• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar Umum Karakteristik Fisik Geografis Wilayah

Geologi

Berdasarkan pada Peta Geologi (skala 1:500.000) untuk formasi geologi di wilayah penelitian ini, didominasi oleh 4 formasi batuan yaitu Batuan Gunungapi Talaya 19.55%, Endapan Permukaan 19.38%, Batuan Gunungapi Adang 18.04% dan Formasi Lariang 15.79%, sedangkan formasi lainya berkisar antara 0.05- 8.29%, Luas penyusunnya dapat dilihat pada Tabel 7 dan pola penyebaran spasialnya pada Gambar 7.

Gambar 7 Penyebaran Geologi di Kabupaten Mamuju

Gambar 7 mendeskripsikan penyebaran geologi di Kabupaten Mamuju. Pada gambar tersebut, menunjukkan bahwa formasi batuan Gunungapi Talaya (Tmtv) merupakan hasil dari pengendapan material extrusive vulkanik subaerial Miosen Tengah mulai dari arah selatan melintang ke arah utara dan sebelah timur di wilayah ini. Di samping itu, terdapat Batuan Terobosan (Tmpi) merupakan pengendapan material

intrusive plutonism, batholith berumur Miosen Tengah Pliosen Awal, berada di bagian

selatan melintang ke bagian timur. Selanjutnya, Batuan Gunungapi Adang (Tma) pengendapan material extrusive volkanik, subaerial Miosen Tengah berada di wilayah bagian barat, dan Formasi Lariang pengedapan material Sediment: clastic: medium:

sands, neritic berumur Kapur Akhir berada di wilayah bagian selatan melintang ke wilayah bagian timur.

Tabel 7 Luas penyusun geologi di Kabupaten Mamuju

Penyusun Luas (ha) %

Extrusive: intermediate: polymic 429 77.97 19.55

Extrusive: intermediate: pyrocla 5 902.43 2.69

Extrusive: mafic: polymict 42 594.03 19.38

Intrusive: felsic: granitoid 7 588.84 3.45

Metamorphic: sediment 16 442.49 7.48

Sediment: chemical: limestone 2 083.57 0.95

Sediment: clastic: alluvium 34 697.44 15.79

Sediment: clastic: coarse: congl 18 214.95 8.29

Sediment: clastic: fine 7 106.13 3.23

Sediment: clastic: medium: flysc 1 264.81 0.58

Sediment: clastic: medium: limes 1 264.81 0.58

Sediment: clastic: medium: sands 39 658.40 18.04

Jumlah 219 795.87 100

Elevasi

Berdasarakan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:50.000 bersumber dari Bakosurtanal/BIG, kelas elevasi di wilayah penelitian ini diukur dari permukaan laut wilayah, dan penyebaran luasnya dapat dilihat pada Tabel 8 dan pola penyebaran spasialnya dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 8 Luas kelas elevasi di Kabupaten Mamuju

Elevasi (m) Luas (ha) %

<2 45 777.39 20.83 2-10 2 804.56 1.28 11-50 4 051.70 1.84 51-300 63 026.47 28.68 >300 104 135.74 47.38 Jumlah 219 795.87 100

Tabel 8 tersebut menunjukkan bahwa tingkat kelas elevasi dikelompokkan menjadi 5 kelas yaitu <2m, 2-10m, 10-50m, 51-300m dan >300m, untuk elevasi didominasi oleh luasan dengan kelas elevasi >300m, 47.38%, yang menyebar pada lahan yang datar hingga berbukit dari bagian barat melintang di bagian timur. Lahan dengan kelas elevasi 51-300m, 28.68% menyebar di bagian selatan dan utara serta di bagian timur, kemudian lahan kelas elevasi <2m, 20.83% berada pada sebelah barat selat Makassar.

Gambar 8 Penyebaran kelas elevasi di Kabupaten Mamuju

Gambar 8 mendeskripsikan penyebaran kelas elevasi di Kabupaten Mamuju. Pada gambar tersebut, menunjukkan bahwa penyebaran spasial untuk kelas elvasi dataran rendah di wilayah penelitian ini, terdiri dari <2 m, 2-10m, dan 11-50m dari dasar permukaan laut, berada di wilayah sebelah barat dan, semakin ke arah wilayah sebelah timur tingkat kelas elevasinya semakin tinggi berada pada kelas elevasi >300m. Selanjutnya, dari arah selatan juga terlihat kelas elevasi tinggi yaitu 51-300m dan semakin kearah utara tingkat penyebarannya semakin sangat tinggi yaitu >300m. Secara menyeluruh di wilayah penelitian ini di dominasi oleh kelas elevasi >300 m dilihat dari dasar permukaan laut. Hal ini disebabkan oleh faktor morfologi (bentuklahan), dimana bentuklahan di wilayah ini didiominasi oleh perbukitan dan morfokronologi asal dari struktural yang sangat berpengaruh terhadap proses bentuklahan yang berbeda-beda.

Kemiringan Lereng

Berdasarakan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:50.000 bersumber dari Bakosurtanal/BIG, maka dapat dibuat kelas kemiringan lereng di wilayah penelitian ini. dapat dilihat pada Tabel 9 dan penyebaran spasialnya dapat dilihat pada Gambar 9.

Pada Tabel 9 tersebut dapat dilihat bahwa kelas kemiringan lereng di wilayah ini berdasarkan klasifikasi dari Unitid States Depertement of Agriculture (USDA), terdapat enam kelas, yaitu Datar (0-2%), Landai/Berombak (2-8%), Miring/Berbukit (16-25%), Agak Curam (26-40%), Curam (41-60%), Sangat Curam (>60%). Konfigurasi kemiringan lereng wilayah datar berada di sebelah barat yang berbatasan dengan Selat Makasar. Sebaliknya, semakin ke timur secara gradual kelas kemiringan lereng semakin tinggi dengan kondisi lahan yang bergelombang dan berbukit.

Gambar 9 Penyebaran kelas kemiringan lereng di Kabupaten Mamuju Tabel 9 Luas kelas kemiringan lereng di Kabupaten Mamuju

Kemiringan Lereng (%) Luas (ha) %

<2 32 744.38 14.90 2-8 15 837.56 7.21 16-25 4 051.70 1.84 26-40 4 637.62 2.11 41-60 148 190.12 67.42 >60 14 334.47 6.52 Jumlah 219 795.87 100

Pada gambar 8 tersebut, dapat dilihat bahwa kelas kemiringan lereng dengan pola sebaran untuk dataran berada pada kelas kemiringan lereng <2% dan 2-8% di sebelah barat. Dimana semakin ke arah timur kelas kemiringan lereng semakin curam dan sangat curam dengan kelas kemiringan lereng 41-60% dan >60%. Selanjutnya, arah Selatan kelas kemiringan lereng 41-60% dan semakin kearah utara dari wilayah tersebut, kelas kemiringan lereng sangat curam >60%. Secara menyeluruh wilayah penelitian ini di dominasi kelas kemiringan lereng dengan kelas kemiringan lereng curam 41-60% (67.42%) dari total kelas kemiringan lereng secara keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh faktor morfologi (bentuklahan), dimana bentuklahan di wilayah ini didominasi oleh perbukitan dan faktor morfokrnologi asal struktural sulawesi yang sangat berpengaruh terjadinya variasi kemiringan lereng yang berbeda-beda, antara lain kemiringan lahan, panjang lereng, bentuk lereng dan arah lereng.

Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Tanah skala 1:50.000 bersumber dari Balai Besar Sumber Daya Lahan (BBSDL), di wilayah penelitian ini terdiri dari Entisol, Histosol, Inceptisol dan Ultisol, adapun luas jenis tanah tersebut, dapat dilihat pada Tabel 9 dan penyebaran spasialnya dapat dilihat pada gambar 10.

Pada Tabel 9 tersebut, terlihat bahwa jenis tanah di wilayah ini didominasi oleh Inceptisol 79.99%. Jenis tanah ini mempunyai lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal, yaitu dari 130 cm sampai 5 meter. Warna dari jenis tanah tersebut adalah merah, coklat sampai kekuning-kuningan. Kandungan bahan organiknya berkisar antara 3-9 %, reaksi tanah berkisar antara pH 4.5-6.5 yaitu dari asam sampai agak asam. Tekstur tanah ini pada umumnya adalah liat, dan strukturnya remah dengan konsistensi adalah gembur, kandungan unsur hara dari rendah sampai sedang, mudah sampai agak sukar merembes air. Oleh sebab itu, infiltrasi dan perkolasinya dari agak cepat sampai agak lambat, daya menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi.

Gambar 10 Penyebaran jenis tanah di Kabupaten Mamuju Tabel 10 Luas jenis tanah di Kabupaten Mamuju

Jenis Tanah Luas (ha) %

Entisol 9 073.57 4.13

Histosol 32 970.48 15.00

Inceptisol 175 808.12 79.99

Ultisol 1 943.69 0.88

Iklim

Berdasarkan data keadaan iklim di wilayah penelitian ini bersumber dari Badan Meteorologi, Klimatalogi dan Geofisika (BMKG) Mamuju. Secara garis besar di Kabupaten Mamuju beriklim tropis. Suhu udara berkisar antara 27-310C atau rata-rata 290C. Kelembaban udara rata-rata 70%-80%, kecepatan angin 10,8 km/jam dan tekanan udara berkisar 1.010,7 Miliar/Bar serta penyinaran matahari mencapai 75,8%. Menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson tipe iklim bervariasi yaitu iklim tipe B, C, D dan E. Curah hujan tertinggi pada tahun 2013 terjadi pada bulan November, yaitu tercatat sebesar 5.073 mm dengan hari hujan sebanyak 14 hari, sedangkan hujan terendah terjadi pada bulan Maret sebesar 1.041 mm dengan jumlah hari hujan adalah 7,8 hari, dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Curah hujan di Kabupaten Mamuju

Uraian 2013

Rata-Rata Hari Hujan per Bulan (hari) 12.03 Curah Hujan per Bulan Maksimum (mm) 5.073 Curah Hujan per Bulan Minimum (mm) 1.041 Sumber: (BPS 2014)

Penggunaan Lahan

Tinjauan terhadap penggunaan lahan bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pola distrribusi pemanfaataan ruang, adapun luasan penggunaan lahan tersebut, dapat dilihat pada Tabel 12 dan penyebaran spasialnya dapat dilihat pada Gambar 11.

Beradasarkan Peta Penggunaan Lahan skala 1:500.000, bersumber dari Bakosurtanal/BIG. Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Mamuju terdapat 9 (Sembilan) penggunaan lahan, dimana hutan terlihat dominan 28.29%, perkebunan/kebun 28.20% dan padang rumput 15.10%. Kebun campuran ini di seluruh kecamatan dengan porsi yang berbeda-beda. Untuk komoditi perkebunan kelapa sawit terkonsentrasi di bagian selatan, di Kecamatan Tommo, Sampaga, dan Papalang. Adapun jenis Komoditi perkebunan terbesar di wilayah penelitian ini yaitu kelapa, kakao dan kelapa sawit. Untuk permukiman sebagai tempat bermukim dan bersosialisasi penduduk 0.87% dan umumnya berada di pusat kecamatan, desa yang ada, sepanjang jaringan jalan dan sungai, di dalam kebun dan hutan. Jenis permukiman yang dijumpai berupa permukiman yang masih tradisional di beberapa kecamatan, untuk permukiman dengan konsep perumahan berada pada wilayah Kecamatan Simboro dan Kecamatan Mamuju. (kedua wilayah tersebut merupakan wilayah ibu kota kabupaten dan aktivitas Pemerintah Provinsi), yang berkembang sejalan dengan peningkatan jaringan jalan dan pembukaan jalan baru.

Kegiatan-kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam yang mendominasi wilayah penelitian ini selain perkebunan adalah aktivitas pertanian berupa padi sawah, tanaman pangan lahan kering berupa padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, cabai, cabai rawai, dan petsai. Tanaman tahunan berupa kelapa, kelapa sawit, kakao, kopi, kemiri, sagu, cengkeh, dan lada. Selain komoditi kakao, padi sawah merupakan tanaman komoditi penting di antara tanaman pangan, berada di Kecamatan Kalukku. Produksi padi tahun 2013 mencapai 87.520 ton. Jika di

bandingkan produksi tahun 2012, yaitu 85.982 ton, maka produksi padi tahun 2013 mengalami peningkatan sekitar 1.79% (BPS 2014). Di antara komoditi tanaman pangan selain padi, hanya komoditas kedelai yang mengalami peningkatan produksi, peningkatan produksi ini sesuai dengan kenaikan luas panen terhadap komoditi tersebut. Pada tahun 2012 menunjukkan bahwa luas panen kedelai sebanyak 903 Ha dengan nilai produksi sebesar 1 785 ton, dan pada tahun 2013 luas panen tercatat sebesar 1.362 Ha dengan nilai produksi 2 688 ton. Nilai produktivitas perhektar untuk komoditas kedelai di tahun 2012 dan 2013 cenderung sama sekitar 1.97 ton per hektar.

Gambar 11 Penyebaran penggunaan lahan di Kabupaten Mamuju Tabel 12 Luas penyebaran penggunaan lahan di Kabupaten Mamuju

Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) %

Hutan 62 184.35 28.29 Magrove 892.08 0.41 Padang Rumput 33 190.47 15.10 Perairan Darat/Sungai 8 988.06 4.09 Perkebunan/Kebun 61 990.04 28.20 Permukiman 1 918.60 0.87

Pertanian Lahan Kering 24 997.54 11.37

Sawah 3 824.97 1.74

Tanah Terbuka 21 809.76 9.92

Hutan Magrove

Padang Rumput Perairan Darat/Sungai

Permukiman Konsep Perumahan Permukiman Tradisional

Perkebunan/Kebun Pertanian Lahan Kering

Sawah Tanah Terbuka

Kependudukan

Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah penelitian ini, untuk kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yakni Kecamatan Mamuju, diikuti Kecamatan Kaluku. Sementara itu Kecamatan dengan Jumlah penduduk paling sedikit yaitu Kecamatan Balabalakang. Demografi Kabupaten Mamuju dapat dilihat pada Tabel 13 dan komposisi penduduk pada Tabel 14.

Tabel 13 Jumlah penduduk di Kabupaten Mamuju Tahun 2014

Sumber: Badan Pusat Statistik 2014

Tabel 14 Komposisi penduduk di Kabupaten Mamuju Tahun 2014

Uraian Tahun

2011 2012 2013

Jumlah penduduk (jiwa) 239 972 246 442 252 295

Kepadatan penduduk (jiwa/Km) 47 49 50

sex ratio (L/P) (%) 104 104 104

Jumlah rumah Tangga (Ruta) 53 835 54 235 55 178

Rata-rata ART (jiwa/ruta) 5 5 5

% penduduk menurut kelompok Umur

0-14 tahun 36.68 36.7 33.37

14-64 tahun 60.4 60.45 63.7

> 65 Tahun 2.92 2.85 2.93

Sumber: Badan Pusat Statistik 2014

Pada Tabel 14 tersebut, menunjukkan bahwa komposisi jumlah penduduk mencapai 239.972 jiwa pada tahun 2011. Angka tersebut terus meningkat dan pada tahun 2013 mencapai 252.295 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk masih cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh status wilayah Kabupaten Mamuju sebagai Ibukota provinsi,

Kecamatan Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa/Km2) Banyaknya Rumah Tangga Kepadatan Penduduk per Rumah Tangga Tapalang 19 157 68 3 952 14 Tapalang barat 9 663 73 2 003 15 Mamuju 61 694 299 12 918 63 Simboro 25 724 230 5 457 49 Balabalakang 2 508 115 448 20 Kaluku 53 753 114 11 214 24 Papalang 22 801 115 5 198 26 Sampaga 14 976 125 3 796 32 Tommo 21 331 26 5 319 6 Kalumpang 11 432 7 2 74 2 Bonehau 9 256 10 2 133 2 Jumlah 252 295 50 502.73 11

sehingga menjadi tujuan migran baru (new urban) baik di kabupaten maupun di provinsi secara keseluruhan.

Sebagai kabupaten terluas di wilayah Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Mamuju mempunyai tingkat kepadatan penduduk sebesar 50 jiwa/km2 pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan rata-rata setiap Km2 ditempati penduduk sekitar 50 orang. Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan jika melihat sex ratio yang nilainya lebih besar dari 100. Pada tahun 2013,

sex ratio tidak mengalami perubahan yaitu untuk setiap 100 penduduk perempuan

jumlah penduduk laki-laki sebanyak 104.

Ekonomi Wilayah

Untuk mengukur perkembangan ekonomi suatu wilayah, dengan melihat

Product Domestik Regional Brutto (PDRB) antar tahun, maka dapat dilihat

pertumbuhan ekonomi wilayah sebagai akibat adanya aktivitas perekonomian selama kurun waktu berjalan dalam wilayah tersebut, adapun laju perkembangan ekonomi wilayah dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Laju perkembangan ekonomi wilayah (PDRB) di Kabupaten Mamuju tahun 2003-2013 atas dasar harga konstan tahun 2000

Pada Gambar 13 tersebut, menunjukkan bahwa pada tahun 2009 perkembangan ekonomi kurang beruntung dibanding pada tahun 2008. Terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi yang melemah 1.43 poin, yaitu tumbuh 8.26% atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya tahun 2008 yaitu 9.69 %. Hal ini disebabkan hampir semua sektor ekonomi mengalami perlambatan, kecuali di sektor jasa-jasa yang mengalami peningkatan. Selanjutnya, terlihat pula pada tahun 2013 kurang beruntung dibandingkan pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang melemah 2.76 poin, tumbuh 9.70% atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya pada tahun 2012 yaitu 12.46 %. Hal ini disebabkan terjadi perlambatan hampir di semua sektor ekonomi. Adapun sektor-sektor dominan dari tahun 2003-2013 berdasarkan struktur ekonomi wilayah secara agregat, dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Struktur ekonomi wilayah di Kabupaten Mamuju tahun 2003-2013 Pada Gambar 14 tersebut, menunjukkan bahwa struktur ekonomi di Kabupaten Mamuju terlihat dari tahun ke tahun (2003-2013), perekonomian didominasi oleh sektor pertanian 52.68% dan sektor jasa-jasa 20.15%, lalu kemudian sektor perdagangan hotel dan restoran 8.70%, sektor keuangan dan persewaan jasa perusahaan dan sektor bangunan dengan kontribusi masing-masing 6.06% dan 5.11%. Di level sedang sektor pengangkutan dan komunikasi 2.70% dan sektor industri pengelohan 2.68%. Selanjunya, sektor yang memiliki kontribusi kecil yaitu sektor pertambangan 1.52% dan sektor listrik, gas dan air bersih 0.41 %. Dengan mengelompokan sembilan sektor- sektor tersebut kedalam ilmu ekonomi menjadi 3 sektor ekonomi yaitu, sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier, laju pertumbuhan wilayah terhadap kontribusi dan PDRB sektor ekonomi wilayah, dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Pergeseran kontribusi sektor ekonomi wilayah dalam PDRB di Kabupaten Mamuju tahun 2003-2013 atas dasar harga konstan tahun 2000

Pada Gambar 15 tersebut, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di wilayah penelitian ini, tidak terlepas dari peran sektor-sektor ekonomi sebagai penyumbang atas terbentuknya PDRB wilayah. Dimana, semakin besar sumbangan atau peran suatu sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB wilayah, maka semakin besar pula pengaruh sektor-sektor ekonomi dalam perkembangan perekonomian wilayah. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB masih dominan yakni 37.16%, aktivitas pertanian yang mendominasi wilayah ini adalah aktivitas pertanian subsektor tanaman bahan makanan 13.12%, terdiri dari padi sawah, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang

hijau, ubi kayu, ubi jalar, cabai, cabai rawai, dan petsai. Adapun komoditas yang menonjol untuk tanaman bahan makanan adalah padi sawah, dimana produksi padi tahun 2013 mencapai 87.520 ton, jika di bandingkan produksi tahun 2012 yaitu 85.982 ton, maka produksi padi tahun 2013 mengalami peningkatan 1.79%. Diantara komoditi tanaman pangan selain padi sawah, hanya komoditas kedelai yang mengalami peningkatan produksi. Peningkatan produksi ini, dengan kenaikan luas panen terhadap komoditi tersebut. Pada tahun 2012 menunjukkan bahwa luas panen kedelai sebanyak 903 Ha, dengan nilai produksi 1 785 ton, sedangkan pada tahun 2013 luas panen tercatat 1.362 Ha dengan nilai produksi 2 688 ton. Nilai produktivitas perhektar untuk komoditas kedelai di tahun 2012 dan 2013 cenderung sama sekitar 1.97 ton per hektar, terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Kalukku. Selain aktivitas pertanian subsektor tanaman bahan makanan, juga terdapat subsektor perkebunan 17.38%, terdiri dari komoditi kelapa, kakao dan kelapa sawit. Aktivitas perkebunan ini diseluruh kecamatan dengan porsi yang berbeda-beda terkonsentrasi di bagian selatan, untuk perkebunan yang menonjol adalah kakao 3.576,29 ton di Kecamatan Sampaga, 2.094,20 ton di Kecamatan Tommo dan 2.403,37 ton di Kecamatan Papalang. Untuk komoditas Kelapa Sawit 1.347,2 ton terkonsentrasi di Kecamatan Tommo. Untuk sektor sekunder meliputi industri pengolaha untuk aktivitas industri bukan migas skala rumah tangga, kecil dan menengah 2.05%, terdiri dari industri anyaman, industri tenun sekomandi, industri pengolahan kayu, industri pengolahan batu bata terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Kalumpang dan Kecamatan Tommo. Selanjutnya, sektor tersier meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran 10.57%, terdiri dari aktivitas perdagangan besar dan eceran 9.96%, hotel 0.08% dan restoran 0.53% terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Mamuju. Sektor jasa-jasa 30% terdiri dari aktivitas administrasi pemerintahan dan pertahanan 29.73% dan swasta 0.40%, terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Simboro. Dimana, Kecamatan Mamuju merupakan Ibu Kota Kabupaten Mamuju sekaligus pusat aktivitas pelayanan Pemerintah Kabupaten Mamuju (PEMDA) dan Kecamatan Simboro merupakan wilayah pusat aktivitas pelayanan Pemerintah Provinsi (PEMPROV) Sulawesi Barat, menunjukkan peningkatan kontribusi. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar dan relatif baik, karena ciri suatu wilayah yang mulai berkembang, yaitu terjadi pertumbuhan ekonomi juga terjadi pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor tersier.

Dokumen terkait