• Tidak ada hasil yang ditemukan

"Mangan Ahai Fallo” Upacara Panen Pada Masyarakat Simeulue (Studi Antropologi di Desa Tanjung Raya, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan ""Mangan Ahai Fallo” Upacara Panen Pada Masyarakat Simeulue (Studi Antropologi di Desa Tanjung Raya, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

“MANGAN AHAI FALLO” UPACARA PANEN PADA MASYARAKAT SIMEULUE

(Studi Antropologi di Desa Tanjung Raya, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan ILmu Politik Universitas Sumatera Utara

OLEH : MASRIDANUR

060905017

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : MASRIDANUR

NIM : 060905017 Departemen : Antropologi

Judul : “MANGAN AHAI FALLO” UPACARA PADA

MASYARAKAT

SIMEULUE (Studi Antropologi di Desa Tanjung Raya,Kecamatan Teluk Dalam,Kabupaten Simeulue)

Medan, 04 November 2010

Pembimbing a.n Ketua

Departemen

Sekretaris

Drs. Agustrisno, MSP

NIP. 196008231987021001 NIP. 196411041991031002 Drs. Irfan, M.Si

Dekan

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbi al-‘ālamīn penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala karunia dan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana yang ada di hadapan pembaca.

Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, seorang tokoh revolusioner dunia yang memiliki akhlak Al-Qur’an sehingga menjadi teladan bagi segenap umat. Skripsi ini berjudul, “Mangan Ahai Fallo” Upacara Panen pada Masayarakat Simeulue (Studi Antropologi di Desa Tanjung Raya, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue) merupakan bagian dari prosedur yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana dalam bidang Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(4)

lupakan dalam perjalanan hidup saya, sekalipun disana terdapat pahit dan manis perjalanan proses belajar mengajar, akan tetapi saya menikmati masa-masa itu.

Dalam penyelesaian skripsi ini dari awal hingga selesai, penulis telah melibatkan berbagai pihak, telah banyak menerima bimbingan, dorongan, nasehat, dan bahkan bantuan secara moral dan material dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menghanturkan rasa terimakasih saya yang setulus-tulusnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. selaku dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. Agustrisno, M.SP. Selaku dosen wali dan sekaligus sebagai dosen pembimbing penulisan skripsi yang telah meluangkan waktunya, tenaga sumbangan pemikiran serta bimbingan dan nasehat serta yang menjadi motivator utama bagi saya. Kata-katanya yang bijak, sikap beliau yang berwibawa menghantarkan saya pada rasa haus akan pengalaman hidup, terutama dalam menapaki karir hidup dan menatap masa depan yang lebih baik insya Allah, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan bermanfaat. 3. Bapak Drs. Ermansyah, M.Hum. sebagai dosen penguji skripsi yang telah

banyak memberikan masukan serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.

4. Bapak Dr. Fikarwin Zuska, M.Si. sebagai Ketua penguji skripsi yang telah bersedia, dan banyak memberikan masukan dan motivasi dalam menyelasaikan skripsi ini.

(5)

6. Bapak Drs. Irfan Simatupang, M.Si. sebagai sekretaris Departemen Antropologi, FISIP USU.

7. Bapak dan Ibu dosen dan staf Departemen Antrpologi FISIP USU tercinta, dengan ketulusan hati memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan studi sampai menjadi seorang sarjana.

Tidak luput pula ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya terhadap seluruh jajaran masyarakat Desa Tanjung Raya yang telah memberikan berbagai fasilitas yang sangat memuaskan terhadap saya dalam rangka penelitian. Terima kasih khusus saya ucapakan kepada bapak Fazmi selaku kepala Desa Tanjung Raya yang telah banyak membantu saya dalam memperoleh kemudahan di lapangan pada saat penelitian saya berlangsung.

Spesial penghargaan, terima kasih dan rasa cinta yang besar-besarnya penulis persembahkan untuk kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Supardi, Ibunda Nurtisa yang telah bersusah payah membesarkan dan mendidik saya menjadi anak yang sholehah. Penulis sangat terharu perjuangan mereka berdua dan bahkan tidak pernah mengenang rasa lelah dan letih demi penulis selesai menjalankan studi, dan bersyukur atas pengorbanan, kasih sayang, doa, dan nasehat yang tak pernah henti-hentinya memotivasi penulis hingga skripsi ini selesai. Semoga Allah selalu mengingat pada cinta dan kasih sayang orang tuaKu.

(6)

supaya penulis tetap sabar dan semangat dalam menjalankan kuliah hingga skripsi ini selesai.

2. Buat ponaan Ku tersayang Rahmat Fikri, Mauludin, Fatir Azkerillah, Hilda, Nabil, yang membuat penulis selalu semangat, terutama buat si ganteng fikri gaga ocehanmu itu bisa membuat bunda hilang dari rasa capek dan pingin ketawa aja jangan nakal ya.

3. Buat nenekku Samsidar yang penulis sanyangi, nenek moga cepat sembuh ya, aku tetap mendoakan mu.

4. Terimakasih juga yang sedalam-dalamnya buat adik-adikKu Roni Faisal, Sukrin Fariadi, Chandera Priadi, Mori Ijuardi, Rema Darwina, Reti Restika, Rio Fandani, yang sangat penulis sayangi yang selalu memotivasi dan memberi semangat pada penulis hingga skripsi ini selesai.

5. Terimakasih buat Papa Encu Najarudin yang telah meluangkan waktunya untuk mengantarkan penulis pertama kali ke Medan, hingga skripsi ini selesai. Namun semua jasa itu tetap penulis kenang sampai kapanpun. 6. Buat temen-temen satu kost Icut, Faridah, Tuti, Asma, Dani, Diana, Rika,

Lina yang penulis sayangi yang telah memberi masukan serta motivasi kepada penulis hingga skripsi ini selesai. Namun penulis tetap mengingat temen-temen semua tidak akan melupakan kebaikan kalian semua sampai kapanpun.

(7)

8. Terima kasih yang tiada terhingga untuk teman-teman Ku di kos BTM (Baitut Taqif Mustanir) (Kak Reje, Dewi Anjar Sari, Titin, Izut, Endah, Inur, Susi, Yuni) yang telah memberikan motivasi, do’a, spirit, sumber inspirasiku dikala jenuh dalam merampungkan skripsi ini. Kebaikan kalian semua tak kan terlupakan selamanya.

9. Teman-teman stambuk ’06 (Lasmiyanti S.Sos. sahabatku tercinta makasih ya, Fika, Ayu, Sari, Atika, Lisna, Lena, Erika, Aroz, Firman, Ananta, Oemar, Gebi, Fadli R. Mardiana, Rere, Beni, Riki, Yani, Eni, Desi Z, adik-adik khususnya Adek, Mila, Kiki, Izut).

10.Teman-teman seperjuangan di Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) khususnya buat Kak Hafni, Kak Rini, Kak Wiji, Kak Yulia, Rika, Kak Alfi, Kak Hondri, Kak Dian, Kak Dewi, Kak Dita, Lia Marina, Kak Hayati, Bibah, Yelly, Ayu, Chili, Novi, Kiki, Mila, Yuni dan masih banyak lagi yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Syukran atas motivasi dan do’anya ya…

Maka dengan menyadari sepenuhnya keterbatasan yang ada pada diri penulis, skripsi ini masih banyak kekurangannya. Kendatipun demikian adanya, saya berharap agar isi yang terterah dalam skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu Antrpologi.

Terima kasih atas segala perhatian dan semoga bermanfaat.

Wasalam Medan

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Lokasi Peneitian ... 4

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Tinjauan Pustaka ... 5

1.6. Metode Peneitian ... 14

1.6.1. Tipe Peneitian ... 14

1.7. Analisa Data ... 16

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.I. Sejarah Berdirinya Desa Tanjung Raya ... 17

2.2. Lokasi dan Keadaan Alam ... 18

(9)

2.2.2. Keadaan Alam Desa ... 19

2.2.3.Iklim ... 20

2.3 Sarana Fisik Pemukiman ... 21

2.3.1.Pola Perkampungan ... 21

2.3. 2.Sarana Publik ... 22

2.4. Aksebilitas ke Desa ... 24

2 .5 Keadaan Penduduk ... 28

2.5.1. Agama ... 33

2.5.2. Mata Pencaharian ... 33

2.6. Sistem Sosial Masyarakat Desa ... 36

BAB III. UPACARA MANGAN AHAI FALLO 3.1. Pengertian Mangan Ahai fallo ... 39

3.2. Musyawarah dalam Rangka Untuk Persiapan Acara Mangans Ahai Fallo ... 40

3.3. Iuran Upacara Mangan Ahai Fallo ... 41

3.4. Tempat Pelaksanaan Upacara Mangan Ahai Fallo ... 42

3.5. Waktu dan Tujuan Pelaksanaan Upacara ... 43

3.6. Perlengkapan dalam Upacara Mangan Ahai Fallo ... 44

3.7. Orang-Orang yang Terlibat dalam Upacara Mangan Ahai Fallo ... 46

3.8. Pelaksanaan Upacara Mangan Ahai Fallo ... 48

3.9. Makan Bersama ... 54

(10)

BAB IV. UPACARA MANGAN AHAI FALLO SEBAGAI SISTEM PENGETAHUAN LOKAL MASYARAKAT SIMEULUE

4.1. Manfaat Upacara Mangan Ahai Fallo... 59

4.2. Makna yang Tersembunyi di dalam Upacara Mangan Ahai Fallo ... 60

4.3. Rasa Syukur Atas Hasil Panen ... 61

4.4. Sumber-Sumber Pengetahuan Mengenai Upacara Mangan ahai fallo . 62 4.4.1Sumber dari Dalam ... 63

4.4.2..Sumber dari Luar ... 64

4.5. Tanda-tanda Upacara Mangan Ahai Fallo ... 65

4.6. Dampak dari Terlaksananya Upacara Mangan Ahai Fallo. ... 65

4.7. Bencana dan Kearifan Lokal. ... 66

BAB V. PENUTUP 5.I. Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

DAFTAR INFORMAN ... 84

DOKUMENTASI ... 86

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

TabeL: 1. Klasifiksi Rumah Berdasarkan Bangunan Fisik ... 21

Tabel: 2. Sarana dan Prasarana Desa Tanjung Raya ... 23

Tabel: 3. Jadwal Keberangkatan Kapal Ferry dari Sumatera ... 24

Tabel: 4 Jadwal Keberangkatan Pesawat dari Sumatera. ... 25

Tabel: 5 Jenis dan Jumah Kenderaan Bermotor ... 26

Tabel: 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 29

Tabel: 7. . Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 30

Tabel: 8. Perubahan Komposisi Penduduk Berdasarkan Komponen Demografi. ... 30

Tabel: 9. . Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 32

Tabel: 10. Komposisi Penduduk Menurut Etnis ... 33

Tabel: 11 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian. ... 33

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar:1. Para Aparat Desa Sedang Musyawara Untuk Pelaksanaan Upacara

Mangan Ahai Fallo ... 86

Gambar:2. Balai Desa yang Sedang Dihiasi ... 86

Gmbar: 3. Balai Desa yang Telah Selesai Dihiasi ... 87

Gambar:4.Ruangan Dalam Balai Desa... 87

Gambar:5. Membaca Ayat Suci Al-qur’an ... 88

Gambar:6. Kepala Desa Tanjung Raya ... 88

Gambar:7. Pak Keujeurun Blang ... 89

Gambar:8. Informan yang Sedang Menjelaskan Tentang Upacara Mangan Ahai Fallo ... 89

Gambar:9. Informan yang Sedang Menjelaskan Tentang Upacara Mangan Ahai Fallo ... 90

Gambar:10.Peserta yang Hadir Dalam Upacara Mangan Ahai Fallo ... 90

Gambar:11. Peserta yang Hadir Dalam Upacara Mangan Ahai Fallo ... 91

Gambar:12. Pesrta Gambus ... 92

Gambar:13. Peserta Penari ... 92

(13)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul: Upacara Mangan Ahai fallo di Desa Tanjung Raya, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Skripsi ini terdiri dari 113 halaman, kata pengantar terdiri dari 6 hal, daftar gambar 1 hal, daftar tabel 1, daftar isi 4 hal, daftar pustaka 2 hal dan daftar lampiran 19 hal.

Mangan ahai fallo merupakan upacara makan bersama dari hasil panen padi baru.yang dilakukan sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah SWT. Bagi masyarakat Desa Tanjung Raya keberadaan upacara tersebut memiliki arti penting yang meliputi berbagai acara yang dilakukan dan melibatkan seluruh masyarakat komunitas petani setempat maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ kearifan tradisional seperti apa yang tersembunyi di dalam upacara mangan ahai fallo”. Bagi masyarakat yang ada di daerah Tanjung Raya, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue, sehingga upacara tersebut masih bertahan hingga sampai sekarang ini.

Metode penelitian yang dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif, dalam mencari data di lapangan penulis menggunakan teknik observasi dan wawancara. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi. Sedangkan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan wawancara sambil lalu. Wawancara mendalam ditujukan kepada informan kunci atau pokok dan informan biasa. Informan kunci dalam penelitian ini adalah para pemangku-pemangku adat setempat yaitu pak kejeurun blang, dan ketua adat. Sedangkan informan biasa dalam penelitian ini adalah para anggota masyarakat setempat. Wawancara mendalam kepada informan kunci dilakukan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan upacara mangan ahai fallo, dan orang-orang yang terlibat, proses pelaksanaan, serta kepentingan-kepentingan dari upacara mangan ahai fallo. Sedangkan wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan biasa dilakukan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan hidangan yang disediakan dan serta kepentingan yang terkandung di dalam upacara mangan ahai fallo sehingga masih tetap bertahan sampai saat ini. Wawancara sambil lalu juga dilakukan untuk memperoleh informasi yang berkenaan dengan tujuan penelitian yang mungkin tidak diperoleh melalui informan kunci dan informan biasa.

(14)
(15)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul: Upacara Mangan Ahai fallo di Desa Tanjung Raya, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Skripsi ini terdiri dari 113 halaman, kata pengantar terdiri dari 6 hal, daftar gambar 1 hal, daftar tabel 1, daftar isi 4 hal, daftar pustaka 2 hal dan daftar lampiran 19 hal.

Mangan ahai fallo merupakan upacara makan bersama dari hasil panen padi baru.yang dilakukan sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah SWT. Bagi masyarakat Desa Tanjung Raya keberadaan upacara tersebut memiliki arti penting yang meliputi berbagai acara yang dilakukan dan melibatkan seluruh masyarakat komunitas petani setempat maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ kearifan tradisional seperti apa yang tersembunyi di dalam upacara mangan ahai fallo”. Bagi masyarakat yang ada di daerah Tanjung Raya, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue, sehingga upacara tersebut masih bertahan hingga sampai sekarang ini.

Metode penelitian yang dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif, dalam mencari data di lapangan penulis menggunakan teknik observasi dan wawancara. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi. Sedangkan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan wawancara sambil lalu. Wawancara mendalam ditujukan kepada informan kunci atau pokok dan informan biasa. Informan kunci dalam penelitian ini adalah para pemangku-pemangku adat setempat yaitu pak kejeurun blang, dan ketua adat. Sedangkan informan biasa dalam penelitian ini adalah para anggota masyarakat setempat. Wawancara mendalam kepada informan kunci dilakukan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan upacara mangan ahai fallo, dan orang-orang yang terlibat, proses pelaksanaan, serta kepentingan-kepentingan dari upacara mangan ahai fallo. Sedangkan wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan biasa dilakukan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan hidangan yang disediakan dan serta kepentingan yang terkandung di dalam upacara mangan ahai fallo sehingga masih tetap bertahan sampai saat ini. Wawancara sambil lalu juga dilakukan untuk memperoleh informasi yang berkenaan dengan tujuan penelitian yang mungkin tidak diperoleh melalui informan kunci dan informan biasa.

(16)
(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan tahun bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21) mengklasifikasikan suku bangsa Indonesia dengan mengambil patokan kriteria bahasa, kebudayaan daerah serta susunan masyarakat, dengan rincian yaitu (1) Sumatera, 49 suku bangsa (2) Jawa, 7 suku bangsa; (3 ) Kalimantan, 73 suku bangsa; (4) Sulawesi, 117 suku bangsa; (5) Nusa Tenggara,30 suku bangsa;( 6) Maluku –Ambon, 41 suku bangsa; (7) Irian Jaya,49 suku bangsa. Selama ratusan bahkan ribuan tahun itu pula mereka telah menumbuhkan, memelihara dan mengembangkan tradisi. Masing-masing suku bangsa tersebut memiliki tradisi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal inilah yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang majemuk akan kebudayaan, baik itu dalam bentuk bahasa sehari-hari maupun tradisi-tradisi lainnya.

(18)

Salah satu tradisi yang masih dipertahankan dalam berbagai suku bangsa diantaranya adalah tradisi pesta adat selesai panen. Hampir setiap daerah masih melaksanakannya, seperti upacara adat fuaton di Nusa Tenggara Timur, upacara adat aruh mahannyari pada Suku Dayak, upacara Penolak Bala sebagai rasa syukur setelah berhasil panen di Sulawesi Selatan. Tradisi di atas berguna untuk mensyukuri hasil panen yang telah didapat oleh masyarakat, sekaligus memohon berkah agar mereka mendapat hasil yang lebih baik lagi dimusim panen yang akan datang.

Begitu juga halnya yang terjadi pada masyarakat Desa Tanjung Raya, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Mereka masih melaksanakan suatu tadisi upacara mangan ahai fallo (makan padi baru) upacara ini dilakukan setelah selesai panen padi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Badruzzanmah Ismail (2000) bahwa upacara kegiatan pertanian di sawah ada tiga tahapan, yaitu 1) upacara menjelang turun ke sawah ”Kenduri Blang”, 2) ketika padi berbuah ”Manoahae” dan, 3) sesudah masa panen yang dikenal dengan sebutan ”mangan ahai fallo”.

(19)

blang1

Upacara mangan ahai fallo (makan padi baru) perlu untuk dikaji, karena upacara tersebut menurut masyarakat itu merupakan suatu keharusan, karena menurut kepercayaan masyarakat upacara ini membawa keberkahan bagi mereka. dan apabila tidak dilaksanakan, mereka anggap akan terjadi marabahaya. Marabahaya disini seperti padi akan terkena hama, berpenyakit atau marabahaya lain yang menimpah padi mereka yang mengakibatkan gagal panen. Jadi upacara , yang bertugas untuk memimpin jalannya upacara mangan ahai fallo dan sekaligus mengontrol proses upacara mangan ahai fallo sekaligus mengawasi kegiatan pertanian mulai pada saat bibit padi ditanam sampai dipanen.

Desa-desa yang masih melaksanakan upacara mangan ahai fallo ini diantaranya adalah Desa Tanjung Raya, Desa Luan Balu, dan Desa Kuala Baru yang terletak di Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Khusus pada masyarakat Desa Tanjung Raya, upacara ini merupakan hal yang penting, sebagai rasa syukur atas hasil panen yang diberikan Allah SWT kepada mereka. Di Desa Tanjung Raya upacara ini dilaksanakan dengan sangat meriah, sebab diisi dengan pertunjukan nasyid yang disertai dengan lagu-lagu berbahasa daerah setempat disamping menampilkan tari-tarian yang dibawakan oleh anak-anak dari desa tersebut, selain dihadiri oleh masyarakat setempat, acara ini juga dihadiri oleh pihak-pihak yang bersangkutan dari desa terdekat yaitu para ketua adat, dan beserta aparat desa bahkan dihadiri oleh Camat. Upacara mangan ahai fallo merupakan acara selesai panen yang telah diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi setelahnya bahkan sampai saat ini.

1

(20)

mangan ahai fallo suatu kegiatan yang dianggap begitu penting. Hal itulah yang menarik dan mendorong peneliti untuk mengetahui kearifan tradisional seperti apa yang tersembunyi di dalam upacara tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah kearifan tradisional seperti apa yang tersembunyi di dalam upacara mangan ahai fallo pada komunitas petani Desa Tanjung Raya, sehingga begitu penting dan rutinitas setiap tahunnya mereka laksanakan.

1.3.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Raya, yang berada di Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Pemilihan lokasi didasarkan atas hasil pengamatan sementara sampai saat ini masyarakat Desa Tanjung Raya masih tetap melaksanakan upacara mangan ahai fallo ketika selesai panen.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan “kearifan tradisional yang tersembunyi dalam upacara mangan ahai fallo pada komunitas petani yang ada di Desa Tanjung Raya”.

(21)

pelestarian kebudayaan yang berkaitan dengan aktivitas pertanian. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan bidang Antropologi yang membahas tentang keberadaan upacara adat dalam hubungannya dengan aspek kehidupan komunitas petani desa.

1.5. Tinjauan Pustaka

Sektor pertanian telah digeluti sejak zaman nenek moyang di seluruh belahan bumi. Karena bidang ini berhubungan langsung dengan kelangsungan hidup manusia. Sehingga sebagai wujud penghargaan, penghormatan akan alam yang menjadi media serta pengharapan, maka dalam pelaksanaannya manusia membudayakan serangkaian upacara yang telah menjadi tradisi di suatu daerah dan dilaksanakan secara turun-temurun. Salah satu apresiasi masyarakat ini diwujudkan dalam berbagai upacara tradisional berupa ritual adat yang berbeda caranya antara satu daerah dengan daerah lainnya. Upacara tersebut ada yang berkaitan dengan kepercayaan, agama, daur hidup dan ada pula yang berkaitan dengan sosial masyarakat ( By Etnikprogresif powered 2009 ).

Ada beberapa unsur upacara Pertanian yang dapat dikaji bersama untuk melestarikan tradisi yang erat kaitannya dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat. Nilai budaya yang berfungsi untuk terjalinnya rasa sosial yang erat sesama warga tani sebagai pedoman tertinggi, bagi kelakuan manusia yang meliputi norma-norma atau kaidah-kaidah. Upacara tradisional dalam kehidupan pertanian dalam penyelenggaraannya dapat terdiri atas beberapa macam hal yaitu:

(22)

3. Perubahan-perubahan yang terjadi

4. Pandagan masyarakat sekitarnya terhadap upacara tersebut ( Hans J.Daeng 2000 )

Nanu Muda (2009) mengungkapkan, petani Sunda melakukan upacara pertanian berkaitan dengan adanya kepercayaan terhadap Dewi Sri (Dewa Padi) menganggap Dewi Sri sebagai mahkluk bernyawa seperti manusia sehingga amat dihormati dan diperlakukan agar ia tidak marah, tidak memberi penyakit, dan perlu dininabobokan agar menghasilkan padi dan bibit yang berkualitas. Begitu hormat dan besarnya harapan para petani agar kualitas padi yang dihasilkan baik, dan masyarakat di desanya tidak kelaparan karena gagal panen.

Sebagaimana dalam masyarakat Sunda juga memiliki berbagai upacara yang terkait dengan pertanian. Upacara yang dilakukan untuk menghormati alam sebagai ucapan terimakasih atas hasil panen yang diperoleh dan telah mencukupi kebutuhan pangan keluarga, khususnya padi sebagai bahan makan pokok bagi mereka, orang Sunda menghormatinya dengan nama Nyi poci 2

2

Nyi poci sebutan lain dari Dewi Sri

(23)

Kegiatan upacara, selain mengandung nilai budaya bahwa dalam hidup manusia harus senantiasa diikat dengan adat dan budaya yang dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah-laku. Tetapi juga berfungsi menghubungkan manusia dengan sesama manusia, dapat mengelompokkan pemikiran dan kebersaman. Begitu juga halnya, upacara dapat menghubungkan manusia dengan alam. Menurut Hans J.Daeng (2000: 46)

Masyarakat Desa Tanjung Raya, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Dalam melaksanakan upacara tradisional yaitu mangan ahai fallo diduga banyak mengandung nilai-nilai positip yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Nilai positif dari pelaksanaan upacara mangan ahai fallo yang dapat diambil hikmah dari penyelenggaraan upacara ini adalah terjalinnya kerjasama dan silahturahmi antara mereka, serta dapat menyatukan pendapat dari masing-masing warga tani. Warga tani dapat bertukar pikiran dalam mengolah sawahnya dengan baik.

(24)

Syamsudin (1985: 1) menjelaskan kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan. Salah satu dari wujud kebudayaan dapat dilihat dari upacara yang merupakan wujud dari adat-istiadat yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia baik secara aspek sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Pelaksanaan upacara tersebut selalu dibayangkan sebagai upacara yang khidmat dan merasa sebagai sesuatu yang bersifat magic dan disertai dengan berbagai perasaan serta perlengkapan yang bersifat simbolik.

Sudah banyak sekali para peneliti yang telah mengkaji maupun menulis masalah upacara adat. Seperti halnya Siregar (1994) skripsi yang mengkaji upacara mebat pada orang Batak Angkola. Beliau mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran yang terjadi dalam upacara mebat di daerah Sidore Timur dengan konsep asli upacara dimaksud di daerah asalnya Bona Pasogit. Pada akhirnya ditemukan kesimpulan bahwa faktor yang menjadi penyebab pergeseran dalam upacara mebat boru na marlojong adalah karena pihak melaksanakan kebanyakan sudah kurang memahami rangkaian upacara yang dimaksud seperti yang terdapat di Bona Pasogit.

(25)

dijadikan pelindung masyarakat agar terhindar dari bencana. Peristiwa ini menunjukkan adanya sifat yang abstrak dari jiwa manusia, apabila tidak dilaksanakan upacara ini masyarakat merasa takut akan bencana yang akan datang dua kali lipat dari sebelumnya.

Berutu (1998: 69) menjelaskan bahwa dalam penelitiannya mengenai upacara menanda tahun adalah salah satu jenis upacara yang berkaitan dengan proses perladangan yang dilakukan pada setiap tahunnya yaitu pada saat menjelang musim tanam padi. Upacara tersebut dimaksudkan agar tidak menyalahi apa yang dipercayai sebagai ketentuan alam gaib.

Selanjutnya menurut Badruzzanmah Ismail (2009) upacara kenduri blang adalah cara mengumpulkan warga tani dan menjadi sarana komunikasi. Saat berlangsungnya upacara kenduri blang dan dihadiri oleh warga kampung, mereka tidak hanya petani, sehingga antara warga tani/bukan petani menjadi saling kenal. Upacara tersebut dilakukan dua kali setiap tahun masa panen atau waktunya disebut sebagai wate keneh jak atawa u blang dengan wate kedara pade3

Koentjaraningrat (1982) menyatakan bahwa sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat bernilai dalam hidup, karena itu suatu sistem nilai budaya biasanya sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem budaya seolah-olah berada di luar dari diri individu yang menjadi warga masyarakat yang bersangkutan. Para individu sejak kecil telah diresapi dengan (waktu mau bajak sawah atau turun ke sawah dengan waktu padi sudah kuning)

3

(26)

nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakatnya, sehingga konsepsi-konsepsi itu telah lama berakar dalam jiwa mereka.

Menurut Malinowski (2009) kedudukan benda yang digunakan dalam upacara pertanian tidak dilihat seberapa banyak peralatan yang disediahkan oleh masyarakat, tetapi mempunyai nilai tertentu dari segi kepercayaan mereka. Namun ritual adat bagi masyarakat Melayu merupakan ritual yang bercorak ke Islaman menurut mereka adat dan Islam itu seperti daging dengan darah yang sukar dipisahkan4

Untuk menjelaskan makna dari suatu upacara dapat dilihat dari simbol-simbol yang ada dalam upacara tersebut. Geertz (1992: 149) menjelaskan bahwa simbol adalah segala objek berupa benda-benda, orang peristiwa, tingkah laku dan ucapan-ucapan yang mengandung pengertian tertentu menurut kebudayaan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, mangan ahai fallo dalam pelaksanaannya mempunyai berbagai bentuk prilaku perbuatan seperti ada penyampaian arahan dan bimbingan dari kepalah Desa, penyampain sepata kata dari keujeurun blang

.

Lebih lanjut dijelaskan Geertz, di dalam kebudayaan, makna tidak bersifat individual tetapi publik. Ketika sistem makna kemudian menjadi milik bersama dari suatu kelompok, kebudayaan menjadi suatu pola makna bagi mereka yang kemudian kebudayaan tersebut diturunkan secara turun-temurun ke generasi setelah. Kebudayaan dijadikan sebagai suatu konsep yang diwariskan kepada manusia sebab manusia itulah yang mampu berkomunikasi, melestarikan kebudayaannya, serta mengembangkan pengetahuan mereka tentang kehidupan.

4

(27)

yang berisikan adalah ucapan terimakasih kepada warga tani mungkin selama memimpin blang pernah melakukan kesalahan, oleh karena itu disinilah pak keujeurun blang meminta maaf agar kiranya dapat dimaafkan.

Berkaitan dengan hal itu, mangan ahai fallo dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang didapat, pelaksanaan upacara tersebut selalu dibayangkan sebagai upacara yang khidmat dan sebagai suatu yang bersifat magic yang diyakini telah memberikan keselamatan bagi mereka serta rezeki yang melimpah dengan hasil panen yang didapat. Menurut kepercayaan masyarakat, mangan ahai fallo ini merupakan suatu tradisi yang harus dilaksanakan. Hal inilah yang menimbulkan keyakinan, bahwa Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan segalanya. Baik itu keselamatan bagi mereka waktu melaksanakan aktivitas pertanian maupun hasil dari pertanian tersebut.

Demikian pula halnya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjung Raya. Mangan ahai fallo merupakan upacara yang dilaksanakan, yang mengandung makna dan bersifat khidmat dan magic bagi masyarakat petani. Pada masyarakat Desa Tanjung Raya upacara tradisional dilakukan dengan upacara adat, ini merupakan ungkapan memohon doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun rangkaian upacara mangan ahai fallo pada masyarakat Desa Tanjung Raya adalah sebagai berikut :

(28)

blang ini juga hadiri oleh para kaum bapak yang ada di desa tersebut, acara ini dilaksanakan ketika selesai shalat Jumat dan bertempat di mesjid

b. Tahap kedua, yaitu pelantikan seorang keujeurun blang. Sebelum diadakan pelantikan kepala desa setempat akan menyampaikan sepata kata terlebih dahulu kepada seluruh kaum bapak, agar mereka dapat meluangkan waktu sedikit untuk membahas terkait dengan pelantikan keujeurun blang. Disini kepala desa meminta pendapat dari para kaum bapak siapakah yang cocok untuk dijadikan sebagai kejeurun blang. Keucik (kepala desa) disini hanya menampung usulan dari para kaum bapak, siapa yang siap untuk dilantik dari ketika calon tersebut. Dua hari kemudian setelah pencalonkan sekaligus pelantikan kejeurun blang. Kemudian mengadakan suatu perkumpulan yang bertempat di balai desa yang dihadiri oleh kaum bapak dan kaum ibu, bahkan anak-anak dengan rangkain acara mangan ahai fallo atau mangan ulu taun adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan acara yang dibawakan oleh salah satu dari staf kepalah Desa. 2. Adanya pembacaan ayat suci Al-Quran.

3. Adanya arahan dan perintah dari keujeurun blang. 4. Adanya nasehat dan pandangan dari kepala desa.

5. Doa yang dipimpin oleh seorang imam yang fase bacaannya, doa ini diaminkan secara bersama-sama.

(29)

Scheiner (2009) adat merupakan sikap tradisi yang sesuai dengan norma-norma yang diajarkan oleh nenek moyang sebagai ikatan yang harus dilaksanakan oleh individu atau kelompok5

5

. Oleh karena itu masyarakat Desa Tanjung Raya selalu berpegang teguh dengan adat walaupun zaman terus mengalami perubahan. Adat bagi masyarakat Desa Tanjung Raya melaksanakan upacara mangan ahai fallo yang merupakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang didapat.

Dari berbagai kajian tersebut dapat dipahami bahwa suatu upacara adat dianggap memilki fungsi-fungsi tertentu di dalam kebudayaan suatu masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut seakan-akan tidak berubah dan tetap langgeng bagi masyarakat, tanpa memperhitungkan masyarakat pembentuk kebudayaan telah berganti. Dengan kata lain, kajian fungsi tersebut tidak memperhitungkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Lebih dari itu, kajian-kajian terhadap upacara adat sangat jarang menjelaskan tentang makna yang terkandung di dalamnya. Penelitian diajukan untuk mengkaji “kearifan tradisional seperti apa yang tersembunyi di dalam upacara mangan ahai fallo”. Suatu makna yang memilki arti penting bagi komunitas petani padi di Desa Tanjung Raya yang menjadikan upacara tersebut dapat terus bertahan sampai sekarang ini.

Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan, sebab kebudayaan ada karena adanya masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan dapat dilihat dari upacara mangan ahai fallo yang terdapat di Desa Tanjung Raya.

(30)

1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Tipe penelitian

Tipe penelitian ini bertipekan deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk mencapai sasaran yang akan dituju, yakni melihat “kearifan tradisional seperti apa yang tersembunyi di dalam upacara mangan ahai fallo”. Di Desa Tanjung Raya, dalam penelitian ini data dikategorikan atas 2 (dua) jenis:

a. Data primer

Data primer merupakan data utama yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi dimana peneliti selain melakukan pengamatan atas berbagai gejala dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan agar peneliti benar-benar menyelami dan memahami kehidupan warga tani yang masih tetap melaksanakan upacara mangan ahai fallo ketika selesai panen padi.

(31)

memperlancar proses wawancara, terlebih dahulu dibangun hubungan baik dengan (rapport) dengan informan.

Wawancara mendalam ditujukan kepada informan pokok atau kunci, dan informan biasa, sedangkan wawancara sambil lalu ditujukan kepada informan lain yang ditemui saat penelitian berlangsung, misalnya diwarung dan di jalan.

Informan pokok atau kunci adalah orang yang mempunyai keahlian mengenai upacara adat, terutama yang terkait dengan upacara mangan ahai fallo. Syarat untuk dijadikan informan pokok atau kunci adalah mereka yang mempunyai pengetahun luas dan memberikan informasi secara mendalam dan detail tentang masalah penelitian. Dengan demikian yang menjadi informan pokok atau kunci adalah ketua adat, beserta aparatur desa yang memahami masalah yang diteliti, informasi biasa adalah masyarakat yang berada disekitar lokasi penelitian yang terlibat di dalam proses pelaksanaan upacara mangan ahai fallo.

b. Data Sekunder

(32)

1.7 Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yang menganalisa tentang upacara mangan ahai fallo. Analisa data dilakukan dengan mengorganisasikan data hasil observasi dan wawancara ke dalam tema-tema, kategori-kategori. Proses mengorganisasi dan mengurutkan data ke dalam pola, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan mengurutkan hipotesa kerja. Setelah semua data terkumpul selanjutnya dibandingkan serta dicari saling hubungannya. Dengan ini diharapkan akan ditemukan konsep dan kesimpulan yang menjelaskan hasil penelitian yang disusun secara sistematis. Analisa data sebenarnya telah dilakukan mulai dari penyusunan proposal sampai penelitian ini

(33)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.I. Sejarah Berdirinya Desa Tanjung Raya

(34)

tidak tau lagi kapan pimpinan datok berakhir, kemudian kepemimpinan datok dialihkan kepada rukun kampung (RK). RK tersebut memimpin kampung dalam waktu beberapa tahun. Kemudian masyarakat yang ada di daerah tersebut merubah nama alihakae menjadi Tanjung Raya. Alasan nama kampung alihakae tersebut menjadi Tanjung Raya, karena dimuara sungai ada teluk dan tanjung yang panjang membujur kelaut itulah dinamakan Tanjung Raya. Pada masa itu kampung tersebut dipimpin oleh seorang kepala dusun pada tahun 1995. kemudian nama dusun diganti menjadi desa yang dipimpin oleh keucik (kepala kampung) pada tahun 2000 sampai saat ini. Desa ini bernama desa Tanjung Raya memiliki 3 (tiga) dusun, yaitu Dusun Tapian, Dusun Mata Air, Dusun Terjun. Dari masing-masing dusun memiliki sebutan sendiri oleh masyarakat karena setiap dusun ada sungai, yang ada sungai inilah yang disebut dusun tapian, sedangkan dusun mata air menjadi sebutan mayarakat karena ditempat tersebut terdapat bao (mata air), begitu juga hal nya dengan dusun air terjun.

2.2. Lokasi dan Keadaan Alam

2.2.1 Lokasi dan Batas –Batas Wilayah

(35)

ibukota kabupaten (yaitu Kota Sinabang) adalah 28 Km. Kota Sinabang berada di Sebelah Barat dengan ketinggian 600 m diatas permukaan laut. Adapun lokasi Desa Tanjung Raya memiliki batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Hindia. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Negara. c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kuala Baru. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Luan Balu.

Batas-batas ini disesuaikan berdasarkan komposisi letak desa secara admnistratif yang ditentukan oleh badan pemerintahan di kabupaten. Sedangkan secara budaya tidak ada perbedaannya antara Desa Tanjung Raya dengan Desa Luan Balu dan Desa Kuala Baru. Bila dilihat dari peta Pulau Simeulue, Desa Tanjung Raya termasuk salah satu desa yang daerahnya strategis karena daerahnya yang tidak begitu jauh dari ibukota kecamatan (Teluk Dalam).

2.2.2. Keadaan Alam Desa

(36)

Adapun luas desanya adalah 9000 Ha dengan dibagi menjadi dua kategori besar yaitu pantai dan pegunungan. Namun walaupun demikian Desa Tanjung Raya memiliki rawa seluas 6 Ha. Selain itu dari luas desa yang mencapai 9000 Ha terdiri dari persawahan dengan kategori sawah tadah hujan 75 Ha, dan perladangan 4000 Ha, hutan dan perkuburan masing-masing 2900 Ha dan 1000 Ha.

Kondisi desa sedikit bergelombang yang dipengaruhi oleh pegunungan, dan adanya salah satu gunung besar yang benama Gunung Kapur (Delok Kapur), selain Gunung Kapur masih ada gunung kecil lainnya yaitu Gunung Lugunali (Delok Lugunali), Gunung Su’ah (Delok Su’ah) dan Gunung Kuburan (Delok Kuburan) yang merupakan tempat pemakaman umum. Karena daerahnya mempunyai gunung sudah barang tentu daerah ini juga berpotensi menghasilkan air terjun yang dikelolah oleh PDAM Tirtanadi. Air terjun yang dihasilkan tersebut dapat dialiri kepada setiap rumah penduduk yang ada di desa tersebut. Selain pusat air minum mereka juga memiliki sungai-sungai kecil lainnya seperti Sungai Tapian, Sungai Bao, sungai ini juga digunakan penduduk sebagai tempat pemandian.

2.2.3. Iklim

(37)

hingga bulan Juli, dan musim hujan berlangsung antara bulan Agustus hingga akhir bulan Desember.

2.3. Sarana Fisik Pemukiman 2.3.1.Pola Perkampungan

Desa Tanjung Raya terletak dipinggir jalan, yang mengikuti panjangnya pantai Pulau Simeulue. Berdasarkan data yang didapat dari kantor kepala desa setempat awal bulan Mei pada tahun 2010, jumlah penduduk desa terhitung sebanyak 484 jiwa, mendiami lebih kurang 110 KK yang terdiri dari rumah kayu, semi permanen. Di desa ini masih banyak menggunakan rumah kayu, karena menurut masyarakat memakai rumah kayu lebih nyaman dari pada rumah beton. Salah satu yang membuat masyarakat seperti ini adalah akibat terjadinya gempa dan tsunami yang melanda daerah Tanjung Raya. Oleh karena itulah mereka lebih memiliki tinggal di dalam rumah yang bahannya terbuat dari kayu dari pada memiliki rumah yang terbuat dari semen.

TABEL I

Klasifikasi Rumah Berdasarkan Bangunan Fisik

N0 Bangunan Fisik Jumlah Persentase

1 Rumah kayu 300 buah 70 %

2 Semi permanen 20 buah 15 %

3 Rangka baja 20 buah 15 %

340 100 %

Sumber : Kantor kepala Desa Tanjung Raya tahun 2010

(38)

setempat, berbelanja di kedai-kedai dan biasanya sekali seminggu dan bahkan sebulan pergi kepekan untuk membeli kebutuhan keluarga. Masyarakat setempat tidak lagi bersusah payah membeli sayur, karena dari masing-masing mereka memiliki kebun sayur sendiri.

Selain itu mereka juga sudah mendapat lampu listrik dari Perusahaan listerik negara (PLN) cabang salah satu di Semeulue berpusat di Kota Sinabang telah mengaliri pula arus penerang disepanjang jalan Kota Sinabang, termasuk ke dalam rumah masyarakat Desa Tanjung Raya hampir keseluruhan rumah tangga menggunakan tenaga listerik sebagai alat penerang dan pelengkap dan sarana media komunikasi seperti: televisi, radio, maupun untuk keperluan rumah tangga lain nya dan yang berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan.

2.3.2. Sarana Publik

(39)

Tabel : 2. Sarana Dan Prasarana Desa Tanjung Raya

No Jenis Prasarana Jumlah

1

Sumber data: Kantor kepala Desa Tanjung Raya, 2010

Berdasarkan data di atas, sarana yang ada di Desa Tanjung Raya adalah balai Desa, balai desa digunakan untuk tempat bermusyawarah dan balai ini juga digunakan sebagai kantor kepala desa. Sebab kantor desa yang tersedia tidak dapat difungsikan lagi karena sudah rusak akibat gempa dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004. Sarana ibadah yang ada Desa Tanjung Raya yaitu satu unit mesjid, mesjid ini difungsikan sebagai tempat melaksankan shalat, selain itu juga mesjid ini digunakan sebagai tempat pengajian Al-Quran oleh anak-anak penduduk setempat. Sarana kesehatan yang ada di desa tersebut terdiri dari satu unit yaitu pustu, pustu ini digunakan untuk posiandu oleh para anak-anak penduduk setempat. Sarana pendidikan hanya terdapat satu unit saja yaitu sekolah dasar (SD). Sarana olaraga terdiri dari dua unit yaitu lapang bolla volly, dan bolla kaki. Sarana ini digunakan oleh penduduk pada setiap sorenya. Namun sarana yang tersedia di desa tersebut belum begitu memadai.

(40)

belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, karena irigasi tersebut telah hancur akibat dari gempa yang terjadi pada 26-desember-2004 pada masa itu.

2.4. Aksebilitas ke Desa

Desa Tanjung Raya merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Jadi untuk menggapai desa tersebut maka terlebih mengetahui aksebilitas ke pulau tersebut. Untuk mencapai pulau yang terletak di daerah Barat Daya Sumatera dan hanya dilewati oleh dua jalur perhubungan, perhubungan laut dan perhubungan udara.

Untuk perhubungan laut maka pemerintah telah menyiapkan dua pelabuhan besar yaitu pelabuhan Singkil dan pelabuhan labuhan Haji. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel:

Tabel: 3. Jadwal Keberangkatan Kapal Ferry dari Sumatera. Nama

(41)

seperti beras, gula, telur, dan kebutuhan pokok lainya dengan kapasitas barang 50 ton berasal dari Sibolga dan Padang yang merupakan milik pribadi.

Sedangkan untuk tambahan arus penyebrangan orang sekarang telah dibuka sebuah kapal cepat yang memuat 360 orang penumpang berangkat dari pelabuhan labuhan Haji. Kecepatan kapal tersebut hanya ditempuh dalam waktu 3 jam perjalanan untuk mencapai Pulau Simeulue, sedangkan jika menggunakan kapal Ferry bisa mencapai 10-12 jam. Kapal cepat partama kali beroperasi pada tanggal 3 Juli 2007 yang mana kapal berasal dari pelabuhan penyebrangan Batam ke Pekanbaru.

Selain jalur perhubungan laut, maka ada juga jalur perhubungan udara untuk mencapai Pulau Simeulue yang berangkat hampir setiap hari, untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel: 4. Jadwal Keberangkatan Pesawat dari Sumatera.

Nama Bandara

Jenis Pesawat

Jadwal keberangkatan Keterangan

Hari Pukul

(42)

Simeulue. Kapasitas pesawat yang mampu membawa orang dari Bandara Polonia yang ada di Medan maupun Bandara Blang padang Banda Aceh hanya berjumlah 16 orang saja baik pesawat Smac, Riau Arline, maupun Susi Air. Dilihat pada tabel aktivitas pesawat cukup padat, namun pesawat tersebut tidak akan berangkat apabila jumlah penumpang tidak memenuhi kapasitasnya atau bila terjadi badai.

Ketika kapal berlabuh dipelabuhan Simeulue atau ketika pesawat mendarat di bandara Lasikin, maka untuk mencapai lokasi penelitian di Desa Tanjung Raya dengan menaiki mobil sewa dengan jadwal keberangkatan jam 1.00 sampai jam 2.00 wib. Siang hari, Perjalan yang ditempu untuk mencapai lokasi penelitian adalah sekitar 14 km dengan lama perjalanan kurang lebih 2 jam dengan ongkos 15.000, sedangkan dengan menggunakan sepeda motor hanya memakan waktu 1 jam perjalanan.

TABEL 5

Jenis dan Jumlah Kenderaan Bermotor

N0 Jenis Kenderaan Jumlah Persentase

1 Angkutan Umum 2 buah 4,8 %

2 Sepeda motor 30 buah 65,5 %

3 sepeda dayung 10 buah 29,7 %

Jumlah 42 buah 100 %

Sumber : Kantor kepala Desa Tanjung Raya 2010

(43)

sebagian lagi sepeda motor, mereka digunakan sebagai indikasi peningkatan ekonomi masyarakat dan menunjukkan adanya perkembangan variasi dalam sumber mata pencaharian sebagai penambah kebutuhan mereka sehari-hari seperti kenderaan untuk menjual hasil laut mereka, walaupun kehidupan masyarakat hanya bertani di sawah saja, namun disini mereka tidak akan meninggalkannya karena itulah sebagai sumber mata pencaharian pokok mereka.

Tata pengunaan lahan

(44)

tanaman yaitu padi. Sedangkan tanah bangunan di tanami oleh berbagai jenis tanaman keras seperti cengkeh, kelapa, coklat, pinang, pala, dan lain-lain. Adapun Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel .13. Guna lahan Desa Tanjung Raya

No Jenis

Sumber data : kantor kepala Desa

Berdasarkan data dalam tabel diatas bahwa masyarakat desa menggunakan tanah masih memproritaskan pada tanah untuk persawahan. Hal ini dapat dilihat pada luas tanah persawahan lebih kurang 75 Ha (15,78 %) yang dipergunakan untuk menanami tanaman yaitu padi. dengan luas tanah yang dipergunakan lebih kurang 40 Ha ( 8,42 %), dan tanah perladangan lebih kurang 400 Ha (84,2%).

2.5. Keadaan Penduduk

(45)

Pulau Sumatera. Setelah bekerja denga begitu lama diapun tertarik ke Desa Tanjung Raya dan pada akhirnya tertarik dan membawa keluarganya untuk menetap di desa tersebut. Berdasarkan rincian yang didapat dari data desa dengan jumlah keseluruhan penduduk desa berjumlah 484 jiwa terdiri dari 110 kepala keluarga (KK). Dari jumlah tersebut dapat dirincikan lagi yaitu etnis suku Aceh Simeulue mayoritas terdiri dari 99 % dan etnis lainnya seperti Nias, Minang, Aceh daratan, Batak, Jawa terdiri dari sekitar 10 %.

Desa Tanjung Raya memiliki jumlah penduduk 484 jiwa yang terdiri dari 110 kepala keluarga (KK) lebih jelasnya dapat dilihat jumlah penduduk Desa Tanjung Raya berdasarkan umur dan jenis kelamin dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Sumber data: kantor Desa Tanjung Raya

(46)

berdasarkan kelompok umur adalah penduduk usia antara 61-85 tahun dengan persentase sebesar 2,06. dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa masyarakat Desa Tanjung Raya merupakan masyarakat yang memiliki usia kerja produktif, karena masyarakat yang memasuki usia kerja yaitu usia 31-35 tahun hampir mencapai 50 %.

Tabel. 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah/ Jiwa Persentase % 1

Sumber data: Kantor Kepala Desa Tanjung Raya 2010

Jumlah antara penduduk berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan, tidak terlalu berselisih jauh. Sekitar 253 orang perempuan lebih banyak daripada laki-laki.

Tabel. 8.

Perubahan Komposisi Penduduk Berdasarkan Komponen Demografi

N0 Perubahan Jumlah Persentase%

1 Kelahiran 6 orang 50 %

2 Kematian 5 orang 49 %

3 Pindah 1 orang 1.0 %

Jumlah 12 100 %

Sumber : Kantor kepala Desa Tanjung Raya

(47)

Tabel Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum

Sementara di Indonesia pendidikan merupakan aspek penting dan sarana utama untuk meningkatkan kecerdasan dan kepribadian bangsa. Program pemerintah tentang wajib belajar melalui pendidikan formal dan non formal layak diberi pandangan yang positif, karena tanpa program ini masyarakat tidak akan mampu merubah situasi dan kondisi dalam menghadapi era globalisasi dan modernisasi. Pendidikan memberikan suatu jalan guna mewujudkan cita-cita bangsa dan negara yaitu adil, makmur,sejahtera dan merata.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang lebih nyata. Lembaga pendidikan ini berfungsi mendidik para pelajar untuk mengenal dan memahami dunia pengetahuan. Selain itu lembaga pendidikan lainnya (non formal) seperti khursus dan prifat les turut menunjang program pendidikan

(48)

yang dianggap lengkap fasilitasnya. Hal ini didukung pula oleh pendapatan orang tua mereka yang lumayan mencukupi. Seperti hasil cengkeh, kopi dan hasil ternak mereka seperti kerbau, ayam dan lain-lain.

Tabel : 9 . Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

N0 Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase % 1

Sumber data: Kantor kepala Desa Tanjung Raya, 2010

Berdasarkan tabel di atas jelas terlihat bahwa penduduk Desa Tanjung Raya lebih banyak yang menduduki dibangku sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) sebanyak 11,1 % daripada yang tamat di sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) sebanyak 4,5 %, dan yang paling sedikit disini tidak tamat sekolah dasar pada jaman dulu, mereka tidak dapat mengenyam pendidikan dengan baik. Karena ini yang diakibatkan oleh faktor ekonomi yang tidak memadai pada waktu itu. Namun dengan kondisi sekarang dari anak-anak mereka sudah banyak yang melanjutkan pendidikan tinggi keluar daerah seperti ke Sumatera Utara dan ke Banda Aceh.

(49)

Tabel. 10. Komposisi Penduduk Menurut Etnis

Sumber data : Kantor kepala Desa Tanjung Raya 2010

Berdasarkan tabel di atas jelas terlihat bahwa penduduk Desa Tanjung Raya mayoritasnya adalah suku Aceh sedangkan suku Jawa 2 0rang, Batak 2 orang yaitu pendatang yang masuk ke Desa Tanjung Raya, sudah menetap dan kawin di desa Tanjung Raya.

Kompososi Penduduk Berdasarkan Tingkat kematian dan Kelahiran Berdasarkan data yang dipeoleh dari kepala Desa Tanjung Raya tahun 2009. Maka tingkat kelahiran penduduk Desa Tanjung Raya untuk tahun 2009 adalah sebanyak 6 orang, laki-laki 3 orang, perempuan 3 orang. Sedangkan untuk kematian penduduk laki-laki 2 orang. Pada tahun 2010 penduduk Desa Tanjung Raya yang angka kematian sebanyak 4 orang, angka kelahiran sebanyak 2 orang.

2.5.1.Agama

100 % penduduk Desa Tanjung Raya memeluk agama Islam. Sedangkan agama lain tidak ada. Walaupun dulunya ada seperti pendatang dari Nias dan Batak namun mereka telah masuk Islam

2.5.2. Mata Pencaharian

(50)

terikat pada pemerintahan menjadi pegawai negeri atau pegawai swasta seperti misalnya pedagang, nelayan, petani, peternak, pertukangan. Walaupun demikian ada juga beberapa orang yang menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Untuk lebih jelasnya maka dapat diperhatikan pada tabel dibawah ini :

Tabel .11. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Jenis Mata

Sumber data: Kantor Kepala Desa Tanjung Raya 2010

(51)

Dari masing-masing warga tani memiliki lahan persawahan yang rata-rata dalam satu KK (kepala keluarga) memiliki satu, dua, tiga, empat, dan bahkan lima malawak/ Ha yang terdiri dari blang plobale 30 malawak / Ha, Blang pajirotan 10 malawak, blang sebel 50 malawak, blang batu’ae 25 malawak. Sedangkan berdasarkan hitungan satu (1) malawak dengan lebar 21 meter. Tanah persawahan yang paling banyak tanah disini adalah 5 malawak, tanah ini terdiri dari satu (1) malawak blang batu’ae, tiga malawak blang delok su’ah, satu malawak blang pulobale. Sistem mata pencaharian masayarakat Desa Tanjung Raya dapat dilihat yang paling dominan mata pencaharian penduduk tersebut adalah petani, hal ini sangat terbukti dengan hasil pertanian terutama mencapai 320 ton / Ha dan luas lahan pertanian yang masih aktif 40 Ha. Jadi hasil pertaniannya adalah 20,500 ton. Bertani merupakan kerja pokok masyarakat setempat.

Selain hasil pertanian, ada juga hasil laut (nelayan) yang mendominasi pekerja pada urutan kedua ini juga banyak menghasilkan ikan segar berupa ikan bandi kudo, ikan janang (mairan), ikan sawai merah, ikan saway putih, dan ikan kecil lainnya.

Dari segi perkebunan masyarakat Desa Tanjung Raya juga banyak menghasilkan cengkeh, pinang, kakao dan rumbia yang di ambil sagunya.

(52)

TABEL 12.

Hewan Pemeliharaan Penduduk

N0 Jenis Ternak Jumlah Persentase %

1 Kerbau 200 ekor 27,2 %

2 Lembu 20 ekor 2,8 %

3 Ayam 500 ekor 68, 6 %

4 Bebek 10 ekor 1,4 %

730 ekor 100 % Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Raya 2010

Berdasarkan data di atas, beternak ayam lebih banyak daripada beternak bebek. Dari situlah mereka mendapat penghasilan sehari-hari untuk kebutuhan hidup mereka.

2.6. Sistem Sosial Masyarakat Desa

(53)

diantara sesama mereka. Apalagi ditambah dengan mengadakan upacara mangan ahai fallo dengan begitu ikaran persaudaraan mereka menjadi tamba akrab satu sama lain meskipun upacara hanya sekali dalam setahun yaitu diadakan ketika selesai penen.

Secara administratif, sekarang wilayah ini mencakup tiga Dusun, yaitu Dusun Terjun, Dusun Tapian, Dusun Mata Air, dari masing-masing dusun dikepalai oleh seorang kadus (kepala dusun). Kemudian ketiga dusun tersebut dikepalai oleh seorang kepala desa (keucik).

Begitu pula halnya dengan sistem kekerabatan masyarakat Desa Tanjung Raya yang terdiri dari ayah, ibu dan anak (keluarga batih). Sistem kekerabatan yang lebih luas lagi adalah hubungan seketurunan atau suku dan hubungan tali perkawinan yang disebut dengan kaum (haum) family.

Dalam acara pernikahan dan “sarak papar” peran kedua garis kekerabatan itu baik pihak Ayah maupun pihak Ibu memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam hal tertentu. Dalam upacara pernikahan misalnya, kaum kerabat yang disebut wali perlu mempertanyakan suku dari calon menantu tersebut. Karena menurut adat Simeulue tidak diperbolehkan kawin dalam satu keturunan atau suku. Sedangkan dari pihak “laulu” menentukan mahar dalam perkawinan tersebut.

(54)
(55)

BAB III

UPACARA MANGAN AHAI FALLO

3.1. Pengertian Mangan Ahai Fallo

Mangan ahai fallo adalah pelaksanaan makan bersama dari hasil panen padi baru yang telah dikerjakan secara serentak. Maka dilaksanakan mangan ahai fallo ini dengan tujuan dapat menikmati hasil persawahan dari seluruh blang (sawah) yang ada di Desa Tanjung Raya. Menurut salah seorang informan yang bernama Pak Supardi (45 tahun) yang didapat dari hasil wawancara dia menyatakan bahwa:

“mangan ulu taun merupakan acara mangan ahaie fallo, acara soere harus niadokan supayo hasilne ahaie ya dapek nirasokan secara bersamo-samo, baek singa ni undang maupun masyarakat ne singa bahampung”.

Artinya ‘bahwa mangan ahai fallo adalah merupakan acara makan padi baru, dan acara ini harus senantiasa dilaksanakan supaya hasil padi tersebut dapat dirasakan secara sama, tujuan dengan diadakan makan secara bersama-sama yaitu dapat berbagi pemikiran, pengalaman, pengetahuan dari orang yang telah di undang ke acara tersebut. Dari masing-masing mereka akan menyampaikan pengalaman mereka selama mengelolah sawah sampai menuai hasil panen.

(56)

kepada cerita asal usul adanya padi. Karena padi menurut mereka adalah yang berasal dari salah seorang anak raja yang telah jatuh miskin, anak raja tersebut yang bernama Fatimah yang dipotong Ayahnya ditengah sawah, yang singkat cerita akhirnya dari tempat pemotongan tersebut tumbuhlah padi. Maka masyarakat Desa Tanjung Raya tetap melaksanakan upacara mangan ahai fallo sebagai tanda kasih sayang kepada anak tersebut, dengan izin Allah SWT dia mau mengorbankan nyawanya demi kebutuhan hidup manusia. Oleh karena itu masyarakat setempat tidak akan bosan-bosanya melaksanakan upacara mangan ahai fallo dengan meriah, disini adalah masyarakat senantiasa menampilkan hiburan berupa tari-tarian, lagu-lagu yang bawa ibu-ibu warga tani, karena mereka mengingat padi itulah yang menjadi kebutuhan pokok bagi manusia. Dengan begitu mereka tetap ikut merayakan upacara mangan ahai fallo yaitu demi mengucapkan rasa syukur yang diberikan Allah SWT kepada mereka dan upacara ini sudah menjadi tradisi dari nenek moyang mereka.

3.2. Musyawarah dalam Rangka Merancang untuk Persiapan Mangan Ahai Fallo.

(57)

makanan dan minuman, serta akan ditunjuk siapa yang akan bersedia membawak hidangan nasi tersebut baik itu berupa hidangan nasi lengkap atau pulut ini ditujuhkan kepada masing-masing aparat desa dan siapa diantara mereka yang bersedia membawa hidangan maupun minuman ini diserahkan kepada mereka, setelah itu pak keucik blang akan mengiahkan.

Kedua, membicarakan masalah tempat pelaksanaan upacara mangan ahai fallo. Para kaum ibu-ibu juga ikut serta dalam hal ini yaitu membicarakan terkait dengan perlengkapan, mereka ditugaskan untuk menghias serta membersihan tempat pelaksanaan upacara mangan ahai fallo yaitu bertempat di balai desa. Selain itu keujerun blang akan menyampaikan kepada anggota rapat, supaya mereka menyampaikan kepada yang lain yaitu para anggota masyarakat yang tidak telibat dalam musyawarah pada hari ini. Supaya mereka pada hari ”H” membawa nasi rantang dari masing-masing warga tani.

3.3. Iuran Upacara Mangan Ahai Fallo

Sumber dana dalam upacara mangan ahai fallo tidak dipungut biaya melainkan masyarakat sendiri yang menanggung ini semua, karena ini sudah menjadi kewajiban dia sebagai warga tani untuk menyediakan nasi rantang. Dan bukan itu saja masyarakat juga bersedia apapun yang ditugaskan oleh seorang keujeurun blang. Sebagaimana yang dikatakan oleh bapak Rajman.

“Memang tidak ada ketepan berapa iuran yang akan dikeluarkan dalam upacara mangan ahai fallo yang jelas upacara tersebut sudah menjadi keharusan masyarakat untuk menyediakan makanan apapaun itu jenisnya”.

(58)

talam ditutup dengan tudung yang telah dihias. Nasi ini yang dibawa oleh para aparat desa dari masing-masing kepala keluarga, dan bukan itu saja dari anggota masyarakat juga dibebankan juga membawa nasi rantang, beserta pulut yang telah dimasak dengan santan, lalu pulut ini diletakkan di atas talam yang ditutup dengan tudung yang telah dihias. Semua ini berdasarkan ketetapan para aparat desa dari hasil musyawarah.

Nasi yang telah dihidangkan diberikan khusus pada tamu undangan dan disugukan beserta minuman. Seperti Ibu Nila mengatakan:

“anga upacara mangan ahai fallo besang maysambut dengan gembira , kalau manyumbang bakduon maipaduli singa penting kebersamaan maibersamo”

Artinya :

“Apabila upacara makan padi baru datang kami sambut dengan gembira , kalau menyumbang kami tidak peduli yang penting kebersamaan, serta kekompokan antar sesama warga tani.

3.4. Tempat Pelaksanaan Upacara Mangan Ahai Fallo.

Tempat berlangsungnya upacara mangan ahai fallo (makan padi baru) diselenggarakan pada satu tempat yaitu bertempat di balai desa. Balai tersebut sebelum digunakan terlebih dahulu harus dihias para kaum ibu-ibu, yang menggunakan berbagai macam peralatan yang harus disediakan adalah.

1. Tikar pandan untuk Tempat duduk. 2. Taber yang digunakan untuk alas dinding.

(59)

5. Menggunakan kasur untuk tempat duduk para undangan. 6. Pengeras suara.

Sedangkan yang di luar balai memakai ambarawa dan janur. Alasan mereka menggunakan anbarawa dan janur, karena berguna untuk menandakan bahwa di tempat tersebut sedang melaksanakan suatu acara. sehingga dengan adanya tanda tersebut para undangan yang berasal dari luar daerah bisa tau.

Gbr.1.4

Balai Desa Tanjung Raya.

3.5. Waktu dan Tujuan Pelaksanaan Upacara

(60)

tanam. sedangkan hari pelaksanaannya ditentukan berdasarkan kesepakatan masyarakat.

Tujuan pelaksanaan upacara ini menurut para informan adalah: pertama, untuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT. Kedua, untuk menghormati dan memohon kepada roh-roh atau jiwa padi.

3.6. Perlengkapan Dalam Upacara Mangan Ahai Fallo

Dalam upacara mangan ahai fallo, perlengkapan yang digunakan adalah perlengkapan adat, perlengkapan itu berupa :

a. Hidangan lengkap dari aparat Desa.

Hidangan nasi putih yang telah dimasukkan ke dalam pinggan besar yang tutup dengan tudung yang telah dihias dengan bagus. Hidangan ini dikumpul dibalai tempat pelaksanaan upacara pada pagi harinya. Biasanya nasi ini dibawa ke balai dari masing-masing kepala keluarga, yang nasi yang telah dikumpul tersebut akan dimakan secara bersama-sama baik masyarakat setempat maupun para undangan.

(61)

c. Mangan ahai fallo

Upacara mangan ahai fallo ini selalu diiringi dengan berbagai macam hiburan yaitu tari-tarian, lagu gambus dengan menggunakan bahasa daerah penduduk setempat. Tari-tarian ini dibawakan oleh anak-anak. Sedangkan lagu gambus yang dibawakan oleh para kaum ibu. Gendang dan taria-tarian ini berguna untuk menghibur para tamu undangan dan peserta yang lainnya.

Gbr.1.5

Nasi yang dihidangkan

Gbr.1.6

(62)

3.7. Orang-Orang yang Terlibat dalam Upacara Mangan Ahai Fallo

Pelaksanaan dalam upacara mangan ahai fallo (makan padi baru) ini dilaksanakan oleh orang-orang yang duduk dilembaga adat Desa Tanjung Raya seperti Keucik, keujeurun blang, perangkat adat, perangkat hukum, tokoh masyarakat khususnya kaum bapak. Jadi segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan, peralatan menghias tempat sampai bentuk-bentuk upacara mereka semua yang mengaturnya. Alasan mengapa orang yang duduk dilembaga adat yang menjadi panitia dalam pelaksanaan upacara mangan ahai fallo adalah karena sudah menjadi aturan adat serta orang-orang tersebut lebih berpengalaman terutama yang lebih berpengaruh disini adalah seorang keujeurun blang tanpa dia acara tidak akan bisa dimulai. Sesuai yang dikatakan oleh bapak supardi:

“Atta-atta singan tumataeng diselah singa mangatur jalanne upacara mangan ahai fallo dan ditolong oleh atta-atta singa matua, alim ulama, karena ini sudah menjadi ketentuan adat”.

Artinya:

“Orang-orang yang duduk diadatlah yang mengatur jalannya upacara mangan ahai fallo dan dibantu oleh orang-orang tua serta alim ulama karena ini sudah menjadi ketentuan adat”.

(63)

Sedangkan keucik tidak mempunyai andil dalam upacara mangan ahai fallo ini dia hanya sebagai orang yang diundang untuk menyaksikan bahwa sahnya mangan ahai fallo ini sudah terlaksana. Begitu juga halnya dengan perangkat adat yang lain, mereka datang ke acara tersebut untuk menyaksikan bahwa upacara mangan ahai fallo dapat berjalan dengan baik. Karena yang ikut serta dalam upacara tersebut senantiasa memeriahkan dengan semangat.

Disamping itu, Najir Mesjid sebagai Imam diberikan kepercayaan dalam membacakan doa dalam pelaksanaan upacara mangan ahai fallo. Isi doa yang dibacakan oleh imam/alim ulama adalah berkaitan dengan ucapan terimakasih dan rasa syukur kepada Allah SWT agar panen berikutnya mendapat hasil yang lebih dari sekarang. Serta diberikan kesehatan dan dijauhkan dari bala bencana agar bisa menjalankan aktifitas bertani di sawah.

Masyarakat juga mempunyai peran dalam pelaksanaan upacara mangan ahai fallo ini untuk memeriahkan upacara tersebut dengan menampilkan beberapa lagu daerah yang diiringi oleh gendang, gendang ini merupakan salah satu faktor penting dalam upacara mangan ahai fallo tersebut.

Dalam pelaksanaan upacara mangan ahai fallo seluruh masyarakat diharuskan hadir ke dalam acara tersebut, karena sudah merupakan suatu ketentuan adat di Desa Tanjung Raya baik anak kecil maupun orang tua semua harus ikut. Sesuai dengan pepatah adat menyatakan :

“Masyarakat masarek nituntut besang supayo mangan ahai fallo dapek tarasokan secara bersamo-samo”.

(64)

Selain dihadiri oleh masyarakat desa setempat, upacara mangan ahai fallo tersebut juga dihadiri oleh para undangan dari desa terdekat, seperti keucik, dari dinas pertanian, dan bahkan dihadiri oleh Camat. Karena upacara mangan ahai fallo tersebut merupakan upacara adat yang berlangsung meriah dan didalamnya mengandug nilai-nilai religi yang sangat tinggi, dengan adanya upacara ini masyarakata bisa saling bertukar pikiran mengenai tata cara yang baik turun ke sawah (baktinafa).6

a. Adanya seorang pembawa acara.

3.8. Pelaksanaan Upacara Mangan Ahai Fallo

Dalam proses pelaksanaan upacara mangan ahai fallo ini biasanya dihadiri oleh seluruh masyarakat warga tani, anggota masyarakat yang hadir diacara ini harus turut berpartisipasi dalam penyelenggaraannya. Karena orang yang datang diacara mempunyai hak dan kewajiban yaitu dalam hal memeriahkan dengan penampilkan tarian-tarian, dan gambus yang dibawakan oleh ibu-ibu dari desa setempat.

Adapun susunan acara mangan ahai fallo yaitu:

Protokol adalah orang yang memandu acara dari awal sampai selesai. Protokol ini sangat berperan penting dalam acara ini, karena tanpa adanya seseorang yang memandu dalam acara, maka upacara mangan ahai fallo tidak bisa berjalan dengan semestinya. Karena semua berada ditangannya baik dalam susunan acara maupun yang lainnya, seperti menampilkan

6

(65)

orang yang akan membacakan ayat suci Al-Quran oleh tilawah sampai penutupan acara yaitu pembacaan doa oleh alim ulama.

b. Pembacaan ayat suci Al-Quran oleh tilawah.

Pembacaan ayat suci Al-Quran merupakan hal yang paling penting ini dilakukan pada awal pembukaan acara, karena adanya pembacaan suci Al-Quran para undangan dan masyarakat setempat dapat mendengarkan dan memahami apa yang dibaca oleh tilawah tersebut, dapat membuka hati. Agar dalam hidup selalu bersyukur dan mengingat Allah. Dengan bunyi Surat Ali-imran ayat 102-108, alasan kenapa ayat ini yang dibacakan karena, menurut kepercayaan masyarakat ayat inilah yang lebih bermakna yang terkait dengan syukur nikmat atas hasil panen padi. Jadi ayat ini tidak boleh digantikan dengan membacakan ayat yang lain. Sebab pengertian ayat ini memiliki arti tersendiri.

(66)

c. Kata-kata sambutan oleh ketua kelompok tani atau disebut sebagai Keujeurun blang atau keucik blang.

(67)

Gbr.1.1

Keujeurun Blang, yang menyampaikan kata-kata sambutan. d. Kata-kata arahan dan bimbingan yang disampaikan oleh salah satu dari dinas

pertanian.

Kata-kata arahan dan bimbingan dari dinas pertanian, yang disampaikan bahwa dalam mengerjakan sawah agar selalu giat dan jangan bermalas-malasan. Kata bapak dari dinas pertanian saya dan para anggota saya, kami bersedia membantu desa ini, terutama memberikan traktor, pestisida, dan pupuk. Oleh karena itu kami harapkan kepada para warga tani di Desa Tanjung Raya, dalam hal keperluan pertanian segera diusulkan kepada kami. Kami dari dinas pertanian berharap supaya di desa ini menjadi desa penghasil beras yang banyak. ( Teks dapat dilihat pada lampiran ).

e. Kata-kata nasehat dan pandangan oleh kepala desa (keucik)

(68)

baik, dan jangan menyerah sebelum berusaha. (Teks dapat dilihat pada lampiran )

f. Tampilan selingan dari ibu-ibu

Selingan dari ibu-ibu, dengan menyayikan lagu daerah yang diiringi dengan gendang (gambus). Tampak seperti gambar dibawah ini:

Gbr.1.2

Penyayi Gambus pada upacara

Tari-tarian dari anak-anak

Gbr.1.3

Gambar

Tabel : 2. Sarana Dan Prasarana Desa Tanjung Raya
Tabel: 3. Jadwal Keberangkatan Kapal Ferry dari Sumatera.
Tabel: 4. Jadwal Keberangkatan Pesawat dari Sumatera.
TABEL 5 Jenis dan Jumlah Kenderaan Bermotor
+7

Referensi

Dokumen terkait