• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Buni Sari yang berada di Desa Caringin Wetan, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Caringin Wetan merupakan salah satu wilayah yang menjadi sentra produksi budidaya pembenihan ikan nila GMT di Kabupaten Sukabumi. Petani Buni Sari memiliki cukup pengalaman mengenai budidaya pembenihan ikan nila karena telah lama melakukan usaha tersebut yaitu sejak tahun 1993. Buni Sari yang diketuai oleh Pak Abas ini pun berdasarkan informasi dari pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Sukabumi merupakan salah satu kelompok tani yang aktif mengikuti berbagai kegiatan maupun pelatihan dan merupakan kelompok tani

Target produksi benih ikan di Sukabumi besar

Produksi benih ikan nila di Sukabumi tinggi

Perbanyakan benih unggul

Usaha pembenihan nila GMT (Buni Sari)

Perbedaan kegiatan usaha yangdijalankan

Perbedaan biaya Perbedaan penerimaan Perbedaan pendapatan

Kegiatan usaha yang paling menguntungkan

Kegiatan usaha yang paling efisien

Imbalan terhadap faktor- faktor produksi Analisis perbandingan usaha

20

binaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. Pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan, yaitu bulan Januari sampai dengan bulan April 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara langsung dan pengisian kuesioner kepada responden. Data primer yang diambil selama penelitian meliputi faktor-faktor yang berkaitan dengan teknis pembenihan dan pendederan, penggunaan faktor-faktor produksi dan rincian pendapatan. Cara pengambilan data primer dapat dilihat pada Lampiran 3.

Data sekunder untuk penelitian diperoleh dari beberapa jurnal, data internet, dan berbagai instansi yang terkait dengan penelitian ini yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, BP4K, BP3K, UPTD Cibaraja Kabupaten Sukabumi, Kecamatan Perpustakaan LSI IPB, Perpustakaan FEM IPB dan lain-lain. Data sekunder pada penelitian ini meliputi produksi, sejarah kelompok tani, letak administratif, teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian. Cara pengambilan data sekunder dapat dilihat pada Lampiran 3.

Metode Penentuan Responden

Jumlah petani yang tergabung dalam anggota kelompok tani Buni Sari sebanyak 40 orang. Jumlah anggota yang mengusahakan pembenihan ikan nila GMT hanya sebanyak 17 petani. Pada penelitian ini digunakan metode sensus sehingga seluruh petani yang di Buni Sari yang mengusahakan pembenihan dan pendederan ikan nila GMT dijadikan sebagai responden penelitian.

Penentuan Kelompok Usaha

Terdapat lima kelompok dengan segmentasi usaha yang berbeda pada usaha pembenihan dan pendederan ikan nila GMT di Buni Sari. Kelompok A memiliki jumlah anggota 8 orang. Jumlah kolam pembenihan yang dimiliki sebanyak 19 kolam dengan total luas lahan sebesar 12.800 m2. Rata-rata luas untuk setiap kolam adalah 674 m2. Kelompok B memiliki jumlah anggota empat orang. Jumlah kolam pembenihan yang dimiliki sebanyak enam kolam dengan total luas lahan sebesar 4.200 m2. Rata-rata luas lahan untuk setiap kolam pembenihan adalah 700 m2. Jumlah kolam pendederan yang dimiliki sebanyak empat kolam dengan total luas lahan sebesar 2.300 m2. Kolam tersebut digunakan untuk menghasilkan benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm. Rata-rata luas kolam untuk setiap kolam pendederan adalah 575 m2. Kelompok C memiliki jumlah anggota dua orang. Jumlah kolam pembenihan yang dimiliki sebanyak 13 kolam dengan total luas lahan sebesar 21.300 m2. Rata-rata luas lahan untuk setiap kolam pembenihan adalah 1638 m2. Jumlah kolam pendederan untuk menghasilkan benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm sebanyak sembilan kolam dengan total luas lahan sebesar 4.000 m2. Rata-rata luas kolam untuk setiap kolam benih ukuran 2-3 cm adalah

21 444 m2. Jumlah kolam pendederan untuk menghasilkan benih ikan nila GMT ukuran 3-5 cm sebanyak empat kolam dengan total luas lahan sebesar 1.500 m2. Rata-rata luas kolam untuk setiap kolam benih ukuran 3-5 cm adalah 375 m2. Kelompok D memiliki jumlah anggota satu orang. Jumlah kolam pembenihan yang dimiliki sebanyak satu kolam dengan total luas lahan sebesar 800 m2. Jumlah kolam pendederan yang dimiliki sebanyak sembilan kolam dengan total luas lahan sebesar 7.900 m2. Kolam tersebut digunakan untuk menghasilkan benih ikan nila GMT ukuran 5-8 cm. Rata-rata luas kolam untuk setiap kolam pendederan adalah 878 m2. Kelompok E memiliki jumlah anggota dua orang. Jumlah kolam pendederan yang dimiliki sebanyak lima kolam dengan total luas lahan sebesar 2.400 m2. Kolam tersebut digunakan untuk menghasilkan benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm. Rata-rata luas kolam untuk setiap kolam pendederan adalah 480 m2.

Penentuan Periode Produksi

Satu periode produksi adalah selama 90 hari. Hal ini dihitung berdasarkan lama waktu yang dibutuhkan dari masa pemijahan induk nila untuk menghasilkan larva, kemudian dibudidayakan sampai dengan memperoleh benih ukuran 5-8 cm, selain itu untuk mempermudah melakukan perhitungan mengenai biaya dan penerimaan pada setiap kelompok.

Periode produksi yang digunakan adalah periode produksi ke lima, yaitu pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012 dihitung dari penebaran induk pertama yaitu pada bulan Oktober 2011. Periode ke lima digunakan dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2013 sehingga pada periode tersebut petani dianggap masih mengingat informasi-informasi yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian.

Diasumsikan bahwa setiap petani memiliki periode produksi yang sama. Usaha yang dijalankan diasumsikan menggunakan modal sendiri. Diasumsikan setiap induk betina menghasilkan larva ( benih baru menetas ) sebanyak 900 ekor larva sesuai dengan bobot induk sebesar 900 gram. Satu periode pemijahan terdapat enam kali panen larva, pada periode berjalan. Satu periode pembenihan terdapat enam kali panen benih ukuran 2-3 cm, tiga kali panen benih ukuran 3-5, dan enam kali panen benih ukuran 5-8 cm pada periode berjalan. Panen benih ukuran 5-8 cm dapat dipanen sampai dengan enam kali dalam satu periode karena dilakukan pengaturan tanam benih.

Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Hasan (2002), analisis data adalah menguraikan atau memecahkan masalah suatu keseluruhan menjadi bagian-bagian atau komponen yang lebih kecil. Analisis data dapat berbentuk analisis kuatititatif dan analisis kualitatif. Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif, dalam hal ini data dapat disajikan dalam bentuk angka, hanya saja angka-angka yang digunakan bukan merupakan hasil perhitungan. Data tersebut ditabulasikan dalam bentuk angka untuk mempermudah dalam membaca. Analisis kuantitatif merujuk pada pada data, yang terdiri dari deskripsi dengan mengklasifikasikan dan

22

menafsirkan data tersebut ke dalam konteks masalah yang diteliti. Data tersebut kemudian ditabulasikan agar lebih sederhana dan mudah dibaca. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan bantuan alat perangkat lunak Microsoft Excel 2010. Analisis tersebut meliputi analisis biaya-biaya (biaya tetap, biaya variabel, biaya tunai dan biaya tidak tunai), analisis pendapatan, analisis imbalan jasa terhadap faktor-faktor produksi dan analisis mengenai efisiensi usaha. Adapun analisis data yang diambil meliputi :

Analisis Kegiatan Usahatani

Kegiatan usahatani yang dilakukan di kelompok tani Buni Sari adalah usahatani pembenihan dan pendederan ikan nila GMT dengan output berupa larva, benih ukuran 2-3 cm, benih ukuran 3-5 cm dan benih ukuran 5-8 cm. Lahan yang digunakan adalah milik sendiri dan sewa. Biaya lahan yang dikeluarkan adalah biaya sewa lahan yang masuk ke dalam komponen biaya tetap tunai dan biaya sewa lahan milik sendiri yang masuk ke dalam komponen biaya tetap yang diperhitungkan. Rata-rata sewa lahan adalah Rp. 500.000,- per kolam. Rata-rata luas kolam yang digunakan oleh petani untuk budidaya pembenihan dan pendederan ikan nila GMT adalah 600 m2. Kolam yang dimiliki petani ada yang berada pada satu hamparan yang sama, ada juga yang ter-fragmentasi. Luasan tersebut digunakan sebagai dasar perhitungan untuk perbandingan usaha setiap kelompok.

Terdapat petani yang bertindak sebagai pengumpul di Buni Sari, sehingga petani dari setiap kelompok dapat mengumpulkan hasil panennya di pengumpul ataupun menjual langsung ke sesama pengganti anggota Buni Sari. Pengumpul melakukan kegiatan sortasi, grading dan pengemasan. Biaya pengemasan dibebankan kepada petani yang menjual hasil panennya. Pengumpul tidak melakukan fungsi pengangkutan, karena pemasar langsung menghubungi pengumpul dan melakukan fungsi pengangkutan.

Harga beli larva di tingkat pengumpul dan harga beli larva di tingkat petani sama, namun harga beli larva di tingkat pemasar berbeda karena terdapat nilai tambah berupa sortasi, grading dan pengemasan. Harga jual yang digunakan adalah harga yang berlaku pada Bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012, yakni larva sebesar Rp. 90.000/liter atau setara dengan Rp. 7/ekor, benih ukuran 2-3 sebesar Rp. 20/ekor, benih ukuran 3-5 cm sebesar Rp. 30/ekor dan benih ukuran 5-8 cm sebesar Rp. 12.500/kg atau setara dengan Rp. 42/ekor.

Satu liter larva diasumsikan sebanyak 15.000 ekor. Satu liter benih ukuran 2-3 cm diasumsikan sebanyak 3.000 ekor. Satu liter benih ukuran 3-5 cm diasumsikan sebanyak 800 ekor. Satu kilogram benih ukuran 5-8 cm diasumsikan sebanyak 300 ekor. Harga input yang digunakan diasumsikan merupakan harga yang berlaku pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012. Harga output yang digunakan diasumsikan konstan.

Daya Tetas

Daya tetas telur (Hatching rate), dapat dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang diambil secara sampling. Perhitungan sampel diambil dari setiap unit percobaan dengan menggunakan gelas ukur pada tiap titik secara acak. Yustina (2003) mengatakan, perhitungan jumlah telur yang menetas dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

23

HR = ∑telur yang menetas

∑telur total × 100%

Tingkat Kelangsungan Hidup

Pada saat penebaran, jumlah ikan dihitung. Penghitungan diulang saat panen. Berdasarkan data jumlah ikan tersebut, selanjutnya dihitung tingkat kelangsungan hidup dengan rumus (Effendi, 2004):

SR = Nt

N0× 100%

Keterangan :

SR = Survival Rate (kelangsungan hidup) Nt = jumlah ikan pada hari ke-t (ekor) N0 = jumlah ikan pada hari ke-0 (ekor)

N0 larva = betinajantan× waktu pemeliharaan × bobot induk betina

Penerimaan Usahatani

Penerimaan yaitu jumlah total produksi ikan dikalikan dengan harga produk diukur dalam satuan rupiah (Rp). Adapun rumus penerimaan usahatani adalah : TR = P × Q

Keterangan :

TR = Total Revenue (penerimaan total) P = Price (harga jual produk)

Q = Quantity (jumlah produk yang dijual) Biaya Produksi

Analisis mengenai biaya usaha dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar secara tunai oleh petani. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya tetap dan biaya variabel yang tidak dibayar secara fisik oleh petani, namun pengeluarannya tetap diperhitungkan karena terkait dengan opportunitycost yang dikeluarkan oleh petani akibat dari penggunaan faktor produksi yang digunakan. Salah satu komponen dalam biaya tetap yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan. Perhitungan mengenai biaya penyusutan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Rumus untuk menghitung biaya penyusutan adalah sebagai berikut :

Penyusutan = Nilai beli−Nilai sisa Umur ekonomis

24

Nilai beli adalah perolehan atau harga beli suatu aktiva dalam satuan rupiah (Rp). Nilai sisa pada akhir usaha diperoleh dari barang investasi yang masih tersisa pada umur usaha telah habis (tidak terpakai). Nilai sisa dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Nilai sisa = Nilai beli

Umur teknis× tahun sisa

Umur teknis ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari asset terbesar yang ada dalam suatu bisnis. Jumlah tahun selama pemakaian asset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan. Jumlah aset terbesar dalam usahatani pada penelitian ini adalah pengadaan indukan, dengan umur ekonomis yaitu dua tahun.

Analisis Pendapatan Usahatani

Dalam melakukan analisis pendapatan usahatani, perlu dilakukan pencatatan seluruh penerimaan total dan biaya total usahatani dalam satu musim tanam. Penerimaan total adalah nilai produk total dalam jangka waktu tertentu. Biaya total adalah nilai semua input yang dikeluarkan untuk proses produksi.

Penerimaan usahatani terbagi atas penerimaan tunai dan penerimaan total. Penerimaan tunai merupakan nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, yaitu jumlah produk yang dijual dikalikan dengan harga jual produk. Penerimaan total usahatani merupakan keseluruhan nilai produksi usahatani baik dijual, dikonsumsi keluarga dan dijadikan persediaan. Selain itu, biaya usahatani juga dibagi menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi kebutuhan usahatani. Sedangkan biaya total adalah seluruh nilai yang dikeluarkan bagi usahatani, baik tunai maupun tidak tunai.

Kegiatan usaha pembenihan ikan nila GMT di Buni Sari berbeda untuk setiap petani. Ada yang hanya melakukan kegiatan pemijahan, ada yang hanya melakukan kegiatan pendederan dan ada yang melakukan kedua kegiatan tersebut sekaligus, sehingga untuk menghitung besarnya pendapatan dilakukan pengelompokkan petani berdasarkan tahapan kegiatan pembenihan yang dilakukan. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Ilustrasi perhitungan pendapatan usaha

P1 Penerimaan P2 P3 P4 Biaya B1 B2 B3 B4 Induk 2-3 3-5 6-8 Panen (hari) : 15 larva 15 35-40 75 Ukuran :

25 Berdasarkan Gambar 3, dalam satu periode yang sama maka terdapat perbedaan pendapatan yang diperoleh terkait dengan perbedaan segmen usaha yang dipilih. Kelompok yang hanya memiliki satu segmen usaha memiliki satu sumber penerimaan dan satu biaya, sedangkan untuk kelompok yang memiliki lebih dari satu segmen usaha mendapatkan lebih dari satu sumber penerimaan dan biaya operasional dihitung tergantung dari segmen usaha yang dijalankan. Berikut merupakan perhitungan dan keterangan mengenai Gambar 2.

1. Kelompok A ( induk – larva ) Biaya = B1

Penerimaan = P1

Pendapatan = P1 - B1

2. Kelompok B ( induk – larva – benih ukuran 2-3 cm ) Biaya = B1 + B2 = ∑ B2

Penerimaan = P1 + P2 = ∑ P2

Pendapatan = ∑ P2 - ∑ B2

3. Kelompok C ( induk – larva – benih ukuran 2-3 cm – benih ukuran 3-5 cm ) Biaya = B1 + B2 + B3 = ∑ B3

Penerimaan = P1 + P2 + P3 = ∑ P2

Pendapatan = ∑ P3 - ∑ B3

4. Kelompok D ( induk – larva – benih ukuran 5-8 cm ) Biaya = B1 + B4 = ∑ B4

Penerimaan = P4

Pendapatan = P4 - ∑ B2

5. Kelompok E ( larva – benih ukuran 2-3 cm ) Biaya = B2

Penerimaan = P2

Pendapatan = P2 - B2

Analisis Perbandingan Usaha

Terdapat lima kelompok usaha dengan segmentasi usaha yang berbeda pada kelompok tani Buni Sari. Waktu panen dan luas kolam untuk masing-masing segmen usaha di setiap kelompok berbeda-beda, untuk itu setiap kelompok dibandingkan dalam kondisi yang sama yaitu pada luasan yang sama dan pada periode waktu yang sama. Luas lahan yang digunakan dalam analisis perbandingan usaha adalah pada luasan 600 m2. Luas tersebut diambil dari luas rata-rata per kolam dari total kolam yang dimiliki petani Buni Sari. Periode waktu yang digunakan adalah 90 hari. Waktu tersebut dihitung dari waktu yang dibutuhkan sampai dengan menghasilkan benih ikan nila dengan ukuran yang paling besar.

Berdasarkan hal tersebut, maka satu luasan kolam 600 m2 digunakan hanya untuk satu kegiatan usaha bagi kelompok dengan satu segmentasi usaha. Kelompok dengan dua segmen usaha, satu luasan kolam 600 m2 digunakan untuk dua kegiatan usaha. Kelompok dengan tiga segmen usaha, satu luasan kolam 600 m2 digunakan untuk tiga kegiatan usaha sekaligus. Penjelasan tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi pada Gambar 3.

26

Definisi Operasional

Terdapat beberapa definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

1. Usaha pembenihan meliputi kegiatan yang dimulai dari manajemen induk, pemijahan, pemeliharaan larva, pemeliharaan benih hingga pembesaran. 2. Pendederan adalah kegiatan memelihara larva hingga menghasilkan benih

ukuran tertentu yang siap untuk dibesarkan.

3. Daya tetas adalah kemampuan telur untuk menetas dan bertahan hidup hingga menjadi larva. Daya tetas diperoleh dari jumlah telur yang menetas dibagi dengan jumlah telur total.

4. Tingkat kelangsungan hidup adalah kemampuan benih ikan dalam bertahan hidup hingga saat dilakukan pemanenan. Tingkat kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara.

5. Penerimaan adalah jumlah total output yang dijual diukur dalam satuan ekor dikalikan dengan harga output diukur dalam satuan rupiah (Rp).

6. Biaya usahatani terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya operasional terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya investasi dikeluarkan pada periode pertama, sedangkan pada penelitian ini periode produksi yang digunakan adalah periode ke lima sehingga biaya investasi awal tidak masuk ke dalam perhitungan biaya usahatai. Biaya operasional dalam penelitian ini digunakan pada periode ke lima.

7. Keuntungan usahatani diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya tunai total (tidak termasuk biaya yang diperhitungkan).

Larva Benih

2-3 cm

Larva Benih 2-3 cm Benih 3-5 cm

Larva Benih 5-8 cm Benih 3-5 cm Larva Kelompok B Kelompok A Kelompok D Kelompok E Kelompok C 600 m2 600 m2 600 m2 600 m2 600 m2

27 8. Pendapatan usahatani diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya total,

baik biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan.

Dokumen terkait