• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Wilayah dan Penduduk Lokasi Penelitian Kota Tasikmalaya

Kota Tasikmalaya adalah salah satu kota yang terletak pada bagian tenggara wilayah administratif Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kota Tasikmalaya terletak pada 1080 08' 38" - 1080 24' 02" BT dan 70 10' - 70 26' 32" LS. Kota Tasikmalaya memiliki jarak dengan Kota Bandung sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat sejauh ±105 km kearah selatan dan berjarak sejauh ±225 km dengan Kota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Indonesia. Terletak diantara Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Garut menjadikan Kota Tasikmalaya memiliki letak yang strategis sebagai kota penghubung antara Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah. Batas administratif Kota Tasikmalaya antara lain adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kab. Tasikmalaya dan Kab. Ciamis 2. Sebelah barat berbatasan dengan Kab. Tasikmalaya

3. Sebelah timur berbatasan dengan Kab. Tasikmalaya dan Kab. Ciamis 4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kab. Tasikmalaya

Gambar 3 Peta wilayah administratif Kota Tasikmalaya Sumber : BPS Kota Tasikmalaya (2013)

Kondisi alam Kota Tasikmalaya berdasarkan bentang alamnya termasuk kedalam kategori dataran sedang dengan ketinggian yang berkisar antara 200 hingga 500 m di atas permukaan laut . Rata-rata curah hujan Kota Tasikmalaya perbulan adalah sebesar 278.55 mm. Curah hujan tertinggi terjadi selama Bulan Januari hingga April, sedangkan terendah antara September hingga Oktober. Secara geologis kondisi alam Kota Tasikmalaya memperlihatkan struktur geologi yang terbentuk karena material-material Gunung Galunggung. Kondisi ini mengakibatkan tingkat kesuburan tanah menjadi sangat mendukung untuk mengembangkan usaha yang berbasis pada alam.

Tabel 11 Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota Tasikmalaya tahun 2010a

Kelompok umur (tahun)

Jumlah penduduk (jiwa)

Persentase (%) Laki-laki Perempuan Jumlah

0 - 14 94 727 89 727 184 454 29.03 15 - 29 85 140 83 696 168 836 26.57 30 - 44 73 263 70 179 143 442 22.57 45 - 59 46 330 45 146 91 476 14.40 60 - 74 18 409 20 187 38 596 6.07 >74 3 591 5 069 8 660 1.36 a

Sumber : BPS Kota Tasikmalaya (2011)

Wilayah Kota Tasikmalaya memiliki luas 17 156.20 Ha atau 171.56 km2 yang disahkan berdasarkan undang-undang No 10 Tahun 2001 tentang pembentukan pemerintah Kota Tasikmalaya. Pada tahun 2010 tingkat kepadatan penduduk Kota Tasikmalaya mencapai 3 704 jiwa/km2 dengan total jumlah penduduk sebanyak 635 464 jiwa terdiri atas laki-laki 321 460 jiwa dan wanita 314 004 jiwa. Persebaran penduduk di Kota Tasikmalaya berdasarkan kelompok umur didominasi oleh kelompok umur 0 sampai 14 tahun (29.03persen) dan diikuti kelompok umur 15-29 tahun (26.57 persen) juga kelompok umur 30-44 tahun sebesar 22.57persen (Tabel 11).

Tabel 12 Luas wilayah menurut kecamatan di Kota Tasikmalaya tahun 2010a Kecamatan Luas (km2) Kepadatan

(jiwa/km2)

Jumlah penduduk (jiwa)

Laki-Laki Perempuan Jumlah

Kawalu 41.12 2 065 43 300 41 630 84 930 Tamansari 28.52 2 212 32 005 31 068 63 073 Cibeureum 17.54 3 492 30 993 30 248 61 241 Purbaratu 11.87 3 212 19 391 18 739 38 130 Tawang 5.33 11 845 31 463 31 669 63 132 Cihideung 5.30 13 495 36 255 35 271 71 526 Mangkubumi 23.68 3 598 43 233 41 960 85 193 Indihiang 11.88 4 003 23 969 23 585 47 554 Bungursari 18.22 2 510 22 917 22 816 45 733 Cipedes 8.10 9 253 37 934 37 018 74 952 Total 171.56 55 685 321 460 314 004 635 464 a

Sumber : BPS Kota Tasikmalaya dalam angka (2011)

Secara administratif Kota Tasikmalaya terbagi kedalam 10 kecamatan dengan jumlah kelurahan atau desa sebanyak 69 kelurahan. Tercatat wilayah Kecamatan Kawalu sebagai kecamatan terluas (41.12 km2) dan Kecamatan Cihideung adalah kecamatan terkecil (5.30 km2) (Tabel 12). Untuk wilayah

kecamatan berdasarkan tingkat kepadatan penduduk, Kecamatan Cihideung tercatat mimiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi (13 495 jiwa/km2) dan untuk kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Kawalu (2065 jiwa/km2).

Nilai PDRB Kota Tasikmalaya pada tahun 2010 (atas dasar harga konstan) adalah sebesar Rp 3.87 triliun (data Tabel 13). Nilai PDRB Kota Tasikmalaya ini dihasilkan dari beberapa sektor usaha dengan tingkat kontribusi terhadap total PDRB yang berbeda-beda. Sektor usaha perdagangan, hotel, dan komunikasi memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Tasikmalaya dibandingkan dengan sektor usaha lainnya, yaitu sebesar Rp 1.21 triliun atau 31.34 persen. Sektor usaha selanjutnya dengan nilai kontribusi terbesar terhadap adalah industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp 685.9 miliar (17.68 persen) diikuti oleh sektor usaha jasa dengan nilai sebesar Rp 446.6 miliar (11.52 persen).

Tabel 13 Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tasikmalaya atas harga konstan menurut lapangan usaha tahun 2010a

Lapangan Usaha Nilai PDRB (Rp miliar)

Distribusi PDRB

(%) Laju (%)

PDRB Kota Tasikmalaya 3 878.72 100 5.73

Pertambangan dan penggalian 0.202 0.01 1.13

Industri pengolahan 685.91 17.68 4.89

Listrik, gas dan air bersih 64.15 1.65 5.03

Bangunan 438.34 11.30 10.22

Perdagangan, hotel, restoran 1 215.77 31.34 8.31

Pengangkutan dan komunikasi 321.25 8.28 2.46

Keuangan dan jasa perusahaan 406.03 10.47 5.39

Jasa-Jasa 446.64 11.52 2.15

Pertanian 300.38 7.74 1.10

a

Sumber : BPS Kota Tasikmalaya (2011)

Jika dibandingkan dengan kondisi pada tahun sebelumnya, maka secara keseluruhan nilai PDRB Kota Tasikmalaya tahun 2010 mengalami peningkatan. Peningkatan nilai PDRB ini menggambarkan kondisi dari laju pertumbuhan ekonomi. Peningkatan nilai PDRB Kota Tasikmalaya tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 adalah sebesar Rp 210.09 miliar (5.73 persen). Peningkatan ini disebabkan oleh adanya peningkatan PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing sektor usaha di Kota Tasikmalaya. Secara keseluruhan peningkatan dari PDRB pada masing-masing sektor usaha di Kota Tasikmalaya berkisar antara 1 hingga 5 persen dan peningkatan tertinggi terjadi pada sektor usaha bagunan sebesar 10.22 persen (Rp 40.65 miliar).

Sementara untuk sektor pertanian menjadi sektor usaha dengan peningkatan terendah, yaitu sebesar 1.10 persen atau Rp 3.281 miliar (Tabel 14). Rendahnya peningkatan PDRB dari sektor pertanian dibandingkan dengan sektor usaha lainnya mengindikasikan adanya pergeseran didalam tingkat produktifitas sektor pertanian di Kota Tasikmalaya. Perubahan dalam penggunaan lahan dan kondisi

alam menjadi salah satu hal yang dapat mendasari produktifitas sektor pertanian yang cenderung tetap bahkan menurun. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kota Tasikmalaya pada tahun 2010 mencapai Rp 300.38 miliar atau 7.74 persen Pada sektor pertanian ini terdiri atas beberapa subsektor usaha. Subsektor usaha peternakan memiliki kontribusi tertinggi terhadap PDRB sektor pertanian Kota Tasikmalaya tahun 2010 sebesar 51.39 persen diikuti dengan kontribusi dari subsektor tanaman pangan sebesar 40.12persen.

Untuk subsektor perikanan Kota Tasikmalaya sendiri, nilai PDRB yang dihasilkan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 23.56 miliar dengan kontribusi terhadap nilai PDRB sektor pertanian sebesar 7.85 persen. Nilai PDRB subsektor perikanan Kota Tasikmalaya pada tahun 2010 ini menunjukan peningkatan sebesar Rp 252.17 juta atau 1.08 persen dibandingkan dengan tahun 2009. Adanya peningkatan nilai PDRB yang dihasilkan sektor perikanan ini tidak terlepas dari adanya pembangunan faktor pendukung subsektor perikanan. Pembangunan beberapa faktor pendukung pengembangan usaha perikanan ini adalah antara lain dibangunnya sarana dan prasarana pendukung seperti depo ikan dan juga balai benih ikan di wilayah Kota Tasikmalaya.

Tabel 14 PDRB kota tasikmalaya sektor pertanian atas harga konstan tahun 2010a

Lapangan usaha sektor pertanian Nilai PDRB (Rp miliar) Distribusi PDRB (%) Laju (%) Tanaman pangan 120.52 40.12 1.24 Tanaman perkebunan 1.47 0.49 0.46 Peternakan 154.36 51.39 1.01 Kehutanan 0.45 0.15 0.36 Perikanan 23.56 7.85 1.08 a

Sumber : BPS Kota Tasikmalaya (2011)

Depo ikan adalah sarana pemasaran produksi ikan, dengan luas 17 420 m2 yang beralamat di Jl. Letnan Harun, Kelurahan Sukarindik, Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya, berfungsi untuk menyediakan prasarana pemasaran produk perikanan yang efektif dan higienis, baik benih maupun ukuran konsumsi. Komoditas yang dipasarkan di depo pasar ikan tersebut adalah ikan hidup ukuran benih sampai ukuran konsumsi, induk ikan, ikan hias, ikan segar, dan ikan-ikan olahan. Selain itu juga telah dibangun sarana dan prasarana balai benih ikan (BBI) yang representatif untuk memenuhi permintaan benih yang berkualitas dari para pembudidaya ikan gurame pembesaran yang ada di Kota Tasikmalaya maupun luar wilayah Kota Tasikmalaya. Pembangunan balai benih ikan dilaksanakan diatas lahan seluas 20 077 m2 yang terletak di Kelurahan Parakanyasag, Kecamatan Indihiang.

Kecamatan Indihiang dan Desa Sukamaju Kidul

Kecamatan Indihiang adalah salah satu kecamatan di wilayah Kota Tasikmalaya dan terletak di sebelah utara dari pusat Kota Tasikmalaya dengan

berkisar antara 350 mdpl sampai 490 mdpl. Kecamatan Indihiang merupakan pintu masuk Kota Tasikmalaya dari arah Bandung dan Jakarta. Secara administratif Kecamatan Indihiang di sebelah utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Cisayong (Kabupaten Tasikmalaya) dan Kabupaten Ciamis yang dibatasi oleh Sungai Citanduy, sebelah barat dengan Kecamatan Bungursari, sebelah timur dan selatan dengan Kecamatan Cipedes.

Tabel 15 Luas wilayah dan persebaran penduduk di Kecamatan Indihiang pada masing-masing desa/kelurahan, tahun 2012a

Kelurahan Luas

(km2)

Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan area (jiwa/km2) Ketinggian (m dpl) Pria Wanita Indihiang 1.52 3 924 3 904 5 150 425 Sirnagalih 1.21 3 195 2 965 5 091 425 Parakannyasag 1.88 4 527 4 404 4 751 425 Panyingkiran 0.84 3 986 3 859 9 339 425 Sukamaju Kaler 3.48 4 807 4 755 2 748 490 Sukamaju Kidul 2.95 3 568 3 512 2 394 350 Total 11.88 24 007 23 399 3 988 - a

Sumber : Profil Kecamatan Indihiang (2013)

Wilayah Kecamatan Indihiang memiliki luas 11.88 km2 yang terbagi kedalam 6 kelurahan, yaitu : Sukamaju Kaler, Sukamaju Kidul, Indihiang, Sirnagalih, Parakannyasag, dan Panyingkiran (data Tabel 15). Wilayah Desa Sukamaju Kaler memiliki wilayah administratif terbesar diantara yang lainnya sebesar 11.88 km2, sedangkan Desa Panyingkiran adalah yang terkecil dengan luas wilayah 0.840 km2.

Tingkat kepadatan pendududk di Kecamatan Indihiang pada tahun 2012 mencapai 3 988 jiwa/km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 47 406 jiwa yang terdiri atas penduduk laki-laki sebanyak 24 007 jiwa dan penduduk wanita sebanyak 23 399 jiwa. Kelurahan Panyingkiran adalah kelurahan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi di wilayah Kecamatan Indihiang (9 339 jiwa/km2) dan Kelurahan Sukamaju Kidul adalah yang terendah (2 394 jiwa/km2). Salah satu kelurahan atau desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Indihiang adalah Kelurahan Sukamaju Kidul yang menjadi lokasi pada penelitian ini. Luas wilayah Kelurahan Sukamaju Kidul adalah sebesar 2 958 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 sebanyak 7 080 jiwa sehingga tingkat kepadatan penduduk di Kelurahan Sukamaju Kidul 2 394 jiwa/km2.

Persebaran penduduk di Kecamatan Indihiang menurut tingkat pendidikan pada tahun 2012 (Tabel 16) didominsai oleh penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA sebesar 21.37 persen atau 10 138 jiwa diikuti dengan tingkat pendidikan tamat SD (21.04 persen) dan SLTP (18.78 persen). Tingkat pendidikan SIII tercatat sebagai tingkat pendidikan dengan jumlah terkecil di wilayah Kecamatan Indihiang hanya 4 orang (0.01 persen). Hal ini tidak jauh berbeda dengan kondisi

di Desa Sukamaju Kidul yang tingkat pendidikan dari penduduk didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 1 501 jiwa (21.20 persen). Tabel 16 Sebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan

Indihiang dan Desa Sukamaju Kidul, tahun 2012a

Tingkat pendidikan Kecamatan Indihiang Desa Sukamaju Kidul Jumlah (jiwa) Persentase Jumlah (jiwa) Persentase

Tidak/belum sekolah 7 015 14.79 1 385 19.56 Belum/tidak tamat SD 7 023 14.81 1 252 17.68 Tamat SD 9 979 21.04 1 149 16.23 SLTP 8 907 18.78 1 244 17.57 SLTA 10 138 21.37 1 501 21.20 D I dan DII 1 299 2.74 199 2.81

Akademi atau DIII 1 470 3.10 208 2.94

DIV atau SI 1 501 3.16 134 1.89

SII 99 0.21 8 0.11

SIII 4 0.01 0 0.00

a

Sumber : Profil Kecamatan Indihiang (2013)

Tabel 17 Sebaran Penduduk berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Indihiang dan Desa Sukamaju Kidul, tahun 2012a

Kelompok umur (tahun)

Kecamatan Indihiang Desa Sukamaju Kidul Jumlah (jiwa) Persentase (%) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

0 - 14 12 707 26.79 2 152 30.40 15 - 29 11 870 25.02 1 762 24.89 30 - 44 10 822 22.81 1 422 20.08 45 - 59 7 932 16.72 1 067 15.07 60 - 74 3 517 7.41 607 8.57 >74 587 1.24 70 0.99 a

Sumber : Profil Kecamatan Indihiang (2013)

Adapun untuk persebaran penduduk di Kecamatan Indihiang berdasarkan kelompok umur (data Tabel 17) didominasi oleh penduduk dari kelompok umur 0 sampai 14 tahun sebesar 26.79 persen dari total penduduk. Kelompok umur selanjutnya yang mendominasi adalah kelompok umur 15 sampai 29 tahun (25.02 persen) dan 30 sampai 44 tahun (22.81 persen). Untuk wilayah Desa Sukamaju Kidul sendiri, persebaran penduduk menurut kelompok umur didominasi oleh penduduk pada kelompok umur 0 sampai 14 tahun dengan persentase 30.40 persen diikuti kelompok umur 15 sampai 29 tahun (24.89 persen) dan 30-44 tahun (20.08 persen). Jika melihat pada data sebaran penduduk berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Indihiang maupun di wilayah Desa Sukamaju Kidul, maka

dapat diketahui bahwa penduduk lebih didominasi oleh kelompok usia sekolah (0- 14 tahun).

Hal ini secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada kondisi sebaran penduduk berdasarkan mata pencarian. Mata pencarian penduduk di Kecamatan Indihiang maupun Desa Sukamaju Kidul didominasi oleh ibu rumah tangga dan belum bekerja (data Tabel 18).Selain disebabkan oleh kondisi sebaran penduduk berdasarkan kelompok umur, hal ini juga dapat mengindikasikan bahwa banyak penduduk usia produktif (terutama kalangan pria) yang mencari pekerjaan hingga keluar Kota Tasikmalaya (seperti Bandung maupun Jakarta). Adapun selain kedua jenis profesi tersebut, mata pencarian sebagai buruh adalah yang mendominasi dengan persentase sebesar 13.90 persen atau 6 595 jiwa. Demikian pula halnya dengan kondisi yang ada di Desa Sukamaju Kidul, mata pencarian sebagai buruh adalah yang mendominasi dengan persentase sebesar 13.74 persen atau 973 jiwa.

Tabel 18 Sebaran mata pencaharian penduduk Kecamatan Indihiang dan Desa Suka Maju kidul tahun 2012a

Mata pencaharian Kecamatan Indihiang Desa Sukamaju Kidul Jumlah (jiwa) Persentase (%) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

PNS 2 114 4.46 126 1.78 TNI 63 0.13 2 0.03 POLRI 80 0.17 7 0.10 Pegawai swasta 4 215 8.89 3 890 5.49 Wiraswasta 5 353 11.28 531 7.50 Buruh 6 595 13.90 973 13.74 Pejabat negara 3 0.01 0 0.00 Tenaga profesi 2 744 5.78 31 0.44 Pensiunan 1 011 2.13 58 0.82

Ibu rumah tangga 9 255 19.51 1 832 25.88

Belum bekerja 7 302 15.39 656 9.27

Tidak bekerja 3 294 6.94 466 6.58

Lainnya 5 406 11.40 2 009 28.38

Total 47 435 100.00 7 080 100.00

a

Sumber : Profil Kecamatan Indihiang (2013)

Karakteristik Responden

Pengambilan data dari responden yang terlibat dalam kegiatan pemasaran benih ikan gurame di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya terbagi kedalam beberapa jenis responden. Pengambilan data pada jenis responden pembudidaya ikan gurame dilakukan dengan menggunakan responden sebanyak 33 orang.Kemudian untuk Responden yang berperan sebagai lembaga tataniaga adalah sebanyak 13 orang dengan rincian sebanyak 3 orang pedagang pengumpul, 1 narasumber yang mewakili sebuah kelompok tani, 2

orang pedagang besar, 2 orang pedagang (pembeli di tingkat kelompok tani), dan 5 orang pedagang pengecer.

Responden pembudidaya ikan gurame

Jumlah responden pada kategori pembudidaya ikan gurame adalah sebanyak 33 orang. Responden pembudidaya ikan gurame ini terbagi menjadi responden pembudidaya ikan gurame anggota dan non anggota kelompok. Pembagian dua jenis responden pada tingkat pembudidaya ini disebabkan oleh adanya dua jenis pemasaran yang dilakukan, yaitu pemasaran melalui kelompok tani dan tanpa melalui kelompok tani sebagai media pemasaran.

Responden pembudidaya ikan gurame dengan kategori anggota kelompok tani dipilih dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah sedang atau masih melakukan kegiatan usaha budidaya ikan gurame, melakukan kegiatan pemanenan (penjualan) pada Bulan Maret hingga Mei tahun 2013, dan aktif dalam kelompok tani. Untuk jenis responden pembudidaya ikan gurame non anggota kelompok hanya berdasarkan kegiatan penjualan yang dilakukan pada Bulan Maret hingga Mei tahun 2013.

Tabel 19 Sebaran responden pembudidaya ikan gurame berdasarkan selang umur di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013a

Selang umur (tahun)

Anggota Non anggota Keseluruhan Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) < 40 7 38.89 5 33.33 12 36.36 41 - 50 8 44.44 6 40.00 14 42.42 > 50 3 16.67 4 26.67 7 21.21 Total 18 100.00 15 100.00 33 100.00 a

Sumber : Data primer (diolah)

Secara keseluruhan sebaran responden pembudidaya (anggota dan non anggota kelompok tani) ikan gurame berdasarkan usia didominasi oleh responden dengan selang umur antara 41 hingga 50 tahun sebanyak 14 orang (42.4 persen). Responen dengan selang umur 41-50 tahun ini terdiri atas 8 orang (44.4 persen) dari 18 orang responden pembudidaya ikan gurame berkelompok dan 6 orang (40 persen) dari 15 orang pembudidaya ikan gurame non anggota kelompok. Selang umur paling sedikit adalah usia di bawah 30 tahun (Tabel 19). Hal ini mengindikasikan adanya kurang ketertarikan pemuda (warga usia produktif) di Desa Sukamaju Kidul pada jenis usaha seperti ini. Selain itu ada kecenderungan dari para pemuda tersebut untuk memilih lapangan pekerjaan disektor lain yang ada di kawasan atau bahkan di luar Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil penelusuran di lokasi tercatat ada beberapa pabrik yang berdiri diantaranya, Pengolahan Kayu Rimba Semesta, Bina Utama Kayu Lestari, PT Hini Daiki Indonesia, dan PT San N Garmindo.

Kondisi sebaran responden pembudidaya berdasarkan tingkat pendidikan secara keseluruhan didominasi oleh responden dengan tingkat pendidikan SLTA,

yaitu sebanyak 13 orang atau sebesar 39.39 persen (Tabel 20). Jumlah ini terdiri atas 11 orang (61.11 persen) dari para responden pembudidaya kelompok dan 2 orang (13.3 persen) dari responden pembudidaya non anggota memiliki tingkat pendidikan SLTA. Tingkat pendidikan SLTA ini mendominasi untuk responden pembudidaya ikan gurame anggota kelompok, sedangkan untuk responden pembudidaya non anggota kelompok didominasi tingkat pendidikan SMP sebanyak 8 orang (53.3 persen). Kesadaran dari para pembudidaya ikan gurame untuk berkelompok dimungkinkan pula dipengaruhi oleh pola pikir dari para responden yang rata-rata pendidikan terakhir adalah SLTA

Tabel 20 Sebaran responden pembudidaya ikan gurame berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013a

Tingkat pendidikan

Anggota Non anggota Keseluruhan

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak tamat SD 0 0.00 0 0 0 0 Tamat SD 3 16.67 5 33 8 24 Tamat SMP 4 22.22 8 53 12 36 Tamat SLTA 11 61.11 2 13 13 39 Universitas 0 0.00 0 0 0 0 Total 18 100.00 15 100 33 100 a

Sumber : Data primer (diolah).

Status kepemilikan lahan yang digunakan para responden pembudidaya ikan gurame terdiri atas status kepemilikan pribadi atau sewa. Perbandingan antara lahan yang berstatus milik pribadi dan sewa dari total luas lahan yang digunakan responden pembudidaya ikan gurame (anggota maupun non anggota) lebih didominasi lahan pribadi (Tabel 21). Sebesar 90.4 persen lahan yang digunakan oleh seluruh responden pembudidaya ikan gurame adalah berstatus lahan pribadi, sedangkan lahan dengan status sewa adalah sebesar 9.96 persen. Pada jenis responden pembudidaya anggota kelompok tani sendiri perbandingan antara status lahan pribadi dengan sewa adalah sebesar 90.97 persen pribadi dan 9.03 persen sewa, sedangkan untuk jenis reponden pembudidaya non anggota kelompok tani adalah 88.86 persen pribadi dan 13.14 persen sewa.

Tabel 21 Perbandingan luas lahan kepemilikan pribadi dan sewa responden pembudidaya ikan gurame di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013a

Kepemilikan lahan

Anggota Non anggota Keseluruhan

Luas (m2) Persentase Luas (m2) Persentase Luas (m2) Persentase

Pribadi 6 062 90.97 5 460 86.86 11 522 88.97

Sewa 602 9.03 826 13.14 1 428 11.03

Total 6 664 100.00 6 286 100.00 12 950 100.00 a

Luasan lahan dari para responden pembudidaya ikan gurame secara keseluruhan didominasi oleh luas lahan antara 300 hingga 600 m2 (Tabel 22). Sebanyak 18 orang atau sebesar 54.5 persen dari 33 responden pembudidaya ikan gurame memiliki luas lahan dibawah 300 sampai 600 m2. Untuk jenis responden pembudidaya anggota kelompok tani sebanyak 13 orang atau 72.2 persen dari total 18 orang, sedangkan untuk jenis responden pembudidaya non anggota kelompok adalah sebanyak 5 orang atau 33.3 persen dari total 13 resonden. Luas lahan antara 300 hingga 600 m2 ini juga yang mendoninasi untuk jenis responden anggota kelompok tani, sedangkan untuk jenis responden non anggota kelompok tani lebih didominasi luas lahan kurang dari 300m2 sebanyak 7 orang atau 46,67 persen dari total 15 orang responden.

Tabel 22 Sebaran responden pembudidaya ikan gurame berdasarkan luas lahan di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013a

Luas lahan (m2)

Anggota Non anggota Keseluruhan

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) <300 4 22.22 7 46.67 11 33.33 300-600 13 72.22 5 33.33 18 54.55 >600 1 5.56 3 20.00 4 12.12 Total 18 100 15 100 33 100 a

Sumber : Data primer (diolah)

Tingkat pengalaman usaha dari para resonden pembudidaya ikan gurame didominasi oleh responden dengan pengalaman usaha antara 4 hingga 6 tahun. Sebanyak 26 orang (78.8 persen) yang terdiri atas 14 orang (77.78 persen) dari total 18 orang responden pembudidaya anggota dan 12 orang (80 persen) dari total 15 orang responden non anggota kelompok tani (Tabel 23).

Tabel 23 Sebaran responden pembudidaya ikan gurame berdasarkan pengalaman usaha di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013a

Pengalaman usaha (tahun)

Anggota Non anggota Keseluruhan

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) < 4 2 11.11 1 6.67 3 9.09 4 – 6 14 77.78 12 80.00 26 78.79 > 7 2 11.11 2 13.33 4 12.12 Total 18 100.00 15 100.00 33 100.00 a

Lembaga tataniaga benih ikan gurame

Pada penelitian ini jumlah lembaga tataniaga benih ikan gurame adalah berjumlah sebanyak 12 orang. Lembaga tataniaga ini terdiri atas pedagang pengumpul sebayak 3 orang, pedagang besar sebanyak 2 orang, pedagang luar daerah sebanyak 2 orang, dan pedagang pengecer sebanyak 5 orang. Lembaga tataniaga lainnya adalah pihak kelompok tani yang berperan sebagai lembaga tataniaga fasilitator dalam kegiatan pemasaran anggota kelompok tani.

Tabel 24 Sebaran responden lembaga tataniaga benih ikan gurame berdasarkan selang umur Sukamaju Kidul tahun 2013a

Selang umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

< 40 3 25.0

41 - 50 5 41.7

> 50 4 33.3

Total 12 100.0

a

Sumber : Data primer (diolah)

Responden lembaga tataniaga ini didominasi oleh resonden dengan selang umur atara 41 hingga 50, yaitu sebanyak 5 orang atau 41.7 persen memiliki umur diantara 41 hingga 50 tahun (Tabel 24). Hal ini dapat mengindikasikan bahwa para pemuda kurang tertarik dalam hal usaha ini. Ada pandangan bahwa usaha ini memerlukan modal yang besar dan resiko yang besar pula. Sehingga para pemuda lebih memilih untuk terjun ke dalam sektor usaha lain dengan modal usaha yang lebih kecil.

Tabel 25 Sebaran responden lembaga tataniaga benih ikan gurame berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013a

Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Tidak tamat SD 0 0.00 Tamat SD 6 50.00 Tamat SMP 4 33.33 Tamat SLTA 2 16.67 Perguruan Tinggi 0 0.00 Total 12 100.00 a

Sumber : Data primer (diolah)

Kemudian untuk tingkat pendidikan dari para responden lembaga tataniaga benih ikan gurame didominasi oleh responden dengan tingkat pendidikan SD (Tabel 25). Tercatat sebanyak 6 orang (50 persen) dari total 12 orang responden memiliki tingkat pendidikan terakhir setingkat SD. Tingkat pendidikan selanjutnya yang mendominasi responden lembaga tataniaga benih ikan gurame adalah tamatan SMP sebanyak 4 orang (33.3 persen) dari total 12 orang

responden. Adapun untuk tingkat pendidikan SLTA merupakan yang terkecil dibandingkan SD maupun SMP, yaitu sebanyak 2 orang (16.67 persen) dari total 12 orang responden.

Tabel 26 Sebaran responden lembaga tataniaga benih ikan gurame berdasarkan pengalaman usaha di Desa Sukamaju Kidul tahun 2013a

Pengalaman usaha (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

< 4 2 16.67

4-7 3 25.00

> 7 7 58.33

Total 12 100.00

a

Sumber : Data primer (diolah)

Adapun untuk sebaran responden lembaga tataniaga berdasarkan pengalaman usaha adalah berbeda-beda pada masing-masing responden (Tabel 26). Tingkat pengalaman usaha dari para responden lembaga tataniaga lebih didominasi oleh reponden yang memiliki pengalaman usaha selama lebih dari 7 tahun, yaitu sebanyak 5 orang (58.33 persen). Kemudian diikuti oleh responden dengan tingkat pengalaman 4 sampai 7 tahun sebanyak 3 orang (25 persen). Terakhir adalah responden dengan tingkat pengalaman usaha selama kurang dari 4 tahun sebanyak 2 orang (16.67 persen). Tingat pengalaman usaha dari masing- masing resaponden lembaga tataniaga ini secara tidak langsung akan berpengaruh pada kemampuan memanfaatkan peluang dan menangani resiko.

Profil Kelompok Tani Sukarame

Kelompok Tani Sukarame merupakan suatu kelembagaan yang dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahterahan para pembudidaya ikan gurame anggota. Kelompok Tani Sukarame ini bertempat di Desa Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya. Pada tahun 2014 Kelompok Tani Sukarame ini telah berdiri kurang lebih selama 4 tahun. Adapun untuk komoditas yang diproduksi adalah dikhususkan kepada komoditas benih ikan gurame. Saat ini Kelompok Tani Sukarame diketuai oleh Bapak Ade Mulyadi, sedangkan untuk sekretaris adalah Bapak Asep Rahmat. Jumlah pembudidaya yang tercatat sebagai anggota Kelompok Tani Sukarame pada periode Bulan Juli hingga Agustus adalah sebanyak 23 orang.

Selama 4 tahun terbentuknya kelompok tani tersebut sudah banyak manfaat nyata yang dirasakan oleh para anggotanya. Salah satunya adalah pertemuan secara rutin yang dilakukan antara pembudidaya anggota dengan penyuluh pertanian yang difasilitasi oleh kelompok tani. Selain itu, dengan adanya Kelompok Tani Sukarame juga dapat memberikan bantuan yang dapat berasal dari dalam maupun bantuan berupa akses untuk mendapatkan bantuan yang berasal dari luar kelompok tani.

Adanya upaya dari pihak kelompok tani untuk meningkatkan kesejahterahan anggotanya juga dilakukan dengan upaya untuk meningkatkan harga jual dari hasil produksi anggotanya. Hal ini dilakukan dengan menentukan standar khusus

untuk benih yang akan diproduksi dan dipasarkan oleh kelompok tani. Sehingga untuk setiap anggota yang akan memproduksi benih, pihak kelompok tani akan menyediakan benih minimal segmentasi larva lepas bak yang akan digunakan sebagai input produksi anggotanya. hal ini dilakukan untuk menyamaratakan kualitas dari benih yang akan dihasilkan oleh para anggota. Selain upaya yang

Dokumen terkait