• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Nafkah Nelayan Di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara, Dki Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Nafkah Nelayan Di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara, Dki Jakarta"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI NAFKAH NELAYAN DI PULAU PANGGANG,

KEPULAUAN SERIBU UTARA, DKI JAKARTA

MARIA MAGDALENA BAGARIANG

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Nafkah Nelayan di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara, DKI Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Maria Magdalena Bagariang

(4)
(5)

Kepulauan Seribu Utara, DKI Jakarta. Dibimbing oleh SOERYO ADIWIBOWO.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, pertama, pengaruh kunjungan wisata terhadap peluang usaha dan peluang bekerja di Kelurahan Pulau Panggang dan, kedua, menganalisis pengaruh kunjungan wisata dimaksud terhadap strategi nafkah nelayan di Kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara, DKI Jakarta. Kelurahan Pulau Panggang terdiri atas Pulau Pramuka dan Pulau Panggang. Seluruh nelayan Kelurahan Pulau Panggang bermukim di Pulau Panggang. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang dikombinasikan dengan pengumpulan data secara kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner terstruktur kepada 30 responden nelayan yang dipilih secara acak dengan memperhatikan strata nelayan golongan atas, menengah, dan bawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, kunjungan wisata ke Kelurahan Pulau Panggang lebih banyak membuka peluang usaha dan bekerja di Pulau Pramuka ketimbang di Pulau Panggang. Sarana dan prasarana pendukung yang lebih baik mengakibatkan kunjungan wisatawan lebih banyak ke Pulau Pramuka ketimbang ke Pulau Panggang. Kedua, namun demikian, hanya sebagian kecil saja nelayan di Pulau Panggang yang memanfaatkan terbukanya peluang usaha dan bekerja di Pulau Pramuka. Ketiga, strategi nafkah nelayan lapisan atas (pemilik perahu) maupun nelayan lapisan bawah di Pulau Panggang relatif tidak dipengaruhi oleh kunjungan wisatawan. Strategi nafkah para nelayan Pulau Panggang lebih banyak dipengaruhi oleh modal alam, fisik, manusia, sosial, dan ekonomi.

Kata kunci: pariwisata, strategi nafkah, nelayan, peluang usaha, peluang bekerja

ABSTRACT

MARIA MAGDALENA BAGARIANG. The Livelihood Strategies of the Fishermen of Panggang Island Village, North Pramuka Islands, Jakarta. Supervised by SOERYO ADIWIBOWO.

The purpose of this study is to analyze, firstly, the effect of tourism to the business and employment opportunities at the Panggang Island; and, secondly, to analyze the effect of tourism to the livelihood strategies of the Panggang Island’s fishermen of North Thousand Islands, Jakarta. The Panggang Island village consists of Pramuka Island and Panggang Island, with fishermen living on the later. This study applied quantitative approach that combined by qualitative data collections. Data are obtained through structured questionnaire interview to 30 respondents randomly selected that take into account the upper, middle, and bottom class of fishermen. The results show that, first, the business and employment opportunity at Pramuka Island is higher than Pulau Panggang Island. Better availability of facilities drive tourists to visit Pramuka Island rather than Panggang Island. Second, however, only a few of the Pulau Panggang’s fishermen use

those kinds of Pramuka Island’s opportunity. Third, the livelihood strategies of the upper

as well as the lower stratum of Panggang Island’s fishermen are not influenced by tourism activities. Their livelihood strategis are more shaped by natural, physical, human, social, and economic assets.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

STRATEGI NAFKAH NELAYAN DI PULAU PANGGANG,

KEPULAUAN SERIBU UTARA, DKI JAKARTA

MARIA MAGDALENA BAGARIANG

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Nafkah Nelayan di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara, DKI Jakarta” dengan lancar dan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena doa dan dukungan dari berbagai pihak di dalam proses penulisan skripsi ini. Maka Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Soeryo Adiwibowo MS sebagai Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan waktu pada penulis dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA, Bapak Ir Fredian Tonny Nasdian, MS dan Bapak Amir Mahmudi atas saran dan arahan penentuan lokasi penelitian. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Rusli, Ibu Nunung, Bapal Amrullah, Aparat Pemerintah Kelurahan Pulau Panggang, dan seluruh responden yang ada di Pulau Panggang yang telah membantu penulis selama proses pengumpulan data. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Mama tercinta dan Rido Parlindungan, SH yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Jhon Lamhot Fernando Napitupulu, S.Pi yang senantiasa menemani dan memberikan semangat kepada penulis. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dwi Yuni Atik, Ike Rosmanita, Indah Erina Priska, Gita Riyana dan seluruh rekan SKPM 48 yang selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan Proposal Penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

(14)
(15)

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

DAFTAR ISI xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Kerangka Pemikiran 9

Hipotesis Penelitian 10

METODE PENELITIAN 11

Lokasi dan Waktu Penelitian 11

Teknik Pengumpulan Data 11

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 12

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 15

Profil Kelurahan Pulau Panggang 15

Kondisi Sosial dan Ekonomi 17

PARIWISATA DI PULAU PRAMUKA 27

Kunjungan Wisatawan 27

Potensi Pariwisata 28

PELUANG USAHA DAN BEKERJA DI PULAU PRAMUKA 33

STRATEGI NAFKAH NELAYAN DI PULAU PANGGANG 39

Modal Alam 41

Wilayah Tangkap 41

Modal Fisik 45

Modal Manusia 47

(16)

Sumber Pengetahuan Wilayah Tangkap dan Keterampilan Menangkap Ikan 48

Bantuan Masa Kritis 50

Modal Ekonomi 52

Pendapatan 52

Tabungan Keramba 55

Pemanfaatan Peluang Usaha Pariwisata 55

59

SIMPULAN DAN SARAN 60

Simpulan 61

Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 64

(17)

1. Tabel 1 Metode pengumpulan data 12 2. Tabel 2 Jumlah dan persentase luas wilayah Kecamatan

Kepulauan Seribu Utara Tahun 2010 15

3. Tabel 3 Jumlah dan persentase luas wilayah berdasarkan kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Tahun 2010 16 4. Tabel 4 Jumlah dan persentase luas pulau di Kelurahan Pulau

Panggang Tahun 2010 17

5. Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Tahun 2010 18 6. Tabel 6 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di

Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Tahun 2010 18 7. Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk laki-laki dan

perempuan berdasarkan kelurahan di Kecamatan Kepulauan

Seribu Utara Tahun 2010 19

8. Tabel 8 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2011 19 9. Tabel 9 Jumlah dan persentase penduduk Pulau Panggang

menurut agama Tahun 2013 20

10.Tabel 10 Jumlah dan persentase sarana di Pulau Panggang Tahun

2011 20

11.Tabel 11 Jumlah populasi dan sampel berdasarkan golongan

nelayan di Pulau Panggang Tahun 2014 22

12.Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut kelompok

usia di Pulau Panggang Tahun 2014 23

13.Tabel 13 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat

pendidikan di Pulau Panggang Tahun 2014 24

14.Tabel 14 Jumlah dan persentase nelayan berdasarkan jumlah tanggungan nelayan di Pulau Panggang Tahun 2014 24 15.Tabel 15 Jumlah dan persentase wisatawan tahun 2011 dan 2012

berdasarkan jenis wisatawan di Pulau Pramuka 27 16.Tabel 16 Jumlah dan persentase wisatawan lokal dan asing di

Pulau Pramuka Tahun 2013 28

17.Tabel 17 Jumlah peluang usaha dan peluang bekerja di Pulau

Pramuka Tahun 2013 34

18.Tabel 18 Jumlah dan persentase responden menurut wilayah

tangkap di Pulau Panggang Tahun 2014 42

19.Tabel 19 Rata-rata harga beli dan harga jual pengepul menurut

jenis ikan di Pulau Panggang Tahun 2014 43

20.Tabel 20 Jumlah responden nelayan berdasarkan jumlah tangkapan ikan pada musim tangkapan banyak, sedang, dan

banyak di Pulau Panggang Tahun 2014 44

21.Tabel 21 Jumlah responden golongan atas, menengah, dan bawah berdasarkan kekuatan mesin perahu nelayan di Pulau Panggang

(18)

22.Tabel 22 Jumlah dan persentase responden menurut sumber pengetahuan wilayah tangkap di Pulau Panggang Tahun 2014 48 23.Tabel 23 Jumlah dan persentase responden menurut sumber

keterampilan menangkap ikan di Pulau Panggang Tahun 2014 49 24.Tabel 24 Rata-rata pendapatan kotor pada musim tangkapan

berdasarkan golongan nelayan di Pulau Panggang Tahun 2014 53 25.Tabel 25 Taraf hidup setara beras berdasarkan golongan nelayan

di Pulau Panggang Tahun 2014 54

26.Tabel 26 Jumlah responden menurut jenis nafkah selain nelayan

di Pulau Panggang Tahun 2014 55

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 Kerangka pemikiran 9

2. Gambar 2 Arah tujuan wisatawan 29

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Pulau Panggang 68

2. Sketsa Pulau Pramuka 69

3. Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2014-2015 70 4. Daftar kerangka sampling dan responden penelitian 71

5. Kuesioner penelitian 76

6. Panduan wawancara 88

(19)
(20)
(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan perekonomian merupakan suatu target penting yang perlu diwujudkan oleh setiap negara, terutama negara berkembang. Pembangunan dapat menjadi suatu jembatan untuk mencapai peningkatan perekonomian. Pembangunan pariwisata dapat menjadi suatu alternatif untuk meningkatkan perekonomian negara. Pernyataan ini diperkuat dengan pendapat Yoeti (2008) yang menyatakan bahwa sektor pariwisata dapat dijadikan sebagai alternatif bagi pemerintah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan. Pariwisata mempunyai peran yang lebih dominan bagi perekonomian. Menurut Spillane (1991), pariwisata berperan sebagai penghasil devisa serta memperkenalkan budaya bangsa dan tanah air. Bagi masyarakat sendiri sektor pariwisata memberikan lapangan kerja dan bidang usaha yang cukup luas.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki panjang garis pantai sekitar 104 000 km dan jumlah pulau sebanyak 17 504 pulau. Dasar laut Indonesia memiliki topografi dasar laut yang tidak dimiliki negara lain, hal ini menjadikan Lautan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia dengan memiliki 8 500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 spesies biota terumbu karang (KKP 2008). Keanekaragaman hayati ini menjadi keunikan dan menambah keindahan laut Indonesia. Keindahan laut Indonesia dapat dijadikan sebagai potensi pembangunan. Pariwisata dapat dijadikan sebagai pilihan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia yang masih dalam taraf negara berkembang. Kepariwisataan telah diatur di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009. Pasal 1 menyebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, Pemerintah Daerah. Penyediaan fasilitas dan layanan ini tentu menciptakan peluang usaha bagi masyarakat sekitar. Sesuai dengan bunyi Pasal 3, yaitu Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pariwisata di Indonesia mulai dibangun sejak munculnya budaya demokrasi yang menyuarakan urgensi pembangunan ekonomi (Sudiarta 2005). Pariwisata di Indonesia tidak sedikit yang dibangun di wilayah pesisir, mengingat pesisir Indonesia mempunyai modal keindahan yang tidak dimiliki negara lain.

Keberadaan pariwisata tentu dibangun dengan keindahan yang mampu menarik banyak kunjungan dari wisatawan asing maupun domestik. Pariwisata tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, pariwisata juga menimbulkan dampak positif maupun negatif pada berbagai sisi kehidupan. Pariwisata dapat menimbulkan dampak terhadap sosial-budaya, ekonomi, dan lingkungan (Copper

(22)

pariwisata dan sekitar 11 pulau yang ada merupakan daerah pemukiman pemukiman penduduk. Pulau Pramuka adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu sejak Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarka (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 146 Tambahan Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286) dikeluarkan. Pelayanan dan fasilitas jauh lebih maju dibandingkan pulau-pulau wisata lain yang terdapat di Kepulauan Seribu. Hal ini membuat Pulau Pramuka banyak dikunjungi wisatawan. Kunjungan parwisata akan menimbulkan permintaan dari wisatawan, sehingga menimbulkan peluang usaha dan bekerja sebagai wujud penawaran. Aktivitas nelayan yang bergantung pada hasil laut akan terpengaruh karena adanya pariwisata. Nelayan di sekitar daerah pesisir banyak memanfaatkan keberadaan pariwisata untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Nelayan di daerah pesisir melakukan strategi nafkah sebagai respon perubahan bentuk fisik daerah pesisir dan peluang usaha (Ellis 2000). Nelayan memilih strategi nafkah sesuai aset yang dimiliki. Berdasarkan pemaparan di atas, judul penelitian ini adalah Strategi Nafkah Nelayan di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Utara, DKI Jakarta.

Masalah Penelitian

Kelurahan Pulau Panggang meliputi Pulau Pramuka dan Pulau Panggang. Kaum nelayan bermukim di Pulau Panggang. Sementara wisatawan sebagian besar mengunjungi dan menginap di Pulau Pramuka. Jumlah wisatawan tercatat dari tahun 2010 sampai tahun 2013 di BPS (2013) adalah 123 120 orang. Mengingat jarak tempuh antara Pulau Panggang dan Pulau Pramuka yang tidak lebih dari 10 menit perjalanan dengan menggunakan perahu yang biasa disebut ojek, maka menjadi menarik untuk diteliti mengenai:

1. Sejauh mana kunjungan wisata membuka peluang berusaha dan peluang bekerja di Pulau Pramuka?

2. Bagaimana pengaruh kunjungan wisata di Pulau Pramuka terhadap strategi nafkah nelayan di Pulau Panggang?

Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, tujuan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Berdasarkan hal tersebut, tujuan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh kunjungan wisata terhadap peluang usaha dan peluang bekerja di Pulau Pramuka.

(23)

Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, khususnya kepada:

1. Pihak Pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tinjauan literatur dalam melakukan pengelolaan pariwisata di daerah pesisir. Selain itu diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan terkait pariwisata di daerah pesisir sehingga pembangunan pariwisata dapat memberikan manfaat bagi Indonesia secara umum dan nelayan di Kepulauan Seribu.

2. Pihak Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan pengetahuan dalam mengkaji bidang ilmu yang berkaitan dengan strategi nafkah nelayan di daerah pariwisata.

(24)
(25)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Konsep Pariwisataosial

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang banyak dikembangkan di suatu negara untuk meningkatkan pendapatan negara terutama pemasukan devisa. Banyak ahli yang telah mendifinisikan pariwisata, Copper et al. (1998) mengartikan pariwisata adalah kegiatan multidimensional dan beraneka segi yang menyentuh banyak sisi kehidupan dan berbagai macam kegiatan ekonomi. Definisi yang disebutkan oleh Copper et al. (1998) ini yang digunakan Sudiarta (2005) untuk meneliti dampak pariwisata. Copper et al. (1998) juga menambahkan bahwa pariwisata juga dapat didefinisikan dari sisi permintaan dan penawaran. Definisi dari sisi permintaan dan penwaran dapat diuraikan dengan definisi konseptual dan definisi teknikal.

Pengertian pariwisata disebutkan oleh Sudiarta (2005) secara lebih spesifik. Menurut Sudiarta (2005), pariwisata adalah kegiatan yang sangat dekat dengan kehidupan manusia yang di satu sisi didasari oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi di sisi lain tidak terlepas dari akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas tersebut, terutama dampaknya terhadap kehidupan sosial budaya, ekonomi, danlingkungan fisik. Spillane (1991) secara luas dan singkat menyebutkan bahwa pariwisata merupakan perjalanan wisata yang diadakan untuk tujuan menikmati perjalanan. Pengertian ini lebih mengarah pada sisi orang yang melakukan wisata saja.

Dampak Pariwisataal

(26)

berdampak pada menurunnya pembangunan di desa. Namun, Aryunda (2011) menyebutkan pariwisata justru memberikan dampak positif karena meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dritasto et al. (2013) di Pulau Tidung, Aryunda (2011) di Kepulauan Seribu, Sudiarta (2005) di Bali, dan Prayogi (2011) dapat disimpulkan bahwa pariwisata dapat meningkat kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan dapat terjadi karena banyaknya peluang usaha yang terbentuk. Sudiarta (2005) menjelaskan bahwa pendapatan masyarakat semakin meningkat karena kegiatan ekonomi masyarakat yang semakin beragam, terlihat dari banyaknya kafe-kafe yang bermunculan, kegiatan pelestarian penyu, budi daya rumput laut, dan masih banyak lagi kegiatan yang memberikan manfaat ekonomi. Temuan Sudiarta (2005) di Bali juga menjelaskan peningkatan pendapatan ini juga disebabkan oleh reklamasi daerah pariwisata yang menyebabkan meningkatnya akses jalan masyarakat. Aryunda (2011) juga menemukan dampak negatif lain yang ditimbulkan pariwisata adalah meningkatnya frekuensi impor untuk menyediakan kebutuhan wisatawan. Dampak lain yang ditemukan Aryunda (2011) juga meningkatnya biaya hidup masyarakat. Yoeti (2008) menyebutkan bahwa membawa dampak negatif pada meningkatnya harga tanah, harga bahan makanan, sumber hayati menjadi rusak, terjadi urbanisasi, dan ramainya lalu lintas wisatawan. Namun, Yoeti (2008) juga menjelaskan dampak positif pariwisata, yaitu menciptakan kesempatan berusaha, meningkatkan kesempatan berusaha, meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan pajak, meningkatkan investasi, dan memperkuat neraca pembayaran.

Peluang Berusaha dan Bekerja

Peluang usaha muncul sebagai akibat dari adanya permintaan, sehingga pihak-pihak tertentu memanfaatkan permintan itu dengan memberikan penawaran. Menurut BPS yang dikutip olehTando (1992), peluang usaha dan kerja dibedakan menjadi usaha formal dan informal. Usaha formal adalah usaha yang lokasinya tetap, menggunakan bangunan dan jam kerja yang teratur serta mencakup usaha dengan buruh tetap atau karyawan, sedangkan usaha informal adalah kegiatan padat karya, tingkat produktifitas rendah, pelanggan sedikit, tingkat pendidikan formal yang rendah, penggunaan teknologi menengah, sebagian pekerja keluarga, mudah keluar masuk usaha, serta kurang dukungan dan pengakuan dari pemerintah. Penggunaan peluang usaha dan kerja dipengaruhi oleh faktor individu, yaitu pendidikan rendah akan menempati sektor informal sedangkan yang berpendidikan agaka tinggi cenderung memilih pekerjaan di sektor formal.

(27)

Konsep Strategi Nafkah

Ketidakpastian sering terjadi dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, hal ini menyebabkan individu atau kelompok mengupayakan beragam sumber nafkah yang disebut strategi nafkah. Sejauh ini konsep strategi nafkah banyak dipakai dalam konteks kemiskinan. Ellis (2000) mencoba mendefinisikan strategi nafkah, menurut Ellis (2000) strategi nafkah adalah strategi sumber mata pencaharian yang terdiri dari kegiatan yang menghasilkan sarana kelangsungan hidup rumah tangga. Strategi nafkah juga sebagai strategi penghidupan yang dinamis yang merupakan respon dari tekanan perubahan juga peluang dan adaptasi yang sesuai dengan kondisi yang terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2011) merupakan salah satu perwujudan dari pengertian yang dirumuskan oleh Ellis (2000). Widodo (2011) menemukan bahwa nelayan melakukan penganekaragaman mata pencaharian karena tekanan perubahan sumber daya laut dan pantai. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian Helmi dan Satria (2012), pada penelitian ini ditemukan bahwa nelayan juga mengusahakan mata pencaharian selain menjadi nelayan karena adanya perubahan ekologi yang diakibatkan oleh pemanfaatan sumber daya yang eksploitatif.

Berbeda dengan Ellis (2000) yang mendefinisikan strategi nafkah lebih ke arah ekonomi, Dharmawan (2007) mencoba mendefinisikan strategi nafkah dari segi sosiologi nafkah. Menurut Dharmawan (2007), strategi nafkah bisa berarti cara bertahan hidup ataupun memperbaiki status kehidupan. Selain itu, strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial dan sistem nilai budaya yang berlaku.

Aset-aset yang Dapat Dimanfaatkan

Dalam melakukan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup, diperlukan aset-aset yang dapat dijelaskan sebagai modal yang dapat digunakan secara langsung atau tidak langsung. Menurut Scoones (1998), kemampuan untuk melakukan strategi nafkah yang berbeda-beda tergantung pada material dasar dan sosial, aset terlihat dan tidak terlihat yang orang miliki. Scoones (1998) membedakan aset menjadi empat bagian, yaitu modal alam, modal ekonomi, modal manusia, dan modal sosial. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Scoones (1998), Ellis menambahkan modal fisik pada empat modal yang telah ada. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Rochana et al. (2013), aset-aset ini digunakan untuk menganalisis sumber nafkah khususnya pada komunitas pesisir sebagai suatu pendukung kehidupan komunitas. Berikut rangkuman penjelasan lima modal yang dijelaskan oleh Scoones (1998) dan Ellis (2000) tersebut:

1. Modal Alam

(28)

2. Modal Fisik

Modal fisik terdiri dari modal yang diciptakan oleh proses produksi ekonomi. Bangunan, irigasi, kanal, jalan, alat-alat, mesin-mesin, dan sebagainya merupakan modal fisik. Contoh pemanfaatan modal ini dijelaskan pada penelitian Helmi dan Satria (2012). Penelitian tersebut menjelasakan beberapa strategi nafkah yang dilakukan adalah menjadi buruh bangunan, buruh perusahaan, dan kuli di pasar. Hal yang hampir sama juga ditemukan pada penelitian Haryono (2005). Modernisasi perikanan yang cenderung bersifat eksploitatif mengakibatkan persediaan ikan di laut semakin sedikit. Hal ini mengharuskan nelayan untuk melakukan strategi nafkah dengan melakukan pekerjaan tambahan seperti menjadi tukang becak, buruh bangunan, buruh serabutan, dan menjual makanan.

3. Modal Manusia

Modal ini lebih mengarah pada hal yang dimiliki di dalam diri individu itu sendiri, yaitu pendidikan, kemampuan, dan kesehatan. Modal manusia dapat ditingkatkan dengan berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan.

4. Modal Ekonomi

Modal ekonomi mengarah pada ketersediaan uang yang dapat diakses oleh rumah tangga. Modal ini bisa berupa tabungan dan akses pada pinjaman. Aplikasi modal ini terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Sumarti (2007), petani memanfaatkan kelembagaan ekonomi lokal yang berbentuk KUD (Koperasi Unit Desa). KUD merupakan kelembagaan yang mengatur kemudahan petani mempersiapkan kebutuhan dalam berusaha tani agar mendapatkan harga jual yang baik.

5. Modal Sosial

Modal sosial adalah sumber daya sosial yang terdiri dari hubungan, klaim sosial, hubungan sosial, afiliasi, dan asosiasi yang orang dapatkan saat melakukan strategi nafkah. Modal ini telah banyak digunakan di Indonesia karena kebudayaan saling tolong-menolongyang dijunjung tunggi. Penelitian yang dilakukan Widodo (2005) memperlihatkan bahwa rumah tangga nelayan miskin di Kwanyar Bali memanfaatkan lembaga kesejahteraan lokal dan jejaring sosial seperti kekerabatan, pertetanggan, dan perkawanan. Pemanfaatan modal sosial ini terlihat terutama pada saat rumah tangga miskin melakukan hajatan. Pemilik hajatan tidak takut untuk mengeluarkan biaya besar karena biaya hajatan tersebut akan tertutupi oleh sumbangan yang diberikan oleh para undangan. Besar sumbangan yang jauh lebih besar dari pada lapisan bawah. Sebaliknya, saat lapisan atas menyelenggarakan hajatan, justru lapisan bawah akan mendapatkan uang sebagai ungkapan terima kasih atas kehadiran. Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Helmi dan Satria (2012). Hubungan sosial yang berbeda ditemukan pula pada penelitian Lekatompessy et al. (2011), dijelaskan bahwa nelayan memanfaatkan hubungan sosial yang terwujud dalam punggawa-sawi yang dalam kata lain adalah patron-klien.

(29)

ditemukan pada penelitian Sumarti (2007), lapisan bawah memperkuat hubungan dengan pemilik modal sedangkan lapisan atas cenderung menanam modal dan memperkuat hubungan dalam kelompok petani.

Kerangka Pemikiran

Pembangunan pariwisata sebagai strategi pembangunan ekonomi nasional menimbulkan dampak bagi strategi nafkah masyarakat sekitar pembangunan pariwisata. Obyek wisata yang dikembangkan akan menimbulkan kunjungan wisata. Kunjungan wisata akan mempengaruhi munculnya permintaan dari wisatawan yang datang selama berkunjung. Sehingga muncul peluang berusaha dan bekerja sebagai respon untuk memenuhi permintaan kunjungan wisata.

Peluang berusaha dan bekerja ini akan menjadi pilihan bagi nelayan sekitar Pulau Pramuka untuk memanfaatkan peluang berusaha dan bekerja sebagai strategi nafkah. Peluang berusaha dan bekerja yang muncul bergantung pada aset-aset yang dapat dimanfaatkan nelayan, yaitu modal alam, modal fisik, modal manusia, modal ekonomi, dan modal manusia. Strategi nafkah yang dilakukan nelayan juga bergantung pada aset-aset yang dapat dimanfaatkan. Pemaparan secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Strategi Nafkah Nelayan

Aset-aset yang dimiliki

1. Modal alam 2. Modal fisik 3. Modal manusia 4. Modal ekonomi 5. Modal sosial Obyek

Wisata

Kunjungan Wisata

Dampak Pariwisata Peluang Berusaha dan Bekerja

Keterangan:

(30)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu:

1. Strategi nafkah nelayan gologan bawah lebih banyak tergantung pada peluang usaha dan bekerja yang timbul akibat pariwisata.

2. Kunjungan wisata di Pulau Pramuka sangat berpengaruh terhadap strategi nafkah nelayan pemilik perahu dibanding nelayan yang berstatus buruh nelayan.

Definisi Operasional

Berikut ini definisi operasional dari variabel yang dianalisis:

1. Intensitas kunjungan wisata merupakan Jumlah wisatawan yang datang untuk mengunjungi pariwisata per hari.

2. Bentuk-bentuk peluang usaha dan kerja adalah jenis peluang usaha dan kerja yang ada pada hari kerja, hari libur weekend, dan hari libur panjang serta jenis peluang usaha yang dimanfaatkan. Variabel jenis peluang berusaha dan bekerja termasuk dalam jenis data nominal.

3. Strategi nafkah adalah jumlah strategi yang dilakukan oleh responden untuk bertahan hidup serta tingkat alokasi waktu per bulan yang digunakan responden dalam melakukan strategi nafkah.

4. Tingkat pendapatan adalah jumlah uang yang diperoleh responden dalam waktu satu tahun menurut jumlah tangkapan dan bagi hasil pada musim tangkapan banyak, musim tangkapan sedang, dan musim tangkapan sedikit. 5. Modal alam adalah wilayah tangkap (fishing ground) bagi nelayan;

keindahan obyek wisata laut untuk wisatawan. Wilayah tangkapan bagi nelayan Pulau Panggang adalah bagian utara, selatan, barat, dan timur. 6. Modal fisik adalah kekuatan mesin perahu (dalam satuan Pk) yang dimiliki

atau dikuasai dan atau jumlah perahu yang dimiliki atau dikuasai responden untuk melakukan strategi nafkah.

7. Modal manusia adalah tingkat pendidikan pendidikan terakhir yang didapatkan responden serta tingkat kesehatan responden. Data yang diperoleh diolah menurut sebaran jumlah responden. Variabel tingkat pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga kategori:

a. Lulus SD/sederajat

(31)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pulau Panggang Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) didasarkan pada beberapa alasan yaitu, penduduk Pulau Panggang terdiri dari nelayan dan Pulau Pramuka merupakan pusat pemerintahan Kepulauan Seribu yang memiliki fasilitas lebih lengkap dibandingkan pulau lain sehingga Pulau Pramuka menjadi lebih banyak dikunjungi wisatawan. Penelitian dilaksanakan dalam waktu tiga bulan, terhitung mulai Bulan September 2014 hingga Bulan November 2014. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Proses penelitian dan penyusunan pelaporan hasil penelitian dilaksanakan dalam waktu enam bulan (Lampiran 3). Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan instrumen kuesioner dan didukung oleh metode kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap informan maupun responden menggunakan panduan pertanyaan.

(32)

unit analisis. Golongan menengah terdapat sebanyak 62 rumah tangga, kemudian diambil sembilan rumah tangga untuk dijadikan unit analisis, sedangkan golongan bawah terdapat sebanyak 114 rumah tangga dan diambil 16 rumah tangga untuk dijadikan unit analisis. Sehingga jumlah keseluruhan responden adalah sebanyak 30 responden. Kerangka sampling dapat dilihat di Lampiran 4. Penggunaan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan secara rinci dijelaskan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Metode pengumpulan data

Konsep Variabel Metode Pengumpulan

Data

Obyek Wisata Daya tarik wisata

 Wawancara

(33)
(34)
(35)

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

RESPONDEN

Profil Kelurahan Pulau Panggang

Kondisi Geografis

Kepulauan seribu merupakan sebuah kabupaten administrasi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta Indonesia. Kepulauan Seribu terletak pada lokasi geografis 5°23’ - 5°40’ LS, 106°25’ - 106°37’ BT sebelah utara Jakarta. Kepulauan Seribu terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil yang terbentang terbentang dari Teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas Kepulauan Seribu sekitar 108 000 Ha dengan luas lautan 6 997.50 km2 dan luas daratan 875.88 Ha. Pulau-pulau kecil yang terdapat di Kepulauan Seribu sejumlah sekitar 110 pulau. Pulau-pulau tersebut banyak dimanfaatkan untuk beragam hal diantaranya, 11 pulau menjadi pemukiman, 9 pulau menjadi tempat wisata, 36 pulau menjadi wisata lainnya, 2 pulau menjadi cagar alam, 4 pulau menjadi cagar budaya, sedangkan pulau lainnya dimanfaatkan sebagai tempat penghijauan.

Kepulauan Seribu menjadi Kabupaten sejak Undang-Undang No.34 Tahun 1999 Tanggal 31 Agustus 1999 tentang Peningkatan Status menjadi Kabupaten dan PP. Nomor 55 tahun 2001 ditetapkan. Kabupaten Kepulauan Seribu terdiri dari dua kecamatan dan enam kelurahan. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara terdiri dari 81 pulau dengan tiga kelurahan. Tiga kelurahan dan pulau yang dijadikan pemukiman di Kcamatan Kepulauan Seribu Utara meliputi:

1. Kelurahan Pulau Panggang, terdiri dari Pulau Panggang dan Pulau Pramuka,

2. Kelurahan Pulau Kelapa, terdiri dari Pulau Kelapa dan Pulau Kelapa Dua, 3. Kelurahan Pulau Harapan, terdiri dari Pulau Harapan dan Pulau Sebira. data luas wilayah masing-masing kelurahan yang ada di Kecamatan Kepulauan Seribu disajikan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2 Jumlah dan persentase luas wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Tahun 2010

No Kelurahan Luas wilayah (Ha) Persentase (%)

1. Pulau Panggang 62.10 11.22

2. Pulau Kelapa 246.19 44.49

3. Pulau Harapan 244.72 44.22

Jumlah luas wilayah 553.41 100.00

(36)

Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan terdiri dari 25 pulau dengan tiga kelurahan. Tiga kelurahan tersebut meliputi:

1. Kelurahan Pulau Tidung, terdiri dari Pulau Tidung dan Pulau Payung, 2. Kelurahan Pulau Pari, terdiri dari Pulau Pari dan Pulau Lancang, 3. Kelurahan Pulau Untung Jawa, terdiri dari Pulau Untung Jawa.

data luas wilayah di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan disajikan pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3 Jumlah dan persentase luas wilayah berdasarkan kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 3, kelurahan Pulau Tidung merupakan kelurahan terluas dari antara tiga kelurahan lain di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan tersebut. Luas wilayah Kelurahan Pulau Tidung adalah sebesar 106.70 Ha atau 35.59 persen dari seluruh luas wilayah. Kelurahan dengan luas wilayah terkecil adalah Kelurahan Pulau Pari dengan luas wilayah sebesar 94.97 Hektar atau 31.27 persen dari jumlah luas wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Pulau Untung Jawa memliki luas wilayah sebesar 102 Ha dengan persentase sebesar 33.59 persen dari seluruh luas wilayah kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Luas wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu utara (lihat Tabel 2) lebih besar dibanding luas wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu.

Kelurahan Pulau Panggang memiliki terdiri dari 12 pulau yang memiliki beberapa fungsi yang berbeda-beda. Dua belas pulau tersebut adalah Pulau Panggang, Pulau Pramuka, Pulau Karya, Pulau Peniki, Pulau Karang Bongkok, Pulau Karang Congkak, Pulau Kotok Besar, Pulau Air Besar, Pulau Gosong Sekati, Pulau Semak Daun, Pulau Opak Kecil, dan Pulau Kotok Kecil. Pulau Kotok Besar merupakan pulau paling luas diantara 12 pulau lainnya dengan luas 20.76 Ha atau 33.43 persen dari seluruh jumlah luas pulau di Kelurahan Pulau Panggang. Pulau dengan luas terkecil diantara pulau lainnya adalah Pulau Gosong Sekati dengan luas wilayah sebesar 0.20 Ha atau 0.32 persen dari seluruh luas wilayah darat di Kelurahan Pulau Panggang. Pulau Panggang dan Pulau Pramuka dijadikan sebagai pemukiman, Pulau Karya sebagai perkantoran/tempat pemakaman umum, Pulau Peniki sebagai tempat navigasi. Pulau Karang Bongkok, Pulau Karang Congkak, Pulau Air Besar, Pulau Gosong Sekati, Pulau Gosong Pandan, dan Pulau Opak Kecil dijadikan tempat peristirahatan nelayan. Pulau Kotok Besar dijadikan sebagai tempat pariwisata, dan Pulau Semak Daun dan Pulau Kotok kecil dijadikan sebagai PHU.

(37)

Tabel 4 Jumlah dan persentase luas pulau di Kelurahan Pulau Panggang Tahun

Jumlah luas wilayah 62.10 100.00

Data terakhir menunjukkan bahwa luas Pulau Panggang bertambah sebesar 2 Hektar sehingga luas Pulau Panggang menjadi sebesar 12 Hektar. Penambahan luas daratan ini terjadi karena warga Pulau Panggang menimbun daerah dangkal di tepi daratan dengan batu karang atau biasa disebut batu daging oleh masyarakat Pulau Panggang. Penimbunan ini dilakukan agar warga dapat membangun rumah untuk dihuni. Pulau Panggang berbatasan langsung dengan:

1. Sebelah utara : 05’41’41”LS-05’41” LS 2. Sebelah selatan : 106’44’50” BT

3. Sebelah barat : 106’19’30” BT

4. Sebelah timur : 05’47’00” LD-05’45’14” LS

Pulau-pulau yang dijadikan pemukiman penduduk ini juga dijadikan sebagai tempat pariwisata bagi wisatawan domestik maupun asing. Pulau Pramuka merupakan salah satu gugus pulau di Kepulauan Seribu yang menjadi tujuan kunjungan wisatawan domestik maupun asing. Jumlah wisatawan tercatat dari tahun 2010 sampai tahun 2013 di BPS (2013) adalah 123 120 orang. Pulau Panggang adalah pulau yang terletak tidak jauh dari Pulau Pramuka. Waktu tempuh dari Pulau Pramuka menuju Pulau Panggang hanya sekitar 8 menit. Alat transportasi yang biasa digunakan untuk mencapai Pulau Pramuka dari Pulau Panggang dan sebaliknya adalah ojek kapal.

Kondisi Sosial dan Ekonomi

(38)

Kelapa mencapai 2 822 orang, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 2 736 oang. Kelurahan Pulau Panggang memiliki komposisi penduduk laki-laki yang lebih banyak dari pada perempuan. Tercatat sebanyak 2 613 orang laki-laki dan 2 510 orang perempuan. Penduduk laki-laki juga lebih banyak dari pada jumlah perempuan di Kelurahan Pulau Panggang. Penduduk laki-laki berjumlah 1 074 orang, sedangkan penduduk perempuan berjumlah sebanyak 996 orang. Data jumlah penduduk di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara disajikan pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Tahun 2010

No Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Laki-laki 2 051 2 097 48.81 50.77

2. Perempuan 1 283 1 175 30.53 28.45

Jumlah Penduduk 4 202 4 130 100.00 100.00

Jumlah penduduk di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan terdapat sebanyak 8 332 orang. Jumlah penduduk laki-laki terdapat sebanyak 4 202 orang, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 4 130 orang. Kelurahan Pulau Tidung memiliki jumlah penduduk yang paling banyak dari antara Kelurahan Pulau Pari dan Kelurahan Pulau Untung Jawa. Penduduk berjenis kelamin laki-laki di Kelurahan Pulau Tidung terdapat sebanyak 2 051 orang, sedangkan penduduk perempuan terdapat sebanyak 2 097 orang. Kelurahan Pulau Pari terdiri dari 1 283 orang penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 1 175 orang penduduk perempuan. Kelurahan Pulau Untung Jawa terdiri dari 868 orang penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 858 orang penduduk berjenis kelamin perempuan. Data jumlah penduduk di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan disajikan pada Tabel 6 berikut: Tabel 6 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Kepulauan

Seribu Selatan Tahun 2010

No Kelurahan

Jenis Kelamin

Jumlah (orang) Persentase (%) Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1. Pulau Tidung 2 051 2 097 48.81 50.77

2. Pulau Pari 1 283 1 175 30.53 28.45

3. Pulau Untung Jawa 868 858 20.66 20.77

Jumlah Penduduk 4 202 4 130 100.00 100.00

(39)

Penduduk laki-laki di Pulau Kelapa adalah jumlah terbanyak dari dari semua kelurahan, yaitu sebesar 2 822 orang atau sebesar 43.39 persen dari seluruh jumlah penduduk laki-laki di Kepulauan Seribu Utara. Jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara juga merupakan jumlah terbanyak dari tiga kelurahan yang telah disebutkan, yaitu sebesar 2 736 orang atau sebesar 43.81 persen dari seluruh penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki maupun perempuan di Kelurahan Pulau Harapan merupakan jumlah paling sedikit dibanding dua kelurahan lainnya. Jumlah penduduk laki-laki di Kelurahan Pulau Harapan adalah sebanyak 1 074 orang atau sebesar 16.51 persen, sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah sebanyak 996 orang atau sebesar 15.95 persen dari seluruh jumlah penduduk perempuan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk laki-laki dan perempuan berdasarkan kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Tahun 2010

No Kelurahan

Penduduk Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari berbagai jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan dengan mayoritas penduduk adalah pekerjaan sebagai nelayan. Data jenis pekerjaan penduduk di Kelurahan Pulau Panggang disajikan pada Tabel 8 berikut:

Tabel 8 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2011

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1. Karyawan Swasta/ pemerintahan/ABRI 384 16.52

2. Pedagang 114 4.91

(40)

status pendiun terdapat sebanyak 24 orang, sedangkan penduduk dengan pekerjaan pertukangan terdapat sebanyak 22 orang. Penduduk dengan pekerjaan yang tidak terdeskripsi sebanyak 58 orang.

Agama yang dianut penduduk Pulau Panggang hanya terdiri dari 2 agama saja, yaitu Agama Islam dan Kristen. Mayoritas penduduk Pulau Panggang menganut Agama Islam sebanyak 4 128 orang atau sebesar 99.88 persen dari seluruh jumlah penduduk, sedangkan penduduk yang menganut Agama Kristen hanya sebanyak 5 orang atau sebesar 0.12 persen dari seluruh total penduduk Pulau Panggang. Data agama yang dianut penduduk Pulau Panggang dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9 Jumlah dan persentase penduduk Pulau Panggang menurut agama Tahun 2013 dapat dimanfaatkan masyarakat. Data sarana yang terdapat di Pulau Panggang disajikan pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10 Jumlah dan persentase sarana di Pulau Panggang Tahun 2011

(41)

jenjang pendidikan mulai dari PAUD atau TK hingga SMA. Sehingga masyarakat Pulau Panggang harus menyebrang ke Pulau Pramuka untuk mendapatkan pendidikan formal jenjang SMP dan SMA. Selain sarana pendidikan, Pulau Panggang juga telah dilengkapi dengan sarana penunjang kesehatan, yaitu Puskesmas. Puskesmas di Pulau Panggang memiliki tenaga kerja dokter sebanyak 2 orang dan 1 orang bidan.

Sarana penyulingan air bersih dengan teknologi Reverse Osmosis (RO)

dibangun untuk menyediakan air tawar yang bersih bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Air sumur yang terdapat di Pulau Panggang maupun Pulau Pramuka tergolong air payau dengan rasa asin. Penyulingan air bersih di Pulau Pramuka telah dibangun sebanyak 2 bangunan.

Perkantoran yang terdapat di Pulau Pramuka meliputi Kantor Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Kantor Taman Nasional, Kantor Sudin Perikanan, Kantor Departemen Agama, Kantor Badan Pusat Statistik, dan pos giro. Pulau Pramuka telah dilengkapi dengan rumah sakit. Masyarakat dapat berkumpul untuk melakukan kegiatan masyarakat umum di gedung balai dan gedung serba guna. Akses keuangan bagi masyarakat semakin mudah dengan adanya Bank DKI. Bank DKI telah dilengkapi dengan ATM, sehingga masyarakat maupun wisatawan bisa mengambil uang kapan saja.

Budaya dan Sejarah

Kepulauan Seribu telah dihuni penduduk sejak jaman penjajahan Belanda. Pulau Pramuka awalnya bernama Pulau Elang karena menurut masyarakat terdapat banyak Burung Elang di Pulau Pramuka dulu. Seiring perkembangan jaman, keberadaan Burung Elang semakin berkurang. Sehingga Pulau Elang berganti nama menjadi Pulau Pramuka karena Pulau Pramuka sering dijadikan tempat untuk latihan Pramuka. Namun hingga saat ini masyarakat Kepulauan Seribu masih menyebut Pulau Pramuka dengan sebutan Pulau Elang.

Menurut tokoh masyarakat Pulau Panggang, sejarah nama Pulau Panggang berawal dari kedatangan Bangsa Portugis yang bermaksud menjajah Pulau Panggang dengan menggunakan kapal. Masyarakat meyakini terdapat pelindung Pulau Panggang yang menghalau penglihatan Bangsa Portugis dari Pulau Panggang. Se hingga Bangsa Portugis tidak dapat menemukan Pulau Panggang. Penunjuk arah kapal dipanggang awak kapal karena tidak dapat menemukan Pulau Panggang.

(42)

beberapa teknik masih diterapkan. Suku Banten menerapkan teknik sero untuk menangkap ikan, namun teknik ini tidak ditemukan lagi di Pulau Panggang dan Pulau Pramuka. Suku Bugis membawa teknik jaring payang dan Suku Mandailing membawa teknik jaring bubu.

Karakteristik Responden

Penggolongan Responden

Karakteristik nelayan yang ditemukan di lokasi penelitian adalah bersifat heterogen. Sehingga nelayan perlu dibagi menjadi beberapa golongan yang mampu mewakili setiap karakteristik nelayan.

Berdasarkan data yang didapatkan dari informan, nelayan dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu golongan atas, menengah, dan bawah. Golongan atas adalah nelayan yang memiliki perahu, alat-alat tangkap ikan, pekerja, dan hubungan dengan pengepul di Jakarta. Nelayan golongan atas ini dikategorikan telah mampu membuat usaha sendiri dan memperkerjakan orang lain. Golongan menengah dikategorikan sebagai nelayan yang mempunyai perahu dan usaha nelayan secara mandiri. Nelayan golongan menengah menjual hasil tangkapan kepada pengepul ikan di Pulau Panggang atau menjual langsung kepada masyarakat sekitar. Golongan bawah merupakan nelayan yang tidak mempunyai perahu dan ABK (Anak Buah Kapal). Nelayan golongan bawah bekerja pada nelayan golongan atas. Populasi nelayan golongan bawah merupakan jumlah paling besar dari antara dua golongan lainnya. Jumlah populasi dan sampel golongan nelayan disajikan secara ringkas pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11 Jumlah populasi dan sampel berdasarkan golongan nelayan di Pulau Panggang Tahun 2014

No Golongan Nelayan Populasi (orang) Sampel (orang)

1. Atas 34 5

2. Menengah 62 9

3. Bawah 114 16

Jumlah 210 30

Usia

Data yang diperoleh melalui penelitian ini menunjukkan bahwa nelayan di Pulau Panggang terdiri dari beragam usia. Usia nelayan dari masing-masing golongan atas, menengah, dan bawah dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu kelompok umur 20-34 tahun, 35-49 tahun, dan lebih dari 49. Pengelompokkan responden dari masing-masing golongan berdasarkan usia disajikan pada Tabel 12 berikut ini.

(43)

responden nelayan golongan menengah sebesar 67 persen sedangkan 63 persen dari nelayan golongan bawah berada pada kelompok usia 20 sampai 34 tahun. Nelayan golongan menengah tidak ada yang berada di kelompok usia 35 sampai 49 tahun.

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut kelompok usia di Pulau Panggang Tahun 2014 tahun (Rusli, 1995). Berdasarkan pengertian tersebut, seluruh responden pada penelitian ini tergolong pada penduduk usia kerja.

Berdasarkan informasi yang dapat disimpulkan dari responden dari penelitian ini, nelayan memerlukan pengalaman dan modal yang memadai untuk mencapai kedudukan sebagai nelayan golongan atas. Pengalaman dan modal yang memadai dapat diperoleh dalam waktu yang relatif lama. Hal ini menyebabkan kelompok usia lebih dari 49 tahun mendominasi jumlah nelayan golongan atas. Sebagai contoh penuturan responden THR (55 Th) berikut ini.

“saya awalnya itu ikut kerja sama orang lain dulu. Lumayan saya bisa dapat pengalaman. Setelah uang saya cukup, saya beli kapal. Lalu saya ajak orang buat kerjasama.” (THR, 55 tahun)

Berdasarkan penuturan salah satu responden di atas menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa nelayan golongan bawah yang di dominasi oleh kelompok usia 20 sampai 34 tahun dapat menjadi golongan atas. Status Nelayan golongan atas ternyata tidak hanya dapat dicapai melalui usaha sendiri dengan cara bekerja pada orang lain terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat dari pengalaman responden ABD (34 Th), responden ABD mengawali usaha dengan melanjutkan usaha yang telah dibangun oleh keluarga.

Tingkat Pendidikan

(44)

mendapatkan pendidikan formal. Data yang dihasilkan dari penelitian ini disajikan pada Tabel 13 berikut:

Tabel 13 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan di Pulau Panggang Tahun 2014

Data di atas menunjukkan bahwa sebanyak 56 persen nelayan golongan menengah mendapat pendidikan hingga SMA. Hasil yang berbeda terlihat dari nelayan golongan atas, responden nelayan golongan atas tidak ada yang mengikuti pendidikan hingga tingkat SMA. Tingkat pendidikan SD mendominasi jumlah responden nelayan golongan atas sebesar 80 persen. responden nelayan. Tingkat pendidikan SMP mendominasi jumlah reponden nelayan golongan bawah sebesar 50 persen.

Berdasarkan informasi yang didapatkan, responden hanya mengikuti pendidikan SD disebabkan karena tidak adanya biaya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan responden tidak melanjutkan sekolah untuk bekerja.

Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan respoden pada penelitian ini diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu jumlah tanggungan sebanyak satu hingga dua orang, jumlah tanggungan sebanyak tiga hingga empat orang, dan jumlah tanggungan sebanyak lebih dari atau sama dengan lima orang. Jumlah tanggungan responden nelayan dari masing-masing golongan disajikan pada Tabel 14 berikut:

Tabel 14 Jumlah dan persentase nelayan berdasarkan jumlah tanggungan nelayan di Pulau Panggang Tahun 2014

Tabel 14 menunjukkan bahwa sebanyak tiga orang atau 60 persen nelayan golongan atas memiliki tanggungan sebanyak tiga hingga empat orang. Sebaran

(45)

data antara jumlah tanggungan sebanyak satu hingga dua orang dan tiga hingga empat pada nelayan golongan atas tidak menunjukkan perbedaan yang besar. Sebanyak tujuh orang atau 78 persen responden nelayan golongan menengah memiliki jumlah tanggungan sebanyak tiga hingga empat orang. Responden nelayan golongan atas maupun menengah tidak ada yang memiliki tanggungan sebanyak lebih atau sama dengan lima orang. Responden nelayan golongan bawah dominan memiliki jumlah tanggunan sebanyak lebih dari atau sama dengan lima orang, yaitu sebanyak sembilan orang atau 57 persen dari seluruh jumlah nelayan golongan bawah. Satu orang responden golongan bawah memiliki jumlah tanggungan sebanyak lebih dari atau sama dengan lima orang.

Hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat nelayan ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Turasih (2011) pada masyarakat petani. Hasil penelitian Turasih (2011) menunjukkan bahwa anggota rumah tangga yang menjadi tanggungan petani seringkali dijadikan tenaga kerja dalam aktivitas pertanian. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian supaya biaya hidup anggota rumah tangga dapat terpenuhi. Responden nelayan tidak banyak yang memanfaatkan anggota rumah tangga menjadi tenaga kerja untuk meningkatkan pendapatan. Seluruh nelayan golongan bawah bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

“Kalo istri di rumah aja, biar suami yang kerja. Istri ngurus anak aja. Kalo istri ikut kerja ntar gak ada yang siapin makanan” (MLN, 27 Tahun).

“Istri mau kerja apa lagi? Kalo istri kerjain yang lain gak ada yang ngurus rumah. Ntar udah capek dari laut, eh gak makanan yang disiapin kan susah. Lagian kalo mau buka usaha juga gak ada modal” (SKM, 42 Tahun).

Pernyataan responden MLN yang ditambahkan oleh responden SKM mewakili sebagian besar responden yang juga mempunyai pendapat yang sama. Istri dianggap memiliki tanggung jawab yang penuh pada pekerjaan di rumah, sehingga istri tidak dapat melakukan pekerjaan lain selain pekerjaan di rumah. Beberapa nelayan golongan atas memanfaatkan istri sebagai pencatat jumlah ikan yang didapatkan dan yang akan dijual. Responden pada penelitian ini yang mempunyai anak juga tidak memperkerjakan anak untuk menambah penghasilan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, responden tidak menjadikan anak sebagai tenaga kerja karena responden tidak ingin anak responden mendapatkan pendidikan dengan baik.

(46)
(47)

PARIWISATA DI PULAU PRAMUKA

Bagian ini akan memaparkan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pramuka. Wisatawan digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan asal wisatawan, yaitu wisatawan lokal dan wisatawan asing. Peningkatan jumlah wisatawan baik lokal maupun asing ke Pulau Pramuka dianalisis melalui data jumlah wisatawan asing pada Tahun 2011 dan 2012. Peningkatan jumlah wisatawan lokal maupun asing pada setiap bulan juga akan dianalisis dengan menggunakan data kunjungan wisatawan pada Bulan Januari hingga Bulan September Tahun 2012. Bagian ini juga akan memaparkan potensi pariwisata yang ada di Pulau Pramuka. Daya tarik Pulau Pramuka yang menjadi alasan kunjungan wisatawan akan dipaparkan pada subbab Potensi Pariwisata.

Kunjungan Wisatawan

Salah satu gugusan pulau kecil Kepulauan Seribu yang obyek pembangunan pariwisata adalah Pulau Pramuka. Pulau Pramuka merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu sejak Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 ditetapkan. Pulau Pramuka memiliki pelayanan dan fasilitas umum seperti fasilitas kesehatan, keamanan, pendidikan, dan fasilitas umum lainnya yang lebih maju dibandingkan pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu. Hal ini menjadikan Pulau Pramuka sebagai salah satu pulau tujuan wisata yang diminati wisatawan untuk dikunjungi, hal ini terlihat dari data yang menunjukkan jumlah wisatawan yang mengunjungi Pulau Pramuka dari tahun 2010 sampai tahun 2013 mencapai 123 120 orang (BPS, 2013). Kunjungan wisatawan lokal adalah sebanyak 100 284 orang dan wisatawan asing sebanyak 2 550 orang. Wisatawan berkunjung ke Pulau Pramuka pada akhir pekan, libur biasa, dan hari libur panjang, wisatawan pada hari kerja memang ada namun tergolong sedikit.

Tabel 15 Jumlah dan persentase wisatawan tahun 2011 dan 2012 berdasarkan jenis wisatawan di Pulau Pramuka

No Jenis wisatawan Jumlah (orang) Persentase (%)

2011 2012 2011 2012

1. Lokal 42 418 57 866 98.22 97.01

2. Asing 768 1 782 1.78 2.99

Jumlah 43 186 59 648 100.00 100.00

(48)

hingga dua kali lipat lebih, yaitu sebanyak 1 782 orang dengan persentase 2.99 persen. Tabel 15 juga menunjukkan peningkatan jumlah keseluruhan wisatawan lokal dan asing dari Tahun 2011 hingga Tahun 2012.

Jumlah rata-rata wisatawan lokal setiap bulan dari Bulan Januari hingga Bulan September tahun 2013 di Pulau Pramuka adalah sebesar 6 213.44 orang, sedangkan jumlah rata-rata wisatawan asing adalah sebesar 181.89 orang. Jumlah keseluruhan wisatawan lokal dari bulan Januari hingga Bulan September di Pulau Pramuka adalah sebanyak 55 921 orang, sedangkan jumlah keseluruhan wisatawan asing adalah sebanyak 1 637 orang. Jumlah kunjungan wisatawan berjumlah di atas rata-rata jumlah wisatawan per bulan terjadi pada Bulan Mei hingga Bulan September. Jumlah wisatawan memuncak pada Bulan Agustus sebesar 11 598 orang dengan persentase 20.74 persen dari keseluruhan jumlah wisatawan. Jumlah wisatawan meningkat pada bulan yang memiliki banyak hari libur seperti Bulan Juni hingga Agustus. Peningkatan jumlah wisatawan pada Bulan Agustus bertepatan dengan libur panjang perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Data jumlah wisatawan pada Bulan Januari hingga Bulan September tahun 2013 disajikan pada Tabel 16 berikut:

(49)

Pulau Pramuka dan jadwal keberangkatan kapal juga tarif menumpang kapal. Pulau Pramuka tidak menjadi tujuan wisatawan untuk melakukan snorkelling,

namun kegiatan diving pada kedalaman tertentu masih dapat memberikan kepuasan bagi wisatawan untuk melihat keindahan terumbu karang. Wisatawan lebih memilih Pulau Pramuka sebagai tempat tinggal selama melakukan wisatakarena aksespenginapan, warung, dan tempat makan lebih mudah ditemukan. Wisatawan terlebih dahulu singgah di Pulau Pramuka untuk selanjutnya melakukan snorkelling maupun diving di daerah Sub Coral di dekat pulau-pulau tertentu yang memberikan keindahan alam bawah laut bagi wisatawan. Padahal, di sekitar spot snorkelling dan diving tersebutterdapat pulau-pulau seperti Pulau Semak Daun, Pulau Air, maupun Pulau Panggang yang dekat dengan Pulau Pramuka, namun hanya Pulau Pramuka yang memiliki fasilitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan selama berwisata. Gambar 2 di bawah menyajikan arah tujuan wisatawan:

Gambar 2 Arah tujuan wisatawan

Gambar 2 menunjukkan arah tujuan wisatawan dari Pulau Pramuka untuk melakukan snorkelling ataupun diving. Pulau Pramuka menjadi titik awal wisatawan untuk kemudian mengunjungi kawasan-kawasan yang masih memiliki pemandangan bawah laut yang masih terjaga.

Sejalan dengan berkembangnya tren berlibur ke tempat dengan suasana yang tenang dari keriuhan perkotaan, Pulau Pramuka dapat dijadikan sebagai pilihan untuk mewujudkan tren tersebut. Pulau Pramuka menawarkan suasana alam yang tenang. Wisatawan dapat berkeliling di sekitar Pulau Pramuka untuk melihat pemandangan laut yang luas apabila wisatawan tidak ingin melakukan aktivitas snorkelling dan diving. Wisatawan dapat berkeliling di sekitar Pulau Pramuka dengan berjalan kaki, bersepeda atau memanfaatkan angkutan umum yang biasa disebut odong-odong. Biaya peminjaman sepeda hanya berkisar Rp10 000 per jam, sedangkan fasilitas odong-odong1hanya seharga Rp2 000 per satu putaran Pulau Pramuka. Wisatawan juga dapat bersantai di pinggir laut untuk menunggu matahari terbenam sambil meminum air kelapa muda. Kelapa muda

1

(50)

yang dijual di warung-warung milik warga Pulau Pramuka tersebut hanya seharga Rp15 000 per buah, biasanya pihak pemilik warung memberikan fasilitas tikar untuk wisatawan yang ingin bersantai di pinggir laut. Suasana tenang yang ditawarkan di Pulau Pramuka menjadi daya tarik bagi kelompok-kelompok tertentu untuk mengadakan rapat kerja maupun acara keakraban dalam beberapa hari. Kegiatan bakar ikan menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu di malam hari. Ikan dan alat-alat untuk melakukan kegiatan bakar ikar dapat dipesan pada warung makan terdekat maupun pihak penginapan.

Fasilitas bermain lainnya yang ditawarkan di Pulau Pramuka adalah fasilitas penyewaan banana boat, namun wisatawan perlu mengantri untuk dapat bermain

banana boat karena permainan ini merupakan salah satu permainan yang banyak diminati oleh wisatawan. Wisatawan dikenakan biaya sewa banana boat seharga Rp95 000 per satu kali putaran untuk lima orang. Fasilitas banana boat sudah terbilang cukup aman karena dilengkapi dengan pelampung dan pengawasan oleh pihak penyedia sewa. Wisatawan yang ingin berenang di laut pinggir Pulau Pramuka dapat menyewa pelampung dan kacamata renang seharga Rp15 000 per jam. Wisatawan juga dapat membeli baju untuk keperluan renang di toko sekitar Pulau Pramuka.

Pariwisata di Pulau Pramuka telah dibangun dengan fasilitas yang lengkap dengan harga relatif murah. Wisatawan yang berkunjung dapat memanfaatan paket liburan yang ditawarkan oleh travel agen via internet ataupun wisata secara mandiri. Biaya yang dikeluarkan untuk berwisata di Pulau Pramuka akan lebih murah jika berwisata secara kolektif, semakin banyak anggota kelompok untuk berwisata maka semakin murah biaya yang dikeluarkan. Biaya penyewaan perahu yang digunakan untuk melakukan snorkelling maupun diving ke spot tertentu tidak dibayar dengan harga per orang melainkan dibayar dengan harga per perahu. Sehingga pembagian biaya yang dikeluarkan akan lebih murah pada kapasitas maksimal penumpang di perahu. Biaya yang dikeluarkan untuk menyewa sebuah perahu adalah sebesar Rp300 000 dengan kapasitas 10 orang penumpang.

Pulau Pramuka dapat dicapai dengan perjalanan menggunakan kapal kayu dari Pelabuhan Muara Angke. Perjalanan menggunakan kapal kayu akan menghabiskan waktu sekitar dua jam dan mencapai empat jam jika kapal singgah ke pulau-pulau lain untuk mengambil penumpang. Biaya yang dikeluarkan untuk menumpang kapal ini seharga Rp35 000 per orang. Jadwal keberangkatan kapal kayu dari Pelabuhan Muara Angke menuju Pulau Pramuka maupun pulau-pulau lain hanya ada satu kali pada pukul 07.00 WIB, namun jadwal keberangkatan dari akan ditambah menjadi dua kali pada Hari Sabtu jika banyak penumpang. Pilihan kapal lain untuk menuju Pulau Pramuka dengan waktu tempuh yang lebih singkat adalah menggunakan Kapal Marina Ancol dari Ancol. Waktu tempuh hanya 45 menit, namun biaya yang dikeluarkan lebih mahal dibanding kapal kayu yaitu sebesar Rp165 000. Kapal Marina dilengkapi dengan fasilitas pendingin udara (AC), single seat, dan musik hiburan. Selain itu, guncangan kapal oleh ombak tidak banyak dirasakan saat perjalanan sehingga penumpang merasa nyaman. Kapal lainnya yang dapat ditumpangi untuk menuju Pulau Pramuka adalah Kapal Predator dengan biaya sebesar Rp50 000.

(51)
(52)
(53)

PELUANG USAHA DAN PELUANG BEKERJA DI PULAU

PRAMUKA

Bagian ini memaparkan peluang usaha dan peluang bekerja di Pulau Pramukakehidupan nelayan yang dimanfaatkan nelayan untuk melakukan strategi nafkah. Kunjungan wisatawan di Pulau Pramuka menimbulkan peluang usaha dan peluang bekerja di Pulau Pramuka. Hal ini dikarenakan adanya permintaan dari wisatawan untuk memenuhi kebutuhan selama berwisata. Peluang usaha dan peluang bekerja yang timbul merupakan responden berbagai pihak di Pulau Pramuka untuk memenuhi permintaan wisatan. Bab ini dibagi ke dalam dua bagian, yaitu bagian Peluang Usaha dan bagian Peluang Bekerja.

Peluang Usaha

Sejak Kepulauan Seribu ditetapkan menjadi Kabupaten Administratif pada tahun 2010, Pulau Pramuka juga ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten. Fasilitas di Pulau Pramuka mulai ditambah dan dibenahi. Fasilitas di Pulau Pramuka meliputi rumah sakit, tempat ibadah, bank, jalan konblok, lapangan olahraga, lampu jalan, taman, dan sebagainya. Fasilitas yang lengkap menjadi suatu nilai tambah bagi Pulau Pramuka dibanding pulau-pulau lain yang ada di Kepulauan Seribu. Selain fasilitas, akses menuju Pulau Pramuka juga semakin mudah. Wisatawan dapat menggunakan kapal kayu maupun kapal cepat untuk mencapai Pulau Pramuka secara langsung. Fasilitas yang lengkap dan potensi pesisir yang dapat dijadikan obyek wisata menjadi peluang bagi masyarakat Pulau Pramuka untuk mengembangkan sektor pariwisata yang bernilai ekonomi. Pengembangan fasilitas di Pulau Pramuka menjadi faktor pendorong dalam meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pramuka (peningkatan jumlah wisatawan dapat dilihat pada Tabel 15).

(54)

penambahan sembilan bangunan penginapan. Jumlah dan jenis peluang usaha yang timbul akibat adanya pariwisata disajikan pada Tabel 17.

Jenis peluang usaha yang muncul berupa penyewaan homestay, kontrak rumah, warung nasi, kedai, RO penyulingan air, kapal arah Muara Angke, Kapal antar pulau, sewa kapal, rental alat renang, rental alat diving, sewa banana boat, sewa kano, sewa alat pesta, sewa alat musik, rental sepeda, travel, dan guide. Seluruh usaha berjumlah 208 usaha. Jenis peluang usaha homestay merupakan peluang usaha yang cukup banyak dibangun dari semua jenis peluang usaha. Jumlah homestay yang telah dibangun adalah sebanyak 72 bangunan dengan persentase 34.62 persen. Jenis usaha dengan jenis usaha yang paling sedikit dari antara semua jenis usaha adalah jenis usaha sewa alat pesta sejumlah satu usaha dengan persentase 0.48 persen.

Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan informan, pemanfaat peluang usaha yang timbul akibat adanya pariwisata hanya masyarakat asli Kelurahan Pulau Panggang khususnya Pulau Pramuka. Masyarakat biasanya tidak ingin menjual tanah kepada pihak lain. Biasanya masyarakat yang memiliki tanah akan mewariskan kepada generasi berikutnya didalam keluarga. Pihak luar dapat memiliki tanah maupun membangun usaha di Pulau Pramuka hanya jika memiliki keluarga asli masyarakat Pulau Pramuka.

“Saya cuma jaga homestay di sini, ini homestay punya kakak saya yang sekarang ada di Jakarta. Banyak juga di sini orang nitipin homestay-nya sama keluarga” (ASW, 34 Th, 29 Nopember 2014) Tabel 17 Jumlah peluang usaha dan peluang bekerja di Pulau Pramuka Tahun

2013

No Jenis usaha Jumlah peluang

(55)

Penilitian ini menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tando (1992). Tando (1992) menunjukkan bahwa peluang usaha dan bekerja muncul karena adanya pariwisata. Peluang usaha dan bekerja yang ada seperti usaha penginapan, travel, rumah makan, transportasi, dan jasa. Penelitian yang dilakukan oleh Tando (1992) juga menunjukkan bahwa peluang usaha dan bekerja yang muncul karena adanya pariwisata dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar pariwisata.

Peluang Bekerja

Peluang bekerja timbul saat peluang usaha memerlukan tambahan tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan yang pada peluang usaha. Tabel 17 menunjukkan 18 jenis usaha dapat menjadi 209 peluang usaha yang kemudian menjadi sebanyak 384 peluang berusaha bagi masyarakat Pulau Pramuka. Tabel 17 menunjukkan bahwa peluang bekerja yang timbul dari peluang usaha sewa alat pesta jumlah terbanyak dari semua jenis usaha.

Dokumentasi Kelurahan Pulau Panggang, Selain jenis peluang usaha yang telah tercantum pada Tabel 17 di atas, usaha warung sembako tradisional juga terdapat di Kelurahan Pulau Panggang dengan jumlah yang cukup banyak, yaitu sejumlah 84 warung. Jarak antara satu warung dengan warung lainnya tidak begitu jauh, bahkan beberapa warung saling berhadapan maupun bersebelahan. Usaha warung sembako tersebut mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 205 orang. Jumlah usaha warung sembako yang terbilang banyak disebabkan karena tidak ada mini market maupun super market yang didirikan di Kelurahan Pulau Panggang. Sehingga masyarakat memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun wisatawan memenuhi kebutuhan selama berwisata dengan membeli dari warung. Beberapa pemilik warung saling bekerja sama untuk membeli barang jualan di Kota Jakarta secara kolektif agar biaya angkutan lebih murah.

Biasanya toko “A” dan toko “B” atau toko lainnya beli barang jualan barengan biar lebih murah harganya. Biasanya mereka nyewa kapal buat angkut barang belanjaan, kan jadi murah kalau barengan.

(NTI, 36 tahun)

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran
Tabel 4  Jumlah dan persentase luas pulau di Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2010
Tabel 10 Jumlah dan persentase sarana di Pulau Panggang Tahun 2011
Gambar 2 Arah tujuan wisatawan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyatmini dan Hakim (2008) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kompetensi kerja

dialokasikan sebagai beban langsung pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Depreciation expense from investment property is allocated as direct costs in the

1 4 Maret 2009 Diklat BKD Pemkab Badung Jl.Balai Diklat Sempidi Badung -Bali 35 21 April 2009 2 4 Maret 2009 PSIK Jl.Letjen Suprapto Komp.. Jenderal Gatot

Lakukan pengeboran dengan countersink lubang secara berurutan dan pada kedua permukaan sesuai gambar kerja.. Chek ketepatan jarak dan bentuk pada masing –

Jenis dan sumber data Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu mengemukakan seluruh permasalahan yang berkaitan dengan: 2.1 Bagaimana konsep manajemen mutu terpadu..

catalogue could use the RSS auto discovery protocol to find all the services available at a site and harvest them ... without having to have a priori knowledge of the URL for

Distribusi kegiatan dalam ruang memerlukan interaksi spasial dalam sistem transportasi.. Distribusi prasarana dari

Untuk tahun 2000 dan tahun 2011, nilai indeks urban dengan kelas kerapatan tinggi sebagian besar terdapat pada tutupan lahan berupa wilayah terbangun yang