• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Desa Lembung

Desa Lembung sejak dulu telah lama dikenal sebagai sentra produksi garam. Desa Lembung merupakan salah satu desa yang ditunjuk oleh pemerintah Kabupaten Pamekasan sebagai kawasan penyangga stok garam di Kabupaten Pamekasan. Desa Lembung merupakan desa di Kecamatan Galis yang terletak pada daerah paling timur yang berbatasan langsung dengan selat madura. Desa Lembung merupakan salah satu desa di Kecamatan Galis yang memiliki ketinggian daratan paling rendah dibandingkan dengan desa lainnya. Desa Lembung merupakan daerah yang memiliki ketinggian daratan sekitar dua meter di atas permukaan laut atau tepatnya merupakan daerah pantai dengan tingkat suhu rata-rata sekitar 290 C. Secara administratif wilayah Desa Lembung berbatasan dengan :

Sebelah utara : Desa Polagan Sebelah Selatan : Desa Pandan Sebalah Barat : Desa Galis Sebelah Timur : Selat Madura

Berdasarkan data Monografi Desa Lembung tahun 2013, luas wilayah Desa Lembung sekitar 354 618 m2, yang terbagi kedalam sembilan RT, empat RW, dan 10 dusun. Jarak Desa Lembung ke Kecamatan Galis sekitar 1.5 km, dengan Ibukota Kabupaten Pamekasan adalah 14.4 km. Desa Lembung merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur. Curah hujan rata-rata pertahun di daerah Lembung sekitar 70–80 mm. Kondisi tersebut memungkinkan Desa Lembung sebagai salah satu sentra produksi garam rakyat terbesar di Kabupaten Pamekasan. Usahatani garam rakyat di Desa Lembung menjadi aktivitas pertanian terbesar yang diusahakan petani Desa Lembung.

Tabel 7 Sebaran jumlah penduduk menurut jenis kelamin Desa Lembung Kecamatan Galis tahun 2013

Kategori Jumlah

Laki-laki 671

Perempuan 672

Total 1 343

Sumber : Data Monografi Desa Lembung Kecamatan Galis Tahun 2013

Jumlah penduduk Desa Lembung pada tahun 2013 sejumlah 1 343 orang. Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sejumlah 671 orang dan penduduk berjenis kelamin perempuan sejumlah 672 orang. Penduduk Desa Lembung sebagian besar berusia 27–40 tahun yaitu sejumlah 242 orang atau berusia produktif. Penduduk Desa Lembung sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani pada subsektor mineral kelautan, dengan komoditi utamanya adalah garam. Selain itu, terdapat juga penduduk yang bekerja di subsektor perkebunan dan kelautan dengan komoditi utamanya adalah tembakau dan rumput laut. Hanya sebagian kecil dari penduduk Desa Lembung yang

31 bekerja pada subsektor peternakan dengan ternak utama yang dibudidayakan adalah sapi Madura.

Tabel 8 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan umum

Tingkat Pendidikan Jumlah

SD 57 SMP 15 SMA 11 D1-D3 2 Sarjana 1 Total 86

Sumber : Data Monografi Desa Lembung Kecamatan Galis Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan sebaran penduduk menurut pendidikan formal terakhir. Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Lembung berpendidikan terakhir Sekolah Dasar yaitu sekitar 57 orang, merupakan yang paling besar. Selain itu, penduduk yang berpendidikan terakhir SMP sebanyak 15 orang. Jumlah total penduduk Desa Lembung yang telah menempuh pendidikan formal sejumlah 86 orang. Hal tersebut menjadi hal yang memprihatinkan karena sebagian penduduk yang berpendidikan formal di Desa Lembung sangat kecil yaitu 6.40 persen dibandingkan dengan jumlah total penduduk. Kondisi tersebut diakibatkan karena masyarakat belum terlalu peduli dengan pendidikan dan sebagian besar diantara mereka meneruskan tradisi keluarga sebagai petani dan buruh tani. Hal ini jugalah yang kemungkinan menyebabkan sebagian masyarakat yang bekerja sebagai petambak garam dan buruh tambak berada dalam garis kemiskinan.

Karakteristik Petani Responden

Responden petani dalam penelitian analisis efisiensi tataniaga ini adalah petani yang mengusahakan garam di Desa Lembung Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan. Jumlah petani yang dijadikan responden pada penelitian ini sebanyak 40 orang. Metode pemilihan responden tersebut dilakukan dengan pertimbangan petani tersebut telah melakukan kegiatan usahatani serta tataniaga pada periode musim panen sebelumnya, yaitu bulan Agustus hingga November 2013. Semua petani responden dalam penelitian ini merupakan petani garam rakyat yang menggunakan metode maduris. Karakteristik responden petani diklasifikasikan berdasarkan status lahan, usia, tingkat pendidikan dan pengalaman dalam mengusahakan usahatani garam rakyat.

Tabel 9 Jumlah petani responden berdasarkan status lahan

Status Lahan Jumlah

Petani Pemilik Lahan 13

Petani Sewa lahan 14

Petani Bagi Hasil 18

32

Secara umum penggunaan lahan untuk mengusahakan garam rakyat di Desa Lembung terbagi menjadi tiga yaitu petani yang memiliki lahan tambak garam, petani yang menyewa lahan, dan petani yang mengusahakan lahan orang lain yang pada saat panen hasilnya akan dibagi antara pemilik dan penggarap. Berdasarkan tabel 9, petani responden didominasi oleh petani yang berperan sebagai penggarap yaitu sebanyak 18 orang. Petani responden yang memiliki lahan yaitu sebanyak 13 orang, sedangkan petani responden yang menyewa lahan untuk mengusahakan garam sebanyak 14 orang. Proporsi tersebut sesuai dengan kondisi riil sektor pertanian yang sebagian besar petani yang bekerja di sektor pertanian hanya berstatus petani yang tidak punya lahan atau bertindak sebagai penggarap.

Tabel 10 Komposisi umur petani responden di Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (orang)

≤ 30 1

31–40 7

41–50 19

≥ 51 18

Total 45

Umur petani responden sebagian besar didominasi oleh petani yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 39 orang sedangkan petani wanita sebanyak 6 orang. Hal ini diakibatkan karena dalam mengusahakan garam dibutuhkan curahan tenaga kerja yang tinggi terutama pada saat tahap persiapan lahan, untuk memperbaiki tanggul, meratakan tanah, membersihkan tanah, dan lain-lain. Petani yang berjenis kelamin wanita tidak bekerja sendirian, namun sebagian besar menyewa tenaga kerja lain untuk membantu kegiatan usahatani yang dilakukannya. Berdasarkan tabel 10, menunjukkan bahwa petani responden yang berumur kurang dari 30 tahun hanya sebanyak 1 orang. Petani responden yang berumur 31-40 tahun sebanyak 7 orang, serta yang berumur 41-50 tahun dan lebih dari 50 tahun masing-masing sebanyak 19 dan 18 orang. Jumlah petani yang telah berumur lebih dari 40 tahun mendominasi proporsi komposisi petani responden di Desa Lembung. Hal ini disebabkan karena sebagian besar petani responden berumur lanjut di Desa Lembung menjadikan kegiatan usahatani garam sebagai pekerjaan utama. Selain itu, kaum muda di Desa Lembung lebih memilih untuk bekerja di luar sektor penggaraman karena dirasa kurang memberikan insentif.

Tabel 11 Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Lembung tahun 2013

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

SD 14

SMP 13

SMA 15

Perguruan Tinggi 3

33 Tingkat pendidikan petani responden didominasi oleh petani yang berpendidikan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah atas (SMA). Tabel 11 menunjukkan bahwa petani responden yang berpendidikan terakhir SD sebanyak 14 orang. Petani responden yang berpendidikan SMP dan SMA masing-masing sebanyak 13 orang dan 15 orang, sedangkan petani responden yang berpendidikan terakhir Strata 1 (S1) sebanyak 3 orang. Petani responden dengan tingkat pendidikan S1 merupakan seorang pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan dinas Kabupaten Pamekasan sebagai guru, sehingga mengusahakan garam merupakan merupakan pekerjaan sampingan.

Petani responden di Desa Lembung memiliki luas lahan tambak yang sangat bervariasi yang diakibatkan status kepemilikan lahan yaitu pemilik, penyewa, dan penggarap. Hampir semua petani yang menyewa lahan hanya menyewa lahan untuk meja kristalisasi atau meja garam. Hal yang sama juga dilakukan oleh petani penggarap yang petani penggarap hanya menggarap lahan pemilik pada lahan meja kristalisasi. Data yang peneliti dapatkan semuanya berbentuk luas lahan meja kristalisasi. Ukuran rata-rata dari satu meja kristalisasi garam di Desa Lembung sebesar 15m x 90m atau disebut satu petak. Lain halnya pada petani pemilik lahan mereka menyatakan luasan lahan keseluruhan pada saat wawancara bukan luas lahan meja kristalisasi.

Berdasarkan data primer yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa sebaran kepemilikan lahan yang diusahakan oleh petani yang menyewa lahan dan petani yang yang menggarap lahan sekitar 1–5 petak. Ukuran petak merupakan ukuran rata-rata sekitar 15m x 90m atau disebut meja kristalisasi, sedangkan untuk petani yang memiliki lahan mempunyai luas tambak yang cukup luas yaitu sekitar 2–4 hektar. Petani yang memiliki lahan sebagian besar juga menyewakan lahanya atau bahkan menggarapkan lahanya kepada petani penggarap dan membayar petai tersebut dengan cara bagi hasil setelah panen garam.

Petani responden di Desa Lembung merupakan petani garam yang hampir setiap tahunnya mengusahakan garam pada musim kemarau, namun hal tersebut tergantung cuaca. Selain itu, mengusahakan garam merupakan pekerjaan utama bagi sebagian besar petani tersebut. Lahan tambak hanya digunakan sebagai lahan usaha garam pada musim kemarau, namun pada saat musim hujan lahan tambak garam hanya diberakan begitu saja hingga memasuki musim kemarau pada periode selanjutnya. Hal ini sangat berbeda dengan petani garam yang berada di daerah lain seperti di Rembang yang memanfaatkan lahan tambak garam pada saat musim penghujan untuk membudidayakan ikan.

Tabel 12 Pengalaman petani dalam mengusahakan garam

Lama Mengusahakan Garam (tahun) Responden (orang)

≤ 5 2

6-10 7

11-15 15

≥16 21

34

Tabel 12 memperlihatkan bahwa petani responden yang memiliki pengalaman kurang dari 5 tahun ada sebanyak 2 orang. Petani lainnya yang memiliki pengalaman 6–10 tahun dalam mengusahakan garam sebanyak 7 orang, responden yang berpengalaman 11–15 tahun sebanyak 15 orang, dan petani yang memiliki pengalaman lebih dari 16 tahun sebanyak 21 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar petani responden telah memiliki pengalaman yang lama dalam mengusahakan garam terutama dalam menggunakan metode maduris.

Gambaran Umum Usahatani Garam Rakyat

Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Maudra yang memiliki komoditi unggulan garam. Hampir semua daerah pesisir selatan Kabupaten Pamekasan merupakan daerah sentra penghasil garam khsususnya Desa Lembung. Selain faktor agroklimat yang mendukung usaha penggaraman di Desa Lembung, juga dari faktor sosial ekonomi yang sebagian besar masyarakat desa tersebut telah membudidayakan garam sejak lama dan menggantungkan hidupnya dari hasil panen usaha garam rakyat tersebut. Terdapat beberapa metode dalam pembuatan garam yaitu metode portugis, maduris dan campuran, namun yang digunakan oleh petani di Desa Lembung adalah metode maduris. Usahatani garam metode maduris yang dilakukan oleh petani di Desa Lembung secara umum terdiri dari tiga tahap, diantarannya sebagai berikut:

1 Tahap Persiapan

Pekerjaan persiapan merupakan seluruh kegiatan yang terdiri dari kegiatan pemeliharaan yang dilakukan sebelum proses produksi pembuatan garam dengan memasukkan air laut dilakukan. Proses produksi garam bahan baku (krosok) dimulai dengan kegiatan dengan memelihara atau memperbaiki tanggul dan saluran-saluran. Selain itu, dilakukan proses pengeringan lahan yang terdiri dari lahan peminihan dan meja kristalisasi. Tahap persiapan ini, umumnya dilakukann saat menjelang musim kemarau, hingga memasuki musim kemarau harus dipastikan lahan tambak sudah kering. Pada umumnya tahap persiapan merupakan tahap yang banyak menggunakan tenaga kerja, namun biasanya digunakan tambahan dua orang penggarap per hektar.

Kegiatan persiapan meja kristalisasi pada musim nomal dengan ukuran 15m x 90 m dan menggunakan satu orang tenaga kerja dapat diselesaikan 1–3 hari. Setiap tenaga kerja diupah per HOK sebesar Rp35 000. Kondisi tanah tambak yang tidak digunakan untuk memelihara ikan selama musim hujan, mengakibatkan persiapan meja kristalisasi tidak membutuhkan waktu yang banyak. Tahap persiapan merupakan tahap yang membutuhkan tenaga kerja serta membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu sekitar 15–20 hari. Lama tidaknya suatu tahap persiapan lahan tergantung pada iklim baik pada saat tahap persiapan dilakukan ataupun iklim tahun sebelumnya serta dipengaruhi oleh banyaknya tenaga kerja yang digunakan pada tahap persiapan lahan.

35 2 Tahap Pembuatan garam

Tahap pembuatan garam dimulai dengan pemasukan air laut merupakan kegiatan lanjutan dari tahap persiapan, dengan memasukkan air laut untk menggenangi areal. Pemasukan air laut tersebut dapat menggunakan mesim pompa atau kincir angin. Namun sebelum dilaksanakan air laut harus dipastikan semua areal baik peminihan maupun meja kristalisasi permukaanya harus benar-benar kering. Kegiatan yang dilakukan sebelum pemasukan air laut ke meja baik peminihan maupun meja kristalisasi adalah pemasukan air laut ke dalam waduk (Bouzem). Pemasukan air laut pada waduk dilakukan lima hari sebelum waktu yang diperkirakan untuk memasukkan air laut pada meja-meja penggaraman. Selama sekitar tiga hari air laut dibiarkan mengalir di waduk, hal ini ditujukan untuk membersihkan air hujan dan kotoran-kotoran. Pada hari ke- 4 air laut di waduk ditahan hingga batas standart.

Pada hari yang telah ditetapkan untuk memasukkan air laut pompa atau kincir angin dijalankan siang-malam untuk mengisi peminihan. Air laut yang dimasukkan ke peminihan harus dipastikan memiliki tingkat konsentrasi sebesar 20 Be (dalam 1 liter terlarut 2 gram NaCl). Pada pemeliharaan air laut di peminihan dibutuhkan waktu 10–15 hari hingga mencapai kondisi tiga hal yaitu volume yang cukup, konsentrasi yang tepat, dan waktu yang tepat. Volume air peminihan khususnya yang dikirim untuk menggantikan air laut yang menguap setiap harinya harus memenuhi kebutuhan meja kristalisasi yang ada. Target tingkat konsentrasi air peminihan yang semula 20 Be diubah dengan menguapkan air laut menjadi 200 Be–240Be. Tingkat konsentrasi air laut tersebut tidak boleh dibawah 200 Be atau di atas 240 Be. Hal ini diakibatkan apabila air laut di peminihan 250 Be maka akan menyebabkan garam menjadi pahit, sedangkan apabila kurang dari 200 Be kualitas garam yang dihasilkan akan banyak mengandung air. Kegiatan untuk menyesuaikan konsentrasi air tua peminihan dengan dialirkaan air muda dengan konsentrasi 20 Be disebut “ngagobak”.

Kegiatan selanjutnya adalah mengalirkan air laut ke meja-meja kristalisasi (lepas air tua). Proses ini dilaksanakan pada siang hari. Konsentrasi air peminihan yang masuk ke meja kristalisasi harus mencapai 250 Be. Selama proses LAT ini bunga garam sudah mulai muncul. Bunga garam hanya akan muncul pada hari pertama LAT jika tidak ada gangguan hujan dan konsentrasi garam mencapai 250 Be. Pemeliharaan meja kristalisasi merupakan kegiatan menjaga ketebalan air pada meja kristalisasi minimal 3 cm dengan konsentrasi minimal 250 Be dan maksimal 290 Be. Pembentukan bunga garam akan terbentuk dari awal LAT hingga semua semuanya berbentuk garam yang mengeras di dasar meja kristal. Proses ini terus menerus berlangsung setiap hari di musim kemarau dengan memerlukan waktu kristal garam 2–10 hari. Bila suatu meja bergaram airnya sudah berkonsentrasi lebih dari 290 Be, maka air tersebut harus dibuang dan diganti dengan air yang berkonsentrasi 240 Be.

3 Tahap pemanenan garam

Proses panen atau pungut garam adalah kegiatan mengumpulkan, mengangkut dan memindahkan kristal garam yang ada di petak meja ke

36

suatu tempat pengeringan. Pada proses panen garam ini yang membedakan metode-metode tersebut. Metode maduris yang digunakan hampir oleh seluruh petani garam Desa Lembung dipungut setelah berumur 7–10 hari setelah meja kristal tersebut LAT. Panen garam maduris adalah memungut semua butir garam yang ada diambil semuanya hingga benar-benar bersih, sehingga garam yang dipungut ada yang tercampur dengan butiran-butiran tanah.

Jumlah meja kristalisasi untuk luasan satu hektar umumnya sekitar 2–4 petak meja yang berukuran 15m x 90m tergantung kondisi lahan. Proses pengaliran air dilakukan secara bertahap tergantung pada proses penguapan yang terjadi pada siang hari. Satu petak meja kristalisasi pada tahap awal musim normal menghasilkan garam antara 1–1.5 ton per hari, yang hari-hari selanjutnya hasil panennya akan terus meningkat yaitu sekitar 4.5–5 ton/hari. Pemanenan garam yang sudah terbentuk di dasar petak dihancurkan dengan menggunakan raca’. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengumpulan garam, kemudian di tumpuk di pinggir tanggul meja kristalisasi. Garam yang sudah terkumpul kemudian dijemur untuk mengeringkan garam yang baru di panen, sedangkan meja kristalisasi yang sudah dipanen dimasukkan ari tua kembali demikian seterusnya hingga musim kemarau selesai.

Pada musim kemarau tahun 2013 petani garam di Desa Lembung hanya mampu berproduksi garam hanya tiga bulan yaitu bulan Agustus, September dan November. Selama tiga bulan tersebut petani di Desa Lembung diperkirakan berproduksi sebesar 12 683.63 ton dengan produktivitas 51.50 ton/ha. Hasil tersebut merupakan rekapitulasi petani garam yang masuk dalam keanggotaan PUGAR (Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat). Rincian biaya usaha garam rakyat di Desa Lembung dalam satu hektar lahan tambak garam dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13 Biaya produksi garam rakyat per hektar selama satu musim garam No Jenis Biaya Volume Satuan Biaya (Rp) Total (Rp)

1. Persiapan lahan

a. Kincir angin 2 unit 1 250 000 2 500 000

b. pompa air 1 unit 5 000 000 5 000 000

c. Alat perata tanah 1 buah 100 000 100 000 2. Pengelolaan

a. Tenaga kerja 1 orang x 6 bulan 35 000 6 300 000 3. Panen

a. Peralatan panen

Pemecah garam 2 buah 25 000 50 000

Pengumpul garam 2 buah 150 000 300 000

Alat angkut 1 unit 150 000 150 000

b. Upah tenaga kerja 12 orang x 8

panen 20 000 1 920 000

c. Konsumsi tenaga kerja 12

orang x 8 panen 30 000 750 000

Total Biaya 17 070 000

Sumber: Dinas Perikanan dan kelautan Kabupaten Pamekasan (diolah) 2014

Pada tabel di atas ditunjukkan bahwa biaya pengelolaan apabila menggunakan tenaga kerja 1 orang dengan asumsi musim kemarau berjalan

37 selama 6 bulan. Tahap pengelolaan tersebut juga termasuk dalam tahap persiapan lahan tambak garam. Sebagian besar petani garam di Desa Lembung menggunakan tenaga kerja di luar keluarga hanya pada tahap persiapan dan pemanenan garam. Jumlah biaya produksi garam pada luas lahan 1 hektar sebesar Rp17 070 000.

Dokumen terkait