• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bandung

Kondisi geografis wilayah Kabupaten Bandung yang terletak pada koordinat 1070 22' - 10805' Bujur Timur dan 60 41' - 70 19' Lintang Selatan terletak di wilayah dataran tinggi. Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Bandung 176 238.67 ha, sebagian besar wilayah Bandung berada diantara bukit-bukit dan gunung- gunung yang mengelilingi Kabupaten Bandung, seperti disebelah utara terletak Bukittunggul dengan tinggi 2 200 m, Gunung Tangkuban Parahu dengan tinggi 2 076 m yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Purwakarta dan di sebelah selatan terdapat Gunung Patuha dengan tinggi 2 334 m, Gunung Malabar dengan tinggi 2 321 m, serta Gunung Papandayan dengan tinggi 2 262 m dan Gunung Guntur dengan tinggi 2 249 m, keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut.Batas wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Bandung adalah:

Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan KabupatenSumedang.

Sebelah Timur : Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut. Sebelah Selatan : Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur.

Sebelah Barat : Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kota Cimahi.

Morfologi wilayah pegunungan dengan rata-rata kemiringan lereng antara 0- 8%, 8-15% hingga di atas 45%. Kabupaten Bandung beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara 1 500 mm sampai dengan 4.000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 120C sampai 240C dengan kelembaban antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau.

Lahan merupakan sumberdaya alam yang paling penting dalam usaha budidaya pertanian. Potensi Lahan di Kabupaten Bandung, terdiri dari Lahan Sawah seluas 36 212 hektar atau 20.55% dari luas wilayah Kabupaten Bandung (176 239 Ha), Lahan Kering seluas 140 027 hektar (79.45%), terdiri dari lahan kering pertanian seluas 74 778 Ha (42.43%) dan lahan kering bukan pertanian 65 249 ha (37.02%).

Sejarah Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Pondok Pesantren Al- Ittifaq didirikan pada tanggal 1 Februari 1934 (16 syawal 1302) oleh KH. Mansyur atas restu Kangjeng Dalem Wiranata Kusumah. Pada awalnya Pondok Pesantren Al-Ittifaqtergolong ke dalam jenis pondok

26

pesantren salafiyah (tradisional/non sekolah). Sistem pendidikan yang diterapkan pada waktu itu cukup kolot yaitu para santri diharamkan untuk belajar menulis latin, tidak boleh kenal dengan pejabat pemerintah karena dianggap penjajah, tidak diperbolehkan membuat rumah dari tembok, tidak boleh ada alat elektronik (mic, radio, televisi dan sebagainya) dan tidak diperbolehkan membuat toilet di dalam rumah. Pada tahun 1953 kepemimpinan diteruskan oleh H. Rifai hingga wafatnya pada tahun 1970, dan pada tahun 1970 sampai sekarang kepemimpinan dipegang oleh KH. Fuad Affandi (cucu dari KH. Mansyur). Pengelolaan pendidikan yang seadanya, menyebabkan perkembangannya amat sangat lamban, bahkan cenderung berjalan di tempat, ditambah dengan keengganan untuk membuka diridan kurangnya pengetahuan mengenai potensi daerah.

Sejak tahun 1970 KH. Fuad Affandi,mencoba untuk memadukan antara kegiatan keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (Agribisnis) di pondok pesantrennya, sesuai dengan potensi alam yang ada di sekitar pesantren. Kegiatan usaha pertanian (Agribisnis) berlangsung hingga saat ini, bahkan menjadi tulang punggung kegiatan pesantren. Dalam melaksanakan pengembangan agribisnis, Pondok Pesantren Al-Ittifaq mendasarkannya kepada prinsip INPEKBI (Ilahi, Negeri, Pribadi, Ekonomi, Keluarga, Birahi, Ilmihi) yang artinya, bahwa dalam melaksanakan pengembangan agribisnis maka harus diridhoi oleh Allah SWT, diakui oleh pemerintah (negeri), berdasarkan atas kepribadian yang luhur, usaha secara ekonomis harus menghasilkan keuntungan. Serta kegiatan tersebut harus berdasarkan asas kekeluargaan, dan bila sudah dewasa santri siap untuk dinikahkan dan diberi tempat tinggal. Karena di pondok pesantren ini tidak ada batasan waktu bagi santri untuk berlatih dan mondok di Pesantren Al-Ittifaq ini, serta menerapkan ilmu atau teknologi yang berkembang untuk meningkatkan produksi.

Lokasi Dan Kondisi Geografis Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Ponpes Al-Ittifaq terletak di sebelah selatan kota Bandung, tepatnya di Jalan Patengan KM. 7 Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali (Ciwidey), Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Secara geografis Desa Alam Endah berbatasan dengan beberapa desa lainnya, yaitu :

Sebelah Utara : Desa Panundan Sebelah Selatan : Desa Patengan Sebelah Timur :Desa Sugih Mukti Sebelah Barat : Desa Lebak Muncang

Jarak Ponpes Al-Ittifaq ke kota kecamatan ±14 km, ke kota kabupaten (Pemda) ±29 km dan ke kota Bandung ±40 km. Ponpes dapat dijangkau dengan berbagai sarana transportasi seperti mobil, motor, maupun angkutan umum. Desa Alam Endah terletak pada daerah dataran tinggi dengan ketinggian tempat ±1.200- 1.400 m di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata 2.130 mm/tahun dengan suhu harian berkisar 19-20°C. Sedangkan tingkat kesuburan tanahnya berkisar dari kategori sedang sampai tinggi.

27

Organisasi Dan Kelembagaan Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Ponpes Al-Ittifaq adalah organisasi sosial keagamaan yang menyantuni anak yatim piatu dan fakir miskin dan mendidik pengembangan usaha. Dengan niat ibadah dan menegakkan syiar Islam melalui dakwah, Ponpes Al-Ittifaq memberikan pelayanan sosial di bidang pendidikan keagamaan yang dipadukan dengan pendidikan pertanian. Dengan harapan para santri akan memiliki iman dan takwa yang kuat, bermental mandiri dan berjiwa wirausaha.

Selain sebagai sarana untuk mengajarkan ilmu keagamaan dan usaha (agribisnis) Pondok Pesantren Al-Ittifaq juga merupakan sebagai wadah sosial kemasyarakatan dengan selalu digulirkannya kegiatan khitanan massal bagi masyarakat umum. Yang setiap tahunnya menampung anak-anak yang dikhitan mencapai kurang lebih 150 orang dengan tanpa dipungut biaya apapun. Selain kegiatan khitanan massal, Pondok pesantren juga merupakan sebagai pusat dari kumpulan dewan keamanan masjid (DKM) yang jumlahnya mencapai kurang lebih 35 DKM dari satu kelurahan.

Visi dan Misi

Pondok Pesantren Al-Ittifaq sebagai sebuah lembaga pendidikan memiliki visi, yaitu “Ikhlas dalam pelayanan untuk menegakkan syi’ar Islam melalui da’wah bil hal”. Sedangkan misi yang dimiliki pondok pesantren adalah:

• Membentuk pribadi dan masyarakat yang berakhlak mulia melalui pengamalan nilai-nilai Islam.

• Mengembangkan program pelayanan yang terpadu, terarah dan berkesinambungan.

• Membentuk perilaku berprestasi, berfikir strategis serta bertindak efektif, efisien melalui pengembangan pendidikan yang komprehensif bagi kelayakan.

Dalam upaya untuk menjaga kesesuai eksternal, Pondok Pesantren Al-Ittifaq mempunyai prinsip-prinsip kelembagaan yaitu Meyakinkan, Menggalang, Menggerakan, Memantau, dan Melindungi.

Lembaga-Lembaga

Lembaga di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ini terbagi kedalam beberapa golongan, diantaranya :

Salafiyyah

Lembaga Salafiyyah ini merupakan lembaga non-formal dan tanpa dipungut biaya pendaftaran juga bangunan yang notabene santri-santrinya berasal dari keluarga yang tidak mampu (yatim piatu) di lembaga salafiyyah ini masih menggunakan sistem pendidikan tradisional seperti halnya pesantren-pesantren tradisonal pada umumnya. Akan tetapi yang menjadikan ciri khas dari lembaga salafiyyah ini ialah adanya kegiatan ekstrakulikuler di lapangan seperti pertanian, peternakan, perikanan dan agribisnis.Lembaga salafiyyah ini bertujuan untuk mendidik santri agar bisa hidup mandiri dan mengambangkan jiwa wirausahawan agar kedepannya setelah menyelesaikan masa pendidikan di Pondok pesantren para santri bukan hanya bisa mengajar mengaji dan berdakwah tapi juga mereka mampu memanfaatkan kesempatan untuk dijadikan sebagai peluang usaha bahkan mereka mempu membuka lahan usaha untuk orang lain.

28

Khalafiyyah

Lembaga Khalafiyyah ini merupakan lembaga formal yang terdiri dari TPA, TK, MI, MTS dan MA. Dan sebagian dari siswa-siswinya berasal dari luar daerah Bandung. Khalafiyyah lebih diutamakan untuk dididik pengetahuan tentang pelajaran sekolah seperti pada umumnya. Namun lembaga khalafiyyah ini selain dididik pengetahuan tentang pelajaran sekolah pada umumnya siswa-siswanya juga diajarkan pengetahuan tentang agribisnis dan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan dunia pertanian lainnya.

Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Dalam rangka mengikuti perkembangan era-globalisasi dimana setiap individu dituntut untuk bergerak dan aktif demi bersaing dalam mempertahankan juga mengembangkan setiap potensi dan kesempatan yang ada di depan mata dari itu seharusnyalah setiap individu memiliki bakat dan multi talenta dalam berbagai aspek kehidupan baik aspek yang barkaitan dengan agama ataupun aspek yang berkaitan dengan umum.

Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam melaksanakan fungsinya sebagai pencetak kader dakwah juga merupakan sebagai pencetak individu-individu yang berjiwa wirausahawan salah satunya yaitu dengan digulirkannya kegiatan agribisnis yang melibatkan para santri. Sehingga para santri selain dibekali ilmu agama, juga dibekali ilmu agribisnisnya. Oleh karena itu banyak alumni santri juga yang melakukan usaha pada bidang agribisnis dan umumnya berhasil. Pondok Pesantren Al-Ittifaq saat ini merupakan tempat magang atau pelatihan agribisnis dari santri-santri di luar daerah, mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi, dan petani dari berbagai daerah, baik dalam maupun luar negeri.

Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaqtidak semuanya berasal dari keluarga mampu, banyak santri dari golongan keluarga yang tidak mampu atau menengah ke bawah maka dari itu pihak pondok pesantren mengambil inisiatif dalam menggalang semua anggaran dana yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari santri yaitu dengan dengan menggunakan istilah “Dari santri, oleh santri dan untuk santri“ maksudnya ialah santri diberikan lahan oleh pihak pesantren baik itu lahan pertanian, peternakan dan perikanan untuk dikelola oleh santrinya dan nantinya dari hasil lahan yang dikelolanya itu akan dinikmati oleh santrinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka seperti membeli beras, lauk dan lain sebagainya. Selain untuk memenuhi kebutuhan santri, pertanian, peternakan, dan perikanan juga menjadi suatu usaha bagi pondok pesantren untuk memperoleh keuntungan yang lebih banyak digunakan untuk kebutuhan pesantren.

Inisiatif ini banyak mengundang para ilmuwan, dosen dan peneliti untuk mempelajari lebih dalam tentang sistem yang jalankan di Pondok Pesantren Al- Ittifaq ini karena termasuk sistem yang masih sedikit diterapkan di lembaga Pondok pesantren pada umumnya yang diantaranya masih mengandalkan uang dari iuran santrinya.

Santri dapat memilih kegiatan-kegiatan atau ekstrakulikuler pertanian yang mereka minati. Ekstrakulikuler terdiri dari pertanian, peternakan dan agribisnis. Dalam ekstrakulikuler pertanian, santri dapat memilih komoditi yang mereka minati pula seperti sayur mayur, strawberry, dan asparagus. Pada

29 ekstrakulikulerpertanian santri belajar budidaya dari menanam, merawat, hingga memanen suatu tanaman. Ekstrakulikuler peternakan, santri juga dapat memilih hewan ternak seperti sapi, kelinci, angsa, kambing, dan ikan. Pada ekstrakulikuler peternakan santri belajar mengembang biakan hewan ternak sehingga terus berproduksi menghasilkan anak dan dapat dijual. Selain itu, terdapat ekstrakulikuler agribisnis meliputi sorting, grading, dan packaging. Pada ekstrakulikuler agribisnis, santri lebih belajar untuk melanjutkan perlakuan dari panen sehingga hasil panen lebih memiliki harga jual. Dengan ini pesantren mampu memasok sayuran ke pasar-pasar modern yang sudah menjadi langganan.

Agribisnis Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Pada tahun 1997, atas keberhasilan menembus pasar supermarket, pesantren ini dijadikan sebagai Pondok Pesantren Percontohan Pengembangan Agribisnis, yang seleksi penetapannya dilakukan pada tahun 1996 oleh Tim Antar Departemen (Departemen Agama, DepartemenPertanian, Departernen Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah, Departemen Dalam Negeri, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta Induk Koperasi Pondok Pesantren dan Pemda Tingkat I).

Berkembang pesatnya kegiatan agribisnis di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ini menyebabkan banyak perusahaan swasta dan lembaga-lembaga memberikan bantuan permodalan dan latihan manajemen. Tujuannya,untuk meningkatkan volume dan kualitas usahanya. Bantuan tersebut berdatangan sejak tahun 1993. Lembaga yang memberikan bantuan permodalan adalah PT. Telkom dan PT. Perkebunan Nasional VIII.Berbagai pelatihan dan bimbingan manajemen pun diberikan, antara lain oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jabar dan Tingkat II Kabupaten Bandung, Departemen Pertanian, Departemen Koperasi, serta beberapa instansi. Sedangkan bantuan sarana dan prasarana diberikan oleh Pemerintah Daerah Tk. I dan Tk. II, terutama Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Departemen Pertanian berupa bangunan Pusat Inkubator Agribisnis dan Departemen Koperasi, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Agama, PT. Perkebunan Nasional VIII dan juga instansi lain. Keberhasilan pesantren agribisnis Al-Ittifaq ini menjadikan pesantren ini sebagai pusat pelatihan dan tempat kuliah kerja lapangan mahasiswa-mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi seperti, IPB,UNPAD, UPI, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta dan lain-lain.

Sejarah Perkembangan Agribisnis Al-Ittifaq

Tahun 1978, KH. Fuad Affandi mulai menyewa lahan penduduk dan meminjam modal sebagai modal bertani buncis. Tetapi karena tidak memiliki bakat dan pengetahuan, usaha ini gagal dan rugi sampai belasan juta rupiah. Namun kegagalan ini tidak membuat menyerahKH. Fuad Affandi untuk terus mencoba usaha agribisnis ini. Bahkan KH. Fuad Affandi membeli lahan seluas 400 m2. Hasil pertanian ini kemudian dipasarkan ke pasar tradisional.Dalam perjalananya, model pemasaran seperti ini dirasakan sangat melelahkan dan tidak

membawa keuntungan. Dari sinilah muncul ide untuk

menjualnya ke supermarket.Kiai Fuad kemudian bergabung dengan koperasi dan pada tahun 1990 masuk menjadi anggota KUD Ciwidey. Tetapi sayang, mereka

30

menolak memasarkan sayur–mayur Pesantren Al-Ittifaq ke supermarket. Akhirnya, ia bergabung ke KUD Pasir Jambu. Koperasi inilah yang menjadi mitra Pesantren Al-Ittifaq dalam memasarkan sayuran ke Supermarket.Tetapi, selama delapan bulan Kiai Fuad mengalami kegagalan. Setiap sayur yang dikirim, Supermarket selalu mengirim balik dengan alasan tidak memenuhi standar. Proses pemilihan, pengepakan,dan pengiriman sayuran, dianggap sangat tradisional hingga tidak layak dipasok ke supermarket.

Karena kondisi ini, Kiai Fuad akhirnya meminta pihak manajemen supermarket untuk membina mereka dari dalam. Diutuslah seorang insinyur pertanian dari supermarket untuk membimbing santri-santri Al-Ittifaq dalam memilih jenis komoditi pertanian, mengolah lahan, dan finishingpengepakan. Dari sinilah kisah sukses Pondok Pesantren Al-Ittifaq dimulai. Hingga saat ini, pesantren ini memiliki asset 14 ha tanah, beberapa gedung bangunan, dan kemampuan untuk mandiri dalam membiayai operasional pesantren lebih dari Rp50 000 000 per bulan.

Pengelolaan Agribisnis

Yayasan Al-Ittifaq dibina oleh KH. Fuad Affandi yang merangkap sebagai Pimpinan Pondok Pesantren sekaligus Ketua Pengurus Kopontren. Keorganisasian pesantren dibagi menjadi beberapa bidang,yaitu:

• Bidang pendidikan dan sosial yang membutuhkan biaya pendidikan, termasuk beasiswa, bidang ini pula yang bertugas membantu masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan.

• Bidang perekonomian yangbertugas menjalankan roda ekonomi pondok, bidang ini berpusat pada pondok pesantren.

P o s i s i k e t ua u mu m pen g ur us Ko po nt re n dipegang langsung oleh KH. Fuad Affandi. Manajer dipegang oleh Ustadz H. Asep Saifuddin, salah seorang pembina Pondok Pesantren. Unit-unit usaha untuk mendukung kelompok tani terdiri dari unit pelayanan sarana produksi, unit produksi, unit pemasaran, unit pengendalian hama dan penyakit, unit kendaraan dan unit pemanfaatan hasi.

Sampai saat ini, terdapat 5 kelompok tani yang merupakan pendukung utama Kopontren Al-Ittifaq yaitu , kelompok tani Alif, kelompok tani ONE, kelompok tani Jampang Endah, kelompok tani Tunggul Endah dan kelompok tani HMS (Hasil Melak Sayur). Khusus untuk kelompok tani Alif (Al-Ittifaq) yang terdiri dari guru dan santri, komoditi yang diusahakan tidak hanya komoditi sayuran, tapi juga peternakan kelinci, sapi, domba, ayam hias, perikanan serta home industrygarmen dan kerajinan tas. Di luar kelompok tani, usaha ekonomi lain juga dilakukan oleh santri-santri Al-Ittifaq melalui lembaga BMT (Baitul Maal wa Tamwiil)yang meliputi usaha simpan pinjam, penjualan sembako (sembilan bahan pokok), dan pelayanan jasa (SIM, STNK, pajak dan lain lain). Khusus untuk pengelolaan agribisnis dilakukan melalui beberapa tahapan yang antara satu tahapan dengan lainnya saling terkait. Tahapan-tahapan dimaksud sebagai berikut:

• Pemilihan Komoditi

Komoditi yang ditanam adalah komoditi komoditi yang merupakan permintaan pasar, baik pasar tradisional maupun pasar modern.

31 • Perencanaan

Untuk memenuhi permintaan pasar sesuai dengan kontrak kerja antara pondok pesantren baik melalui KUD maupun langsung dengan pengusaha, telah dilakukan perencanaan kerja dengan kelompok-kelompok tani.Perencanaan dilakukan dengan cara membagi komoditi komoditi pokok yang harus diproduksi oleh kelompok-kelompok tani. Selain itu, untukmendukung kesuburan tanah dikembangkan pula unit pembuatan kompos.

• Mengatur Pola Tanam

Di setiap lahan disediakan papan pola tanam yang diisi oleh PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) dari dinas pertanian. Misalnya, untuk menanam tomat, ditetapkan minggu I (pertama) di lahan mana dan luasnya berapa. Bila ternyata masih kekurangan produk yang akan dipasok, maka tugas bagian pengadaan yang akan mencari ke petani-petani di Ciwidey, Lembang, bahkan hingga Garut.

• Pengorganisasian Santri

Dalam mengelola agribisnis tersebut, para santri dibagi ke dalam kelompok- kelompok yang pengelompokannya didasarkan kepada minat, tingkat pendidikan dan keterampilan khusus yang dimiliki para santri. Secara umum pembagian tugas guru dan santri seperti pengurus inti agro bisnis, kesekretariatan, mandor kebun, pengemasan, pemasaran, pekerja lapangan dan pengadaan

Untuk mempertahankan bisnis agro ini, pesantren menerapkan strategi pemasaran bermitra usaha, baik dengan KUD, kerja sama langsung dengan supermarket dan membuat pasar-pasar potensial yang baru. Secara bertahap, setelah mendapat kepercayaan dari satu supermarket, kemudian diupayakan kerja sama dengan supermarket yang lain tanpa melepaskan pangsa pasar yang sudah terjalin.Pihak pesantren juga bekerja sama dengan departemen pertanian dengan dilibatkannya tenaga petugas penyuluh lapanganuntuk membina pengaturan pola tanam, teknologi budaya dan cocok tanam. Diluar itu, secara internal pihak pesantren pun secara rutin mengadakan forum pertemuan antara santri dengan petani untuk membahas pola tanam dan teknologi budidaya yang biasa dilakukan setiap hari kamis, malam jum’at, di setiap awal bulan.

Dokumen terkait