• Tidak ada hasil yang ditemukan

terdiri dari : 14 334.46 6.52 Kec Tommo 286.98 0

Kec. Kalukku 2 584.60 1.18 IV (L3/d4/k2) 2 108.01 0.96

Kec. Papalang 928.75 0.42 Kec. Tommo 2 108.01 0.96

Kec. Sampaga 4 179.36 1.90 Kelas VI terdiri dari : 4 637.62 2.11

Kec. Tommo 6 641.76 3.02 VI (L4) 4 637.62 2.11

Kelas II terdiri dari : 34 247.48 15.58 Kec. Papalang 421.60 0.19 II (d2) 5 774.09 2.63 Kec. Sampaga 2 951.22 1.34

Kec. Kalukku 1 649.74 0.75 Kec. Tommo 1 264.81 0.58

Kec. Mamuju 2 639.58 1.20 Kelas VII terdiri dari : 148 190.12 67.42

Kec. Papalang 659.90 0.30 VII (L5) 58 388.85 26.57

Kec. Sampaga 164.97 0.08 Kec. Kalukku 10 772.24 4.90

Kec. Tapalang Barat 659.90 0.30 Kec. Mamuju 9 440.22 4.29

II (L2) 15 837.56 7.21 Kec. Papalang 843.20 0.38

Kec. Kalukku 7 155.01 3.26 Kec. Simboro 13 491.27 6.14

Kec. Mamuju 232.19 0.11 Kec. Tapalang 14 988.26 6.82

Kec. Papalang 2 089.68 0.95 Kec. Tapalang Barat 5 480.83 2.49

Kec. Sampaga 1 191.48 0.54 Kec. Tommo 3 372.82 1.53

Kec. Tapalang 3 250.61 1.48 VII (L5/d2/k3) 89 801.27 40.86

Kec. Tapalang Barat 464.37 0.21 Kec. Bonehau 21 501.71 9.78

Kec. Tommo 1 454.22 0.66 Kec. Kalukku 12 648.07 5.75

II (t1) 12 635.83 5.75 Kec. Kalumpang 30 776.96 14.00

Kec. Kalumpang 696.56 0.32 Kec. Mamuju 5 480.83 2.49

Kec. Papalang 2 554.05 1.16 Kec. Papalang 4 216.02 1.92

Kec. Sampaga 928.75 0.42 Kec. Sampaga 3 372.82 1.53

Kec. Tommo 8 456.48 3.85 Kec. Tapalang 6 745.64 3.07

Kelas IV terdiri dari : 8 689.33 3.95 Kec. Tommo 5 059.23 2.30 IV (L3) 1 943.69 0.88 Kelas VIII terdiri dari : 14 334.47 6.52

Kec. Kalumpang 13.04 0.01 VIII (L6) 14 334.47 6.52

Kec. Papalang 1 027.30 0.47 Kec. Bonehau 2 951.22 1.34

Kec. Sampaga 616.38 0.28 Kec. Kalumpang 11 383.26 5.18

Jumlah 219 795.87 100

Gambar 21 mendeskripsikan kelas kemampuan lahan di Kabupaten Mamuju. Pada gambar tersebut, tampak bahwa di wilayah tersebut terdapat 6 kelas kemampuan lahan, terdiri dari kelas kemampuan lahan I, II, IV, VI,VII dan VIII. Adapun faktor penghambat dari ke-enam kelas kemampuan lahan tersebut bervariasi, dimana untuk kelas kemampuan lahan I, tidak terdapat faktor penghambat. Untuk kelas kemampuan lahan II antara lain, adalah drainase (d2) agak buruk, lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat becak-becak berwarna kuning, kelabu, atau coklat. Becak-becak terdapat pada bagian lapisan bawah, kemiringan lereng (l2) miring berbukit dan tekstur tanah agak halus (t2). Untuk kelas kemampuan lahan IV mempunyai lereng miring berbukit, (d4) drainase sangat buruk, seluruh lapisan permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah bawah berwarna kelabu atau terdapat

becak-becak kelabu, coklat dan kekuningan, dan kedalaman efektif dangkal (k2). Untuk kelas kemampuna lahan VI, dicirikan oleh pembatas (l4) lereng agak curam. Adapun kelas kemampuan lahan VII faktor pembatas berupa (l5) lereng curam, (d2) drainase agak buruk dan (k3) kedalaman efektif sangat dangkal. Selanjutnya, untuk kelas kemampuan lahan VIII faktor pembatas adalah (l6) lereng sangat curam/terjal.

Pada Tabel 27 Penyebaran luas kelas kemampuan lahan di Kabupaten Mamuju. pada Tabel tersebut, menunjukkan bahwa kelas kemampuan lahan di wilayah tersebut, harus memilih komoditas yang sesuai dengan kemampuan dan juga perlunya sentuhan pengetahuan dan teknologi. Secara klasifikasi kelas kemampuan lahan untuk kelas kemampuan lahan VI, VII dan VIII mempunyai pilihan penggunaan lahan yang relatif terbatas. Sedangkan kelas kemampuan lahan I relatif tidak ada faktor penghambat, dan kemampuan lahan kelas II dan IV mempunyai pilihan yang lebih banyak. Di samping itu, kelas kemampuan lahan VI, VII dan VIII idealnya diarahkan menjadi kawasan lindung khususnya dalam perencanaan pemanfaatan ruang. Hal ini disebabkan sebagian besar kelas kemampuan lahan tersebut mempunyai penghambat kemiringan lereng sangat curam/terjal. Selanjutnya, untuk kelas kemampuan lahan II dan IV mempunyai penghambat nyata dalam drainase. Hambatan ini dapat diatasi dengan teknologi dan pengetahuan seperti pembuatan drainase atau sistem pengelolaan lain, khususnya untuk tanaman yang memerlukan drainase terhambat seperti sawah atau tambak ikan.

Kemudian dilakukan tahap selanjutnya berupa analisis overlay untuk identifikasi potensi fisik wilayah, dengan menggunakan weighted overlay (antara peta kelas kemampuan lahan dan peta penggunaan lahan). Dalam tahapan ini dilakukan penilaian terhadap masing-masing klasifikasi kelas kemampuan lahan yang ada di setiap peta, jenis penggunaan lahan eksisting. Penilaian ini didasarkan pada kesesuaian penggunaan lahan terhadap kelas kemampuan lahannya untuk setiap jenis penggunaan lahan. Kemudian keseluruh peta disatukan menjadi peta kesesuaian lahan berdasarkan kelas kemampuan lahannya, dengan menggunakan metode intersect. Metode intersect

digunakan untuk menggabungkan beberapa peta tematik sekaligus informasi yang terkandung (data atribut) menjadi satu peta yang memuat keseluruhan informasi. Dari hasil analisis kesesuaian kelas kemampuan penggunaan lahan didapatkan jenis penggunaan lahan yang sesuai untuk dikembangkan dan direkomendasikan di Kabupaten Mamuju terdiri dari permukiman, sawah, padang rumput, perkebunan/kebun, dan pertanian lahan kering. Adapun hasil rekomendasi pemanfaatan lahan berdasarkan kelas kemampuan penggunaan lahannya, dapat dilihat pada Tabel 28, Tabel 29, Tabel 30, Tabel 31, dan Tabel 32, serta penyebaran spasialnya secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 22.

Tabel 28 Pengambilan keputusan dalam penentuan kesesuaian penggunaan lahan pemukiman dan tempat kegiatan dengan kelas kemampuan lahan

Kelas kemampuan penggunaan lahan permukiman Kesesuaian (S=sesuai; T=tidak) Luas (ha) % II (t1) 232.19 12.10 Kec. Papalang s 232.19 12.10 VII (L5) 1 686.41 87.90 Kec. Mamuju t 843.20 43.95 Kec. Simboro t 843.20 43.95 Jumlah keseluruhan 1 918.60 100

Tabel 29 Pengambilan keputusan dalam penentuan kesesuaian penggunaan lahan sawah dengan kelas kemampuan lahan

Kelas Kemampuan penggunaan lahan sawah Kesesuaian (S=sesuai; T=tidak) Luas (ha) % I 464.37 12.14 Kec. Sampaga s 464.37 12.14 II (d2) 164.97 4.31 Kec. Sampaga s 164.97 4.31 II (L2) 861.53 22.52 Kec. Sampaga s 164.97 4.31

Kec. Tapalang Barat s 696.56 18.21

II (t1) 1 490.88 38.98 Kec. Kalumpang s 232.19 6.07 Kec. Sampaga s 232.19 6.07 Kec. Tommo s 1 026.51 26.84 VII (L5) 843.20 22.04 Kec. Simboro t 843.20 22.04 Jumlah keseluruhan 3 824.97 100

Tabel 30 Pengambilan keputusan dalam penentuan kesesuaian penggunaan lahan padang rumput dengan kelas kemampuan lahan

Kelas Kemampuan penggunaan lahan padang rumput

Kesesuaian (S=sesuai; T=tidak) Luas (ha) % II (d2) 494.92 1.49 Kec. Kalukku s 494.92 1.49 II (L2) 2 254.65 6.79 Kec. Kalukku s 1 857.49 5.60 Kec. Tapalang s 232.19 0.70 Kec. Tommo s 164.97 0.50 II (t1) 928.75 2.80 Kec. Tommo s 928.75 2.80 VII (L5) 10 961.66 33.03 Kec. Kalukku t 2 951.22 8.89 Kec. Simboro t 3 372.82 10.16 Kec. Tapalang t 2 529.61 7.62

Kec. Tapalang Barat t 2 108.01 6.35

VII (L5/d2/k3) 15 177.68 45.73 Kec. Bonehau t 1 686.41 5.08 Kec. Kalukku t 4 216.02 12.70 Kec. Kalumpang t 9 275.25 27.95 VIII (L6) 3 372.82 10.16 Kec. Kalumpang t 3 372.82 10.16 Jumlah keseluruhan 33 190.47 100

Tabel 31 Pengambilan keputusan dalam penentuan kesesuaian penggunaan lahan kebun/perkebunan dengan kelas kemampuan lahan

Kelas Kemampuan penggunaan lahan kebun/perkebunan Kesesuaian (S=sesuai; T=tidak) Luas (ha) % I 5 389.17 8.69 Kec. Kalukku s 1 759.73 2.84 Kec. Papalang s 928.75 1.50 Kec. Sampaga s 1 625.31 2.62 Kec. Tommo s 1 075.39 1.73 II (d2) 2 639.58 4.26 Kec. Kalukku s 824.87 1.33 Kec. Mamuju s 1 319.79 2.13 Kec. Papalang s 329.95 0.53

Kec. Tapalang Barat s 164.97 0.27

II (L2) 6 733.41 10.86 Kec. Kalukku s 1 857.49 3.00 Kec. Mamuju s 232.19 0.37 Kec. Papalang s 1 160.93 1.87 Kec. Sampaga s 696.56 1.12 Kec. Tapalang s 2 321.87 3.75

Kec. Tapalang Barat s 464.37 0.75

II (t1) 2 554.05 4.12 Kec. Papalang s 928.75 1.50 Kec. Sampaga s 696.56 1.12 Kec. Tommo s 928.75 1.50 IV (L3) 1 438.22 2.32 Kec. Papalang s 890.32 1.44 Kec. Sampaga s 547.89 0.88 VI (L4) 1 264.81 2.04 Kec. Papalang t 421.60 0.68 Kec. Sampaga t 843.20 1.36 VII (L5) 23 841.91 38.46 Kec. Kalukku t 5 902.43 9.52 Kec. Mamuju t 3 372.82 5.44 Kec. Papalang t 843.20 1.36 Kec. Simboro t 4 216.02 6.80 Kec. Tapalang t 7 399.42 11.94

Kec. Tapalang Barat t 2 108.01 3.40

VII (L5/d2/k3) 16 864.09 27.20 Kec. Bonehau t 4 216.02 6.80 Kec. Kalukku t 4 637.62 7.48 Kec. Mamuju t 2 108.01 3.40 Kec. Papalang t 2 951.22 4.76 Kec. Sampaga t 1 264.81 2.04 Kec. Tapalang t 1 686.41 2.72 VIII (L6) 1 264.81 2.04 Kec. Bonehau t 1 264.81 2.04 Jumlah keseluruhan 61 990.04 100

Tabel 32 Pengambilan keputusan dalam penentuan kesesuaian penggunaan lahan pertanian lahan kering dengan kelas kemampuan lahan

Kelas Kemampuan penggunaan lahan pertanian lahan kering semusim Kesesuaian (S=sesuai; T=tidak) Luas (ha) % I 4 429.88 17.72 Kec. Sampaga s 1 393.12 5.57 Kec. Tommo s 3 036.76 12.15 II (d2) 164.97 0.66

Kec. Tapalang Barat s 164.97 0.66

II (L2) 989.84 3.96 Kec. Sampaga s 329.95 1.32 Kec. Tommo s 659.90 2.64 II (t1) 4 643.73 18.58 Kec. Kalumpang s 232.19 0.93 Kec. Tommo s 4 411.54 17.65 IV (L3) 13.04 0.05 Kec. Kalumpang s 6.52 0.03 Kec. Tommo s 6.52 0.03 IV (L3/d4/k2) 1 264.81 5.06 Kec. Tommo s 1 264.81 5.06 VI (L4) 1 264.81 5.06 Kec. Sampaga t 843.20 3.37 Kec. Tommo t 421.60 1.69 VII (L5) 5 480.83 21.93 Kec. Mamuju t 2 108.01 8.43 Kec. Simboro t 843.20 3.37

Kec. Tapalang Barat t 1 264.81 5.06

Kec. Tommo t 1 264.81 5.06 VII (L5/d2/k3) 6 745.64 26.99 Kec. Bonehau t 1 264.81 5.06 Kec. Kalumpang t 843.20 3.37 Kec. Mamuju t 1 264.81 5.06 Kec. Sampaga t 843.20 3.37 Kec. Tapalang t 843.20 3.37 Kec. Tommo t 1 686.41 6.75 Jumlah keseluruhan 24 997.54 100

Berdasarkan Tabel-Tabel tersebut diketahui bahwa untuk daerah permukiman yang tidak sesuai (t) dengan kelas kemampuan lahan seluas 1 686.41ha (87.90%) dari total luas penggunaan lahan permukiman (Tabel 28), untuk daerah sawah yang tidak sesuai (t) dengan kelas kemampuan lahan seluas 843.20ha (22.04%) dari total luas penggunaan lahan sawah (Tabel 29), untuk daerah padang rumput yang tidak sesuai (t) dengan kelas kemampuan lahan seluas 2 9512.15ha (88.92%) dari total luas penggunaan lahan padang rumput (Tabel 30), lalu untuk daerah perkebunan/kebun yang tidak sesuai

(t) dengan kelas kemampuan lahan seluas 43 235.61ha (69.75%) dari total luas penggunaan lahan perkebunan/kebun (Tabel 31). Selanjutnya, untuk daerah pertanian lahan kering yang tidak sesuai (t) dengan kelas kemampuan lahan seluas 10 118.45ha (53.97%) dari total luas pertanian lahan kering (Tabel 32).

Berdasarakan hasil kesesuaian kelas kemampuan lahan dari Tabel-Tabel tersebut, menunjukkan bahwa lahan permukiman dikategorikan tidak sesuai (t) pada umumnya di wilayah penelitian ini lebih disebabkan karena ancaman erosi, batuan permukaan dan lereng curam. Sejauh ini kendala yang ada diabaikan ataupun sudah dilakukan masukan teknologi sehingga kelas kemampuan lahan saat ini bisa sesuai (s). Situasi yang sama juga ditemukan untuk persawahan, padang rumput, perkebunan/kebun, dan pertanian lahan kering, dimana ketidaksesuaian (t) lebih disebabkan oleh lereng yang sangat curam/terjal, semua kendala yang ada tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dukungan finansial yang memadai. Adapun kesesuaian kelas kemampuan lahan secara keseluruhan berdasarkan kemampuan lahannya dapat dilihat pada Lampiran 5 dan penyebarannya secara spasial dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22 Penyebaran kesesuaian kelas kemampuan lahan di Kabupaten Mamuju Berdasarkan pada Gambar 22 tersebut, menunjukkan bahwa total luas wilayah yang telah di analisis 219 795.87ha dari total luas lahan di wilayah penelitian ini, maka dominan penggunaan lahan sesuai (s) dengan kemampuan lahannya 109 341.12ha (49.75%) dan tidak sesuai (t) 110 454.74ha (50.25%), artinya kondisi ini segera mungkin perlu perhatian yang lebih serius dan luasan yang tidak sesuai ini perlu mendapat perhatian, karena sebagian besar terletak di daerah berlereng curam/terjal dan saat ini mengalami degradasi yang intensif, sebagian lahan ini sudah masuk berkategori lahan terbuka.

Arahan Pengembangan wilayah di Kabupaten Mamuju

Arahan pengembangan wilayah dan pembangunan di Kabupaten Mamuju berdasarkan identifikasi potensi wilayah yang dimiliki diarahkan pada kawasan budidaya. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk di budidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam dan manusia serta sumberdaya buatan. Kawasan ini perlu dimanfaatkan secara terencana dan terarah, sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi hidup dan kehidupan manusia. Kawasan budidaya secara umum merupakan kawasan yang telah ditetapkan diluar kawasan lindung. Kawasan budidaya perlu diarahkan pengembangannya untuk pembangunan daerah, setelah kawasan lindung didelineasikan sebagai limitasi/kendala dalam pengembangan wilayah dan pembangunan di Kabupaten Mamuju, sehingga tetap sesuai dengan daya dukung lingkungan.

Kriteria untuk mendelineasi kawasan budidaya secara umum lebih didasarkan pada potensi ekonomi wilayah (komoditi unggulan) dan potensi fisik wilayah (kesesuaian kelas kemampuan lahan) berdasarakan penggunaan lahan eksisting yang dimiliki untuk dikembangkan. Klasifikasi kawasan budidaya dikaitkan terutama pada fungsi utama pemanfaatan ruang dalam mendukung kebutuhan penduduk, baik untuk kegiatan produktif maupun untuk kegiatan lainnya. Kawasan budidaya yang akan diarahkan pengembangannya di Kabupaten Mamuju sesuai dengan potensi wilayah terdiri dari dua sub-kawasan budidaya yang mencakup:

1. Kawasan pertanian tanaman pangan. 2. Kawasan tanaman perkebunan.

Kriteria untuk mendelineasi kawasan budidaya secara umum lebih didasarkan pada potensi ekonomi wilayah dan potensi fisik wilayah yang dimiliki untuk dikembangkan dalam dimensi regional dan lokal. Di Kabupaten Mamuju jumlah keseluruhan luas wilayah yang telah di analisis seluas 219 795.87ha, dengan kesesuaian kelas kemampuan lahannya seluas 109 341.12ha (49.75%), adapun klasifikasi kawasan budidaya terutama dikaitkan dengan fungsi utama pemanfaatan ruang dalam menampung kebutuhan penduduk, baik untuk kegiatan produktif maupun kegiatan lainnya.

Kawasan Pertanian Tanaman Pangan

Didasarkan pada identifikasi potensi ekonomi wilayah dan potensi fisik wilayah yang dimiliki di Kabupaten Mamuju yakni sektor pertanian, yang dapat dikembangkan di wilayah tersebut terdiri dari subsektor tanaman pangan komoditi padi sawah dan subsektor perkebunan komoditi kakao dan kelapa sawit. Untuk itu, perlu adanya arahan pemanfaatan ruang untuk arahan pengembangan wilayah dan pembangunan dalam jangka panjang. Pengembangan kawasan budidaya pertanian secara umum, berdasarkan potensi wilayah di arahkan di seluruh wilayah Kabupaten Mamuju. Hal ini juga merupakan upaya pewilayahan komoditas sesuai dengan potensi wilayah dan karakteristik wilayahnya.

Sektor pertanian subsektor tanaman pangan merupakan salah satu kegiatan ekonomi produktif di Kabupaten Mamuju. Komoditas yang dikembangkan masyarakat antara lain padi sawah dan beberapa jenis tanaman lainnya. Adapun nilai LQ komoditas padi sawah tiap kecamatan di Kabupaten Mamuju dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33 Nilai LQ komoditas padi sawah tiap kecamatan di Kabupaten Mamuju No Kecamatan Nilai LQ 1 Tapalang 1.0 2 Tapalang barat 1.0 3 Mamuju 0.0 4 Simboro 1.0 5 Balabalakang 0.0 6 Kalukku 1.0 7 Papalang 1.0 8 Sampaga 1.0 9 Tommo 1.0 10 Kalumpang 1.0 11 Bonehau 1.0

Pada Tabel 33 tersebut, menunjukkan pada dasarnya seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Mamuju secara komparatif sesuai untuk pengembangan tanaman pangan komoditas padi sawah dengan perolehan nilai LQ>1. Berdasarkan konsep pewilayahan komoditas unggulan, maka arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan pertanian tanaman pangan sebagai komoditas utama di Kabupaten Mamuju yang sesuai potensi ekonomi wilayah maupun karakteristik fisik-geografis wilayah yakni padi sawah. Untuk mewujudkan pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan sesuai dengan potensinya, kebijaksanaan pemanfaatan ruang yang dilakukan adalah (1) Perluasan areal persawahan baru/pertanian tanaman pangan (2) Pengembangan prasarana pengairan untuk mendukung pengembangan pertanian tanaman pangan dan (3) Pengendalian kegiatan lain yang mengkonversi lahan pertanian (alih fungsi lahan) yang relatif subur dan potensial secara konsisten dan berkesinambungan.

Selain nilai LQ juga dapat dilihat dari perolehan nilai Shift Share Analaysis

(SSA), pada komponen nilai differential shift (DS+) secara kompetitif dapat dilihat pada Tabel 34.

Tabel 34 Shift Share Analaysis pada komponen differential shift (DS) komoditas padi sawah tiap kecamatan di Kabupaten Mamuju.

No Kecamatan Nilai DS 1 Tapalang -0.26 2 Tapalang barat 0.31 3 Mamuju 0.00 4 Simboro -0.25 5 Balabalakang 0.00 6 Kalukku -0.02 7 Papalang -0.18 8 Sampaga 0.02 9 Tommo 0.05 10 Kalumpang 1.14 11 Bonehau 1.45

Pada Tabel 34 hasil perolehan nilai differential shift (DS) Positif, menunjukkan bahwa wilayah kecamatan yang kompetitif berdasarkan luas lahan (ha) untuk dikembangkan, kawasan komoditas unggulan padi sawah, terdapat 5 (lima) kecamatan terdiri dari, (1) Tapalang barat, (2) Sampaga, (3) Tommo, (4) Kalumpang dan (5) Bonehau. Selanjutnya, melakukan analisis matriks komoditas unggulan (leading sector)

wilayah, berdasarkan perolehan nilai LQ dan SSA tiap kecamatan. Dimana, nilai SSA pada komponen nilai differential shift pada sumbu X dan nilai LQ pada sumbu Y, dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23 Komoditas unggulan padi sawah di Kabupaten Mamuju

Pada Gambar 23 tersebut, menunjukkan bahwa nilai (LQ >1) dan Nilai DS (positif) adalah komoditas unggulan padi sawah berada di wilayah (1) Kecamatan Bonehau, (2) Kecamatan Kalumpang, (3) Kecamatan Tapalang Barat, (4) Kecamatan Tommo dan (5) Kecamatan Sampaga. Namun demikian, berdasarkan hasil pengamatan secara empirik di lapangan terlihat di beberapa wilayah sebagai contoh telah terjadi ketimpangan pembangunan di dalam wilayah antara lain Kecamatan Kalumpang, wilayah kecamatan ini belum dialiri listrik dan prasarana wilayah yang lain seperti infrastruktur jalan, sarana pendidikan, pelayanan kesehatan, perumahan, transportasi, sanitasi dan unit-unit pelayanan jasa lainnya yang sangat minim. Di samping itu, di wilayah kecamatan yang lain juga terjadi ketimpangan pembangunan, Kecamatan Tommo dan Kecamatan Bonehau, yaitu kurangnya unit jasa pelayanan sosial-ekonomi seperti unit-unit perbankan dan minimnya infarstruktur jalan, sehingga masih didominasi oleh jalan tanah bukan aspal sebagai jalan utama. Untuk itu, kebijakan pemerintah harus lebih fokus pada pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia untuk melengkapi sektor publik tersebut, hal ini senada dengan pendapat Egunjobi (2013) bahwa pemerintah harus lebih fokus pada pembangunan infrastruktur dan sumberdaya manusia untuk melengkapi sektor publik. Keterkaitan antara infrastruktur, sumberdaya alam dan masyarakat, dengan infrastruktur (seperti transportasi, telekomunikasi, perbankan dan listrik) akan mempercepat proses pembangunan (Rabha 2012).

Kawasan Pertanian Tanaman Perkebunan

Selain sektor pertanian tanaman pangan, sektor perkebunan juga merupakan salah satu kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Mamuju. Komoditas yang dikembangkan antara lain kelapa, kakao, dan jenis tanaman lainnya. Untuk mewujudkan pengembangan kawasan pertanian tanaman perkebunan, kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya adalah: (1) Pengembangan tanaman tahunan/perkebunan sesuai dengan potensi/ kesesuaian lahannya secara optimal; (2) Pemanfaatan lahan untuk tanaman tahunan/perkebunan harus disertai dengan tindakan konservasi tanah yang baik; (3) Pemanfaatan lahan-lahan kritis dengan komoditas perkebunan yang berfungsi melindungi tata air dan tanah; (4) Pengembangan lahan untuk perkebunan khususnya yang telah dikelola dengan melibatkan badan usaha lain, perlu memperhatikan pemberdayaan masyarakat di sekitarnya, dengan berperan langsung dalam proses produksi dan pasca produksi.

Beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Mamuju potensial untuk pengembangan tanaman perkebunan. Arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan pertanian tanaman perkebunan sebagai komoditas utama wilayah di Kabupaten Mamuju berdasarkan karakteristik dan potensinya adalah kakao, kelapa dan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 35.

Tabel 35 Nilai LQ komoditas kakao, kelapa dan kelapa sawit tiap kecamatan di Kabupaten Mamuju

Kecamatan Nilai LQ

Kakao Kelapa Kelapa sawit

Tapalang 0.9 1.7 0.0 Tapalang barat 0.8 2.6 0.0 Mamuju 0.0 1.2 0.0 Simboro 1.1 0.5 0.0 Balabalakang 0.0 9.5 0.0 Kaluku 1.0 1.0 0.0 Papalang 1.0 1.3 0.0 Sampaga 1.0 1.1 0.0 Tommo 0.9 0.1 9.0 Kalumpang 1.1 0.0 0.0 Bonehau 1.1 0.0 0.0

Berdasarkan Tabel 35 tersebut, menunjukkan bahwa kawasan komoditas unggulan kakao terbesar di Kabupaten Mamuju ada 6 (enam) kecamatan terdiri dari, (1) Simboro, (2) Kaluku, (3) Papalang, (4) Sampaga, (5) Kalumpang dan (6) Bonehau. Selanjutnya, kawasan komoditas kelapa terbesar di Kabupaten Mamuju ada 7 (tujuh) kecamatan terdiri dari, (1) Tapalang, (2) Tapalang Barat, (3) Mamuju, (4) Balabalakang, (6) Kaluku (6) Papalang dan (7) Sampaga. Lalu, komoditas kelapa sawit berada di wilayah Kecamatan Tommo. Selain nilai LQ>1, juga dapat dilihat dari perolehan nilai

Shift Share Analaysis (SSA) pada komponen nilai differential shift positif (DS+), untuk

Tabel 36 Shift Share Analaysis komoditas kakao, kelapa dan kelapa sawit tiap kecamatan di Kabupaten Mamuju

Kecamatan Nilai differential shift

Kakao Kelapa Kelapa sawit

Tapalang 0.00 0.00 0.00 Tapalang barat 0.00 -0.21 0.00 Mamuju -0.01 0.02 0.00 Simboro 0.00 0.00 0.00 Balabalakang 0.00 0.04 0.00 Kaluku 0.00 0.00 0.00 Papalang 0.00 0.12 0.00 Sampaga 0.00 0.25 0.00 Tommo 0.00 0.00 0.00 Kalumpang 0.00 0.00 0.00 Bonehau 0.00 0.00 0.00

Pada Tabel 36 tersebut, menunjukkan nilai differential shift untuk komoditas kakao cenderung sama kecuali di Kecamatan Mamuju dengan nilai differential shift (-0.01). Hal ini menunjukkan bahwa share komoditas tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah tidak memberikan kontribusi yang signifikan terlihat perolehan nilai

differential shift 0.00, artinya share dari kegiatan ekonomi saat ini dengan tahun

sebelumnya relatif sama, begitupun komoditas kelapa sawit nilai differential shift 0.00, hal ini menunjukkan bahwa share komoditas-komoditas tersebut dibandingkan dengan tahun sebelumnya juga sama atau cenderung menurun dari tahun ke tahun. Untuk komoditas kelapa menunjukkan dibeberapa wilayah cukup kompetitif di Kecamatan Mamuju, Balabalakang, Papalang dan Sampaga. Selanjutnya, melakukan analisis matriks komoditas unggulan (leading sector) wilayah, berdasarkan perolehan nilai shift

share dan nilai LQtiap kecamatan. Dimana, nilai shift share pada sumbu X dan nilai LQ

pada sumbu Y, dapat dilihat pada Gambar 24, Gambar 25 dan Gambar 26.

Gambar 25 Komoditas unggulan kelapa di Kabupaten Mamuju

Gambar 26 Komoditas unggulan kelapa sawit di Kabupaten Mamuju

Berdasarkan gambar-gambar tersebut diketahui bahwa untuk kawasan komoditas unggulan kakao yang sesuai dengan potensi ekonomi wilayah di Kabupaten Mamuju ada 9 (Sembilan) kawasan, terdiri dari (1) Kecamatan Simboro, (2) Kalumpang, (3) Bonehau, (4) Sampaga, (5) Papalang, (6) Kaluku, (7) Tommo, (8) Tapalang dan (9) Tapalang Barat dan yang tidak potensial secara ekonomi wilayah ada 2 (dua) kawasan, terdiri dari Kecamatan Mamuju dan Balabalakang (Gambar 24). Selanjutnya, untuk kawasan unggulan komoditas kelapa yang potensial secara ekonomi wilayah ada 4 (empat) kawasan, terdiri dari (1) Kecamatan Balabalakang, (2) Mamuju, (3) Papalang, dan (4) Sampaga dan yang tidak potensial secara ekonomi wilayah ada 7 (tujuh) kawasan, terdiri dari (1) Kecamatan Tapalang Barat (2) Tapalang, (3) Tommo (4) Bonehau, (5) Tapalang, (6) Kaluku, dan (7) Simboro (Gambar 25). Lalu kawasan unggulan komoditas kelapa sawit yang potensial secara ekonomi wilayah hanya ada satu kawasan berada di Kecamatan Tommo (Gambar 23).

Berdasarakan hasil identifikasi kawasan komoditas unggulan ekonomi wilayah dari gambar-gambar tersebut, menunjukkan bahwa kawasan komoditas unggulan kakao dikategorikan tidak potensial pada umumnya di wilayah tersebut lebih disebabkan karena komoditas yang ada tidak kompetitif dan bukan merupakan sektor basis ekonomi di kecamatan tersebut. Sejauh ini kendala yang ada diabaikan ataupun sudah dilakukan

treatment khusus dengan masukan pemilihan komoditas lain seperti palawija, jagung dan lainnya. Situasi yang sama juga ditemukan untuk komoditas kelapa, dimana ketidakpotensial secara ekonomi wilayah lebih disebabkan komoditas bukan sebagai sektor basis ekonomi di kecamatan tersebut, lalu komoditas kelapa sawit, dimana lebih disebabkan tingkat kompetitif komoditas masih sangat tergantung permintaan pasar

(trend), dimana dipengaruhi oleh faktor eksternal dan bukan merupakan sektor basis

ekonomi di kecamatan tersebut, semua kendala yang ada tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan pemilihan komoditas/komoditi atau kegiatan jenis lain seperti kerajinan, jasa-jasa, transportasi dan perdagangan. Adapun arahan pengembangan wilayah di Kabupaten Mamuju berdasarkan komoditas unggulan ekonomi wilayah dan kesesuaian kelas kemampuan lahan dapat dilihat pada Tabel 37.

Tabel 37 Matriks arahan pengembangan wilayah berdasarakan LQ >1 dan DS (+) tiap kecamatan di Kabupaten Mamuju

Pengembangan wilayah

Luas lahan sesuai untuk komoditas unggulan (ha) Luas lahan kemampuan lahan sesuai (ha) Kebutuhan Infrastruktur Arahan Prioritas Pembangunan Padi sawah

Kakao Kelapa Kelapa

Sawit

Kec. Tapalang - 2 321.87 - - 3 250.61 Peningkatan sarana

prasarana infrastruktur (jalan, air bersih, unit- unit pelayanan jasa) baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Kawasan Perkebunan

Kec. Tapalang Barat 164.97 - - - 1 124.27 Peningkatan sarana

prasarana infrastruktur (jalan, air bersih, unit- unit pelayanan jasa) baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Kawasan Tanaman Pangan

Kec. Mamuju - - 1 551.98 - 2 871.77 - Jasa-Jasa

Kec. Simboro - 4 216.02 - - tidak sesuai - Jasa-Jasa

Kec. Balabalakang - - - Pengadaan infrastruktur

wilayah (listrik, jalan, sarana pendidikan, pelayanan kesehatan, perumahan,

transportasi, sanitasi dan unit-unit pelayanan jasa)

-

Kec. Kalukku 5303.63 4 442.09 - - 11 389.35 Pembangunan irigasi

perpipaan untuk air

Kawasan Tanaman

siram pangan dan Perkebunan Kec. Papalang 928.75 3 348.37 1 258.69 - 6 232.37 Peningkatan sarana

prasarana infrastruktur (jalan, air bersih, unit- unit pelayanan jasa) baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Kawasan Tanaman Pangan dan Perkebunan Kec. Sampaga 1 026.51 3 018.42 1 723.07 - 6 464.56 Peningkatan sarana

prasarana infrastruktur (jalan, air bersih, unit- unit pelayanan jasa) baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Kawasan Tanaman Pangan dan Perkebunan Kec. Tommo 1 026.50 2 004.14 - 5 071.44 15 855.89 Peningkatan sarana

prasarana infrastruktur (jalan, air bersih, unit- unit pelayanan jasa) baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Kawasan Perkebunan

Kec. Kalumpang 232.19 232.19 - - 696.56 Pengadaan

infrastruktur wilayah (listrik, jalan, sarana pendidikan, pelayanan kesehatan, perumahan, transportasi, sanitasi dan unit-unit pelayanan jasa)

Kawasan Tanaman Pangan dan Perkebunan

Kec. Bonehau - 13 491.27 - - tidak sesuai Peningkatan sarana prasarana infrastruktur (jalan, air bersih, unit- unit pelayanan jasa) baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

-

Dokumen terkait