• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

Profil Kelurahan Pulau Panggang Kondisi Geografis

Kepulauan seribu merupakan sebuah kabupaten administrasi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta Indonesia. Kepulauan Seribu terletak pada lokasi geografis 5°23’ - 5°40’ LS, 106°25’ - 106°37’ BT sebelah utara Jakarta. Kepulauan Seribu terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil yang terbentang terbentang dari Teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas Kepulauan Seribu sekitar 108 000 Ha dengan luas lautan 6 997.50 km2 dan luas daratan 875.88 Ha. Pulau-pulau kecil yang terdapat di Kepulauan Seribu sejumlah sekitar 110 pulau. Pulau-pulau tersebut banyak dimanfaatkan untuk beragam hal diantaranya, 11 pulau menjadi pemukiman, 9 pulau menjadi tempat wisata, 36 pulau menjadi wisata lainnya, 2 pulau menjadi cagar alam, 4 pulau menjadi cagar budaya, sedangkan pulau lainnya dimanfaatkan sebagai tempat penghijauan.

Kepulauan Seribu menjadi Kabupaten sejak Undang-Undang No.34 Tahun 1999 Tanggal 31 Agustus 1999 tentang Peningkatan Status menjadi Kabupaten dan PP. Nomor 55 tahun 2001 ditetapkan. Kabupaten Kepulauan Seribu terdiri dari dua kecamatan dan enam kelurahan. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara terdiri dari 81 pulau dengan tiga kelurahan. Tiga kelurahan dan pulau yang dijadikan pemukiman di Kcamatan Kepulauan Seribu Utara meliputi:

1. Kelurahan Pulau Panggang, terdiri dari Pulau Panggang dan Pulau Pramuka,

2. Kelurahan Pulau Kelapa, terdiri dari Pulau Kelapa dan Pulau Kelapa Dua, 3. Kelurahan Pulau Harapan, terdiri dari Pulau Harapan dan Pulau Sebira. data luas wilayah masing-masing kelurahan yang ada di Kecamatan Kepulauan Seribu disajikan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2 Jumlah dan persentase luas wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Tahun 2010

No Kelurahan Luas wilayah (Ha) Persentase (%)

1. Pulau Panggang 62.10 11.22

2. Pulau Kelapa 246.19 44.49

3. Pulau Harapan 244.72 44.22

Jumlah luas wilayah 553.41 100.00

Jumlah luas wilayah Keacamatan Kepulauan Seribu Utara adalah 553.41 Hektar. Kelurahan Pulau Kelapa merupakan kelurahan terluas dari antara dua kelurahan lainnya dengan luas sebesar 246.19 Ha atau 44.49 persen. Kelurahan Pulau Panggang hanya memiliki luas sebesar 62.10 Ha atau 11.22 persen dari seluruh luas wilyah, sedangkan Kelurahan Pulau Harapan memiliki luas wilayah sebesar 244.72 Ha atau sebesar 44.22 persen dari seluruh luas wilayah kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan terdiri dari 25 pulau dengan tiga kelurahan. Tiga kelurahan tersebut meliputi:

1. Kelurahan Pulau Tidung, terdiri dari Pulau Tidung dan Pulau Payung, 2. Kelurahan Pulau Pari, terdiri dari Pulau Pari dan Pulau Lancang, 3. Kelurahan Pulau Untung Jawa, terdiri dari Pulau Untung Jawa.

data luas wilayah di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan disajikan pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3 Jumlah dan persentase luas wilayah berdasarkan kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Tahun 2010

No Kelurahan Luas wilayah (Ha) Persentase (%)

1. Pulau Tidung 106.70 35.14

2. Pulau Pari 94.97 31.27

3. Pulau Untung Jawa 102.00 33.59

Jumlah luas wilayah 303.67 100.00

Berdasarkan Tabel 3, kelurahan Pulau Tidung merupakan kelurahan terluas dari antara tiga kelurahan lain di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan tersebut. Luas wilayah Kelurahan Pulau Tidung adalah sebesar 106.70 Ha atau 35.59 persen dari seluruh luas wilayah. Kelurahan dengan luas wilayah terkecil adalah Kelurahan Pulau Pari dengan luas wilayah sebesar 94.97 Hektar atau 31.27 persen dari jumlah luas wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Pulau Untung Jawa memliki luas wilayah sebesar 102 Ha dengan persentase sebesar 33.59 persen dari seluruh luas wilayah kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Luas wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu utara (lihat Tabel 2) lebih besar dibanding luas wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu.

Kelurahan Pulau Panggang memiliki terdiri dari 12 pulau yang memiliki beberapa fungsi yang berbeda-beda. Dua belas pulau tersebut adalah Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Karya, Pulau Peniki, Pulau Karang Bongkok, Pulau Karang Congkak, Pulau Kotok Besar, Pulau Air Besar, Pulau Gosong Sekati, Pulau Semak Daun, Pulau Opak Kecil, dan Pulau Kotok Kecil. Pulau Kotok Besar merupakan pulau paling luas diantara 12 pulau lainnya dengan luas 20.76 Ha atau 33.43 persen dari seluruh jumlah luas pulau di Kelurahan Pulau Panggang. Pulau dengan luas terkecil diantara pulau lainnya adalah Pulau Gosong Sekati dengan luas wilayah sebesar 0.20 Ha atau 0.32 persen dari seluruh luas wilayah darat di Kelurahan Pulau Panggang. Pulau Panggang dan Pulau Pramuka dijadikan sebagai pemukiman, Pulau Karya sebagai perkantoran/tempat pemakaman umum, Pulau Peniki sebagai tempat navigasi. Pulau Karang Bongkok, Pulau Karang Congkak, Pulau Air Besar, Pulau Gosong Sekati, Pulau Gosong Pandan, dan Pulau Opak Kecil dijadikan tempat peristirahatan nelayan. Pulau Kotok Besar dijadikan sebagai tempat pariwisata, dan Pulau Semak Daun dan Pulau Kotok kecil dijadikan sebagai PHU.

Pulau Air Besar memiliki sumber mata air tawar, sehingga beberapa masyarakat Pulau Panggang mengambil air tawar dari Pulau Air untuk kebutuhan sehari-hari. Nama dan luas wilayah pulau yang ada di Kelurahan Pulau Panggang disajikan pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4 Jumlah dan persentase luas pulau di Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2010

Luas Wilayah

No Pulau Jumlah (Ha) Persentase (%) Keterangan

1. Panggang 9.00 14.49 Pemukiman

2. Pramuka 16.00 25.76 Pemukiman

3. Karya 6.00 9.66 Perkantoran/TPU

4. Peniki 3.00 4.83 Navigasi

5. Karang Bongkok 0.50 0.81 Peristirahatan 6. Karang Congkak 0.60 0.97 Peristirahatan

7. Kotok Besar 20.76 33.43 Pariwisata

8. Air Besar 2.90 4.70 Peristirahatan

9. Gosong Sekati 0.20 0.32 Peristirahatan

10. Semak Daun 0.75 1.20 PHU

11. Gosong Pandan 0.20 0.32 Peristirahatan

12. Opak Kecil 1.16 1.87 Peristirahatan

13. Kotok Kecil 1.30 2.09 PHU

Jumlah luas wilayah 62.10 100.00

Data terakhir menunjukkan bahwa luas Pulau Panggang bertambah sebesar 2 Hektar sehingga luas Pulau Panggang menjadi sebesar 12 Hektar. Penambahan luas daratan ini terjadi karena warga Pulau Panggang menimbun daerah dangkal di tepi daratan dengan batu karang atau biasa disebut batu daging oleh masyarakat Pulau Panggang. Penimbunan ini dilakukan agar warga dapat membangun rumah untuk dihuni. Pulau Panggang berbatasan langsung dengan:

1. Sebelah utara : 05’41’41”LS-05’41” LS 2. Sebelah selatan : 106’44’50” BT

3. Sebelah barat : 106’19’30” BT

4. Sebelah timur : 05’47’00” LD-05’45’14” LS

Pulau-pulau yang dijadikan pemukiman penduduk ini juga dijadikan sebagai tempat pariwisata bagi wisatawan domestik maupun asing. Pulau Pramuka merupakan salah satu gugus pulau di Kepulauan Seribu yang menjadi tujuan kunjungan wisatawan domestik maupun asing. Jumlah wisatawan tercatat dari tahun 2010 sampai tahun 2013 di BPS (2013) adalah 123 120 orang. Pulau Panggang adalah pulau yang terletak tidak jauh dari Pulau Pramuka. Waktu tempuh dari Pulau Pramuka menuju Pulau Panggang hanya sekitar 8 menit. Alat transportasi yang biasa digunakan untuk mencapai Pulau Pramuka dari Pulau Panggang dan sebaliknya adalah ojek kapal.

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Jumlah penduduk di Kepulauan Seribu Utara pada Tahun 2010 tercatat sebanyak 12 749 orang. Kelurahan Pulau Kelapa memiliki jumlah penduduk laki- laki maupun perempuan tertinggi dari antara Kelurahan Pulau Panggang dan Kelurahan Pulau Panggang. Jumlah penduduk laki-laki di Kelurahan Pulau

Kelapa mencapai 2 822 orang, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 2 736 oang. Kelurahan Pulau Panggang memiliki komposisi penduduk laki-laki yang lebih banyak dari pada perempuan. Tercatat sebanyak 2 613 orang laki-laki dan 2 510 orang perempuan. Penduduk laki-laki juga lebih banyak dari pada jumlah perempuan di Kelurahan Pulau Panggang. Penduduk laki-laki berjumlah 1 074 orang, sedangkan penduduk perempuan berjumlah sebanyak 996 orang. Data jumlah penduduk di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara disajikan pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Tahun 2010

No Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Laki-laki 2 051 2 097 48.81 50.77

2. Perempuan 1 283 1 175 30.53 28.45

Jumlah Penduduk 4 202 4 130 100.00 100.00

Jumlah penduduk di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan terdapat sebanyak 8 332 orang. Jumlah penduduk laki-laki terdapat sebanyak 4 202 orang, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 4 130 orang. Kelurahan Pulau Tidung memiliki jumlah penduduk yang paling banyak dari antara Kelurahan Pulau Pari dan Kelurahan Pulau Untung Jawa. Penduduk berjenis kelamin laki-laki di Kelurahan Pulau Tidung terdapat sebanyak 2 051 orang, sedangkan penduduk perempuan terdapat sebanyak 2 097 orang. Kelurahan Pulau Pari terdiri dari 1 283 orang penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 1 175 orang penduduk perempuan. Kelurahan Pulau Untung Jawa terdiri dari 868 orang penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 858 orang penduduk berjenis kelamin perempuan. Data jumlah penduduk di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan disajikan pada Tabel 6 berikut: Tabel 6 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Kepulauan

Seribu Selatan Tahun 2010 No Kelurahan

Jenis Kelamin

Jumlah (orang) Persentase (%) Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1. Pulau Tidung 2 051 2 097 48.81 50.77

2. Pulau Pari 1 283 1 175 30.53 28.45

3. Pulau Untung Jawa 868 858 20.66 20.77

Jumlah Penduduk 4 202 4 130 100.00 100.00

Tabel 7 berikut ini menjelaskan jumlah persentase penduduk laki-laki dan perempuan pada kelurahan yang ada di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Penduduk laki-laki di Pulau Kelapa adalah jumlah terbanyak dari dari semua kelurahan, yaitu sebesar 2 822 orang atau sebesar 43.39 persen dari seluruh jumlah penduduk laki-laki di Kepulauan Seribu Utara. Jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara juga merupakan jumlah terbanyak dari tiga kelurahan yang telah disebutkan, yaitu sebesar 2 736 orang atau sebesar 43.81 persen dari seluruh penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki maupun perempuan di Kelurahan Pulau Harapan merupakan jumlah paling sedikit dibanding dua kelurahan lainnya. Jumlah penduduk laki-laki di Kelurahan Pulau Harapan adalah sebanyak 1 074 orang atau sebesar 16.51 persen, sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah sebanyak 996 orang atau sebesar 15.95 persen dari seluruh jumlah penduduk perempuan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk laki-laki dan perempuan berdasarkan kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Tahun 2010

No Kelurahan

Jenis Kelamin

Jumlah (orang) Persentase (%) Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1. Pulau Panggang 2 613 2 510 40.18 40.19

2. Pulau Kelapa 2 822 2 736 43.39 43.81

3. Pulau Harapan 1 074 996 16.51 15.95

Jumlah Penduduk 6 504 6 245 100.00 100.00

Penduduk Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari berbagai jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan dengan mayoritas penduduk adalah pekerjaan sebagai nelayan. Data jenis pekerjaan penduduk di Kelurahan Pulau Panggang disajikan pada Tabel 8 berikut:

Tabel 8 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2011

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1. Karyawan Swasta/ pemerintahan/ABRI 384 16.52

2. Pedagang 114 4.91 3. Nelayan 1 722 74.09 4. Pesiunan 24 1.03 5. Pertukangan 22 0.95 6. Lain-lain 58 2.50 Jumlah 2 324 100.00

Tercatat pada tahun 2011 terdapat penduduk yang bekerja sebanyak 2 324 orang. Tabel menunjukkan bahwa sebanyak 1 722 orang penduduk bekerja sebagai nelayan atau sebesar 74.09 persen. Penduduk yang bekerja sebagai Karyawan swasta, pemerintahan, dan ABRI berjumlah 384 orang. Penduduk dengan pekerjaan sebagai pedagang berjumlah 114 orang. Penduduk dengan

status pendiun terdapat sebanyak 24 orang, sedangkan penduduk dengan pekerjaan pertukangan terdapat sebanyak 22 orang. Penduduk dengan pekerjaan yang tidak terdeskripsi sebanyak 58 orang.

Agama yang dianut penduduk Pulau Panggang hanya terdiri dari 2 agama saja, yaitu Agama Islam dan Kristen. Mayoritas penduduk Pulau Panggang menganut Agama Islam sebanyak 4 128 orang atau sebesar 99.88 persen dari seluruh jumlah penduduk, sedangkan penduduk yang menganut Agama Kristen hanya sebanyak 5 orang atau sebesar 0.12 persen dari seluruh total penduduk Pulau Panggang. Data agama yang dianut penduduk Pulau Panggang dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9 Jumlah dan persentase penduduk Pulau Panggang menurut agama Tahun 2013

No Agama Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Islam 4 128 99.88

2. Kristen 5 0.12

Jumlah 4 133 100.00

Kondisi Fisik

Pulau Panggang dan Pulau Pramuka telah dilengkapi dengan sarana yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Data sarana yang terdapat di Pulau Panggang disajikan pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10 Jumlah dan persentase sarana di Pulau Panggang Tahun 2011

No. Sarana Jumlah Persentase

1. Kantor kelurahan 1 3.13

2. Gedung karang taruna 1 3.13

3. Puskesmas 1 3.13 4. Pos polisi 1 3.13 5. Koperasi 2 6.25 6. Sekolah SD 2 6.25 7. Sekolah MI 2 6.25 8. Sekolah TK 2 6.25 9. TK PAUD 1 3.13

10. Penyulingan air bersih 2 6.25

11. TPI (Tempat Penampungan Ikan) 1 3.13

12. WC terapung 7 21.88

13. Rumah revitalisasi 9 28.13

Total 32 100.00

Sarana yang terdapat di Pulau Panggang berjumlah 32 sarana. Rumah revitalisasi menjadi bangunan dengan jumlah terbanyak dari semua sarana di Pulau Panggang. Sarana bangunan sekolah yang ada hanya sekolah SD, MI, TK, dan PAUD, sedangkan di Pulau Pramuka terdapat sekolah dengan berbagai

jenjang pendidikan mulai dari PAUD atau TK hingga SMA. Sehingga masyarakat Pulau Panggang harus menyebrang ke Pulau Pramuka untuk mendapatkan pendidikan formal jenjang SMP dan SMA. Selain sarana pendidikan, Pulau Panggang juga telah dilengkapi dengan sarana penunjang kesehatan, yaitu Puskesmas. Puskesmas di Pulau Panggang memiliki tenaga kerja dokter sebanyak 2 orang dan 1 orang bidan.

Sarana penyulingan air bersih dengan teknologi Reverse Osmosis (RO)

dibangun untuk menyediakan air tawar yang bersih bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Air sumur yang terdapat di Pulau Panggang maupun Pulau Pramuka tergolong air payau dengan rasa asin. Penyulingan air bersih di Pulau Pramuka telah dibangun sebanyak 2 bangunan.

Perkantoran yang terdapat di Pulau Pramuka meliputi Kantor Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Kantor Taman Nasional, Kantor Sudin Perikanan, Kantor Departemen Agama, Kantor Badan Pusat Statistik, dan pos giro. Pulau Pramuka telah dilengkapi dengan rumah sakit. Masyarakat dapat berkumpul untuk melakukan kegiatan masyarakat umum di gedung balai dan gedung serba guna. Akses keuangan bagi masyarakat semakin mudah dengan adanya Bank DKI. Bank DKI telah dilengkapi dengan ATM, sehingga masyarakat maupun wisatawan bisa mengambil uang kapan saja.

Budaya dan Sejarah

Kepulauan Seribu telah dihuni penduduk sejak jaman penjajahan Belanda. Pulau Pramuka awalnya bernama Pulau Elang karena menurut masyarakat terdapat banyak Burung Elang di Pulau Pramuka dulu. Seiring perkembangan jaman, keberadaan Burung Elang semakin berkurang. Sehingga Pulau Elang berganti nama menjadi Pulau Pramuka karena Pulau Pramuka sering dijadikan tempat untuk latihan Pramuka. Namun hingga saat ini masyarakat Kepulauan Seribu masih menyebut Pulau Pramuka dengan sebutan Pulau Elang.

Menurut tokoh masyarakat Pulau Panggang, sejarah nama Pulau Panggang berawal dari kedatangan Bangsa Portugis yang bermaksud menjajah Pulau Panggang dengan menggunakan kapal. Masyarakat meyakini terdapat pelindung Pulau Panggang yang menghalau penglihatan Bangsa Portugis dari Pulau Panggang. Se hingga Bangsa Portugis tidak dapat menemukan Pulau Panggang. Penunjuk arah kapal dipanggang awak kapal karena tidak dapat menemukan Pulau Panggang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tokoh masyarakat, sebagian besar penduduk Pulau Pramuka merpukan pindahan dari Pulau Panggang. Hal ini disebabkan karena Pulau Panggang yang sudah padat. Penduduk Pulau Panggang dan Pulau Pramuka terdiri dari beragam suku. Hal ini akibat dari banyaknya penduduk luar Jakarta yang merantau ke Pulau Panggang dan Pulau Pramuka. Suku yang sering dijumpai di Pulau Panggang dan Pulau Pramuka antara lain Suku Banten, suku yang berasal dari daerah Kalimantan, Suku Betawi, dan Suku Mandailing. Setiap suku membawa ciri khas masing- masing yang membentuk kebiasaan masyarakat. Ciri khas masing-masing suku terutama terlihat pada makanan yang terhidang saat pesta pernikahan. Suku Bugis memperkenalkan kue walo dan kue naga sari, sedangkan Suku Betawi memperkenalkan makanan yang disebut dodol. Selain makanan, setiap suku mempunyai peran dalam membawa tenik menangkap ikan yang hingga saat ini

beberapa teknik masih diterapkan. Suku Banten menerapkan teknik sero untuk menangkap ikan, namun teknik ini tidak ditemukan lagi di Pulau Panggang dan Pulau Pramuka. Suku Bugis membawa teknik jaring payang dan Suku Mandailing membawa teknik jaring bubu.

Karakteristik Responden Penggolongan Responden

Karakteristik nelayan yang ditemukan di lokasi penelitian adalah bersifat heterogen. Sehingga nelayan perlu dibagi menjadi beberapa golongan yang mampu mewakili setiap karakteristik nelayan.

Berdasarkan data yang didapatkan dari informan, nelayan dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu golongan atas, menengah, dan bawah. Golongan atas adalah nelayan yang memiliki perahu, alat-alat tangkap ikan, pekerja, dan hubungan dengan pengepul di Jakarta. Nelayan golongan atas ini dikategorikan telah mampu membuat usaha sendiri dan memperkerjakan orang lain. Golongan menengah dikategorikan sebagai nelayan yang mempunyai perahu dan usaha nelayan secara mandiri. Nelayan golongan menengah menjual hasil tangkapan kepada pengepul ikan di Pulau Panggang atau menjual langsung kepada masyarakat sekitar. Golongan bawah merupakan nelayan yang tidak mempunyai perahu dan ABK (Anak Buah Kapal). Nelayan golongan bawah bekerja pada nelayan golongan atas. Populasi nelayan golongan bawah merupakan jumlah paling besar dari antara dua golongan lainnya. Jumlah populasi dan sampel golongan nelayan disajikan secara ringkas pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11 Jumlah populasi dan sampel berdasarkan golongan nelayan di Pulau Panggang Tahun 2014

No Golongan Nelayan Populasi (orang) Sampel (orang)

1. Atas 34 5

2. Menengah 62 9

3. Bawah 114 16

Jumlah 210 30

Usia

Data yang diperoleh melalui penelitian ini menunjukkan bahwa nelayan di Pulau Panggang terdiri dari beragam usia. Usia nelayan dari masing-masing golongan atas, menengah, dan bawah dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu kelompok umur 20-34 tahun, 35-49 tahun, dan lebih dari 49. Pengelompokkan responden dari masing-masing golongan berdasarkan usia disajikan pada Tabel 12 berikut ini.

Tabel 12 menunjukkan bahwa responden nelayan golongan atas didominasi oleh nelayan dengan kelompok usia lebih dari 49 tahun yaitu sebanyak 60 persen. Responden kelompok usia 35 sampai 49 tahun mendominasi jumlah

responden nelayan golongan menengah sebesar 67 persen sedangkan 63 persen dari nelayan golongan bawah berada pada kelompok usia 20 sampai 34 tahun. Nelayan golongan menengah tidak ada yang berada di kelompok usia 35 sampai 49 tahun.

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut kelompok usia di Pulau Panggang Tahun 2014

No

Kelompok Usia (Tahun)

Golongan Nelayan (Orang)

Jumlah Persentase

Atas Menengah Bawah Atas Menengah Bawah

1. 20-34 1 3 10 20 33 63

2. 35-49 1 6 5 20 67 31

3. >49 3 0 1 60 0 6

Jumlah 5 9 16 100 100 100

Usia tertinggi reponden yang ditemukan pada penelitian ini adalah 58 tahun. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia antara 10 sampai 64 tahun (Rusli, 1995). Berdasarkan pengertian tersebut, seluruh responden pada penelitian ini tergolong pada penduduk usia kerja.

Berdasarkan informasi yang dapat disimpulkan dari responden dari penelitian ini, nelayan memerlukan pengalaman dan modal yang memadai untuk mencapai kedudukan sebagai nelayan golongan atas. Pengalaman dan modal yang memadai dapat diperoleh dalam waktu yang relatif lama. Hal ini menyebabkan kelompok usia lebih dari 49 tahun mendominasi jumlah nelayan golongan atas. Sebagai contoh penuturan responden THR (55 Th) berikut ini.

“saya awalnya itu ikut kerja sama orang lain dulu. Lumayan saya bisa dapat pengalaman. Setelah uang saya cukup, saya beli kapal. Lalu saya ajak orang buat kerjasama.” (THR, 55 tahun)

Berdasarkan penuturan salah satu responden di atas menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa nelayan golongan bawah yang di dominasi oleh kelompok usia 20 sampai 34 tahun dapat menjadi golongan atas. Status Nelayan golongan atas ternyata tidak hanya dapat dicapai melalui usaha sendiri dengan cara bekerja pada orang lain terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat dari pengalaman responden ABD (34 Th), responden ABD mengawali usaha dengan melanjutkan usaha yang telah dibangun oleh keluarga.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang diukur pada penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah diikuti responden. Kategori pendidikan yang diukur terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Seluruh responden pada penelitian ini pernah

mendapatkan pendidikan formal. Data yang dihasilkan dari penelitian ini disajikan pada Tabel 13 berikut:

Tabel 13 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan di Pulau Panggang Tahun 2014

Data di atas menunjukkan bahwa sebanyak 56 persen nelayan golongan menengah mendapat pendidikan hingga SMA. Hasil yang berbeda terlihat dari nelayan golongan atas, responden nelayan golongan atas tidak ada yang mengikuti pendidikan hingga tingkat SMA. Tingkat pendidikan SD mendominasi jumlah responden nelayan golongan atas sebesar 80 persen. responden nelayan. Tingkat pendidikan SMP mendominasi jumlah reponden nelayan golongan bawah sebesar 50 persen.

Berdasarkan informasi yang didapatkan, responden hanya mengikuti pendidikan SD disebabkan karena tidak adanya biaya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan responden tidak melanjutkan sekolah untuk bekerja.

Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan respoden pada penelitian ini diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu jumlah tanggungan sebanyak satu hingga dua orang, jumlah tanggungan sebanyak tiga hingga empat orang, dan jumlah tanggungan sebanyak lebih dari atau sama dengan lima orang. Jumlah tanggungan responden nelayan dari masing-masing golongan disajikan pada Tabel 14 berikut:

Tabel 14 Jumlah dan persentase nelayan berdasarkan jumlah tanggungan nelayan di Pulau Panggang Tahun 2014

No Jumlah Tanggungan

Golongan Nelayan (Orang)

Jumlah Persentase

Atas Menengah Bawah Atas Menengah Bawah

1. 1-2 2 2 6 40 22 38

2. 3-4 3 7 9 60 78 57

3. ≥5 0 0 1 0 0 5

Jumlah 5 9 16 100 100 100

Tabel 14 menunjukkan bahwa sebanyak tiga orang atau 60 persen nelayan golongan atas memiliki tanggungan sebanyak tiga hingga empat orang. Sebaran

Tingkat Pendidikan

Golongan Nelayan

No Jumlah (orang) Persentase (%)

Atas Menengah Bawah Atas Menengah Bawah

1. SD 4 3 7 80 33 44

2. SMP 1 1 8 20 11 50

3. SMA 0 5 1 0 56 6

data antara jumlah tanggungan sebanyak satu hingga dua orang dan tiga hingga empat pada nelayan golongan atas tidak menunjukkan perbedaan yang besar. Sebanyak tujuh orang atau 78 persen responden nelayan golongan menengah memiliki jumlah tanggungan sebanyak tiga hingga empat orang. Responden nelayan golongan atas maupun menengah tidak ada yang memiliki tanggungan sebanyak lebih atau sama dengan lima orang. Responden nelayan golongan bawah dominan memiliki jumlah tanggunan sebanyak lebih dari atau sama dengan lima orang, yaitu sebanyak sembilan orang atau 57 persen dari seluruh jumlah nelayan golongan bawah. Satu orang responden golongan bawah memiliki jumlah tanggungan sebanyak lebih dari atau sama dengan lima orang.

Hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat nelayan ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Turasih (2011) pada masyarakat petani. Hasil penelitian Turasih (2011) menunjukkan bahwa anggota rumah tangga yang menjadi tanggungan petani seringkali dijadikan tenaga kerja dalam aktivitas pertanian. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian supaya biaya hidup anggota rumah tangga dapat terpenuhi. Responden

Dokumen terkait