• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Lokasi dan Keadaan Umum

Kecamatan Cikalong Wetan adalah salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Bandung Barat. Kabupaten Bandung Barat sendiri merupakan kabupaten baru sebagai pemekaran dari Kabupaten Bandung pada tahun 2007 yang meliputi sebanyak 15 kecamatan (165 desa/kelurahan). Secara geografis adalah sebagai berikut :

Ketinggian tempat : 1 006 sampai 1 200 m diatas permukaan laut (dpl) Curah hujan : 1 200 sampai 2 000 mm per tahun

Jumlah bulan hujan : 6 bulan

Suhu rata-rata : 28 sampai 32 0C

Kontur wilayah : sebagian besar termasuk morfologi perbukitan Kemiringan lereng : 15% sampai 40%.

Luas wilayah Kecamatan Cikalong Wetan adalah 11 276.79 ha, yang terdiri dari tanah sawah (sawah irigasi teknis, sawah irigasi, dan sawah rendengan/tadah hujan), tanah kering (tegal/ladang, pemukiman, pekarangan), tanah hutan (hutan lindung, hutan produksi tetap, dan hutan konservasi), tanah perkebunan (perkebunan negara, perkebunan swasta, perkebunan perseorangan, dan perkebunan rakyat), dan tanah untuk fasilitas umum (lapangan olahraga, perkantoran pemerintah, bangunan sekolah, dan kuburan). Batas wilayah Desa Cipada yang merupakan lokasi usaha perkebunan kopi arabika adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Ganjar Sari Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Sadang Mekar Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Cipada II Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Mekarjaya

Secara demografis, Kecamatan Cikalong Wetan memiliki jumlah penduduk pada tahun 2012 sebanyak 103 250 jiwa dengan kepadatan penduduk 9 jiwa/ha. Tingkat pendidikan di Kecamatan Cikalong Wetan sebagian besar dapat menempuh hingga jenjang SMU. Persentase pendidikan penduduk pada tingkat SD sebesar 36.68%, SMP 22.36%, SMU 19.65%, Diploma 2.46%, dan Sarjana sebesar 2.35%. Mayoritas penduduk Cikalong Wetan mata pencaharian penduduknya adalah 45% pedagang, baik produk maupun jasa. 27% penduduk memilih untuk bekerja pada industri, sedangkan 28% penduduk lainnya bekerja di sektor pertanian.

Kondisi Infrastruktur Kecamatan Cikalong Wetan dapat diakses dengan mudah baik untuk perdagangan jasa dan produk, pendidikan, kesehatan. Industri, dan lain-lain. Saat ini Kecamatan Cikalong Wetan dilalui jalan tol Cipularang, dilalui jalan kereta api jalur Jakarta-Bandung, dilalui jalan Protokol Provinsi jalur Bandung-Purwakarta-Jakarta dan Jalan desa sebagian besar telah beraspal.

Pada kondisi sosial ekonomi, terdapat PTPN VIII Panglegar (perkebunan Teh), Perum Perhutani (KPH Bandung Utara, BKPH Padalarang, RPH Burangrang Selatan). perusahaan besar PT Kwangduk Worldwide yang memproduksi jas kualitas ekspor. Sehingga dengan adanya kegiatan ekonomi tersebut dapat menyerap tenaga kerja di wilayah Kecamatan Cikalong Wetan.

Selain itu, , mayoritas penduduk berasal dari suku sunda beragama islam, terdapat Rumah Sakit Tipe D pada lahan 24 550 m2, dengan 20 kapasitas tempat tidur. Pada tahun 2014 direncanakan adanya pembangunan Kota Raya Walini dan Kampung Asia Afrika.

Sejarah Singkat Koperasi Syariah Padamukti

Perkebunan kopi arabika di Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat dilaksanakan melalui program PHBM. Program ini mencakup petani budidaya kopi di 3 desa, yaitu Desa Cipada, Mekarjaya dan Desa Ganjarsari yang terhimpun dalam LMDH Padamaju. Dalam melaksanakan usaha perkebunan kopi arabika ini, petani menghimpun diri dalam wadah Koperasi Syari’ah Padamukti yang didirikan pada tanggal 3 mei 2010 dan berdomisili di Kampung Lembang Dano RT 01/RW 01, Desa Cipada, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

Koperasi Syari’ah Padamukti atas nama petani anggotanya membuat Perjanjian kerjasama dengan Perum Perhutani RPH Burangrang Selatan untuk memberdayakan lahan milik Perum Perhutani melalui usaha perkebunan kopi arabika secara tumpangsari dengan tanaman hutan yang ada (pinus, eucalyptus, surian, nilam, dan lain-lain). Hingga saat ini jumlah anggota Koperasi Syari’ah Padamukti sebanyak 376 orang, 168 orang anggota adalah petani kopi arabika yang terbagi atas 5 Kelompok Tani Hutan (KTH) yaitu KTH Rimba Sejahtera, KTH Fajar Burangrang, KTH Sinar Mukti, KTH Sangkan Hurip, KTH Harapan Makmur.

Sesuai dengan kondisi geografis wilayah Kecamatan Cikalong Wetan, khususnya LMDH Padamaju yang berketinggian di atas 1 000 m dpl, maka tanaman kopi yang dibudidayakan adalah dari jenis kopi arabika. Tujuan lain dengan dibangunnya Koperasi Syariah Padamukti adalah

a. Meningkatkan produksi dan mutu kopi hasil usahatani kopi arabika yang dikembangkan masyarakat aplikasi teknologi budidaya kopi yang lebih maju. b. Meningkatkan pendapatan petani kopi arabika dan penduduk yang terkait

dengan usahatani kopi tersebut pada umumnya.

c. Meningkatkan nilai tambah dan pendapatan dari usaha perdagangan kopi kering.

d. Meningkatkan nilai tambah dan pendapatan dari pabrik pengolahan kopi menjadi kopi bubuk berkualitas.

e. Meningkatkan kesempatan kerja dan kualitas hidup anggota Koperasi Syariah Padamukti khususnya dan anggota masyarakat pedesaan umumnya.

f. Meningkatkan partisipasi masyarakat di kawasan Gunung Manglayang dalam pelestarian lingkungan (hutan) melalui pelaksanaan program PHBM bersama Perhutani.

g. Meningkatkan kontribusi Koperasi dalam peningkatan perekonomian desa. Sekarang ini perkebunan kopi arabika di Kecamatan Cikalong Wetan telah menginjak tahun kelima. Kopi yang ditanam pada tahun 2009 telah berbuah dan telah menghasilkan produk biji kopi. Untuk sementara produk dijual ke Malabar Coffee dalam bentuk biji kopi gabah kering.

Karakteristik Responden

Jumlah petani kopi arabika anggota Koperasi Syariah Padamukti yaitu sebanyak 168 orang. Responden yang dijadikan dalam penelitian ini adalah sebanyak 16 orang yang merupakan petani kopi arabika yang tergabung dalam anggota Koperasi Syariah Padamukti di Desa Cipada Kecamatan Cikalong Wetan. 1. Status Usaha

Status usaha perkebunan kopi untuk mengetahui usaha sebagai mata pencaharian utama atau sampingan, sehingga akan mempengaruhi sikap petani dalam menentukan komoditi usaha mana yang akan menjadi prioritas. Sehingga mendapat perhatian atau alokasi sumberdaya yang relative besar dan yang lebih kecil. Responden di daerah penelitian menjadikan budi daya kopi sebagai mata pencaharian sampingan. Hal ini demikian, karena dari 16 responden, 11 petani responden merupakan petani teh di perkebunan Perhutani, petani sayuran dan berdagang sebagai mata pencaharian utama. Sedangkan 5 responden memiliki mata pencaharian di sektor jasa yaitu sebagai sekretaris koperasi, ketua koperasi, Pegawai Negeri Sipil dan guru di beberapa sekolah, serta pegawai di perusahaan swasta.

2. Umur

Dilihat dari sisi umur, sebagian besar responden di daerah penelitian tergolong dalam usia produktif yaitu berusia diatas 28-55 tahun. Didominasi oleh petani yang memiliki umur antara 32 sampai 48 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa di wilayan penelitian potensi pengembangan komoditi kopi arabika di masa datang memiliki peluang yang cukup menjanjikan bila didasarkan pada usia yang dimiliki petani saat ini. Potensi ini sangat terkait dengan pengalaman usaha, sehingga umur petani biasanya memiliki keeratan dengan pengalaman berusaha tani. Mereka menganggap bertani merupakan mata pencaharian pokok dan sampingan yang telah turun temurun.

3. Luas Areal

Berdasarkan data Koperasi Syariah Padamukti, luas pengusahaan lahan yang diusahakan oleh petani kopi arabika 50% mengusahakan pada skala usaha < 0.5 ha dari total populasi sebanyak 168 orang. 30% mengusahakan pada skala usaha > 1 ha dan 20% mengusahakan pada skala usaha 0.5 sampai 1 ha. Luasan lahan tersebut didapatkan sesuai modal yang dimiliki oleh petani yang akan menggarap. Namun saat ini petani masih dibatasi untuk dapat menggarap lahan maksimal 2 ha karena untuk member kesempatan kepada masyarakat sekitar hutan lainnya agar pengusahaan hutan dapat dilakukan secara optimal, adil dan merata.

4. Status Kepemilikan Lahan

Lahan hutan yang diusahakan untuk pengusahaan tanaman kopi arabika oleh petani anggota koperasi merupakan milik negara yang diberikan hak pengelolaanya kepada Perhutani. Selain lahan hutan, para petani juga memiliki lahan milik yang ditanami dengan tanaman sayuran sebagai usaha pokok mereka. Umumnya lahan milik tersebut memiliki luasan berkisar antara 0,5 sampai dengan 1 hektar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait