• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Usaha Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila GMT Buni Sari Produksi usaha dalam penelitian ini dihitung selama satu periode produksi, yaitu 90 hari, pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012. Jumlah produksi untuk per kelompok dihitung dengan perbandingan kondisi yang sama, yaitu per luasan kolam 600 m2 dan dalam satuan ekor. Berikut merupakan jumlah

output yang dijual untuk masing-masing tahapan usaha dalam satuan ekor. Tabel 15 Jumlah yang dijual Kelompok A per luasan 600 m2 dalam satu periode

Keterangan Jumlah (ekor)

Total (ekor) Satuan Larva P23 Panen 1 65.039 2.449 67.488 Panen 2 68.576 2.523 71.099 Panen 3 64.688 2.672 67.359 Panen 4 66.094 2.598 68.691 Panen 5 64.688 2.301 66.988 Panen 6 66.445 2.746 69.191 TOTAL 395.529 15.289 410.818

Kelompok A adalah kelompok yang mengusahakan kegiatan pembenihan ikan nila GMT sampai dengan tahapan pertama, yaitu tahapan pembenihan dengan target menghasilkan satu jenis output berupa larva. Namun, pada prakteknya pertumbuhan benih ikan tidak selalu seragam, terdapat surplus output

berupa benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm sehingga ada dua produk yang dijual kelompok A dalam satu periode produksi. Jumlah larva ikan nila GMT yang dijual Kelompok A selama enam kali panen adalah 395.529 ekor, dengan surplus

benih ikan nila ukuran 2-3 cm sebanyak 15.289 ekor. Jumlah tersebut merupakan hasil produksi dan jumlah yang dijual Kelompok A jika dihitung per luasan 600 m2. Dalam satu periode produksi di bulan Oktober sampai dengan Desember 2012

42

terdapat enam kali panen larva. Total produksi benih ikan nila yang dijual Kelompok A per luasan kolam 600 m2 dalam satu periode produksi adalah sebanyak 410.818 ekor benih ikan nila GMT, sementara rata-rata luasan lahan yang dimiliki Kelompok A adalah seluas 674 m2.

Tabel 16 Jumlah yang dijual Kelompok B per luasan 600 m2 dalam satu periode

Keterangan Jumlah (ekor)

Total (ekor) Satuan Larva P23 P35 Panen 1 16.071 21.561 1.200 38.832 Panen 2 13.929 23.087 1.043 38.059 Panen 3 16.071 22.500 835 39.406 Panen 4 13.929 22.696 991 37.616 Panen 5 12.321 22.500 991 35.813 Panen 6 17.679 21.913 939 40.531 TOTAL 90.000 134.257 6.000 230.257

Kelompok B adalah kelompok yang mengusahakan kegiatan pembenihan ikan nila GMT sampai dengan tahapan ke dua, yaitu tahapan pembenihan dengan target menghasilkan output berupa larva dan tahap pendederan sampai dengan menghasilkan benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm. Pada Kelompok B pun pertumbuhan benih ikan tidak selalu seragam sehingga terdapat surplus output

berupa benih ikan nila GMT ukuran 3-5 cm. Jumlah produksi larva ikan nila GMT yang dijual selama enam kali panen adalah 90.000 ekor, benih ikan nila ukuran 2- 3 cm sebanyak 134.257 ekor dan surplus benih ikan nila ukuran 3-5 cm sebanyak 6.000 ekor. Jumlah tersebut merupakan hasil produksi Kelompok B yang dijual jika dihitung per luasan 600 m2, sementara sisa produksi lainnya ditanam kembali untuk tahapan berikutnya sampai dengan menghasilkan benih ikan nila ukuran 2-3 cm. Dalam satu periode produksi di bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 terdapat enam kali panen larva dan enam kali panen benih ikan nila ukuran 2-3 cm. Total produksi benih ikan nila yang dijual Kelompok B per luasan kolam 600 m2 dalam satu periode produksi adalah sebanyak 230.257 ekor benih ikan nila GMT, sementara total rata-rata luasan lahan yang dimiliki Kelompok B adalah seluas 1275 m2.

Tabel 17 Jumlah yang dijual Kelompok C per luasan 600 m2 dalam satu periode

Keterangan Jumlah (ekor)

Total (ekor) Satuan Larva P23 P35 Panen 1 16.645 17.357 7.586 41.588 Panen 2 18.643 18.129 8.856 45.628 Panen 3 17.644 15.096 7.172 39.913 Panen 4 18.060 15.868 33.928 Panen 5 18.809 14.346 33.156 Panen 6 18.560 19.318 37.877 TOTAL 108.361 100.114 23.614 232.090

43 Kelompok C adalah kelompok yang mengusahakan kegiatan pembenihan ikan nila GMT sampai dengan tahapan ke tiga, yaitu tahapan pembenihan dengan target menghasilkan satu jenis output berupa larva, tahap ke dua adalah pendederan sampai dengan menghasilkan benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm dan tahap ketiga yaitu pendederan sampai dengan menghasilkan output berupa benih ikan nila GMT ukuran 3-5 cm.

Data pada Tabel 36 merupakan data jumlah benih ikan yang dijual selama enam kali panen, sedangkan sisa produksi lainnya digunakan untuk ditanam kembali sampai dengan mencapai benih dengan ukuran 2-3 cm dan ukuran 3-5 cm. Jumlah produksi larva ikan nila GMT selama enam kali panen adalah 887.727 ekor, benih ikan nila ukuran 2-3 cm sebanyak 222.476 ekor dan benih ikan nila ukuran 3-5 cm sebanyak 52.476 ekor. Jumlah tersebut merupakan hasil produksi Kelompok C jika dihitung per luasan 600 m2. Dalam satu periode produksi di bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 terdapat enam kali panen larva enam kali panen benih ikan nila ukuran 2-3 cm dan tiga kali panen benih ikan nila GMT ukuran 3-5 cm. Total produksi benih ikan nila yang dihasilkan Kelompok C per luasan kolam 600 m2 dalam satu periode produksi adalah sebanyak 230.257 ekor benih ikan nila GMT, sementara total rata-rata luasan lahan yang dimiliki Kelompok C adalah seluas 2458 m2.

Tabel 18 Jumlah yang dijual Kelompok D per luasan 600 m2 dalam satu periode

Keterangan Jumlah (ekor)

Total (ekor) Satuan P58 Panen 1 14.201 14.201 Panen 2 12.560 12.560 Panen 3 9.535 9.535 Panen 4 13.380 13.380 Panen 5 12.663 12.663 Panen 6 14.559 14.559 TOTAL 76.899 76.899

Kelompok D adalah kelompok yang mengusahakan kegiatan pembenihan ikan nila GMT sampai dengan tahapan ke dua, yaitu tahapan pembenihan dengan target menghasilkan output berupa larva dan tahap pendederan sampai dengan menghasilkan benih ikan nila GMT ukuran 5-8 cm. Pada Kelompok D, output

benih ikan nila ukuran larva tidak dijual, melainkan ditanam kembali untuk menghasilkan benih ukuran 5-8 cm. Benih ukuran larva setiap panennya selalu habis untuk ditanam kembali, sehingga pada kelompok ini output yang dijual hanya satu, yaitu benih ukuran 5-8 cm. Jumlah benih ikan nila ukuran 5-8 cm yang dijual adalah sebanyak 76.889 ekor. Jumlah tersebut merupakan hasil produksi Kelompok D yang dijual jika dihitung per luasan 600 m2. Dalam satu periode produksi di bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 terdapat satu kali panen benih ikan nila ukuran 5-8 cm untuk setiap kolamnya, namun karena pada Kelompok D dilakukan pengaturan tanam larva maka panen dapat dilakukan setiap 15 hari sekali, sehingga dalam satu periode produksi terdapat enam kali

44

panen benih ukuran 5-8 cm. Total produksi benih ikan nila yang dijual Kelompok B per luasan kolam 600 m2 dalam satu periode produksi adalah sebanyak 76.889 ekor benih ikan nila GMT, sementara total rata-rata luasan lahan yang dimiliki Kelompok D adalah seluas 1678 m2.

Tabel 19 Jumlah yang dijual Kelompok E per luasan 600 m2 dalam satu periode

Keterangan Jumlah (ekor)

Total (ekor) Satuan P23 P35 Panen 1 34.125 2.800 36.925 Panen 2 36.000 2.700 38.700 Panen 3 38.250 2.500 40.750 Panen 4 36.000 2.800 38.800 Panen 5 34.500 2.600 37.100 Panen 6 35.625 2.300 37.925 TOTAL 214.500 15.700 230.200

Kelompok E adalah kelompok yang mengusahakan kegiatan pembenihan ikan nila GMT tanpa melalui tahapan pertama, namun langsung ke tahapan pendederan dengan target menghasilkan satu jenis output berupa benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm. Namun, pada prakteknya pertumbuhan benih ikan tidak selalu seragam sehingga terdapat surplus output berupa benih ikan nila GMT ukuran 3-5 cm. Jumlah benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm yang dijual Kelompok E selama enam kali panen adalah 214.500 ekor, dengan surplus benih ikan nila ukuran 3-5 cm sebanyak 15.700 ekor. Jumlah tersebut merupakan hasil produksi dan jumlah yang dijual Kelompok E jika dihitung per luasan 600 m2. Dalam satu periode produksi di bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 terdapat enam kali panen benih ikan nila ukuran 2-3 cm. Total produksi benih ikan nila yang dijual Kelompok E per luasan kolam 600 m2 dalam satu periode produksi adalah sebanyak 230.200 ekor benih ikan nila GMT, sementara rata-rata luasan lahan yang dimiliki Kelompok A adalah seluas 480 m2.

Berdasarkan penjelasan di atas, kelompok usaha yang paling banyak menjual benih ikan nila GMT adalah Kelompok A untuk ukuran larva, Kelompok B untuk benih ukuran 2-3 cm, Kelompok C untuk benih ukuran 3-5 cm dan Kelompok D untuk benih ukuran 5-8 cm. Sedangkan produk yang paling banyak dijual adalah benih ikan nila ukuran larva, hal ini karena sebagian petani pembenihan ikan nila GMT di Buni Sari cenderung menganggap bahwa benih ikan nila ukuran larva dapat menghasilkan perputaran modal yang lebih cepat dengan biaya produksi yang lebih murah dibandingkan output lain.

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) ikan nila GMT pada kegiatan pembenihan berbeda dengan tingkat kelangsungan hidup ikan nila GMT pada kegiatan pendederan. Cara penentuan N0 nya pun berbeda, pada kegiatan

pendederan N0 diperoleh dari jumlah ikan saat ditebar atau jumlah larva yang

ditanam, sedangkan pada kegiatan pembenihan, N0 diperoleh dari jumlah larva

45 tingkat kelangsungan hidup yang diperoleh masing-masing segmen usaha pada setiap kelompok.

Tabel 20 Tingkat kelangsungan hidup output pada Kelompok A

Siklus ke- N0 Nt SR(%) 1 87642 67.488 77 2 71.099 81 3 67.359 77 4 68.691 78 5 66.988 76 6 69.191 79 SR rata-rata 78

Berdasarkan Tabel 20, tingkat kelangsungan hidup untuk larva ikan nila GMT di Kelompok A sebesar 78 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kematian larva cukup besar, yaitu sebesar 22 persen. Tingkat kelangsungan hidup larva pada Kelompok A merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya, artinya tingkat kematian larva di Kelompok A adalah yang paling kecil, dengan kata lain kelompok A mampu diduga lebih mampu mengelola risiko kematian larva dibandingkan dengan kelompok lainnya.hal ini karena apabila dilihat dari pengalaman usahanya (Tabel 13), anggota Kelompok A merupakan yang paling berpengalaman dibandingkan kelompok lainnya, sehingga memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh nilai SR yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya.

Tabel 21 Tingkat kelangsungan hidup output pada Kelompok B

Siklus ke- N0 Nt SR(%) 1. Larva 1 57857 43.463 75 2 41.320 71 3 43.463 75 4 41.320 71 5 39.713 69 6 45.070 78 SR rata-rata 73 2. Benih ukuran 2-3 cm 1 27.391 22.761 83 2 27.391 24.130 88 3 27.391 23.335 85 4 27.391 23.687 86 5 27.391 23.491 86 6 27.391 22.852 83 SR rata-rata 85

46

Berdasarkan Tabel 21, tingkat kelangsungan hidup untuk larva ikan nila GMT di Kelompok B adalah sebesar 73 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi tingkat kematian larva yang cukup besar, yaitu sebesar 27 persen. Tingkat kelangsungan hidup larva pada Kelompok B merupakan yang paling kecil apabila dibandingkan dengan kelompok lainnya. Artinya yaitu tingkat kematian larva di Kelompok B adalah yang paling besar sehingga Kelompok B memiliki risiko kemungkinan kematian larva yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya.

Tingkat kelangsungan hidup untuk benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm di Kelompok B sebesar 85 persen, artinya tingkat kematian benih adalah 15 persen. Tingkat kelangsungan hidup larva pada Kelompok B merupakan yang paling besar dibandingkan dengan kelompok lainnya, artinya tingkat kematian larva di Kelompok B adalah yang paling kecil. Nilai SR benih ikan nila ukuran 2-3 cm di Kelompok B lebih besar dibandingkan dengan nilai SR larva nya. Apabila dilihat dari pengalaman usahanya (Tabel 13), anggota Kelompok B sebagian memiliki pengalaman yang cukup lama, namun sebagian lagi memiliki pengalaman yang masih kurang dalam usaha pembenihan ikan nila GMT di Buni Sari, sehingga kemungkinan pengalaman dalam usaha pembenihannya masih kurang, karena risiko kematian di pembenihan lebih besar dibandingkan dengan risiko kematian pada usaha pendederan.

Tabel 22 Tingkat kelangsungan hidup output pada Kelompok C

Siklus ke- N0 Nt SR (%) 1. Larva 1 24725 16.645 67 2 18.643 75 3 17.644 71 4 18.060 73 5 18.809 76 6 18.560 75 SR rata-rata 73 2. Benih ukuran 2-3 cm 1 20.270 17.357 86 2 20.270 18.129 89 3 18.919 15.096 80 4 18.919 15.868 84 5 16.409 14.346 87 6 22.973 19.318 84 SR rata-rata 85 3. Benih ukuran 3-5 cm 1 10.000 7.586 76 2 10.000 8.856 89 3 8.000 7.172 90 SR rata-rata 85

47 Berdasarkan Tabel 22, tingkat kelangsungan hidup untuk larva ikan nila GMT di Kelompok C sebesar 73 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kematian larva cukup besar, yaitu sebesar 27 persen. Sama hal nya dengan Kelompok B, tingkat kelangsungan hidup larva pada Kelompok C merupakan yang paling kecil dibandingkan dengan Kelompok A dan Kelompok D yang juga sama-sama melakukan usaha pembenihan ikan nila GMT dengan output berupa larva, artinya tingkat kematian larva di Kelompok C adalah yang paling besar sehingga kelompok C memiliki risiko kematian larva yang paling tinggi.

Tingkat kelangsungan hidup untuk benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm di Kelompok C sebesar 85 persen, artinya tingkat kematian benih adalah 15 persen. Sama hal nya dengan Kelompok B, tingkat kelangsungan hidup larva pada Kelompok C merupakan yang paling besar dibandingkan dengan kelompok lainnya, artinya tingkat kematian larva di Kelompok C adalah yang paling kecil sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok B dan Kelompok C lebih mampu mengelola risiko kematian untuk benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm dibandingkan dengan kelompok E yang juga melakukan usaha pendederan ikan nila GMT ukuran 2-3 cm.

Tingkat kelangsungan hidup untuk benih ikan nila GMT ukuran 3-5 cm di Kelompok C sebesar 85 persen, artinya tingkat kematian benih adalah 15 persen. Nilai SR benih ikan nila ukuran 2-3 cm dan ukuran 3-5 cm di Kelompok C lebih besar dibandingkan dengan nilai SR larva nya. Apabila dilihat dari pengalaman usahanya (Tabel 13), anggota Kelompok C sebagian memiliki pengalaman yang cukup, namun sebagian lagi memiliki pengalaman yang masih kurang dalam usaha pembenihan ikan nila GMT di Buni Sari, sehingga kemungkinan pengalaman dalam usaha pembenihannya masih kurang, karena risiko kematian di pembenihan lebih besar dibandingkan dengan risiko kematian pada usaha pendederan.

Tabel 23 Tingkat kelangsungan hidup output pada Kelompok D

Siklus ke- N0 Nt SR (%) 1. larva 1 20250 16.875 83 2 14.063 69 3 12.938 64 4 15.469 76 5 14.063 69 6 16.875 83 SR rata-rata 74 2. Benih ukuran 5-8 cm 1 16.875 14.201 84 2 14.063 12.560 89 3 12.938 9.535 74 4 15.469 13.380 86 5 14.063 12.663 90 6 16.875 14.559 86 SR rata-rata 82

48

Berdasarkan Tabel 23, tingkat kelangsungan hidup untuk larva ikan nila GMT di Kelompok D sebesar 74 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kematian larva cukup besar, yaitu sebesar 26 persen. Dilihat dari nilai SR pada siklus ke tiga yaitu 64 persen, kelompok D belum mampu mengelola risiko kematian larva karena memiliki nilai SR yang sangat rendah.

Tingkat kelangsungan hidup untuk benih ikan nila GMT ukuran 5-8 cm di Kelompok D sebesar 82 persen, artinya tingkat kematian benih adalah 18 persen. Nilai SR benih ikan nila ukuran 5-8 cm di Kelompok D lebih besar dibandingkan dengan nilai SR larva nya. Apabila dilihat dari pengalaman usahanya (Tabel 13), petani Kelompok D memiliki pengalaman yang cukup, sehingga kemungkinan pengalaman dalam usaha pembenihannya masih kurang, karena risiko kematian di pembenihan lebih besar dibandingkan dengan risiko kematian pada usaha pendederan.

Tabel 24 Tingkat kelangsungan hidup output pada Kelompok E

Siklus ke- N0 Nt SR (%) 1 50.625 36.925 73 2 45.000 38.700 86 3 46.875 40.750 87 4 46.875 38.800 83 5 41.250 37.100 90 6 48.750 37.925 78 SR rata-rata 83

Berdasarkan Tabel 24, tingkat kelangsungan hidup untuk benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm di Kelompok E sebesar 83 persen, artinya tingkat kematian benih adalah 17 persen. Tingkat kelangsungan hidup larva pada Kelompok E merupakan yang paling kecil dibandingkan dengan kelompok lainnya, artinya tingkat kematian larva di Kelompok E adalah yang paling besar. Apabila dilihat dari pengalaman usahanya (Tabel 13), anggota Kelompok E sebagian memiliki pengalaman yang cukup dan sebagian lagi memiliki pengalam yang kurang dalam usaha pendederan ikan nila, sehingga memiliki kemungkinan yang cukup tinggi utuk memperolhe nilai SR yang kecil.

Penerimaan Usaha Pembenihan dan Pedederan Ikan Nila GMT Buni Sari Penerimaan merupakan seluruh penerimaan yang diterima dari penjualan hasil pertanian kepada konsumen. Oleh karena output yang dijual petani bisa lebih dari satu, maka yang dihitung adalah penerimaan usaha. Penerimaan usaha merupakan nilai yang diperoleh dari total penerimaan masing-masing kegiatan usaha dan pendikan nila GMT Buni Sari dalam satu periode produksi yaitu 90 hari, dimana pada penelitian ini terdapat lima kegiatan usaha yang berbeda sehingga terdapat lima penerimaan usaha yang dapat dibandingkan. Nilai penerimaan yang diperoleh petani merupakan nilai dari perhitungan hasil panen yang dijual oleh setiap petani dalam kelompok kegiatan usaha yang sama dikalikan dengan harga jual output.

49 Tabel 25 Penerimaan dalam satu periode per luasan 600 m2

Jenis Produk Jumlah panen Harga/ekor Penerimaan

(ekor) (Rp) (Rp) 1. Kelompok A Larva 395.529 7 2.636.859 P23 15.289 20 305.782 TOTAL 2.942.642 2. Kelompok B Larva 90.000 7 600.000 P23 134.257 20 2.685.130 P35 6.000 30 180.000 TOTAL 3.465.130 3. Kelompok C Larva 108.361 7 722.407 P23 100.114 20 2.002.286 P35 23.614 30 708.429 TOTAL 3.433.121 4. Kelompok D Larva 0 7 0 P58 76.899 42 3.204.114 TOTAL 3.204.114 5. Kelompok E P23 214.500 20 4.290.000 P35 15.700 30 471.000 TOTAL 4.761.000

Kelompok A merupakan kelompok usaha yang hanya melakukan kegiatan pemijahan yang menghasilkan satu macam output, yaitu berupa larva ikan nila GMT. Namun pada prakteknya output yang dijual tidak selalu seragam, terdapat benih ikan yang tumbuh lebih cepat, sehingga penerimaan yang diperoleh dapat bersumber dari penjualan larva dan suplus output berupa benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm. Penerimaan yang diperoleh Kelompok A dalam satu periode di bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012 sebesar Rp. 2.942.642,-. Penerimaan tersebut diperoleh dari penjualan output berupa larva sebanyak 395.529 ekor dan surplus atau kelebihan output yang tumbuh lebih cepat sampai dengan mencapai benih ukuran 2-3 cm sebanyak 15.289 ekor. Penerimaan tersebut merupakan akumulasi penerimaan yang diperoleh Kelompok A selama enam kali panen, dalam satu periode produksi (90 hari) dan per luasan kolam 600 m2. Rata-rata luas lahan per satu kotak kolam untuk setiap petani di Kelompok A adalah seluas 674 m2.

Kelompok B merupakan kelompok usaha yang melakukan kegiatan usaha pemijahan dan pendederan. Target output yang dihasilkan pada kelompok ini ada dua, yaitu larva ikan nila GMT dan benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm. Pada kelompok ini pun terdapat kelebihan output berupa benih ikan nila ukuran 3-5 cm, namun jumlah tidak banyak. Penerimaan yang diperoleh Kelompok B dalam satu

50

periode di bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012 sebesar Rp. 3.465.130,-. Penerimaan tersebut diperoleh dari penjualan larva sebanyak 90.000 ekor, penjualan benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm sebanyak 134.257 dan

surplus atau kelebihan output yang tumbuh lebih cepat sampai dengan mencapai benih ukuran 3-5 cm sebanyak 6.000 ekor. Penerimaan tersebut merupakan akumulasi penerimaan yang diperoleh Kelompok B selama enam kali panen larva dan benih ikan nila GMT ukuran 2-3, dalam satu periode produksi (90 hari) dan per luasan kolam 600 m2. Rata-rata luas lahan kolam setiap petani di Kelompok B untuk dua tahapan kegiatan usaha adalah seluas 1.275 m2. Pada Kelompok B, penerimaan yang diperoleh dari penjualan benih ikan nila ukuran 2-3 cm lebih besar dibandingkan penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan larva.

Kelompok C merupakan kelompok usaha yang melakukan kegiatan usaha pemijahan dan pendederan, namun output yang dijual lebih banyak yaitu larva ikan nila GMT, benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm dan benih ikan nila ukuran 3- 5 cm sehingga terdapat tiga sumber penerimaan pada Kelompok C. Penerimaan yang diperoleh Kelompok C dalam satu periode di bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012 sebesar Rp. 3.433.121,-. Penerimaan tersebut diperoleh dari penjualan larva sebanyak 108.361 ekor, penjualan benih ikan nila GMT ukuran 2- 3 cm sebanyak 100.114 ekor dan penjualan benih ikan nila GMT ukuran 3-5 cm sebanyak 23.614 ekor. Penerimaan tersebut merupakan akumulasi penerimaan yang diperoleh Kelompok C selama enam kali panen larva dan benih ikan nila GMT ukuran 2-3 dan tiga kali panen benih ikan nila ukuran 3-5 cm, dalam satu periode produksi (90 hari) dan per luasan kolam 600 m2. Rata-rata luas lahan kolam setiap petani di Kelompok C untuk tiga tahapan kegiatan usaha adalah seluas 2.458 m2. Pada Kelompok C, penerimaan yang diperoleh dari penjualan benih ikan nila ukuran 2-3 cm lebih besar dibandingkan penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan larva ataupun benih ikan nila GMT ukuran 3-5 cm meskipun jumlah output yang paling banyak dijual adalah larva. Hal ini karena harga larva jika dihitung per ekornya cukup rendah dibandingkan dengan output

lain.

Sama hal nya dengan Kelompok B dan C, Kelompok D pun merupakan kelompok usaha yang melakukan kegiatan pemijahan dan pendederan, hanya saja

output yang dihasilkan berbeda. Pada kelompok ini terdapat dua output yang dihasilkan yaitu berupa larva ikan nila GMT dan benih ikan nila GMT ukuran 5-8 cm, namun output yang secara fisik dijual hanya satu yaitu benih ikan nila GMT ukuran 5-8 cm. Larva ikan nila yang dihasilkan tidak dijual tetapi ditanam kembali dan dipelihara sampai dengan ukuran 5-8 cm, sehingga sumber penerimaan yang diperoleh Kelompok D hanya satu yaitu dari penjualan output

benih ikan nila GMT ukuran 5-8 cm. Penerimaan yang diperoleh Kelompok D dalam satu periode di bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012 sebesar Rp. 3.204.114,-. Penerimaan tersebut diperoleh dari penjualan benih ikan nila GMT ukuran 5-8 cm sebanyak 76.899. Penerimaan tersebut merupakan akumulasi penerimaan yang diperoleh Kelompok D selama enam kali benih ikan nila GMT ukuran 5-8, dalam satu periode produksi (90 hari) dan per luasan kolam 600 m2. Rata-rata luas lahan kolam setiap petani di Kelompok D untuk dua tahapan kegiatan usaha adalah seluas 1.678 m2.

Kelompok E merupakan kelompok usaha yang hanya melakukan kegiatan pendederan dengan target menghasilkan satu macam output, yaitu berupa benih

51 ikan nila GMT ukuran 2-3 cm. Kelompok E menanam larva untuk kemudian didederkan sampai dengan ukuran 2-3 cm. Pada prakteknya, output yang dihasilkan tidak selalu seragam, terdapat benih ikan yang tumbuh lebih cepat sehingga penerimaan yang diperoleh dapat bersumber dari penjualan benih ikan nila GMT ukuran 2-3 dan suplus output berupa benih ikan nila GMT ukuran 3-5 cm. Penerimaan yang diperoleh Kelompok E dalam satu periode di bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012 sebesar Rp. 4.761.000,-. Penerimaan tersebut diperoleh dari penjualan output berupa benih ikan nila GMT ukuran 2-3 cm sebanyak 214.500 ekor dan surplus atau kelebihan output yang tumbuh lebih cepat sampai dengan mencapai benih ukuran 3-5 cm sebanyak 15.700 ekor. Penerimaan tersebut merupakan akumulasi penerimaan yang diperoleh Kelompok E selama enam kali panen, dalam satu periode produksi (90 hari) dan per luasan kolam 600 m2. Rata-rata luas lahan per satu kotak kolam untuk setiap petani di Kelompok E adalah seluas 480 m2.

Biaya Usaha Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila GMT Buni Sari Analisis mengenai biaya usaha dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Komponen yang termasuk ke dalam biaya tunai untuk Kelompok A sampai dengan Kelompok D adalah sama karena input awal yang digunakan sama yaitu indukan, sedangkan untuk Kelompok E sedikit berbeda karena pada Kelompok E tidak menggunakan indukan, melainkan membeli larva ikan nila GMT. Biaya variabel tunai yang dikeluarkan terdiri dari pakan pitik indukan, pakan pitik benih,

Dokumen terkait