• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Ittifaq yang terletak di Ciwidey Kabupaten BandungJawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Pondok Pesantren Al- Ittifaq merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis agama Islam yang juga memiliki agribisnis yang cukup maju salah satu bidang yang diusahakannya adalah usaha ternak kelinci. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2013.

Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung (observasi) ke Pondok Pesantren Al-Ittifaq serta dengan melakukan wawancara langsung kepada pihak pengelola usaha agribisnis khususnya peternakan di pondok pesantren tersebut. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak pengelola.

Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen instansi berupa data dan informasi dari instansi pada periode terkait dengan penelitian serta gambaran umum usaha. Selain itu, data sekunder diperoleh melalui penelusuran kepustakaan melalui buku, literatur, internet dan tulisan-tulisan ilmiah yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam penelitian. Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk melengkapi dan mendukung data-data primer yaitu data yang didapat dari literatur dan instansi terkait.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu:

• Observasi: melakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas usaha terutama yang terkait dengan kegiatan usaha.

• Wawancara: melakukan wawancara dengan pemilik usaha atau pengelola usaha.

• Kepustakaan: membaca buku-buku yang terkait, mempelajari hasil penelitian terdahulu, data-data dari lembaga terkait dan perusahaan yang tersedia serta literatur-literatur relevan yang menunjang.

21

Metode Pengolahan Dan Analisis Data

Analisis Kelayakan Non-Finansial

• Aspek Pasar

Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek pasar dan pemasaran jika ide bisnis tersebut dapat menghasilkan produk atau jasa yang dapat diterima pasar dengan tingkat penjualan yang menguntungkan. Dengan analisis pasar dapat memberikan informasi permintaan atau produk yang akan dihasilkan, penawaran atas produk sejenis, ketersediaan bahan baku atas pemasok faktor produksi yang dibutuhkan serta mengetahui ketepatan strategi pemasaran yang akan digunakan.

• Aspek Teknis

Aspek teknis dikaji untuk mengetahui gambaran lokasi usaha, besar skala usaha, peralatan dan perlengkapan yang digunakan serta proses kegiatan produksi yang dilakukan dalam usaha. Menurut Subagyo (2007) indikator suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan dari aspek teknis produksi adalah jika secara teknis usaha tersebut dapat dilakukan dan suistainable. Suatu bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek teknis dan teknologi jika berdasarkan hasil analisis bisnis tersebut dapat dibangun dan dijalankan dengan baik.

• Aspek Manajemen dan Hukum

Suatu bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek manajemen jika terdapat kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan bisnis dan bisnis tersebut dapat dibangun sesuai waktu yang telah diperkirakan. Berdasarkan aspek hukum, suatu bisnis dinyatakan layak jika bisnis tersebut sesuai dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perizinan di wilayah tersebut.

• Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Menurut Gittinger (1988) suatu usaha dikatakan layak dari aspek sosial apabila memberi dampak positif terhadap penghasilan negara, berpengaruh terhadap devisa negara, membuka peluang kerja, dan berdampak positif terhadap pengembangan wilayah dimana bisnis dilaksanakan. Suatu bisnis layak secara sosial budaya apabila diterima dan secara ekonomi memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.

• Aspek Lingkungan

Suatu bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek lingkungan jika kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan ide bisnis. Bisnis tersebut juga harus mampu memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dampak negatifnya di wilayah tersebut.

Analisis Kelayakan Finansial

Suatu bisnis memiliki manfaat dan biaya finansial dalam pelaksanaannya. Manfaat yang dapat diukur sacara finansial dalam penelitian ini adalah penerimaan penjualan bagi pemilik bisnis atau usaha. Penerimaan penjualan diperoleh berdasarkan hasil penjualan output yaitu berupa produk atau jasa yang ditawarkan oleh proyek atau usaha tersebut.Biaya-biaya dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua jenis biaya yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya-biaya tersebut akan dikeluarkan selama proyek berjalan. Biaya

22

investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pemilik usaha untuk membuat usaha baru. Biaya operasional meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas proyek.

Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek keuangan jika sumber dana untuk membiayai ide bisnis tersedia serta bisnis tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan. Metode yang digunakan untuk melakukan analisis finansial pada proyek atau usaha ini adalah dengan menggunakan kriteria penilaian investasi. Metode tersebut bertujuan untuk mengkaji layak atau tidaknya suatu bisnis atau usaha dapat dijalankan secara finansial. Metode tersebut terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost (Net B/C), dan Payback Period (PP).

Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan keuntungan bersih yang berupa nilai bersih sekarang berdasarkan jumlah dari Present Value (PV). Rumus umum yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah:

Keterangan:

Bt = Benefit pada tahun ke-t Ct = Cost pada tahun ke-t

i = Tingkat Diskonto Rate (DR) (%) n = Umur proyek (tahun)

NPV memiliki tiga nilai yang masing-masing memiliki arti terhadap kriteria investasi apabila NPV kurang dari nol (NPV < 0)berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak layak secara finansial karena masih mengalami kerugian. Apabila NPV sama dengan nol (NPV = 0) berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak mengalami kerugian dan juga tidak mengalami keuntungan, maka keputusan untuk meneruskan usaha ini atau tidak berada di tangan pemillik usaha sendiri. Sedangkan apabila NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak secara finansial sebab mendapatkan keuntungan.

Internal Rate of Return (IRR)

IRR digunakan untuk menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa mendatang. IRR memiliki tiga nilai yang masing-masing memiliki arti terhadap kriteria investasi, yaitu apabila IRR lebih kecil dari nol (IRR <DR) berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak layak secara finansial. Sedangkan apabila IRR lebih besar dari nol (IRR >DR) berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak secara finansial.

IRR i NPVNPVNPV x i i

Keterangan:

IRR = Internal Rate of Return

23 i2 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV-

NPV1 =Net Present Value bernilai positif NPV2 = Net Present Value bernilai negatif • Net Benefit-Cost (NET B/C)

Net B/C merupakan nilai manfaat yang bisa didapatkan dari proyek atau usaha setiap kita mengeluarkan biaya sebesar satu rupiah untuk proyek atau usaha tersebut. Net B/C merupakan perbandingan antara NPV positif dengan NPV negatif. Nilai Net B/C memiliki arti sebagai berikut:

Net B C ∑

∑ ;

Bt Ct Bt Ct

Keterangan:

Bt = Benefit pada tahun ke-t Ct = Cost pada tahun ke-t

i = Tingkat Diskonto Rate (DR) (%) n = Umur proyek (tahun)

(Bt-Ct)1 = untuk Benefit lebih besar dari Cost pada tahun ke-t (Bt-Ct)2 = untuk Benefit lebih kecil dari Cost pada tahun ke-t • Payback Period (PP)

Payback Period (PP) merupakan salah satu kriteria investasi yang berupa jangka waktu yang diperlukan dalam pengembalian seluruh investasi atau bisa diartikan juga sebagai teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Payback Period dapat dicari dengan mengakumulatifkan arus manfaat dan biaya mulai dari yang bernilai negatif hingga positif yang pertama. Payback Period dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

I

Keterangan:

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab discounted =Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya yang dikalikan DR

• Analisis Switching Value

Switching Value digunakan untuk mengatahui perubahan makasimal dari kompenen inflow ataupun komponen outflow yang masih dapat ditoleransi sehingga bisnis masih tetap layak. Komponen inflow biasanya meliputi penurunan harga output atau penurunan produksi, sedangkan komponen outflow biasanya meliputi peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi. Hal tersebut akan mempengaruhi nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period sebagai

24

komponen kelayakan usaha. Metode switching value mencoba merefleksikan perubahan yang mungkin terjadi dengan cara trial and error.

Asumsi Dasar

Perhitungan kelayakan usaha ternak kelinci pada Pondok Pesantren Al- Ittifaq didasarkan pada asumsi berikut:

1. Umur bisnis analisis kelayakan investasi yang digunakan yaitu 5 tahun. Hal ini didasari oleh umur ekonomis dari kandang kelinci berbahan dasar bambu.

2. Harga input dan output selama umur bisnis konstan berdasarkan harga yang berlaku di Bandung pada saat turun lapang Maret 2013.

3. Lahan yang digunakan seluas 240 m2 berdasarkan lahan yang dapat digunakan dengan kapasitas jumlah indukan yang digunakan sebanyak 117 ekor.

4. Penelitian ini mengggunakan tiga skenario yakni skenario I adalah peternak yang hanya menjual kelinci jenis gibas, skenario II adalah peternak yang menjual kelinci jenis satin, sedangkan skenario III adalah peternak yang menjual kelinci kombinasi jenis gibas dan jenis satin.

5. Jenis kelinci kombinasi yang diusahakan merupakan 60 persen jenis gibas dan 40 persen jenis satin berdasarkan jumlah penjualan dan kemudahan pemeliharaan untuk kedua jenis kelinci tersebut.

6. Rasio indukan jantan dan betina adalah 1:6 artinya seekor jantan dapat dikawinkan dengan enam ekor betina berdasarkan keadaan pada saat turun lapang agar indukan berproduksi dengan baik.

7. Persentase kematian (mortalitas) adalah 40 persen berdasarkan keadaan yang terjadi di daerah tersebut sehingga anakan kelinci yg hidup sebanyak lima ekor. Lima ekor kelinci diasumsikan mampu hidup mulai dari lahir hingga dijual.

8. Usia kelinci Gibas yang siap dijual adalah anakan berusia dua bulan yang telah lepas sapih dan usia kelinci Satin yang siap dijual adalah anakan usia empat bulan yang telah lepas sapih.

9. Usia indukan kelinci afkir adalah lima tahun karena pada usia tersebut indukan kelinci tidak dapat berproduksi dengan baik yang hanya menghasilkan anak kurang dari lima ekor atau tidak dapat menghasilkan anakan kelinci.

10.Harga kelinci gibas berdasarkan harga rata-rata yang berlaku di Bandung yaitu anakan kelinci lokal dengan harga rata-rata Rp12 500per ekor, dan kelinci afkir Rp12 500 per kilogram bobot hidup dengan rata-rata bobot hidup 2.5 kg per ekor.

11.Harga kelinci satin berdasarkan harga rata-rata yang berlaku di Bandung yaitu anakan kelinci satin dengan harga rata-rata Rp47 500 per ekor dan kelinci afkir Rp12 500 per kilogram bobot hidup dengan rata-rata bobot hidup 2.5 kg per ekor.

12.Harga urine kelinci dijual Rp300 per liter berdasarkan harga rata-rata penjualan urine di daerah tersebut pada saat turun lapang.

25 13.Pajak pendapatan yang digunakan sebesar 25 persen berdasrakan UU RI

No.36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat 2a.

14.Tingkat suku bunga yang dipakai sebesar 6 persen berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada Maret 2013.

Dokumen terkait