• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.I. Sejarah Berdirinya Desa Tanjung Raya

Berdasarkan informan yang diditemui penulis, pada mulanya daerah ini adalah tanah kosong yang belum dihuni manusia, daerah ini terdapat di Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Sebelumnya daerah ini memiliki sejarah asal mula berdirinya. Pertama sekali daerah tersebut dibuka oleh seseorang yang bernama blangoi (raja itam ) pada tahun 1880an blangoi tersebut berasal dari daerah Aceh. Dahulunya daerah tersebut hanya dihuni oleh beberapa kelurga saja yang terdiri dari 10 kepala keluarga (KK). Kemudian sudah bertahun-tahun blangoi beserta saudaranya tidak hanya berdiam diri saja, akan tetapi mereka juga mengolah sebagian daerah tersebut menjadi areal persawahan dan sebagian lagi sebagai lahan perladangan, di lahan perladangan mereka sudah menanam seperti menanam cengkeh, pala, rumbia, kelapa serta berkebun-kebun. Dan akhirnya kebun merekapun berhasil. Dari situlah mereka senantiasa mencari tempat untuk berpindah lagi ketempat lain agar mereka dapat membuka lahan tersebut manjadi tambah luas. Dan pada masa itu pendudukpun sudah semakin bertambah. Dengan demikian daerah tersebut mereka beri nama alihakae, daerah ini menjadi sebutan alihakae karena dulunya disamping sebelah kiri maupun sebalah kanan ada sungai. Dan sungai tersebut banyak ditumbuhi pohon berduri, pohon berduri itulah dinamakan alihakae. Kemudian pada tahun 1930an penduduk terus bertambah, pada saat itu mereka dipimpin oleh seorang datok. Akan tetapi mereka

tidak tau lagi kapan pimpinan datok berakhir, kemudian kepemimpinan datok dialihkan kepada rukun kampung (RK). RK tersebut memimpin kampung dalam waktu beberapa tahun. Kemudian masyarakat yang ada di daerah tersebut merubah nama alihakae menjadi Tanjung Raya. Alasan nama kampung alihakae tersebut menjadi Tanjung Raya, karena dimuara sungai ada teluk dan tanjung yang panjang membujur kelaut itulah dinamakan Tanjung Raya. Pada masa itu kampung tersebut dipimpin oleh seorang kepala dusun pada tahun 1995. kemudian nama dusun diganti menjadi desa yang dipimpin oleh keucik (kepala kampung) pada tahun 2000 sampai saat ini. Desa ini bernama desa Tanjung Raya memiliki 3 (tiga) dusun, yaitu Dusun Tapian, Dusun Mata Air, Dusun Terjun. Dari masing-masing dusun memiliki sebutan sendiri oleh masyarakat karena setiap dusun ada sungai, yang ada sungai inilah yang disebut dusun tapian, sedangkan dusun mata air menjadi sebutan mayarakat karena ditempat tersebut terdapat bao (mata air), begitu juga hal nya dengan dusun air terjun.

2.2. Lokasi dan Keadaan Alam

2.2.1 Lokasi dan Batas –Batas Wilayah

Desa Tanjung Raya adalah Desa yang terletak dipinggir jalan raya yang mengikuti bentuk memanjangnya Pulau Simeulue. Lokasi desa ini tidak jauh dari ibu kota Kecamatan, Kota Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Jarak lokasi desa dengan ibu kota Kecamatan Teluk Dalam ±32 km. Jarak dari Desa Tanjung Raya dengan

ibukota kabupaten (yaitu Kota Sinabang) adalah 28 Km. Kota Sinabang berada di Sebelah Barat dengan ketinggian 600 m diatas permukaan laut. Adapun lokasi Desa Tanjung Raya memiliki batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Hindia. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Negara. c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kuala Baru. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Luan Balu.

Batas-batas ini disesuaikan berdasarkan komposisi letak desa secara admnistratif yang ditentukan oleh badan pemerintahan di kabupaten. Sedangkan secara budaya tidak ada perbedaannya antara Desa Tanjung Raya dengan Desa Luan Balu dan Desa Kuala Baru. Bila dilihat dari peta Pulau Simeulue, Desa Tanjung Raya termasuk salah satu desa yang daerahnya strategis karena daerahnya yang tidak begitu jauh dari ibukota kecamatan (Teluk Dalam).

2.2.2. Keadaan Alam Desa

Pulau Simeulue yang berada pada kawasan Samudera Hindia memiliki keunikan tersendiri dari segi pulaunya. Daerah yang mempunyai daratan sekitar pantai di tengah-tengah pulau tersebut dijumpai pegunungan dan perbukitan. Begitu pula dengan Desa Tanjung Raya yang keadaan alamnya bergelombang dan berbukitan. Pada umumnya masyarakat Desa Tanjung Raya bermukim disekitar kawasan pantai memanjang mengikuti panjangnya Pulau Simeulue.

Adapun luas desanya adalah 9000 Ha dengan dibagi menjadi dua kategori besar yaitu pantai dan pegunungan. Namun walaupun demikian Desa Tanjung Raya memiliki rawa seluas 6 Ha. Selain itu dari luas desa yang mencapai 9000 Ha terdiri dari persawahan dengan kategori sawah tadah hujan 75 Ha, dan perladangan 4000 Ha, hutan dan perkuburan masing- masing 2900 Ha dan 1000 Ha.

Kondisi desa sedikit bergelombang yang dipengaruhi oleh pegunungan, dan adanya salah satu gunung besar yang benama Gunung Kapur (Delok Kapur), selain Gunung Kapur masih ada gunung kecil lainnya yaitu Gunung Lugunali (Delok Lugunali), Gunung Su’ah (Delok Su’ah) dan Gunung Kuburan (Delok Kuburan) yang merupakan tempat pemakaman umum. Karena daerahnya mempunyai gunung sudah barang tentu daerah ini juga berpotensi menghasilkan air terjun yang dikelolah oleh PDAM Tirtanadi. Air terjun yang dihasilkan tersebut dapat dialiri kepada setiap rumah penduduk yang ada di desa tersebut. Selain pusat air minum mereka juga memiliki sungai-sungai kecil lainnya seperti Sungai Tapian, Sungai Bao, sungai ini juga digunakan penduduk sebagai tempat pemandian.

2.2.3. Iklim

Desa Tanjung Raya memiliki iklim sedang, dan suhu minimum berkisar antara 180OC – 24OC dengan curah hujan 2.828 mm/tahun. Dalam satu tahun daerah ini mengalami 2 kali pertukaran musim sebagaimana halnya dengan daerah Indonesia lainnya dengan rata-rata curah hujan 2900-3600 mm/tahun. Musim kemarau biasanya berlangsung mulai bulan Februari

hingga bulan Juli, dan musim hujan berlangsung antara bulan Agustus hingga akhir bulan Desember.

2.3. Sarana Fisik Pemukiman 2.3.1.Pola Perkampungan

Desa Tanjung Raya terletak dipinggir jalan, yang mengikuti panjangnya pantai Pulau Simeulue. Berdasarkan data yang didapat dari kantor kepala desa setempat awal bulan Mei pada tahun 2010, jumlah penduduk desa terhitung sebanyak 484 jiwa, mendiami lebih kurang 110 KK yang terdiri dari rumah kayu, semi permanen. Di desa ini masih banyak menggunakan rumah kayu, karena menurut masyarakat memakai rumah kayu lebih nyaman dari pada rumah beton. Salah satu yang membuat masyarakat seperti ini adalah akibat terjadinya gempa dan tsunami yang melanda daerah Tanjung Raya. Oleh karena itulah mereka lebih memiliki tinggal di dalam rumah yang bahannya terbuat dari kayu dari pada memiliki rumah yang terbuat dari semen.

TABEL I

Klasifikasi Rumah Berdasarkan Bangunan Fisik

N0 Bangunan Fisik Jumlah Persentase

1 Rumah kayu 300 buah 70 %

2 Semi permanen 20 buah 15 %

3 Rangka baja 20 buah 15 %

340 100 %

Sumber : Kantor kepala Desa Tanjung Raya tahun 2010

Berdasarkan data di atas, penduduk Desa Tanjung Raya lebih banyak memiliki rumah kayu daripada rumah yang terbuat dari semen. Walaupun demikian dalam rangka pemenuhan kebutuhan mereka sehari-hari masyarakat

setempat, berbelanja di kedai-kedai dan biasanya sekali seminggu dan bahkan sebulan pergi kepekan untuk membeli kebutuhan keluarga. Masyarakat setempat tidak lagi bersusah payah membeli sayur, karena dari masing- masing mereka memiliki kebun sayur sendiri.

Selain itu mereka juga sudah mendapat lampu listrik dari Perusahaan listerik negara (PLN) cabang salah satu di Semeulue berpusat di Kota Sinabang telah mengaliri pula arus penerang disepanjang jalan Kota Sinabang, termasuk ke dalam rumah masyarakat Desa Tanjung Raya hampir keseluruhan rumah tangga menggunakan tenaga listerik sebagai alat penerang dan pelengkap dan sarana media komunikasi seperti: televisi, radio, maupun untuk keperluan rumah tangga lain nya dan yang berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan.

2.3.2. Sarana Publik

Di Desa Tanjung Raya sarana dan prasarana desa yang tersedia saat ini boleh dikatakan belum memadai, walaupun setelah bencana Tsunami (Smong ) pada tahun 2004 yang lalu, segala sarana dan prasarana kembali dibangun baik secara swadaya masyarakat seperti mesjid dan meunasah maupun sarana dan prasarana oleh LSM, maupun pemerintah. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel di bawah ini dengan jumlah prsarana yang telah tersedia.

Tabel : 2. Sarana Dan Prasarana Desa Tanjung Raya

No Jenis Prasarana Jumlah

1 2 3 4 5

Sarana administrasi Desa Sarana Ibadah Sarana Kesehatan Sarana Pendidikan Sarana Olaraga 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 uni1

Sumber data: Kantor kepala Desa Tanjung Raya, 2010

Berdasarkan data di atas, sarana yang ada di Desa Tanjung Raya adalah balai Desa, balai desa digunakan untuk tempat bermusyawarah dan balai ini juga digunakan sebagai kantor kepala desa. Sebab kantor desa yang tersedia tidak dapat difungsikan lagi karena sudah rusak akibat gempa dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004. Sarana ibadah yang ada Desa Tanjung Raya yaitu satu unit mesjid, mesjid ini difungsikan sebagai tempat melaksankan shalat, selain itu juga mesjid ini digunakan sebagai tempat pengajian Al-Quran oleh anak-anak penduduk setempat. Sarana kesehatan yang ada di desa tersebut terdiri dari satu unit yaitu pustu, pustu ini digunakan untuk posiandu oleh para anak-anak penduduk setempat. Sarana pendidikan hanya terdapat satu unit saja yaitu sekolah dasar (SD). Sarana olaraga terdiri dari dua unit yaitu lapang bolla volly, dan bolla kaki. Sarana ini digunakan oleh penduduk pada setiap sorenya. Namun sarana yang tersedia di desa tersebut belum begitu memadai.

Namun desa tersebut juga memiliki sarana irigasi yang dibangun oleh pemerintah, tetapi sampai saat ini irigasi yang tersedia di desa tersebut

belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, karena irigasi tersebut telah hancur akibat dari gempa yang terjadi pada 26-desember-2004 pada masa itu.

2.4. Aksebilitas ke Desa

Desa Tanjung Raya merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Jadi untuk menggapai desa tersebut maka terlebih mengetahui aksebilitas ke pulau tersebut. Untuk mencapai pulau yang terletak di daerah Barat Daya Sumatera dan hanya dilewati oleh dua jalur perhubungan, perhubungan laut dan perhubungan udara.

Untuk perhubungan laut maka pemerintah telah menyiapkan dua pelabuhan besar yaitu pelabuhan Singkil dan pelabuhan labuhan Haji. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel:

Tabel: 3. Jadwal Keberangkatan Kapal Ferry dari Sumatera. Nama

Pelabuhan

Jenis Ferry

Jadwal keberangkatan Keterangan Hari Pukul Labuhan Haji (Aceh Selatan) K.M Kuala Batee Senin Rabu Sab’tu 22.00 wib 22.00 wib 22.00 wib 3 kali seminggu Singkil ( Aceh Singkil) K.M Simeulue

Jum’at 19.00 wib 1 kali seminggu

Sumber : ASDP Simeulue

Selain dari dua pelabuhan ini masih ada dari beberapa pelabuhan yang kurang terjadwal datang ke Pulau Simeulue, yang lebih mendominasi pengangkutan barang dari pelabuhan Sibolga kapal membawa semen yang berasal dari pelabuhan Padang, dan kapal-kapal kecil yang bembawa barang dagang

seperti beras, gula, telur, dan kebutuhan pokok lainya dengan kapasitas barang 50 ton berasal dari Sibolga dan Padang yang merupakan milik pribadi.

Sedangkan untuk tambahan arus penyebrangan orang sekarang telah dibuka sebuah kapal cepat yang memuat 360 orang penumpang berangkat dari pelabuhan labuhan Haji. Kecepatan kapal tersebut hanya ditempuh dalam waktu 3 jam perjalanan untuk mencapai Pulau Simeulue, sedangkan jika menggunakan kapal Ferry bisa mencapai 10-12 jam. Kapal cepat partama kali beroperasi pada tanggal 3 Juli 2007 yang mana kapal berasal dari pelabuhan penyebrangan Batam ke Pekanbaru.

Selain jalur perhubungan laut, maka ada juga jalur perhubungan udara untuk mencapai Pulau Simeulue yang berangkat hampir setiap hari, untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel: 4. Jadwal Keberangkatan Pesawat dari Sumatera. Nama

Bandara

Jenis Pesawat

Jadwal keberangkatan Keterangan

Hari Pukul Polonia (medan) Smac Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at 07.00 wib 07.00 wib 07.00 wib 07.00 wib 07.00 wib 6 kali seminggu

Riau Airline Sab’tu 10.00 wib Blang padang

(Banda Aceh)

Susi Air Senin Rabu Jum’at 14.00 wib 14.00 wib 15.00 wib 3 kali seminggu Sumber: Bandara lasikin Simeulue

Dilihat dari tabel diatas bahwa aktivitas pengangkutan barang dan orang cukup ramai dan hampir setiap hari ada pesawat yang berangkat menuju Pulau

Simeulue. Kapasitas pesawat yang mampu membawa orang dari Bandara Polonia yang ada di Medan maupun Bandara Blang padang Banda Aceh hanya berjumlah 16 orang saja baik pesawat Smac, Riau Arline, maupun Susi Air. Dilihat pada tabel aktivitas pesawat cukup padat, namun pesawat tersebut tidak akan berangkat apabila jumlah penumpang tidak memenuhi kapasitasnya atau bila terjadi badai.

Ketika kapal berlabuh dipelabuhan Simeulue atau ketika pesawat mendarat di bandara Lasikin, maka untuk mencapai lokasi penelitian di Desa Tanjung Raya dengan menaiki mobil sewa dengan jadwal keberangkatan jam 1.00 sampai jam 2.00 wib. Siang hari, Perjalan yang ditempu untuk mencapai lokasi penelitian adalah sekitar 14 km dengan lama perjalanan kurang lebih 2 jam dengan ongkos 15.000, sedangkan dengan menggunakan sepeda motor hanya memakan waktu 1 jam perjalanan.

TABEL 5

Jenis dan Jumlah Kenderaan Bermotor

N0 Jenis Kenderaan Jumlah Persentase

1 Angkutan Umum 2 buah 4,8 %

2 Sepeda motor 30 buah 65,5 %

3 sepeda dayung 10 buah 29,7 %

Jumlah 42 buah 100 %

Sumber : Kantor kepala Desa Tanjung Raya 2010

Angkutan umum yang ada di desa tersebut terdiri dari 2 angkutan, inilah setiap harinya yang digunakan masyarakat setempat sebagai kenderaan menuju ke kota. Angkutan ini juga digunakan sebagai angkutan orang maupun barang. Namun disini dari sebagian penduduk setempat telah memiliki Sepeda motor pribadi yang digunakan penduduk sebagai kenderaan menuju ke kota, dan

sebagian lagi sepeda motor, mereka digunakan sebagai indikasi peningkatan ekonomi masyarakat dan menunjukkan adanya perkembangan variasi dalam sumber mata pencaharian sebagai penambah kebutuhan mereka sehari-hari seperti kenderaan untuk menjual hasil laut mereka, walaupun kehidupan masyarakat hanya bertani di sawah saja, namun disini mereka tidak akan meninggalkannya karena itulah sebagai sumber mata pencaharian pokok mereka.

Tata pengunaan lahan

Desa Tanjung Raya memiliki luas wilayah 9000 km, dimana di desa ini memiliki tanah persawahan dan tanah perladangan. Tanah tersebut dipergunakan oleh masyarakat untuk berbagai jenis kebutuhan, dimana tanah sawah, ditanami

tanaman yaitu padi. Sedangkan tanah bangunan di tanami oleh berbagai jenis tanaman keras seperti cengkeh, kelapa, coklat, pinang, pala, dan lain-lain. Adapun Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel .13. Guna lahan Desa Tanjung Raya

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Dalam Satuan) Ha Persentase (%) 1 Tanah sawah 75 15,7 % 2 Tanahkering/ gunung 400 84,2 % 475 100 %

Sumber data : kantor kepala Desa

Berdasarkan data dalam tabel diatas bahwa masyarakat desa menggunakan tanah masih memproritaskan pada tanah untuk persawahan. Hal ini dapat dilihat pada luas tanah persawahan lebih kurang 75 Ha (15,78 %) yang dipergunakan untuk menanami tanaman yaitu padi. dengan luas tanah yang dipergunakan lebih kurang 40 Ha ( 8,42 %), dan tanah perladangan lebih kurang 400 Ha (84,2%).

2.5. Keadaan Penduduk

Secara umum penduduk Desa Tajung Raya adalah mayoritas adalah suku Aceh Simeulue yang terdiri dari suku habu, suku dagang, suku lasali, dan masih ada lagi cabang suku lainnya artinya bahwa suku ini terbentuk dari para pendatang seperti yang diceritakan di dalam sejarah Simeulue. Sekarang ini selain suku Aceh ada beberapa suku yang datang dari luar suku Aceh seperti suku Nias, suku Aceh, suku Minang, suku Batak dan suku Jawa, itu hanya sebagian kecil saja. Untuk masyarakat Batak yang bermarga lubis masuk ke Desa Tanjung Raya karena pada awalnya mereka sebagai buruh bangunan yang dibawa oleh para kontraktor dari

Pulau Sumatera. Setelah bekerja denga begitu lama diapun tertarik ke Desa Tanjung Raya dan pada akhirnya tertarik dan membawa keluarganya untuk menetap di desa tersebut. Berdasarkan rincian yang didapat dari data desa dengan jumlah keseluruhan penduduk desa berjumlah 484 jiwa terdiri dari 110 kepala keluarga (KK). Dari jumlah tersebut dapat dirincikan lagi yaitu etnis suku Aceh Simeulue mayoritas terdiri dari 99 % dan etnis lainnya seperti Nias, Minang, Aceh daratan, Batak, Jawa terdiri dari sekitar 10 %.

Desa Tanjung Raya memiliki jumlah penduduk 484 jiwa yang terdiri dari 110 kepala keluarga (KK) lebih jelasnya dapat dilihat jumlah penduduk Desa Tanjung Raya berdasarkan umur dan jenis kelamin dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL 6

Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

N0 Umur Jumlah Persentase %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 21-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun 41-51 tahun 52-60 tahun 61-85 tahun 30 45 38 62 45 75 100 35 30 14 10 6.19 % 9.29 % 7.85 % 12.8 % 9.29 % 15.5 % 20.6 % 7.23 % 6.19 % 2.89 % 2.17 % Jumlah 484 100

Sumber data: kantor Desa Tanjung Raya

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak berdasarkan umur adalah penduduk dengan kelompok usia antara 31-35 tahun dengan persentase 20,6 %. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit

berdasarkan kelompok umur adalah penduduk usia antara 61-85 tahun dengan persentase sebesar 2,06. dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa masyarakat Desa Tanjung Raya merupakan masyarakat yang memiliki usia kerja produktif, karena masyarakat yang memasuki usia kerja yaitu usia 31-35 tahun hampir mencapai 50 %.

Tabel. 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah/ Jiwa Persentase % 1 2 Perempuan Laki-laki 253 231 52,2 47,7 Jumlah Total 484 100

Sumber data: Kantor Kepala Desa Tanjung Raya 2010

Jumlah antara penduduk berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan, tidak terlalu berselisih jauh. Sekitar 253 orang perempuan lebih banyak daripada laki-laki.

Tabel. 8.

Perubahan Komposisi Penduduk Berdasarkan Komponen Demografi

N0 Perubahan Jumlah Persentase%

1 Kelahiran 6 orang 50 %

2 Kematian 5 orang 49 %

3 Pindah 1 orang 1.0 %

Jumlah 12 100 %

Sumber : Kantor kepala Desa Tanjung Raya

Dari tabel di atas menunjukan bahwa tingkat kelahiran anak lebih tinggi daripada tingkat kematian. Hal ini disebabkan oleh semakin antusiasi mereka terhadap perkembangan dan kesadaran akan pentingnya kesehatan serta kesejahteraan keluarga.

Tabel Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum

Sementara di Indonesia pendidikan merupakan aspek penting dan sarana utama untuk meningkatkan kecerdasan dan kepribadian bangsa. Program pemerintah tentang wajib belajar melalui pendidikan formal dan non formal layak diberi pandangan yang positif, karena tanpa program ini masyarakat tidak akan mampu merubah situasi dan kondisi dalam menghadapi era globalisasi dan modernisasi. Pendidikan memberikan suatu jalan guna mewujudkan cita-cita bangsa dan negara yaitu adil, makmur,sejahtera dan merata.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang lebih nyata. Lembaga pendidikan ini berfungsi mendidik para pelajar untuk mengenal dan memahami dunia pengetahuan. Selain itu lembaga pendidikan lainnya (non formal) seperti khursus dan prifat les turut menunjang program pendidikan

Desa Tanjung Raya terletak jauh dari ibukota propinsi maupun kabupaten sementara di desa ini hanya memiliki fasilitas pendidikan tingkat sekolah dasar, untuk melanjutkan sekolah lanjutan tingkat pertama terpaksa mereka harus keluar daerah, kedaerah lain dengan jarak 1 km perjalanan. Sekolah tersebut berada di Desa Luan Balu. Untul menempu tempat sekolah tersebut kadang sebagian anak sekolah dengan menggunakan kenderaan naik sepeda angin dan sebagian yang lain yaitu dengan berjalan kaki. Sedangkan untuk melanjutkan sekolah menengah atas terpaksa mereka harus bermigrasi sementara waktu keluar daerah, dengan menyewa kos-kosan atau tinggal di tempat famili. Karena antusiasnya mereka terhadap dunia pendidikan, memilih suatu sekolah yang lebih bermutu sering dilakukan, dan banyak diantara mereka melanjutkan pendidikan kekota-kota besar

yang dianggap lengkap fasilitasnya. Hal ini didukung pula oleh pendapatan orang tua mereka yang lumayan mencukupi. Seperti hasil cengkeh, kopi dan hasil ternak mereka seperti kerbau, ayam dan lain-lain.

Tabel : 9 . Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan N0 Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tidak tamat SD Tamat SD Belum sekolah Tamat SLTP Tidak tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Deploma Tamat Sarjana Lain-lain 2 176 15 54 40 22 4 1 170 0,4 % 36,3 % 3,0 % 11,1 % 8,26 % 4,9 % 0,8 % 0,2 % 35,1 % Jumlah 484 100 %

Sumber data: Kantor kepala Desa Tanjung Raya, 2010

Berdasarkan tabel di atas jelas terlihat bahwa penduduk Desa Tanjung Raya lebih banyak yang menduduki dibangku sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) sebanyak 11,1 % daripada yang tamat di sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) sebanyak 4,5 %, dan yang paling sedikit disini tidak tamat sekolah dasar pada jaman dulu, mereka tidak dapat mengenyam pendidikan dengan baik. Karena ini yang diakibatkan oleh faktor ekonomi yang tidak memadai pada waktu itu. Namun dengan kondisi sekarang dari anak-anak mereka sudah banyak yang melanjutkan pendidikan tinggi keluar daerah seperti ke Sumatera Utara dan ke Banda Aceh.

Tingkat pendidikan penduduk Desa Tanjung Raya dari angka yang tertera dalam tabel di atas setidak-tidaknya telah memberi suatu bahan analisis sampai dimana pendidikan menjadi kebutuhan dalam masyarakat.

Tabel. 10. Komposisi Penduduk Menurut Etnis

No Etnis/ suku Orang Persentase %

1 2 Aceh Jawa Batak 480 2 2 99,2 % 0,4 % 0,4 % Jumlah 484 100 %

Sumber data : Kantor kepala Desa Tanjung Raya 2010

Berdasarkan tabel di atas jelas terlihat bahwa penduduk Desa Tanjung Raya mayoritasnya adalah suku Aceh sedangkan suku Jawa 2 0rang, Batak 2 orang yaitu pendatang yang masuk ke Desa Tanjung Raya, sudah menetap dan kawin di desa Tanjung Raya.

Kompososi Penduduk Berdasarkan Tingkat kematian dan Kelahiran Berdasarkan data yang dipeoleh dari kepala Desa Tanjung Raya tahun 2009. Maka tingkat kelahiran penduduk Desa Tanjung Raya untuk tahun 2009 adalah sebanyak 6 orang, laki-laki 3 orang, perempuan 3 orang. Sedangkan untuk kematian penduduk laki-laki 2 orang. Pada tahun 2010 penduduk Desa Tanjung Raya yang angka kematian sebanyak 4 orang, angka kelahiran sebanyak 2 orang.

2.5.1.Agama

100 % penduduk Desa Tanjung Raya memeluk agama Islam. Sedangkan agama lain tidak ada. Walaupun dulunya ada seperti pendatang dari Nias dan

Dokumen terkait