdapat enam kali panen larva dan panen benih ukuran 2-3 cm, tiga kali panen benih ukuran 3-5 cm, dan satu kali panen benih ukuran 5-8 cm. periode produksi yang digunakan dalam penelitian ini terhitung mulai dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 sehingga jumlah panen untuk setiap output dihitung pada periode tersebut. Adapun jumlah panen untuk masing-masing output dapat dilihat pada pola tanam untuk bulan Oktober sampai dengan Desember 2012.

Pola Tanam

Periode produksi dalam penelitian ini adalah 90 hari. Periode tersebut ditentukan berdasarkan waktu yang diperlukan untuk menghasilkan output yang paling besar di Buni Sari dan membutuhkan waktu yang paling lama. Periode produksi yang digunakan adalah periode ke lima dari mulai penebaran induk jantan dan induk betina. Periode ke lima dimulai dari bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan Desember 2012. Berikut merupakan pola tanam untuk masing- masing output yang dihasilkan pada usaha pembenihan ikan nila GMT di kelompok tani Buni Sari, Kecamatan Caringin Wetan Kabupaten Sukabumi.

Tabel 6 Pola tanam larva ikan nila GMT

Panen Larva Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan Kolam Pemeliharaan Induk Pemijahan Panen Larva Pemupukan/Pemopokan Berdasarkan Tabel 6, persiapan untuk kolam induk dilakukan setiap selang dua kalin panen. Pemupukan dan pemopokan termasuk ke dalam salah satu kegiatan persiapan kolam induk. Kegiatan pemeliharaan induk dilakukan setiap hari, selama induk berada di dalam kolam. Kegiatan pemeliharaan dilakukan

29 dengan memberi pakan induk dan pengecekan rutin setiap hari. Karena induk jantan dan induk betina berada pada satu kolam yang sama, maka tidak diketahui secara pasti waktu memijah, karena pemijahan dapat dilakukan setiap hari, namun panen larva dilakukan setiap 14-15 hari sehingga dalam satu periode produksi di bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 terdapat enam kali panen output

ukuran larva ikan nila GMT.

Tabel 7 Pola tanam benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm

Panen Benih 2-3 Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan Kolam Tanam Pemeliharaan larva Panen P23 Pemupukan

Berdasarkan Tabel 7, persiapan kolam untuk output berupa benih ikan nila ukuran 2-3 cm dilakukan setiap kali panen yaitu sebanyak enam kali. Sedangkan pemupukan dilakukan setiap selang dua kali panen. Hari berikutnya kolam yang telah dibersihkan dari lumpur, hama keong dan dipopok, biasanya dapat langsung kembali ditanam dengan larva sehingga benih dapat dipanen setiap 14-15 hari. Benih ikan yang telah ditanam kemudian dipelihara setiap hari selama benih berada di dalam kolam dengan cara pemberian pakan sebanyak dua kali sehari dan pengecekan kolam setiap hari. Dalam satu periode produksi di bulan Oktober sampai dengan Desember 2012, terdapat enam kali panen output ikan nila GMT ukuran 2-3 cm.

Tabel 8 Pola tanam benih ikan nila GMT ukuran 3-5 cm

Panen Benih 3-5 Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan Kolam Tanam Pemeliharaan larva Panen P23 Pemupukan

Berdasarkan Tabel 8, pada periode ke lima di bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012 terdapat kegiatan persiapan kolam dan pemupukan yang dilakukan sebanyak satu kali. Setelah panen selesai dilakukan, hari berikutnya kolam yang telah di bersihkan dari lumpur, hama keong dan telah dipopok dapat langsung ditanami larva. Larva tersebut kemudian dipelihara setiap hari selama 30 hari sampai dengan panen. Pemeliharaan dilakukan dengan cara pemberian pakan sebanyak dua kali sehari selama 30 hari. Panen benih ukuran 3-5 cm dapat dilakukan setiap 30 hari sekali, sehingga dalam satu periode produksi di

30

bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 terdapat tiga kali panen output ikan nila GMT ukuran 3-5 cm.

Tabel 9 Pola tanam benih ikan nila GMT ukuran 5-8 cm

Panen Benih 58 Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan Kolam Tanam Pemeliharaan larva Panen P58 Pemupukan

Berdasarkan Tabel 9, pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012, persiapan kolam dilakukan sebanyak satu kali. Pada bulan tersebut tidak terdapat aktivitas pemupukan, karena kolam benih dipupuk setiap dua kali panen. Setelah kolam siap, kolam langsung dapat ditanami larva saat hari berikutnya setelah panen. Setelah ditanam, larva kemudian akan dipelihara dengan cara pemberian pakan yang rutin selama 75 hari sampai dengan benih ikan nila GMT mencapai ukuran 5-8 cm. Panen dilakukan setiap 75 hari sekali, sehingga dalam satu periode produksi di bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 terdapat satu kali panen

output ikan nila GMT ukuran 5-8 cm untuk satu kolamnya, namun pada prakteknya dilakukan pengaturan kolam yang akan ditanami larva, sehingga setiap 15 hari dapat dilakukan panen pada kolam yang berbeda.

Karakteristik Petani

Beberapa karakteristik petani pembenihan dan pedenderan ikan nila di Buni Sari yang dianggap penting adalah status usaha, umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman dalam usahatani pembenihan ikan dan kepemilikan lahan. Karakteristik tersebut dianggap penting karena selain mempengaruhi pelaksanaan usahatani terutama dalam pelaksanaan teknik budidaya yang nantinya akan berpengaruh terhadap produksi, juga diperlukan untuk melihat bagaimana pengaruhnya terhadap biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani pembenihan ikan nila GMT di Buni Sari.

Status Usaha

Status usaha mencerminkan mengenai sumber penghasilan usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT yang dijalankan petani Buni Sari, apakah sebagai mata pencaharian uatama atau sebagai mata pencaharian sampingan. Berikut dibahas mengenai status usaha untuk masing-masing kelompok usaha dengan segmentasi usaha yang berbeda.

Dijelaskan pada Tabel 10, terdapat empat orang petani di Kelompok A yang menjadikan usaha pembenihan ikan nila GMT sebagai mata pencaharian utama dan sebagian lagi dengan jumlah yang sama menjadikan usaha pembenihan ikan nila GMT sebagai mata pencaharian sampingan. Proporsi status usaha tersebut sama besar, yaitu dengan proporsi masing-masing sebesar 50 persen. Hal ini berarti bahwa usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT bukan

31 merupakan satu-satunya sumber penghasilan bagi petani Buni Sari di Kelompok A, karena masih terdapat sumber pendapatan dari usaha lain sebagai pemasukan bagi rumah tangga petani. Sumber pendapatan lain antara lain adalah usahatani padi, usahatani sayuran, usaha peternakan, usaha dagang, usaha warung, makelar tanah dan pegawai negeri sipil.

Tabel 10 Karaktersitik petani berdasarkan status usaha

Status Usaha Jumlah Petani (orang) Persentase

1. Kelompok A Utama 4 50 Sampingan 4 50 Jumlah 8 100 2. Kelompok B Utama 3 75 Sampingan 1 25 Jumlah 4 100 3. Kelompok C Utama 2 100 Sampingan 0 0 Jumlah 2 100 4. Kelompok D Utama 1 100 Sampingan 0 0 Jumlah 1 100 5. Kelompok E Utama 0 0 Sampingan 2 100 Jumlah 2 100

Terdapat tiga orang petani di Kelompok B yang menjadikan usaha pembenihan ikan nila GMT sebagai mata pencaharian utama, dengan proporsi sebesar 75 persen dan satu orang petani menjadikan usaha pembenihan ikan nila GMT sebagai mata pencaharian sampingan, dengan proporsi sebesar 25 persen. Hal ini berarti bahwa sebagian besar petani di Kelompok B bergantung pada usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT, meskipun begitu masih ada sumber pendapatan lain antara lain adalah usahatani padi, usahatani sayuran, dan usaha usaha kredit barang.

Semua petani di Kelompok C menjadikan usaha pembenihan ikan nila GMT sebagai mata pencaharian utama. Hal ini berarti bahwa petani di Kelompok C bergantung pada usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT, meskipun begitu masih ada sumber pendapatan lain antara lain adalah usahatani padi dan usahatani sayuran.

Kelompok D hanya mempunyai satu orang anggota, dimana kelompok tersebut menjadikan usaha pembenihan ikan nila GMT sebagai mata pencaharian utama. Hal ini berarti bahwa Kelompok D bergantung pada usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT, meskipun begitu masih ada sumber pendapatan lain antara lain adalah usahatani padi dan usahatani sayuran.

32

Semua petani di Kelompok E menjadikan usaha pembenihan ikan nila GMT sebagai mata pencaharian sampingan, dengan proporsi sebesar 100 persen. Hal ini berarti bahwa usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT bukan merupakan satu-satunya sumber penghasilan bagi petani Buni Sari di Kelompok E, karena masih terdapat sumber pendapatan dari usaha lain sebagai pemasukan bagi rumah tangga petani. Sumber pendapatan lain yaitu usahatani sayuran, usaha jual beli dan service pompa, dan sebagai buruh tani.

Umur

Petani pembenihan dan pendederan ikan nila di Buni Sari, berdasarkan tingkat umurnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu responden petani di bawah 31 tahun, 31-55 tahun, dan kelompok usia 55 tahun keatas. Data mengenai karateristik petani untuk masing-masing kelompok berdasarkan umur adalah sebagai berikut.

Tabel 11 Karakteristik petani berdasarkan umur

Kelompok Umur Jumlah Petani (orang) Persentase

1. Kelompok A < 31 tahun 0 0 31-55 tahun 3 37,5 > 55 tahun 5 62,5 Jumlah 8 100 2. Kelompok B < 31 tahun 0 0 31-55 tahun 4 100 > 55 tahun 0 0 Jumlah 4 100 3. Kelompok C < 31 tahun 0 0 31-55 tahun 2 100 > 55 tahun 0 0 Jumlah 2 100 4. Kelompok D < 31 tahun 0 0 31-55 tahun 1 100 > 55 tahun 0 0 Jumlah 2 100 5. Kelompok E < 31 tahun 1 50 31-55 tahun 1 50 > 55 tahun 0 0 Jumlah 2 100

Berdasarkan Tabel 11, tidak ada petani di Kelompok A dengan usia kurang dari 31 tahun. Jumlah petani pada usia antara 31-55 tahun sebanyak 3 orang atau 37,5 persen, jumlah petani pada usia lebih dari 55 tahun sebanyak 5 orang atau 62,5persen. Gambaran tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan usaha banyak

33 dilakukan oleh petani yang berusia lanjut, dimana pada usia tersebut biasanya pengalaman usaha petani sudah cukup lama, namun kekuatan fisiknya telah terbatas.

Semua petani anggota Kelompok B berada pada usia antara 31 sampai dengan 55 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua anggota Kelompok B berada pada usia yang produktif, dimana pada usia tersebut kekuatan fisik memadai dan mempunyai semangat yang tinggi, sehingga dapat melakukan kegiatan pertanian dengan baik.

Semua petani anggota Kelompok C berada pada usia antara 31 sampai dengan 55 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua anggota Kelompok C berada pada usia yang produktif, dimana pada usia tersebut kekuatan fisik memadai dan mempunyai semangat yang tinggi, sehingga dapat melakukan kegiatan pertanian dengan baik.

Petani di Kelompok D berada pada usia antara 31 sampai dengan 55 tahun,tepatnya berusia 55 tahun Hal tersebut menunjukkan bahwa Kelompok D berada pada usia yang produktif, dimana pada usia tersebut kekuatan fisik memadai dan mempunyai semangat yang tinggi, sehingga dapat melakukan kegiatan pertanian dengan baik.

Kelompok E memiliki satu orang petani berusia kurang dari 31 tahun dan sisanya berada pada usia antara 31 sampai dengan 55 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua anggota Kelompok E berada pada usia muda yang produktif, dimana pada usia tersebut kekuatan fisik petani memadai dan mempunyai semangat yang tinggi, sehingga dapat melakukan kegiatan pertanian dengan baik.

Berdasarkan uraian tersebut, maka sebagian besar petani pembenihan dan pendederan ikan nila GMT kelompok tani di Buni Sari berada pada usia yang produktif dan sangat sedikit petani masih muda, sehingga terdapat kecenderungan memiliki pengalaman dalam berusahatani yang cukup untuk menjalankan usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT.

Pendidikan

Tingkat pendidikan memiliki pengaruh dalam melaksanakan kegiatan usahatani, baik cara terhadap cara pengelolaan secara teknis atau manajemen kegiatan usahatani dan penyerapan teknologi baru. Diharapkan petani mampu menjalankan kegiatan usahataninya dengan lebih baik, karena didukung oleh pengetahuan dan wawasan yang semakin luas. Tingkat pendidikan yang ditempuh dibedakan ke dalam kategori pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi. Karakteristik petani masing-masing kelompok berdasarkan tingkat pendidikan yang ditempuh adalah sebagai berikut.

Dijelaskan pada Tabel 12 bahwa petani di Kelompok A menempuh pendidikan sampai dengan tingkat SD sebanyak empat orang atau sebesar 50 persen, tingkat SLTP sebanyak satu orang atau sebesar 12,5 persen, tingkat SMA sebanyak dua orang atau sebesar 25 persen dan tingkat perguruan tinggi sebanyak satu orang atau sebesar 12,5 persen. Sebagian besar petani di Kelompok A menempuh tingkat pendidikan yang masih rendah, petani cenderung kurang dalam penerapan teknologi baru dan lebih memilih untuk melakukan teknis sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan.

34

Tabel 12 Karakteristik petani berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Petani (orang) Persentase 1. Kelompok A SD 4 50,0 SLTP 1 12,5 SMA 2 25,0 Perguruan Tinggi 1 12,5 Jumlah 8 100 2. Kelompok B SD 3 75 SLTP 0 0 SMA 1 25 Perguruan Tinggi 0 0 Jumlah 4 100 3. Kelompok C SD 1 50 SLTP 1 50 SMA 0 0 Perguruan Tinggi 0 0 Jumlah 2 100 4. Kelompok D SD 0 0 SLTP 1 100 SMA 0 0 Perguruan Tinggi 0 0 Jumlah 1 100 5. Kelompok E SD 2 50,0 SLTP 0 12,5 SMA 0 25,0 Perguruan Tinggi 0 12,5 Jumlah 2 100

Petani di Kelompok B menempuh pendidikan sampai dengan tingkat SD sebanyak tiga orang atau 75 persen, dan SMA sebanyak satu orang atau 25 persen. semua petani di Kelompok B menempuh tingkat pendidikan yang masih rendah, hal ini dapat mempengaruhi karakteristik petani yang secara teknis cenderung kurang dalam penerapan teknologi baru dan lebih memilih untuk melakukan teknis sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan.

Petani di Kelompok C menempuh pendidikan sampai dengan tingkat SD sebanyak satu orang atau 50 persen dan SLTP sebanyak satu orang atau 50 persen. Semua petani di Kelompok C menempuh tingkat pendidikan yang masih rendah, hal ini dapat mempengaruhi karakteristik petani yang secara teknis cenderung kurang dalam penerapan teknologi baru dan lebih memilih untuk melakukan teknis sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan.

Petani di Kelompok D menempuh pendidikan sampai dengan tingkat SLTP. Kelompok D menempuh tingkat pendidikan yang masih rendah, hal ini

35 dapat mempengaruhi karakteristik petani yang secara teknis cenderung kurang dalam penerapan teknologi baru dan lebih memilih untuk melakukan teknis sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan.

Petani di Kelompok E menempuh pendidikan sampai dengan tingkat SD. Petani di Kelompok E menempuh tingkat pendidikan yang masih rendah, hal ini dapat mempengaruhi karakteristik petani yang secara teknis cenderung kurang dalam penerapan teknologi baru dan lebih memilih untuk melakukan teknis sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan.

Pengalaman dalam Usahatani Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila

Pengalaman dalam usahatani dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengelola usahatani, dengan pengalaman yang cukup lama petani memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap usahatani yang dijalankannya. Pemahaman yang lebih baik tersebut dapat berupa kemampuan dalam menentukan dan mengelola faktor produksi yang digunakan ataupun dalam bentuk penanganan masalah yang dihadapi secara baik. Tingkat pengalaman yang dimiliki oleh seorang petani, dapat dilihat dari berapa lama petani tersebut terjun dalam kegiatan usahatani. Karakteristik petani masing-masing kelompok berdasarkan pengalaman usaha adalah sebagai berikut.

Tabel 13 Karakteristik petani berdasarkan pengalaman usaha

Pengalaman Usaha Jumlah petani (orang) Persentase 1. Kelompok A < 10 tahun 1 12,5 10 – 15 tahun 3 37,5 > 15 tahun 4 50,0 Jumlah 8 100 2. Kelompok B < 10 tahun 2 50 10 – 15 tahun 0 0 > 15 tahun 2 50 Jumlah 4 100 3. Kelompok C < 10 tahun 1 50 10 – 15 tahun 1 50 > 15 tahun 0 0 Jumlah 2 100 4. Kelompok D < 10 tahun 0 0 10 – 15 tahun 1 100 > 15 tahun 0 0 Jumlah 1 100 5. Kelompok E < 10 tahun 1 50 10 – 15 tahun 1 50 > 15 tahun 0 0 Jumlah 2 100

36

Berdasarkan Tabel 28, pengalaman usaha pembenihan ikan nila GMT kelompok A yang kurang dari 10 tahun sebanyak satu orang atau 12,5 persen, pengalaman usaha antara 10 sampai dengan 15 tahun sebanyak tiga orang atau 37,5 persen dan pengalaman usaha lebih dari 15 tahun sebanyak empat orang atau 50 persen. Sebagian besar petani kelompok A memiliki pengalaman dalam usahatani pembenihan ikan nila GMT yang cukup lama, yaitu lebih dari 10 tahun. Secara teknis para petani ini sudah sangat mengetahui apa yang harus dilakukan apabila terdapat masalah, terutama masalah cuaca.

Pengalaman usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT kelompok B yang kurang dari 10 tahun sebanyak dua orang atau 50 persen dan pengalaman usaha lebih dari 15 tahun sebanyak dua orang atau 50 persen. Pengalaman usaha petani di kelompok B tercurah pada waktu kurang dari 10 tahun dan lebih dari 15 tahun. Artinya pada kelompok B, sebagian petani memiliki pengalaman yang lama, sebagian lagi memiliki pengalaman yang kurang.

Pengalaman usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT kelompok C yang kurang dari 10 tahun sebanyak satu orang atau 50 persen dan pengalaman usaha antara 10 sampai dengan 15 tahun sebanyak dua orang atau 50 persen. Pengalaman usaha petani di kelompok C tercurah pada waktu kurang dari 10 tahun dan antara 10 sampai dengan 15 tahun. Artinya pada kelompok C, sebagian petani memiliki pengalaman yang cukup, sebagian lagi memiliki pengalaman yang kurang.

Pengalaman usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT kelompok D berada pada waktu 10 sampai dengan 15 tahun. Artinya petani kelompok D memiliki pengalaman yang cukup dalam usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT. Pengalaman usaha pendederan ikan nila GMT kelompok E yang kurang dari 10 tahun sebanyak satu orang atau 50 persen dan pengalaman usaha antara 10 sampai dengan 15 tahun sebanyak dua orang atau 50 persen. Pengalaman usaha petani di kelompok E tercurah pada waktu kurang dari 10 tahun dan antara 10 sampai dengan 15 tahun. Artinya pada kelompok E, sebagian petani memiliki pengalaman yang cukup, sebagian lagi memiliki pengalaman yang kurang.

Faktor Produksi

Faktor produksi yang digunakan dalam usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT di Buni Sari terdiri dari lahan, tenaga kerja dan peralatan. Analisis mengenai penggunaan faktor produksi dilakukan untuk mengetahui proporsi penggunaan lahan dan tenaga kerja milik sendiri dan yang bukan milik sendiri. Berikut merupakan uraian mengenai penggunaan faktor produksi di kelompok tani Buni Sari.

Lahan

Lahan yang digunakan untuk kegiatan usaha pembenihan ikan nila GMT di Buni Sari berupa kolam sawah. Lahan tersebut terletak di Desa Caringin Wetan. Status kepemilikan lahan yaitu sebagian milik sendiri dan sebagian sewa. Total luas lahan yang digunakan untuk usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT di Buni Sari adalah 55.700 m2 dengan luas rata-rata untuk setiap kolam

37 adalah 600 m2, untuk itu digunakan standar luasan 600 m2 untuk melakukan analisis perbandingan antar kelompok usaha.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT di Buni Sari adalah tenaga kerja laki-laki. Tenaga kerja tersebut dapat berasal dari TKDK (Tenaga Kerja Dalam Keluarga) dan atau TKLK

Dokumen terkait