• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan ini dipilih karena dianggap mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci berkaitan dengan suatu peristiwa atau gejala sosial yang dalam hal ini mengenai efisiensi sistem tataniaga garam rakyat. Data primer dikumpulkan dari wawacara petani responden, pedagang pengumpul, pabrik, pengecer dan konsumen akhir. Data Sekunder yang berkaitan dengan topik penelitian didapatkan melalui studi dokumen yang relevan dengan fokus penelitian yang digunakan sebagai data tambahan untuk memperkaya substansi penulisan hasil penelitian.

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di wilayah Pamekasan yaitu Desa Lembung, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan karena daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi garam rakyat terbesar di Kabupaten Pamekasan. Selain itu, Desa Lembung merupakan daerah yang ditargetkan oleh dinas perikanan dan kelautan Kabupaten Pamekasan untuk dijadikan sebagai kawasan minapolitan khususnya swasembada garam konsumsi. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus–Februari 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung ke lokasi penelitian serta melalui pembagian daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah di siapkan dengan teknik wawancara langsung dari petani hingga ke konsumen akhir. Pertanyaan yang diajukan kepada responden berupa pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup yang diajukan berupa pertanyaan yang telah disediakan jawabannya sedangkan pertanyaan terbuka berupa pertanyaan yang tidak disediakan jawaban.

Data sekunder dikumpulkan dari beberapa sumber seperti Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Republik Indonesia, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Dinas Perikanan Kabupaten Pamekasan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pamekasan, Perpustakaan LSI IPB, serta literatur-literatur dan sumber-sumber lain yang terkait dengan judul penelitian. Data sekunder tersebut digunakan sebagai pendukung data primer serta sekaligus sebagai rujukan khusus pada beberapa hal untuk melengkapi data primer.

Metode Pengumpulan Data dan Pengambilan Sampel

Pengumpulan data dalam penelitian tataniaga garam rakyat ini dikumpulkan berdasarkan variabel-variabel peneltian tataniaga. Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung (observasi dan wawancara secara langsung) kepada responden yang menjadi responden dalam

25 penelitian ini yaitu petani serta lembaga-lembaga tataniaga dalam sistem tataniaga garam rakyat. Wawancara secara langsung tersebut dipandu dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang sebelumnya telah disiapkan. Data primer yang dikumpulkan melalui wawancara adalah deskripsi petani serta data penjualan garam di tingkat petani pada musim garam, Bulan Agustus–Februari 2014. Selain data di tingkat petani, metode wawancara juga digunakan untuk memperoleh data mengenai deskripsi, kegiatan pembelian serta kegiatan penjualan yang dilakukan masing-masing lembaga pada periode yang sama. Data yang didapatkan tersebut digunakan untuk menghitung marjin tataniaga, farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya. Data primer yang dikumpulkan melalui pengamatan (observasi) adalah informasi mengenai fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani dan lembaga tataniaga untuk mengetahui lembaga, fungsi, saluran dan struktur pasar pada tataniaga garam rakyat di Desa Lembung.

Penentuan responden petani dilakukan secara purposive dengan mendatangi gudang-gudang garam petani yang didampingi oleh aparatur Desa Lembung. Responden petani yang digunakan sebagai sampel adalah sejumlah 45 orang petani garam Desa Lembung. Responden tersebut terdiri dari sebanyak 40 orang petani murni, 4 orang bertindak sebagai petani sekaligus pedagang pengumpul dan 1 orang lainnya merupakan petani yang merangkap beberapa peran yaitu sebagai pedagang pengumpul dan pabrik garam. Jumlah tersebut dianggap telah representatif untuk dapat mewakili keragaman saluran tataniaga garam rakyat yang terdapat di Desa Lembung. Sementara itu, penentuan responden pedagang dilakukan menggunakan metode snowball sampling, dengan informasi responden pedagang diperoleh dari informasi yang didapatkan pada responden sebelumnya yaitu petani garam yang mamasok garam rakyat. Metode ini terus digunakan untuk menelusuri saluran tataniaga garam rakyat dari petani hingga ke konsumen akhir. Jumlah responden lembaga tataniaga yang diwawancarai sebanyak dua orang pedagang pengumpul, empat orang petani- pengumpul dan satu orang petani-pengumpul pemilik UPG, dua pabrik garam, empat agen serta lima orang pedagang pengecer.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Proses analisis data kualitatif menggambarkan secara deskriptif yang terdiri dari saluran tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga serta struktur dan perilaku pasar. Data mengenai fungsi, lembaga, saluran serta struktur pasar yang didapatkan diidentifikasi dan disajikan dalam bentuk perbandingan deskriptif untuk masing-masing saluran tataniaga garam rakyat. Analisis data kuantitatif dipergunakan untuk menganalisis besaran marjin tataniaga, farmers’s share dan rasio keuntungan biaya. Alat analisis data kuantitatif yang digunakan berupa kalkulator, program komputer microsoft Excel serta sistem tabulasi data. Data kuantitatif yang telah diolah tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan analisis.

Analisis Saluran Tataniaga

Saluran tataniaga merupakan suatu alur distribusi dari suatu komoditi yang di dalamnya terdapat lembaga-lembaga tataniaga dari petani hingga konsumen

26

akhir. Secara operasional pengamatan saluran tataniaga garam rakyat Desa Lembung dilakukan dengan mengamati dan sekaligus mengikuti alur distribusi garam mulai dari petani hingga konsumen akhir. Penentuan titik awal saluran tataniaga ditentukan dari tingkat petani yang telah dijadikan responden, kemudian mengikuti alur distribusi garam ke berbagai lembaga tataniaga hingga ke konsumen akhir. Terakhir akan ditemukan saluran tataniaga yang sekaligus akan diketahui berapa persentase petani yang menyalurkan produknya pada masing- masing saluran tataniaga. Pada penelusuran tersebut umumnya hanya akan ada beberapa saluran tataniaga. Hal ini dikarenakan perbandingan jumlah yang jauh berbeda antara petani dan lembaga tataniaga. Jumlah petani sangat banyak sedangkan pedagang pengumpul dan lembaga-lembaga lainnya sedikit. Adanya perbedaan pembagian pendapatan maupun margin pemasaran yang dialami oleh masing-masing lembaga tataniaga diakibatkan adanya perbedaan pada saluran tataniaga yang dilaluinya. Pada umumnya saluran tataniaga komoditas pertanian panjang dan cenderung tidak efisien. Namun panjangnya saluran tidak menentukan apakah saluran tersebut tidak efisien. Saluran tataniaga yang panjang apabila didalamnya terlibat lembaga dan fungsi tataniaga yang memang dibutuhkan untuk meningkatkan nilai tambah suatu komoditi dapat dikatakan saluran tersebut relatif efisien. Jalur tataniaga tersebut akan menggambarkan peta saluran tataniaga.

Analisis Lembaga dan Fungsi Tataniaga

Analisis lembaga tataniaga digunakan untuk mengidentifikasi lembaga- lembaga tataniaga yang melakukan fungsi-fungsi tataniaga. Selain itu, analisis ini bertujuan untuk mengevaluasi biaya tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga sehingga dapat diketahui perbandingan biaya serta hubungan diantara lembaga tataniaga. Lembaga-lembaga tersebut melakukan pengangkutan barang di tingkat petani hingga tingkat konsumen, juga berfungsi sebagai sumber informasi.

Analisis fungsi-fungsi tataniaga dilakukan berdasarkan fungsi pokok yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga yang berada dalam suatu saluran tataniaga garam rakyat. Penentuan lembaga dan fungsi yang dilakukan oleh lembaga tataniaga garam rakyat diamati melalui penelusuran saluran tataniaga. Setelah itu menganalisis fungsi tataniaga yang diterapkan oleh masing-masing lembaga tataniaga yang terdapat pada saluran tersebut. Masing-masing lembaga tataniaga garam rakyat mulai dari petani hingga konsumen akhir akan dianalisis mengenai fungsi tataniaga yang telah dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah garam rakyat. Terdapat tiga fungsi tataniaga yang umumnya dilakukann oleh lembaga tataniaga yaitu fungsi fisik, fasilitas, dan pertukaran. Fungsi pertukaran meliputi kegiatan penjualan dan pembelian. Fungsi fisik meliputi kegiatan penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan. Fungsi fasilitas meliputi kegiatan standarisasi dan grading, penangungan risiko, pembiayaan serta informasi pasar. Analisis Struktur dan Perilaku Pasar

Analisis struktur pasar dilakukan untuk mengidentifikasi struktur pasar apa yang terdapat dari kondisi tataniaga di Desa Lembung, apakah mendekati persaingan sempurna atau persaingan tidak sempurna. Struktur pasar dapat diketahui melalui jumlah pembeli dan penjual yang terlibat, heterogenitas produk

27 yang dipasarkan, kondisi atau keadaan produk, mudah tidaknya keluar masuk pasar serta informasi pasar. Struktur pasar dapat dibagi berdasarkan dilihat pada sisi penjual dan pembeli.

Analisis perilaku pasar merupakan pengamatan yang bertujuan untuk melihat bagaimana lembaga-lembaga tataniaga dapat menyesuaikan diri dengan situasi pembelian dan penjualan yang terjadi. Analisis ini dilakukan dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga serta kerjasama diantara lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga garam rakyat di Desa Lembung. Setelah itu akan ditentukan struktur pasar yang dihadapi oleh masing-masing lembaga tataniaga garam rakyat. Analisis Margin Tataniaga

Efisiensi operasional suatu sistem atau saluran tataniaga dapat dilihat dari tingkat marjin tataniaga, farmer’s share serta rasio terhadap keuntungan dan biaya. Analisis marjin tataniaga dapat dihitung dengan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap lembaga tataniaga sehingga dapat diketahui biaya tataniaga dan keuntungan tataniaga pada masing-masing lembaga tataniaga. Besarnya marjin tataniaga dipengaruhi oleh panjang tidaknya saluran tataniaga tersebut. Selain itu, sebagai ukuran efisiensi tataniaga beberapa indikator yang dapat dipakai dan cara perhitungan dari Marjin pemasaran Total (MT), marjin tingkat lembaga tertentu (i=1,2, ...) yaitu Mi sehingga secara matematik akan diperoleh perhitungan sebagai berikut (Asmarantaka, 2012) ;

MT = Pr – Pf ... (1) MT = Ci + ��... (2) Dengan demikian diperoleh:

Pr – Pf = Ci + ��

Maka besarnya marjin tataniaga dengan menggunakan (1) dan (2) adalah sebagai berikut:

MT = sigma Mi

Dengan demikian margin pada tingkat pemasaran ke-i adalah Mi = Pji – Pbi

Keterangan :

MT : Margin Total

Pr : Harga di tingkat retail (tingkat konsumen akhir) Pf : Harga di tingkat petani produsen

Ci : Biaya tataniga pada lembaga tataniaga ke-i

πi : Keuntungan lembaga tataniaga akibat adanya sistem tataniaga Mi : Margin tataniaga di tingkat pemasaran ke-i, yang i = 1,2,..., n Pji : Harga penjualan untuk lembaga tataniaga ke-i

Pbi : Harga pembelian untuk lembaga pemasaran ke-i

Secara operasional analisis mengenai marjin tataniaga dianalisis bersamaan dengan penelusuran saluran tataniaga, sehingga diperoleh harga pembelian dan harga penjualan pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat dalam suatu saluran. Titik awal perolehan nilai suatu marjin tataniaga diperoleh pada tingkat petani. Hal ini disebabkan pada tingkat petani, petani melakukan berbegai fungsi tataniaga sehingga diasumsikan harga beli di tingkat

28

petani didekati dari biaya produksi.. Data mengenai harga tersebut sebelumnya dirata-ratakan untuk masing-masing lembaga tataniaga, sehingga diperoleh harga jual dan harga beli rata-rata pada setiap lembaga. Setelah itu dilakukan perhitungan marjin tataniaga pada masing-masing lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul, pabrik, agen, ritel dengan mengurangkan harga jual pada suatu lembaga tataniaga dengan harga beli dari lembaga tataniaga sebelumnya. Pada akhirnya marjin yang diperoleh pada masing-masing lembaga tataniaga tersebut dan terdapat pada saluran yang sama dijumlahkan, sehingga diperoleh marjin total dari setiap saluran tataniaga garam rakyat. Marjin total dari setiap saluran tataniaga dapat digunakan sebagai alah satu indikator untuk menentukan efisiensi operasional dari sistem tataniaga. Marjin total berhubungan positif dengan panjangnya suatu saluran tataniaga, dengan semakin panjang saluran tataniaga suatu komoditi maka akan semakin besar nilai marjin total suatu saluran tersebut begitu juga sebaliknya.

Analisis Farmer’s Share

Farmer’s Share merupakan indikator lain yang digunakan untuk menentukan efisiensi operasional tataniaga suatu komoditas. Farmer’s share digunakan untuk membandingkan harga yang dibayar konsumen terhadap harga produk yang diterima petani (Limbong dan Sitorus, 1987). Besarnya nilai bagian petani dipengaruhi oleh tingkat pengolahan, keawetan produk, ukuran produk, jumlah produk dan biaya produksi. Farmer’s share dapat dihitung berdasarkan rumus :

Farmer’s Share = Pf/Pr ×100% Keterangan : Pf = harga di tingkat petani

Pr = harga yang dibayarkan konsumen akhir

Secara operasional perhitungan nilai bagian yang diterima petani juga dapat diperoleh pada saat menelusuri saluran tataniaga dengan menganalisis harga jual dan harga beli pada masing-masing saluran tataniaga. Setelah itu menghitung persentase dengan membandingkan harga jual di tingkat petani (harga yang diterima petani) dengan harga beli di tingkat konsumen (harga yang dibayarkan konsumen akhir), sehingga didapatkan nilai farmer’s share pada masing-masing saluran tataniaga.

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Rasio Keuntungan dan Biaya pemasaran merupakan besarnya yang diterima lembaga pemasaran sebagai imbalan atas biaya pemasaran yang dikeluarkan (Limbong dan Sitorus, 1987). Rasio keuntungan dan biaya pemasaran setiap lembaga tataniaga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Rasio Keuntungan dan Biaya = π/c π = keuntungan lembaga pemasaran C = biaya pemasaran

29 Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional pada penelitian ini digunakan untuk membatasi ruang lingkup penelitian yang dilakukan. Selain itu, definisi operasional ini digunakan unntuk menjelaskan setiap variabel penelitian yang akan diidentifikasi dalam penelitian.

1 Tataniaga garam rakyat merupakan semua kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak langsung oleh berbagai pihak yang terkait dalam penyaluran garam rakyat mulai dari petani di Desa Lembung kepada konsumen akhir pada Bulan Agustus–Februari 2013 yang melibatkan lembaga beserta fiungsi tataniaga yang dilakukannya.

2 Garam rakyat merupakan komoditas mineral kelautan yang diproduksi oleh petani. Pada umumnya petani memproduksi garam rakyat dengan menggunakan metode Maduris. Garam rakyat yang diperdagangkan merupakan garam bahan baku (krosok) yang menjadi bahan baku dalam proses pengolahan oleh pabrik garam.

3 Lembaga tataniaga merupakan berbagai pihak yang terlibat dalam penyaluran tataniaga garam rakyat seperti petani, petani-pengumpul, petani-pengumpul- pemilik UPG, perantara pabrik (bandul), pabrik garam, agen, dan pedagang pengecer.

4 Harga garam rakyat di tingkat petani dibedakan menurut kualitasnya yaitu KI, KII dan KIII. Masing-masing harga jual petani didapatkan dengan harga rata- rata untuk semua kualitas yang dihasilkan dari sebanyak 40 petani murni dan 4 orang petani pengumpul dan 1 petani-pengumpul-pemilik UPG di Desa Lembung. Harga garam rakyat pada setiap saluran yang akan terbentuk dikonversi ke dalam satuan Rp per kg selama musim panen Bulan November 2013.

5 Harga garam rakyat pada tingkat pabrik garam akan berubah menjadi satu harga yaitu garam kemasan beryodium. Namun perhitungan mengenai harga pada masing-masing kualitas didasarkan pada perbedaan biaya penyusutan. 6 Biaya tataniaga adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga

tataniaga dalam menyalurkan dan meningkatkan nilai tambah garam rakyat. Biaya tataniaga tersebut dihitung dalam satuan (Rp/Kg).

7 Keuntungan merupakan imbalan yang didapatkan oleh masing-masing lembaga sebagai balas jasa atas fungsi-fungsi tataniaga dan sejumlah biaya tataniaga yang telah dikeluarkan. Keuntungan dalam penelitian ini telah dikonversi ke dalam rata-rata Rp per kg selama musim panen Bulan November 2013.

8 Marjin tataniaga merupakan selisih harga yang diterima antara harga yang diterima suatu lembaga dengan harga yang dibayarkan oleh lembaga tersebut. Marjin total diperoleh dengan menjumlahkan marjin untuk seluruh lembaga yang terlibat dalam suatu saluran tataniaga. Selain itu, marjin diperoleh berdasarkan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam melakukan proses penyaluran garam rakyat dengan keuntungan yang diperoleh selama melakukan kegiatan tersebut. Marjin tataniaga tersebut dalam satuan (Rp/kg).

30

Dokumen terkait